Articles
670 Documents
Studi Komunikasi Budaya Pada Penonton Alay di Jakarta
Yuliana Yuliana;
Suzy Azeharie
Koneksi Vol 1, No 2 (2017): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/kn.v1i2.2050
Televisi merupakan media massa paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Melalui media massa khususnya televisi, budaya populer dihasilkan. Budaya populer yang dihasilkan adalah adanya fenomena penonton alay. Penonton alay yang diteliti adalah penonton alay stasiun televisi Trans TV ke stasiun televisi ANTV. Penelitian ini dibuat dengan maksud untuk mengetahui sejarah terbentuknya penonton alay di Jakarta dan apa yang menyebabkan seseorang menjadi penonton alay. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori budaya, studi kultural, media massa, budaya populer, hedonisme, dan komunikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif historis secara deskriptif. Data yang akan dianalisis diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan dua narasumber dan enam key informan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penonton alay dibagi menjadi tiga kategori yaitu penonton alay callingan cantik, penonton alay biasa dan penonton alay kelas bawah yang memiliki bayaran dan tugas yang berbeda-beda.
Ujaran Kebencian sebagai Salah Satu Bentuk Komunikasi Entertainment
Cahya Anna Versari;
Sinta Paramita
Koneksi Vol 1, No 2 (2017): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/kn.v1i2.1970
Selebriti selalu menjadi pusat perhatian dan pengamatan publik secara luas. Namun tidak jarang selebriti mempunyai haters yang seringkali menebar ujaran kebencian sebagai bentuk komunikasi untuk mengeskpresikan perasaaan, pendapat, dan kritik. Media yang digunakan adalah media sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ujaran kebencian dalam komunikasi entertainment. Sejumlah konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu komunikasi, komunikasi entertainment dan selebriti, media baru dan media sosial, ujaran kebencian, dan haters. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Data diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara lima narasumber, yaitu Mulan Jameela, dan masyarakat umum. Hasil penelitian ini ingin menunjukkan bagaimana siklus ujaran kebencian dapat terjadi sebagai salah satu bentuk komunikasi entertainment yang digunakan pada dunia hiburan. Di dalamnya mencakup kehidupan seperti selebriti, tokoh atau publik figur. Hasil penelitian ini menemukan siklus model ujaran kebencian sebagai salah satu bentuk komunikasi entertainment.
Representasi Perempuan dalam Film Dangal Karya Disney dan Aamir Khan Productions
Myesha Adira;
Wulan Purnama Sari
Koneksi Vol 2, No 2 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/kn.v2i2.3925
Dangal merupakan film keluarga dengan genre drama bertemakan olahraga yang diproduksi oleh Walt Disney Pictures dan Aamir Khan Productions karya sutradara Nitesh Tiwari. Film yang diangkat dari kisah nyata ini, menceritakan tentang dua orang kakak beradik perempuan asal India bernama Geeta dan Babita, yang mengalami kehidupan tidak sewajarnya seperti perempuan kebanyakan. Geeta dan Babita sengaja dilatih oleh sang ayah menjadi atlet gulat untuk dapat mengibarkan bedera negaranya dalam ajang kejuaraan olimpiade, yang mana olahraga gulat sangat terkenal di India. Film ini berbeda dari film-film Disney terdahulu, karena dalam film Dangal ini menggambarkan perempuan mengambil peran yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki dalam bidang gulat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi perempuan di dalam film tersebut. Dalam menganalisis film ini, metode yang digunakan yaitu semiotika yang dipelopori oleh Roland Barthes, yang membagi ke dalam denotasi, konotasi dan mitos. Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran penggambaran perempuan sebagai karakter yang kuat dan berani, perempuan dengan sikap feminime mampu untuk bersaing dengan laki-laki.
