cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 25491628     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 1: 2024" : 8 Documents clear
Transformasi Novel Dignitate Karyah Hana Margaretha ke Film Dignitate Karya Fajar Nugros (Kajian Ekranisasi) Wahyuningsih, Sari Puspita; Widyatwati, Ken; Komariya, Siti
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 19, No 1: 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.19.1.90-100

Abstract

Ekranisasi adalah proses adaptasi suatu karya dari bentuk aslinya, seperti novel, cerita pendek, drama, atau sumber nonfisik, menjadi skenario untuk film, televisi, atau media visual lainnya. Penelitian ini fokus analisis pada transformasi novel Dignitate ke dalam bentuk film Dignitate dengan menggunakan pendekatan ekranisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan berbagai aspek dalam proses ekranisasi seperti pensilutan, penambahan, dan perubahan variasi yang terjadi selama novel Dignitate diadaptasi menjadi film Dignitate. Penelitian ini menggunakan teori yang meliputi teori struktur fiksi, teori naratif film, alih wahana, dan ekranisasi. Metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif dan data dikumpulkan melalui studi pustaka. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi membaca, menonton, dan mencatat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses transformasi berhasil mengubah karya sastra dari bentuk novel menjadi media baru, yaitu film. Pada Novel Dignitate yang diubah menjadi film telah mengalami beberapa perubahan yang signifikan, yaitu pada tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, serta latar dan pelatarannya. Proses ekranisasi pada novel Dignitate yang diubah menjadi film telah menghasilkan beberapa pengurangan, penambahan, dan perubahan variasi. Pada proses pengurangan terdapat 15 pengurangan pada elemen tokoh, 14 pengurangan pada elemen latar, dan 7 pengurangan pada peristiwa dalam alur cerita. Pada proses penambahan terdapat 6 penambahan pada elemen tokoh, 6 penambahan pada elemen latar, dan penambahan 5 peristiwa dalam alur cerita. Jika pada perubahan variasi terdapat 2 perubahan variasi pada unsur tokoh, 4 perubahan variasi pada unsur latar, dan 7 perubahan variasi dalam alur cerita.
Cultural Acculturation and Sexual Education Reflections of Ketupat Jembut in Tegalsari City Semarang Mukafi, Muhammad Hamdan; Gwyneth Velodyne, Abigail Clarence
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 19, No 1: 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.19.1.11-22

Abstract

It is common to hear the word Ketupat, especially when celebrating Eid al-Fitir after a month of fasting during Ramadan. In the Javanese Islamic tradition, Ketupat is often interpreted as a symbol of acknowledging mistakes and asking for forgiveness. Related to this, the people of Semarang City, especially the Tegalsari area, expanded the meaning of the Ketupat by giving birth to Ketupat Jembut. Looking at the name, previous studies on Ketupat that interpret it as a sacred and holy tradition also require further understanding, especially in finding the relationship between the sacred context and the taboo and vulgar in people's views. However, this study looks at how Muslim communities in various regions perform cultural acculturation and allow a positive view of it. By conducting interviews and direct observations of the Tegalsari community, this research found several positive perspectives on the birth and running of the Ketupat Jembut tradition. The meaning of these observations relates elements of myth, arbitrary, and epistemes that arise from something vulgar, but are related to the context of sexual education and sufism. The normalization of the word jembut leads to peace of heart and purity of soul as explained about the function of sufism in sexual education. Moreover, the finding of the name Ketupat jembut also intersects with the understanding of the honor of sexuality for women as subjects and men as participants. Keywords: Ketupat jembut,myths, arbitrary, epistemes, tasawuf, sexual education
Analisis Unsur Budaya Dalam Tradisi Sabumi Babarit di Desa Citangtu Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan Julianti, Delia; Nuraeni, Leni
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 19, No 1: 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.19.1.1-10

Abstract

Indonesia has various cultures and traditions that are still maintained. From these various traditions, there are different elements and values, each of which has unique characteristics. This cultural diversity is found in various corners of Indonesia, such as what can be found in the eastern part of West Java, namely in Kuningan Regency. Kuningan has various traditions, cultures and customs that are still maintained. You can find a tradition that is still routinely carried out in Kuningan Regency, specifically in Citangtu Village, namely Talahab Hamlet, where the Sabumi Babarit tradition is still carried out. This article aims to find out the reasons why this tradition is still carried out and what cultural elements are included in this tradition. This study uses a qualitative approach and research on this cultural element uses Koetjaraningrat theory. The results obtained from this research are that there are 4 processions carrying out the sabumi babarit tradition, namely; 1) Hajat kekah, 2) Sura porridge, 3) Sabumi babarit, 4) Golewang. It is hoped that the results obtained will be useful for all readers.This is a description of the research that contains the formulation of the problem, objectives, methods, theoretical and literature reviews, and general results. If using Indonesian language, it must be adjusted to the latest Indonesian language rules and spelling. Composed in 150-200 words. Using Times New Roman font, 11pt size, 1 space, and italicized. Keywords: sabumi babarit, traditions, cultural elements
Analisis Penggambaran Unsur Magis dalam Film Animasi Cinderella dan Frozen (Kajian Sastra Bandingan) Salsabila, Dinda Iqlima; Falah, Fajrul
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 19, No 1: 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.19.1.37-54

