cover
Contact Name
Tajerin
Contact Email
marina.sosek@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
marina.sosek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Ilmiah Marina : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
ISSN : 25020803     EISSN : 25412930     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan merupakan Buletin Ilmiah yang diterbitkan oleh Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan menyebarluaskan hasil karya tulis ilmiah di bidang Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Artikel-artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku usaha dan pengambil kebijakan di sektor kelautan dan perikanan terutama dari sisi sosial ekonomi.
Arjuna Subject : -
Articles 157 Documents
Potret Subsidi Perikanan Tangkap Laut Di Pelabuhanratu, Sukabumi Estu Sri Luhur
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 1, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.113 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i1.4594

Abstract

Tulisan ini bertujuan memaparkan hasil identifikasi jenis-jenis subsidi perikanan tangkap yang disalurkan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk nelayan di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Subsidi perikanan yang langsung dirasakan manfaatnya oleh nelayan adalah subsidi solar yang memberikan harga solar Rp 4.300,- atau selisih Rp 200,- per liter dibandingkan dengan harga solar nonsubsidi. Ada pula jenis subsidi atau bantuan lainnya, yaitu bantuan modal untuk mengkonversi kapal, rumpon, dan bantuan melalui Program Aspirasi. Bantuan melalui Program Aspirasi termasuk jenis bantuan yang baru di Pelabuhanratu yang mengikutsertakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sukabumi untuk langsung terjun ke lapangan mengumpulkan aspirasi langsung dari nelayan sehingga bantuan yang disalurkan benar-benar bantuan yang sangat diperlukan nelayan.
Why Indonesia Should Develop Tuna Sea Farming to Overcome Overfishing? A Review of Two Sides Argument Maharani Yulisti; Rizky Muhartono; Armen Zulham
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 9, No. 2, Tahun 2014
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.948 KB) | DOI: 10.15578/marina.v9i2.431

Abstract

Tuna is the mainstay of fisheries export commodities in Indonesia with a total export amounted to 201.159 tons and export value of 750 million dollars in 2012. The high demand tuna improve the practice of tuna captured in the sea, causing a decline in tuna stocks both in the number and size of tuna caught. This condition triggers the experts to culture tuna in laboratory scale to reduce the impact of overexploitation (overfishing). However, the tuna sea farming is under the spotlight because in practice, some countries do tuna farming without hatching of the parent tuna but merely enlarge a baby tuna are caught from the wild to market size. This gives rise to a difference of opinion of many experts on tuna farming practices. Therefore, this article highlights the pros and cons of experts on tuna farming from environmental, economic and technical, to determine whether Indonesia needs to develop tuna farming to cope with overfishing. The method used in this research is the study of literature writings on tuna farming and analyzed descriptively. Results of the analysis showed that despite the many negative opinions about the tuna sea farming, the Indonesian government should support the of tuna sea farming with tuna breeding research, as has been done by the Research Institute for Marine Fisheries Gondol. If the tuna breeding is successful, will have a great impact on the problems of the world tuna demand which increasing every year.
Dampak Budi Daya Tambak Udang Terhadap Ekosistem Mangrove Witomo, Cornelia Mirwantini
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 2 (2018): DESEMBER 2018
Publisher : Research Center for Marine and Fisheries Socio-Economic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6788.677 KB) | DOI: 10.15578/marina.v4i2.7331