Analisis Resepsi Mengenai Kritik Sosial dalam Komik Online (Studi Deskriptif Pemaknaan Pembaca Line Webtoon 304th Study Room Tentang Bullying dalam Dunia Pendidikan)
Rani Febriyani;
Farid Rusdi;
Septia Winduwati
Koneksi Vol 2, No 1 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/kn.v2i1.2442
Penelitian ini membahas tentang kritik sosial yang dimuat dalam komik. Komik Online, 304th Study Room keluaran dari Line Webtoon adalah salah satu komik yang mengkritik pemerintahan di Indonesia terutama tentang masalah pendidikan. Dengan permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan resepsi pembaca terhadap kritik yang diutarakan creator 304th Study Room. Metode yang digunakan yaitu analisis encoding-decoding dari Stuart Hall, dengan jenis penelitian kualitatif yang berfokus pada resepsi pembaca. Data diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan dari kalangan siswi SMA/K dan mahasiwa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua informan berada pada hegemoni dominan yaitu menyetujui komik 304th Study Room sangat mengkritik dalam kasus bullying atau penindasan di sekolah. Dua informan ada pada posisi negosiasi yaitu menyetujui komik tersebut sangat mengkritik tetapi di kehidupan nyata sangat jarang ditemui. Satu informan berada pada posisi oposisi yaitu menolak kritik tersebut karena komik bersifat hiburan. Latar belakang informan menjadi sangat berpengaruh karena menimbulkan makna yang berbeda tentang komik 304th Study Room.
Motif Menggunakan Media WhatsApp Messenger Terhadap Kepuasan Dalam Menyampaikan Pesan (Studi Pada Remaja Di Jakarta)
Dewi Dewi;
Eko Harry Susanto;
Wulan Purnama Sari
Koneksi Vol 1, No 1 (2017): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/kn.v1i1.1353
Media sosial saat ini telah menjadi media yang wajib dipakai oleh semua kalangan untuk melengkapi kegiatan komunikasi mereka. Salah satunya yang akan dibahas pada penelitian ini adalah WhatsApp Messenger. WhatsApp Messenger adalah media sosial yang saat ini sedang tren di kalangan dewasa. Biasanya WhatsApp Messenger dipakai sebagai media komunikasi para pekerja yang memiliki umur 20 hingga 35 tahun. Namun pada penelitian ini akan membahas pada kalangan remaja akhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif yang dimiliki dalam memakai WhatsApp Messenger serta tingkat kepuasan yang didapatkan dalam menggunakan WhatsApp Messenger. Jenis penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Penelitian ini memakai metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja akhir yang berada di DKI Jakarta dengan sampel penelitian sebanyak 130 responden. Hasil akhir dapat dilihat pada uji regresi linier sederhana sebesar 0,482 yang artinya memiliki pengaruh yang positif. Motif tertinggi ada pada motif integrasi dan interaksi sosial serta kepuasan tertinggi ada pada dimensi persepsi kualitas.
Framing Dan Komodifikasi Isu Kedekatan Ayu Ting Ting Dengan Raffi Ahmad Oleh Tribunnews.com Dan Detik.com
Silvia Rahmawati;
Farid Rusdi
Koneksi Vol 1, No 2 (2017): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/kn.v1i2.2041
Pemberitaan mengenai isu kedekatan selebritis Ayu Ting Ting dengan Raffi Ahmad marak diberitakan oleh berbagai media, baik media konvensional dan media baru. Media yang gencar dalam melakukan pemberitaan adalah Tribunnews.com dan Detik.com. Penelitian ini menganalisis bagaimana Tribunnews.com dan Detik.com membingkai isu tersebut dan bagaimana Teori Komodifikasi diterapkan dalam kedua media tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deksriptif. Peneliti menggunakan analisis framing Robert N. Entman, dan Teori Komodifikasi. Analisis Framing Robert N. Entman dengan empat tahap yaitu Define Problems (Pendefinisian Masalah), Diagnose Cause (Perkiraan Sumber Masalah), Moral Judgement (Keputusan Moral) dan Treatment Recomendation (Penyelesaian Masalah). Sedangkan, komodifikasi adalah proses mengubah barang dan jasa, termasuk komunikasi, yang dinilai karena kegunaannya, menjadi komoditas yang dinilai karena apa yang akan mereka berikan di pasar. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Tribunnews.com lebih menyudutkan dan menggiring opini publik terhadap pemberitaan Ayu Ting Ting dengan Raffi Ahmad dibandingkan Detik.com. Komodifikasi pemberitaan di Tribunnews.com lebih terlihat jelas daripada dalam pemberitaan di Detik.com.