Abstract

The research presents a comparison between two Walt Disney animated films, namely the animated films Cinderella and Frozen. The research aims to provide an analysis of intrinsic elements and magical elements that can be compared using a comparative literature approach from Sapardi Djoko Damono's theory. The research was carried out through several stages, namely the planning stage, the implementation stage, and the reporting stage. Data collection techniques are carried out by reading, recording, and documenting processes. The data search focuses on intrinsic elements in the form of setting, characters and characterization, as well as themes used in the animated films Cinderella and Frozen. The analysis is reviewed using qualitative research methods and comparative descriptive writing techniques which will present a comparative discussion of data from a literary work in the form of a film. The results of the research show that there are similarities and differences in the selection of intrinsic elements of background, characters and characterization, themes, as well as realism of magical elements used in the animated films Cinderella and Frozen.Keywords: comparative literature, magical, animated film, cinderella, frozen.  Penelitian menyajikan perbandingan antara dua film animasi Walt Disney, yaitu film animasi Cinderella dan Frozen. Penelitian bertujuan untuk memberikan analisis unsur intrinsik dan unsur magis yang dapat saling dibandingkan dengan menggunakan pendekatan sastra bandingan dari teori Sapardi Djoko Damono. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan proses pembacaan, pencatatan, dan dokumentasi. Pencarian data berfokus pada unsur intrinsik berupa latar, tokoh dan penokohan, serta tema dalam film animasi Cinderella dan Frozen. Analisis diulas dengan metode penelitian kualitatif dan teknik penulisan deskriptif komparatif yang akan memaparkan pembahasan komparatif dari data-data karya sastra berupa film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan pemilihan unsur intrinsik latar, tokoh dan penokohan, tema, serta realisme unsur magis yang digunakan dalam film animasi Cinderella dan Frozen.Kata kunci: sastra bandingan, magis, film animasi, cinderella, frozen.
Pantangan Pernikahan Ngalor-Ngetan : Studi Kasus di Desa Bologarang, Penawangan, Grobogan, Jawa Tengah Dwijayanti, Kartika
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 19, No 1: 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.19.1.101-108

Abstract

Pantangan pernikahan merupakan sebuah kepercayaan yang berisi larangan dalam melakukan prosesi pernikahan. Pantangan pernikahan yang berlaku di Jawa antara lain, weton, sampir ratan, sasi suro, Ngalor-ngetan dan lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah dan konstruksi sosial yang terbentuk dari pantangan pernikahan Ngalor-ngetan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis upaya yang dilakukan dalam pantangan pernikahan Ngalor-ngetan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif, dan desain studi kasus. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menemukan bahwa pantangan pernikahan Ngalor-ngetan muncul dari pemikiran nenek moyang sejak zaman dulu. Masyarakat Desa Bologarang mengatakan Ngalor-ngetan berasal dari sejarah kebogerang dan kedekatan antara raja-raja zaman dahulu. Sedangkan, konstruksi sosial mengenai pantangan pernikahan Ngalor-ngetan dimulai dari proses eksternalisasi dengan adanya ilmu titen. Kemudian, proses tersebut terobjektifikasi melalui kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat yang secara bertahap terinternalisasi menjadi sebuah aturan tidak tertulis yang disetujui dan dipatuhi oleh masyarakat secara umum. Masyarakat yang melaksanakan pernikahan Ngalor-ngetan, melakukan ruwatan sebagai obat atau penawar dari adanya pantangan pernikahan. Ruwatan yang dilakukan antara lain sangkane di ubah, mengelilingi sendang, dan nanggap wayang. Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat Desa Bologarang yang belum mengetahui mengenai ruwatan pantangan pernikahan Ngalor-ngetan. Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan materi dalam pembelajaran IPS kelas VII tema 4 tentang keragaman kebudayaan. Selain itu, penelitian ini akan melengkapi penelitian sebelumnya, dan bisa dijadikan referensi bagi pembaca untuk mempelajari apa itu celana pernikahan Ngalor-ngetan.
Roti Ganjel Rel: Mengungkap Cerita dan Eksistensi dari Warisan Makanan Khas Kota Semarang Safitri, Rahma Danisa Eka; Nugroho, Alga Brian; Fauziyah, Ikhda Ni'matul; Putri, Bilkys Ciera; Purnomo, Afrizal Haris; Umam, Sirojul; Bashori, Muzakki
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 19, No 1: 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.19.1.55-75