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan budidaya tambak udang terhadap ekosistem mangrove dan memberikan rekomendasi terhadap pengelolaan ekosistem mangrove kedepan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kombinasi penelitian kuantitatif kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang dimaksud adalah luasan mangrove pada waktu yang berbeda, luasan budidaya tambak pada waktu yang berbeda, perkembangan volume produksi budidaya tambak, dampak lingkungan, ekonomi dan sosial akibat degradasi ekosistem mangrove. Sumber data sekunder diperoleh dari hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan topik bahasan dalam penelitian serta publikasi dari instansi terkait. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah studi pustaka kemudian dianalisis dengan metode analisis data sekunder secara deskritif dan dipresentasikan dalam bentuk tabulasi dan grafik. Dampak yang timbul akibat degradasi ekosistem mangrove adalah: (1) Terjadinya erosi garis pantai dan sempadan sungai; (2) Sedimentasi; (3) Pencemaran; (4) Berkurangnya fungsi ekologi dan secara langsung akan mempengaruhi fungsi ekonomi dengan berkurangnya jumlah tangkapan nelayan; serta (5) terjadinya intrusi air laut. Implikasi pada sosial ekonomi adalah ketahanan pangan menjadi rawan dan tingginya perpindahan penduduk untuk mencari sumber mata pencaharian lainnya. Rekomendasi kebijakan untuk memperbaiki ekosistem mangrove dan mengurangi dampak adalah melakukan rehabilitasi ekosistem mangrove dengan melibatkan masyarakat secara aktif dan melakukan praktek perikanan yang berkelanjutan sebagai contoh menerapkan perikanan organik yang saat ini menjadi dasar untuk pembelian ekolabeling sebagai bentuk peningkatan sertifikasi sebagai komoditas ekspor serta pembentukan ekonomi baru yang kreatif dalam pemanfaatan mangrove seperti ekowisata, penyediaan warna alami untuk batik dan pembuatan olahan makanan.Title: Impact of Shrimp Fish Pond towards to Mangrove EcosystemThe objectives of this study are to identify the impacts caused by shrimp fish pond activities on mangrove ecosystem and provide recommendations for the management of the future mangrove ecosystem. The research approach used a combination of qualitative quantitative research. The type of data used in this study is secondary data. Secondary data consist of the extent of mangroves at different times, the extent of fish pond at different times, the development of the volume of production of fish ponds, environmental, economic and social impacts due to the degradation of mangrove ecosystems. Secondary data sources were obtained from the results of previous studies in accordance with the topic of discussion in research and publications from relevant agencies. The method of collecting data in this study is a literature study and then analyzed by descriptive secondary data analysis method and presented in the form of tabulations and graphs. The impacts arising from the degradation of the mangrove ecosystem are (1) the occurrence of shoreline erosion and river boundaries, (2) sedimentation, (3) pollution, (4). reduced ecological functions and will directly affect economic function by reducing the number of fishermen’s catches and (5) the occurrence of seawater intrusion. The implications for socio-economic conditions are food security is vulnerable and the high population movement to find other sources of livelihood. Policy recommendations to improve mangrove ecosystems and reduce impacts are to rehabilitate mangrove ecosystems by actively involving the community and carrying out sustainable fisheries practices as an example of implementing organic fisheries which is currently the basis for purchasing ecolabeling as a form of increasing certification as export commodities and forming a new creative economy in the utilization of mangroves such as ecotourism, providing natural colors for batik and making processed foods.
PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP JENIS IKAN PENEBARAN DI SEKITAR WADUK KEDUNG OMBO, PROVINSI JAWA TENGAH Aisyah Aisyah; Retno Widihastuti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 2, No. 2, Tahun 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.19 KB) | DOI: 10.15578/marina.v2i2.5925

Abstract

Waduk Kedung Ombo terletak di Propinsi Jawa Tengah memiliki daerah genangan air yang meliputi tiga wilayah administrasi yaitu Kabupaten Grobogan, Boyolali dan Sragen. Introduksi ikan patin siam atau striped catfish (Pangasionodon hypophthalmus, Sauvage, 1878) sejumlah 7470 ekor di  Waduk Kedung Ombo dilakukan melalui Iptek Penebaran Berbasis Budidaya (Culture Based Fisheries,  CBF) pada tahun 2013. Penelitian dilakukan pada tahun 2016 bersamaan dengan kegiatan monitoring dan evaluasi. Pengumpulan data primer terkait preferensi masyarakat terhadap jenis ikan yang akan dan yang sudah ditebar dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden menggunakan kuisioner terhadap empat komunitas masyarakat yang berkaitan langsung dengan waduk, yaitu nelayan tangkap, pengumpul ikan, penjual ikan olahan dan masyarakat yang mengkonsumsi ikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 36% menyukai jenis patin yang ditebar. Dengan analisis terpisah, jenis lain yang diharapkan ditebar antara lain nila sebanyak 57%, sisanya betutu dan karper. Untukitu, diperlukan beberapa pertimbangan mengenai pemilihan jenis ikan yang akan ditebar. Di samping preferensi masyarakat terhadap jenis ikan tertentu, diperlukan pertimbangan ekologis seperti dampak negatif yang ditimbulkan akibat karakteristik tertentu dari suatu jenis ikan terhadap sumber daya dan habitat di perairan yang akan ditebar Title: Community Preferences Around Ourselves Of Ombo Kedung On Seeding Fish TypesKedung Ombo Reservoir is located in Central Java, covered 3 administrative area include Grobogan District, Boyolali and Sragen. 7470 individu of Striped catfish (Pangasionodon hypophthalmus, Sauvage, 1878) was introduced through culture based fisheries in 2013. Monitoring and evaluation of those introduced activity has done in 2016 by direct observation. Primary data that was collected from this research are community preferences that come from 4 community structure in Kedung Ombo Reservoir, they are fisherman, Pengumpul, Processed fish sellers, people who eat fish (buyer or tourist). The result show that 36% of Striped catfish introduction. Separated analysis between Striped catfish and others fish, Nile, Marble Goby, Common Carp are the other fish choosen by community for stocking in Kedung Ombo Reservoir. 
Karakteristik Penangkapan Sumberdaya Ikan di Karimunjawa Andrian Ramadhan; Tenny Apriliani
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 2, No. 1, Tahun 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.198 KB) | DOI: 10.15578/marina.v2i1.3279

