Claim Missing Document
Check
Articles

Pola Komunikasi Antarpribadi antara Guru dan Siswa di Panti Sosial Taman Penitipan Anak “Melati” Bengkulu Suzy Azeharie; Nurul Khotimah
Jurnal Pekommas Vol 18, No 3 (2015): Desember 2015
Publisher : BBPSDMP KOMINFO MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30818/jpkm.2015.1180307

Abstract

Penelitian ini membahas mengenai pola komunikasi antara Guru dan Siswa di Panti Sosial Taman Penitipan Anak “Melati” Bengkulu. Taman Penitipan Anak ini merupakan tempat anak anak berusia di bawah lima tahun yang dititipkan kedua orangtuanya selama mereka bekerja. Selama mereka dititipkan maka anak-anak ini diasuh dan dididik oleh guru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial psikologis yang berpusat pada komunikasi antarpribadi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di Panti Sosial Penitipan Anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sementara teknik pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara dengan nara sumber yaitu guru yang mengajar di Panti Sosial Taman Penitipan Anak “Melati” dan para siswa yang dititipkan di tempat tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan pola komunikasi primer yang mengacu pada efektifitas komunikasi interpersonal antara guru dan siswa diperoleh melalui keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan yang menekankan pada faktor kedekatan emosional yang dibangun para guru terhadap siswanya. Akibatnya siswa dapat mengerti pesan yang disampaikan guru kepadanya.
STUDI BUDAYA NONMATERIAL WARGA JATON Suzy Azeharie; Sinta Paramita; Wulan Purnama Sari
Jurnal ASPIKOM - Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 3, No 6 (2019): Januari 2019
Publisher : Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.143 KB) | DOI: 10.24329/aspikom.v3i6.279

Abstract

Jaton village is situated in the heart of where the majority of the population is Christian. For hundreds of years the residents of Jaton Village lived side by side in harmony with the majority of Minahasa tribes who had different religions. A long historical factor makes Jaton Village unique because residents of Jaton Village are direct descendants of Kyai Modjo, a religious teacher from Prince Diponogoro, who was banished by Dutch colonialists along with 63 of his followers to the Tondano area in 1828. Amid the increasing number of violence committed by one religious group in another religion, this research is aim to see a form of nonmaterial culture in Jaton society. This research will answer the question of what form of non-material cultures includes values, norms and regulations for the people of Jaton Village, and how are the values, norms and beliefs passed on to the next generation. The method used is qualitative with case study approach through observation and in-depth interview. The results showed that the Jaton community still holds an ancestral culture originating from Java. In addition, the norms created are mixed up, so there is no norm that limits behavior or action. However, the most obvious thing to hold firmly is the norm of Islamic teachings which is their belief.
Analisis Semiotika Representasi Keluarga Ideal Dalam Iklan Layanan Masyarakat Di Majalah Colours Zeny Zeny; Suzy S. Azeharie
Prologia Vol 1, No 2 (2017): Prologia
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/pr.v1i2.2001

Abstract

Di majalah kerap ditemui iklan layanan masyarakat yang ditujukan untuk publik dengan menampilkan gambar yang terdiri dari ayah, ibu dan sepasang anak laki-laki dan perempuan. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti representasi keluarga ideal dalam iklan layanan masyarakat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional di majalah Colours edisi Juli 2017. Penulis akan mejabarkan dengan analisis semiotika yang juga dilihat dari sudut pandang agama dan budaya tertentu. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi massa, iklan, iklan layanan masyarakat, majalah, semiotika Roland Barthes, budaya, agama dan representasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif secara deskriptif. Data yang dianalisis diperoleh dari hasil analisa semiotika Roland Barthes yang terdiri dari denotasi, konotasi dan mitos serta wawancara mendalam dengan narasumber.
Stereotip Gender Perempuan Dalam Board Game Laga Jakarta Andy Andy; Suzy Azeharie
Koneksi Vol 1, No 2 (2017): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v1i2.1963

Abstract

Kultur budaya Indonesia umumnya masih memisahkan pekerjaan berdasarkan jenis kelamin. Perempuan dianggap lebih tepat untuk jenis pekerjaan tertentu sementara laki-laki untuk pekerjaan lain. Penelitian ini ingin mengetahui stereotip gender terhadap perempuan yang terdapat dalam board game Laga Jakarta. Laga Jakarta merupakan sebuah game yang menggambarkan lika-liku kehidupan di Jakarta. Di dalam Laga Jakarta terdapat 32 kartu pekerjaan. Perempuan dialokasikan pada empat pekerjaan sementara laki-laki pada 28 pekerjaan. Peneliti ingin meneliti bagaimana stereotip gender perempuan yang terdapat dalam board game tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana board game Laga Jakarta mengkonstruksikan stereotip gender perempuan. Dengan menggunakan sejumlah konsep dalam komunikasi, komunikasi massa, stereotip, gender, representasi dan semiotika, penelitian kualitatif deskriptif ini menggunakan analisis semiotika. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, studi pustaka dan penelurusan data online. Wawancara dilakukan dengan satu narasumber dan observasi dilakukan terhadap empat kartu pekerjaan yang diilustrasikan dengan gambar perempuan dalam board game Laga Jakarta. Hasil dari penelitian adalah terdapat stereotip gender yang negatif terhadap perempuan. Perempuan dalam board game Laga Jakarta diinterprestasikan sebagai kaum yang hanya mengandalkan kecantikan fisik dalam bekerja dan tidak memerlukan kecerdasan intelektual atau kemampuan tertentu.
Event Volunteering: Gaya Hidup Kelompok Milenial (Studi Kasus Pada Volunteer Asian Games 2018) Vanny Novella; Suzy S. Azeharie
Koneksi Vol 4, No 1 (2020): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v4i1.6518