Abstract

This research investigates a traditional food unique to Semarang, Central Java. Roti Ganjel Rel is a traditional bread originally called Ontbijkoek, consumed by colonial nobles during the Dutch era. This bread holds significant historical and cultural values beyond its role as food. However, with modernization, its popularity has declined, particularly among the younger generation. Many people are beginning to forget or are unaware of this bread, raising concerns about losing this culinary heritage of Semarang. This study uses a mixed-methods approach, combining qualitative and quantitative techniques, including observation, interviews, questionnaires, and documentation. It covers various aspects, such as the origins of Roti Ganjel Rel, the ingredients and tools required, and its development and current existence. Findings from the questionnaires reveal that while most respondents are aware of Roti Ganjel Rel, a considerable number are still unfamiliar with it. The research aims to provide information about Roti Ganjel Rel as a traditional food of Semarang, ensure its preservation, attract tourists, and promote this culinary heritage. By documenting and promoting Roti Ganjel Rel, the study seeks to preserve not only a food item but also the identity and history of Semarang for future generations. Penelitian ini merupakan penelusuran makanan khas sebagai ciri khas makanan di Kota Semarang, Jawa Tengah. Roti Ganjel Rel merupakan salah satu makanan tradisional khas Semarang. Awalnya roti ini dinamakan Ontbijkoek dan hanya dikonsumsi oleh kaum kolonial bangsawan pada zaman Belanda. Keberadaan Roti Ganjel Rel tidak hanya sekadar sebagai makanan, tetapi juga mengandung nilai sejarah dan budaya yang mendalam. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan modernisasi, popularitas Roti Ganjel Rel mulai meredup, terutama di kalangan generasi muda. Banyak yang mulai melupakan atau bahkan tidak mengenal roti ini, yang menyebabkan kekhawatiran akan hilangnya salah satu warisan kuliner kota Semarang. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode campuran (mixed-methods) yaitu kualitatif dan kuantitatif melalui observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi.  Penelitian ini mencakup beberapa hal seperti asal usul Roti Ganjel Rel, bahan dan peralatan yang dibutuhkan, serta bagaimana perkembangan dan eksistensi Roti Ganjel Rel. Hasil dari penelitian melalui kuesioner dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mengetahui Roti Ganjel Rel tetapi masih banyak juga yang belum mengetahui Roti Ganjel Rel ini. Tujuan dari penelitian ini memberikan informasi tentang Roti Ganjel Rel sebagai makanan tradisional khas Kota Semarang, menjaga eksistensinya agar tidak punah, menarik minat wisatawan, serta memperkenalkan dan mempromosikan warisan kuliner khas Kota Semarang.
Language Teachers and Gender Role Attitudes: Sociocultural Perspective Permata, Kartika Indah; Azizah, Siti -; -, Nafisah -; Wati, Wiwit Rahma
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 19, No 1: 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.19.1.76-89

Abstract

Schools and universities have been well-known as one of the social institutions in charge of socializing norms and values in children in terms of how they construct the concept of gender roles in society.  Sociocultural-bound attitudes of teachers play important roles in shaping or challenging the practices that highlight inequality. This study aims to investigate the influence of gender role attitudes on teacher behavior. Using the quantitative method, the data was collected by distributing questionnaires to 90 language teachers. From the F-test and T-test analysis results, it was found that there was a significant influence between variables (p≤0.05), in that, teachers’ gender role attitudes had an important impact on their teaching behavior. Then, the implication of this study is further drawn using symbolic interaction theory.
Ruwat Dandang: Antara Mitos Dan Tradisi di Desa Bumirejo Kabupaten Lampung Tengah anggrani, anggun -; Karsiwan, Karsiwan
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 19, No 1: 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.19.1.23-36

Abstract

Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Lampung. Suku yang mendiami daerah Lampung Tengah ini mayoritas adalah suku Jawa. Masyarakat Jawa dikenal dengan kentalnya akan kepercayaan mistis atau juga disebut juga dalam dunia spiritual. Upacara atau ritual yang dilakukan untuk menghindarkan diri dampak yang ditimbulkan akibat kesalahan manusia dalam suku Jawa disebut dengan ruwatan. Salah satu kesalahan manusia yang diharuskan diruwat adalah ngrubuhake dandang (menjatuhkan dandang penanak nasi). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna tradisi ruwatan ngrubuhake dandang dan perlengkapan yang dilakukan untuk proses ruwatan serta kaitannya dengan mitos. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di desa Bumirejo, Kabupaten Lampung Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pemanfaatan dokumen. Teknik analisa data dilakukan dengan analisis data kualitatif dengan tahapan reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ruwatan ngrubuhake dandang ini bertujuan untuk membersihkan diri agar orang yang memiliki hajat terhindar dari marabahaya ataupun kesengsaraan. Prosesi dalam melakukan ruwatan menggunakan berbagai perlengkapan yang biasa disebut dengan sesajen. Nilai Budaya dalam Tradisi Ruwatan Dandang antara lain nilai kepercayaan pada Tuhan, nilai keselamatan dan kesejahteraan, nilai kepedulian dan saling membantu, nilai kesucian dan nilai kearifan lokal atau etnopedagogy. Mitos yang terkandung dalam ruwatan ngrubuhake dandang seperti anggapan bahwa apabila tidak dilakukan akan memberikan bala atau musibah pada keluarga yang meremehkan tradisi ruwatan

Page 1 of 1 | Total Record : 8