Abstract

Karimunjawa merupakan gugusan pulau dilepas pantai Kabupaten Jepara yang menyimpan potensi sumberdaya perikanan yang besar. Masyarakat setempat sejak lama mendapatkan manfaat ekonomi dari sumberdaya tersebut dengan melakukan penangkapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat Karimunjawa. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan dominasi pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis dan ikan karang pada wilayah ini. Alat tangkap yang paling umum digunakan adalah pancing, panah dan tonda. Sementara itu, masih terindikasi adanya penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan khususnya potasium. Musim puncak penangkapan ikan terjadi pada saat bulan September sampai dengan Oktober dengan musim paceklik terjadi pada akhir Desember sampai dengan bulan Februari. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat nelayan Karimunjawa memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kondisi alam membuat fluktuasi hasil tangkapan sangat mempengaruhi kehidupan mereka.Title: Characteristics of Catching Fish Resources in KarimunjawaKarimunjawa is a group of islands located at Jepara district that holds great potential fishery resources. The local community has taken an economic benefit from these resources by practicing capture fisheries. This study aims to look at the characteristics of fishing carried out by the community. The results showed the dominance fishes caught are pelagic and reef fishes. Common fishing gears used are fishing rods, bows and trolling. The use of not environmental friendly fishing gear is still indicated, particularly potassium. The peak fishing season occurs during September and October with the low season occurred in late December until February. This fluctuation provide a strong influence to the community because their depedancy to the resources.  
TATA KELOLA PEMUKIMAN NELAYAN DI WILAYAH PERKOTAAN PESISIR UTARA JAKARTA Hertria Maharani; Nurlaili Nurlaili
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6930.316 KB) | DOI: 10.15578/marina.v4i1.2048

Abstract

Pemukiman nelayan di kawasan perkotaan belum banyak diperhatikan oleh pemerintah. Seharusnya sebagai bagian dari perencanaan kota, pemukiman nelayan mempunyaI urgensi yang sama untuk diatur sehingga dapat dikelola dengan baik. Makalah ini mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: 1) Mengidentifikasi kondisi eksisting kawasan pemukiman nelayan; 2) Mengidentifikasi hambatan perencanaan pemukiman nelayan di perkotaan; dan 3) menganalisis peran perencanaan kota pada tatakelola pemukiman nelayan. Observasi hanya dilakukan di pantai utara Teluk Jakarta (Kamal Muara) terkait kondisi eksisting dan hambatan perencanaan pemukiman nelayan. Data primer diperoleh dari hasil wawancara informan kunci dengan menggunakan bantuan topik data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pemukiman nelayan masih jauh dari kondisi ideal, yang mulai dari sanitasi, desain pemukiman, drainase dan sebagainya. Sedangkan terdapat 3 stakeholder yang  bertanggungjawab atas kesulitan pengaturan pemukiman nelayan yaitu masyarakat nelayan, pemerintah dan instansi swasta termasuk  pengembang dan perbankan. Ketiga elemen stakeholder tersebut harus bersamasama melakukan upaya untuk perbaikan tata kelola pemukiman nelayan dengan tanpa melupakan pemahaman bahwa nelayan tidak dapat dipisahkan dari laut dan tepi pantai sebagai tempat  bekerja, komunitas dan budaya.Title: Fisherman Settlement Management in Urban Region of Northern-Coast of Jakarta Fisherman settlements in urban areas have received less attention by the government. As a part of urban planning, fisherman settlements should have the same urgency to be well governed. This paper has three main objectives: 1) to identify existing conditions of fishermen residential areas; 2) to identify barriers on planning of fisherman settlements in urban area; and 3) to analyze the role of urban planning on fisherman settlements governance. Observation toward existing conditions and the barriers on fisherman settlements planning were only completed in Kamal Muara, the northern coast of Jakarta Bay. Primary data were obtained from key informant interviews using data topic tool. The results show that the conditions of the fisherman settlement is still under ideal level, including its sanitation, settlement design, drainage, etc. There are 3 stakeholders who are responsible for the difficulties in regulating fisherman settlements, they are fishing communities, government and private institutions including developers and commercial banks. These three elements must jointly improve the governance of fisherman settlements under the same perception that fishermen cannot be  separated from the sea and coast area as a work place, community and culture.
Evaluasi Kinerja Pendampingan dan Pengawalan Teknologi pada KIMBis Cakradonya, Banda Aceh Estu Sri Luhur; Armen Zulham
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 8, No. 1, Tahun 2013
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1902.341 KB) | DOI: 10.15578/marina.v8i1.3010