Representasi Body Image dan Standar Kecantikan Perempuan Indonesia di Instagram
Lyssa Pratamy Laendra;
Dani Vardiansyah
Koneksi Vol 1, No 2 (2017): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/kn.v1i2.2023
Perempuan identik dengan kecantikan. Tren kecantikan begitu moderen dan berpatokan pada tubuh langsing dan kulit putih yang dimana tidak semua dimiliki oleh kaum perempuan. Penyebaran definisi cantik ini begitu luas pada media sosial khususnya Instagram dan dipopulerkan oleh para influencers. Oleh karena itu penelitian ini membahas tentang bagaimana body image dan standar kecantikan perempuan Indonesia direpresentasikan dalam Instagram. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan metode analisis wacana kritis Sara Mills. Penelitian ini dikaji dengan menganalisis posisi subjek-objek, posisi penulis-pembaca, dan posisi media. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan menentukan kriteria tertentu. Studi dalam penelitian ini adalah konsep dan paradigma pemikiran lelaki terhadap kecantikan perempuan yang terwujud melalui objek foto-foto dan caption foto di Instagram @aurelie.hermansyah dan @emilyyoungryu. Dari penelitian dan analisis maka hasil yang didapatkan adalah posisi subjek-objek, posisi penulis-pembaca, dan posisi media cenderung melanggengkan dan menyetujui definisi dan standar kecantikan yang ada yaitu tubuh langsing dan kulit putih. Hal yang menarik adalah walau gender penulis (pencerita) dalam penelitian ini adalah seorang perempuan namun ia tidak melihat adanya hal yang salah dalam konsep dan standar kecantikan yang berlaku di jaman sekarang. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa konsep dan paradigma pemikiran lelaki terhadap kecantikan sudah terserap dan diyakini sempurna oleh perempuan.
Peran Buzzer Politik dalam Aktivitas Kampanye di Media Sosial Twitter
Felicia Felicia;
Riris Loisa
Koneksi Vol 2, No 2 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/kn.v2i2.3906
Pada awalnya, istilah buzzer hanya digunakan untuk mempromosikan produk-produk tertentu dengan atau tanpa imbalan. Namun, sejak tahun 2014 saat pemilihan umum secara langsung terjadi di Indonesia, buzzer mulai memasuki dunia politik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran buzzer politik dalam aktivitas kampanye politik di media sosial Twitter dan aktivitas buzzer politik. Beberapa konsep yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah komunikasi politik dalam bentuk kampanye politik, new media, dan media sosial. Jenis penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah pihak yang bekerja sebagai buzzer di media sosial Twitter dengan imbalan tertentu, buzzer sukarelawan, serta pihak yang menjaring masyarakat untuk ikut tergabung menjadi buzzer. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah kicauan atau tweet yang dituliskan oleh buzzer sukarela maupun buzzer dengan imbalan tertentu. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa buzzer profesional atau buzzer dengan imbalan tertentu berperan untuk memperluas suatu informasi melalui aktivitas retweet terkait narasi dan hashtag harian hingga dapat dilihat oleh masyarakat dalam bentuk trending topic.
Komodifikasi dan Pengaburan Makna Simbol Religius Agama Katolik dalam Film The Conjuring II
Noppy Angreani;
Widayatmoko Widayatmoko
Koneksi Vol 1, No 2 (2017): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/kn.v1i2.2032
Nilai dan fungsi agama telah mengalami pergeseran. Nilai dan fungsi agama dijadikan kaum kapitalis sebagai komoditas. The Conjuring II merupakan salah satu film yang menjadikan simbol religius agama Katolik sebagai komoditas. Simbol religius agama Katolik dalam film The Conjuring II telah mengalami komodifikasi dan pengaburan makna. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana bentuk komodifikasi dan pengaburan makna simbol religius agama Katolik dalam film The Conjuring II. Komodifikasi menurut Vincent Mosco ialah proses perubahan nilai guna benda menjadi nilai jual. Proses perubahan nilai guna menjadi nilai jual yang dilakukan oleh media, telah menuju pada produksi tanda yang berlebihan dan kemudian mengaburkan makna asli dari tanda tersebut yang disebut dengan disinformasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan paradigma kritis dan menggunakan teknik Analisis Semiotika Roland Barthes. Pendapatan film The Conjuring II yang sangat besar menunjukkan bahwa praktik komodifikasi yang dilakukan berhasil mendatangkan keuntungan. Praktik komodifikasi tersebut didasari oleh tujuan kapitalis untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya yang berujung pada pengaburan makna simbol salib dan biarawati. Makna simbol salib menjadi kabur karena ditampilkan dalam tiga makna yang berbeda, sedangkan sosok biarawati yang merepresentasikan kebaikan terkaburkan menjadi representasi kejahatan dengan ditampilkan dalam wujud iblis.