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dari kegiatan pendampingan dan pengawalan teknologi yang telah dilakukan pada KIMBis Cakradonya di Banda Aceh. Evaluasi dilakukan mencakup kegiatan yang dilaksanakan selama periode Agustus – November 2012. Evaluasi kinerja ini diukur dengan menggunakan kuesioner terstruktur dengan jawaban yang tertutup untuk mengetahui persepsi peserta terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Pelaksanaan evaluasi kegiatan dilaksanakan pada 38 responden. Aspek yang dievaluasi terdiri dari aspek peran pengurus KIMBis, keragaman materi, kemampuan instruktur, keseriusan peserta dan aspek lainnya. Hasil evaluasi menunjukkan kegiatan pendampingan teknologi yang dilakukan telah sangat baik. Aspek yang dinilai adalah aspek peran pengurus, isi materi dan kemampuan instruktur karena materi yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan peserta dan mampu ditransfer dengan baik oleh instruktur. Namun, aspek yang dinilai cukup adalah aspek jumlah peserta kegiatan. Aspek ini menunjukkan bahwa jumlah peserta perlu ditambah karena materi yang diberikan sangat bermanfaat bagi pengembangan ekonomi masyarakat. Aspek lain yang perlu diperhatikan bahwa peralatan dan bahan praktek yang disediakan pengurus dinilai masih terbatas. Evaluasi ini merekomendasikan untuk pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan penyediaan alat dan bahan dan pengurus KIMBis harus berkoordinasi dengan SKPD terkait di Kota Banda Aceh.
Profil Usaha Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Bogor Tikkyrino Kurniawan; Riesti Triyanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 6, No. 2, Tahun 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (851.705 KB) | DOI: 10.15578/marina.v6i2.5812

Abstract

Penetapan kawasan Minapolitan untuk meningkatkan produksi perikanan menjadi 353% pada 2014 memerlukan kesiapan infrastruktur dan kebijakan dilapangan. Kabupaten Bogor telah ditetapkan sebagai kawasan Minapolitan budidaya air tawar dengan lele sebagai komoditas utama. Namun Pengembang biakan lele membutuhkan perbandingan satu banding satu, sehingga untuk menghasilkan berat lele tertentu menbutuhkan pakan yang cukup banyak. Untuk itu perlu adanya evaluasi setiap tahunnya untuk melihat kesiapan program Minapolitan tersebut khususnya Minapolitan Budidaya. Sedangkan pemilihan responden bersifat random purposive sampling. Analisis deskriptif yang dipakai untuk menjelaskan keadaan dan gejala yang terjadi. Penelitian berlangsung di Kabupaten Bogor. Dengan tingginya harga pangan dan rendahnya harga jual, maka banyak pembudidaya di kabupaten bogor yang gulung tikar dan tidak sanggup untuk melanjutkan budidaya lele tersebut. Operasional untuk produksi lele tersebut tidak menutupi karena luas lahan yang tidak begitu besar dan jumlah lahanya yang sedikit menyebabkan biaya pakan cukup tinggi karena tidak di beli dalam jumlah banyak. Pembesaran yang bertahan adalah milih perseorangan dan mempunyai jumlah kolam yang lebih dari 5 unit. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah perlu diadakannya pelatihan kembali cara pembudidaya yang baik dan benar, memperkuat kelembagaan pembudiaya, membentuk lembaga pemasaran yang bisa menyetabilkan harga dan meningkatkan harga jual ke pasaran, serta menyetabilkan harga bahan pakan agar dapat meningkatkan daya saing penjualan lele.
USAHA BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias Sp) PADA KAWASAN MINAPOLITAN “KAMPUNG LELE” KABUPATEN BOYOLALI Maulana Firdaus; Hertria Putri; Rani Hafsaridewi
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 3, No 2 (2017): DESEMBER 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2152.701 KB) | DOI: 10.15578/marina.v3i2.7188

Abstract

AbstrakKabupaten Boyolali merupakan salah satu kawasan minapolitan yang ada di Jawa Tengah, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor KEP.32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan. Berdasarkan keputusan tersebut, pengembangan usaha perikanan khususnya budidaya ikan lele (Clarias Sp) semakin gencar dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola pengelolaan, permasalahan yang dihadapi, pemasaran hasil produksi, serta memberikan gambaran terhadap struktur biaya, penerimaan, keuntungan dan nilai R/C ratio. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dengan pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis, usaha budidaya ikan lele di Desa Tegal Rejo secara keseluruhan masih layak diusahakan karena memiliki nilai R/C ratio > 1. Permasalah usaha yang dihadapi oleh pembudidaya terkait dengan ketersediaan benih, kenaikan harga pakan, harga jual ikan lele dan serangan penyakit. Dalam menjaga keberlanjutan usaha budidaya ikan lele pada kawasan minapolitan ”Kampung Lele”  Desa Tegal Rejo, perlu diperhatikan daya dukung lingkungan serta pengelolaan usaha yang baik.Title: CATFISH AQUACULTURE BUSSINESS AT MINAPOLITAN AREA “KAMPUNG LELE” IN THE BOYOLALI DISTRICT                                              Abstract            Boyolali is the one of Minapolitan Area in Central Java, which are determined by the Minister of Marine and Fisheries Affairs, through by the minister decision KEP.32/MEN/2010. Based on these decision, the development of the fisheries, especially catfish (Clarias SP) aquaculture more improved conducted. This study aimed to know the description of management patterns, problems faced, the marketing of production, as well as give an illustrate of the cost structure, revenue, profits and the value of R/C ratio. Case study method were used in this research, sample selected by purposive sampling method. Based on the analysis, the aquaculture bussiness of catfish in Tegal Rejo  as a whole is still viable because it has a value of R/C ratio > 1. Business problems faced by farmers related to the availability of seed, feed price increases, prices of catfish and disease attack. In maintaining the sustainability of catfish farming in the region Minapolitan "Kampung Catfish" Tegal Rejo village, keep in mind the carrying capacity of the environment and good business management.
Tataniaga Ikan Kerapu Hidup di Kawasan Segitiga Batam, Tanjung Pinang dan Singapura (BaTaSi) : Tinjauan Aspek Sosiologi Sastrawidjaja Sastrawidjaja; Riesti Triyanti; Hikmah Hikmah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 2, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1913.45 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i2.5762

Abstract

Ikan kerapu hidup telah menjadi merek dagang (brand) dan ikon bagi masyarakat daerah sekitar kepulauan Batam, Tanjung Pinang dan Singapura (BaTaSi). Keunggulan ikan kerapu hidup adalah harganya yang sangat tinggi dan pangsa pasarnya tak terbatas. Pasar kerapu semakin meluas seiring meningkatnya minat penduduk Asia Timur untuk mengonsumsi ikan ini. Tingginya permintaan ekspor membuat konsumen luar negeri rela pergi ke sentra-sentra produksi kerapu di sejumlah perairan Indonesia terutama Kepulauan Batam dan Tanjung Pinang. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek sosiologi dari tataniaga pemasaran ikan kerapu hidup di Batam, Tanjungpinang dan Singapura (BaTaSi). Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil Kajian menunjukkan bahwa dalam jalur tataniaga ikan kerapu di kawasan segitiga BaTaSi didominasi oleh dua etnis yaitu Tionghoa dan Melayu dengan strata sosial yang tinggi serta menggambarkan hubungan sosial diantara keduanya dalam hal jaringan sosial, perdagangan, dan kemitraan bisnis Ikan kerapu hidup. Adanya kepercayaan dan kebiasaan mengkonsumsi ikan kerapu saat Hari Raya Imlek menjadikan harga ikan kerapu jauh lebih tinggi dibandingkan hari-hari biasanya.

Page 3 of 16 | Total Record : 157