Abstract

The use of new media especially by millennials in Indonesia has more or less changed the value and order of society. One interesting phenomenon is the event volunteering activities in which the dissemination of information is conveyed through new media. Events volunteering are increasingly in demand by millennials, particularly when 2018 Asian Games which is the event with the highest number of volunteers in Indonesia were held. This research aims to determine event volunteering as part of millennials’ lifestyle, especially the 2018 Asian Games volunteers. This research uses a descriptive qualitative approach with a case study method. Data analyzed were obtained through interviews, observations, documentation studies and literature studies. Theories used in this research are communication theory, mass media, popular culture and lifestyle theory. The conclusion is event volunteering has become part of the millennials’ lifestyle which can be seen from the feelings, attitudes and opinions of millennials that are relatively positive for event volunteering activities. In addition, the existence of commercialization in event volunteering’s management is intended for the sake of public and event’s sponsor. However, commercialization is also often found on several organizing committees and millennials activists in event volunteering. Tingginya penggunaan media baru atau new media khususnya oleh kelompok milenial di Indonesia sedikit banyak telah mengubah nilai dan tatanan di masyarakat. Salah satu fenomena yang menarik untuk diteliti adalah kegiatan event volunteering yang penyebaran informasinya disampaikan melalui new media. Kegiatan event volunteering yang diminati oleh kelompok milenial yakni penyelenggaraan Asian Games 2018. Event olahraga ini merupakan event dengan jumlah volunteer terbanyak di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui event volunteering sebagai bagian dari gaya hidup kelompok milenial khususnya volunteer Asian Games 2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Data yang dianalisis diperoleh melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Teori yang digunakan adalah teori komunikasi, media massa, budaya populer dan gaya hidup. Penelitian ini menyimpulkan bahwa event volunteering telah menjadi bagian dari gaya hidup kelompok milenial ditinjau dari aspek perasaan, sikap dan opini kelompok milenial yang relatif positif terhadap kegiatan event volunteering. Selain itu ditemukan pula adanya komersialisasi dalam penyelenggaraan event volunteering yang ditujukan untuk kepentingan publik dan sponsor event. Namun tindakan komersialisasi juga kerap ditemui pada beberapa pihak panitia penyelenggara dan kelompok milenial penggiat event volunteering.
Studi Proses Pengungkapan Jati Diri Transeksual Fatinah Ghiyats; Suzy Azeharie
Koneksi Vol 1, No 2 (2017): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v1i2.2003

Abstract

Penelitian ini dibuat dengan maksud untuk mengetahui awal mula seseorang mengalami gangguan identitas gender, proses pengungkapan jati diri transeksual serta tanggapan masyarakat terhadap transeksual. Transeksual merupakan salah satu contoh penyimpangan dalam konteks gangguan identitas gender yang merasa dirinya berada di tubuh yang salah sehingga berperilaku seperti lawan jenis bahkan melakukan operasi penegasan kelamin. Pada awalnya seorang transeksual memilih untuk tertutup namun dengan penuh pertimbangan akhirnya seorang transeksual mulai membuka dirinya kepada masyarakat melalui komunikasi secara langsung dan tidak langsung seperti melalui media sosial. Sejumlah konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah gender, gangguan identitas gender, agama, transeksual, self disclosure, komunikasi, media Massa, framing dan aktualisasi diri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif secara deskriptif. Data yang dianalisis diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan empat narasumber. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa transeksual mengalami banyak pertimbangan sebelum dirinya memutuskan untuk membuka diri. Dukungan dan penerimaan dari keluarga sangat penting bagi kepercayaan diri transeksual sebelum membuka diri di hadapan publik meskipun terdapat banyak pro dan kontra dari pandangan agama dan masyarakat sosial.
Tatung Sebagai Budaya Masyarakat Tionghoa (Studi Komunikasi Ritual Tatung di Singkawang) Fitria Ferliana Suryadi; Suzy S. Azeharie
Koneksi Vol 4, No 1 (2020): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v4i1.6615

Abstract

This research is titled Tatung as a Cultural Part of the Chinese Community (Tatung Ritual Communication Study in Singkawang). The purpose of this study is  to determine Tatung which is considered by the Chinese community in Singkawang, as a culture and to know the ritual communication carried out by Tatung in Singkawang. Tatung is a person who is possessed by the spirit of Dewa to help the Chinese community in Singkawang who are in need, such as asking about their wedding date, health, career and future. This thesis uses ethnographic methods to describe and discover the hidden knowledge of a culture or community. This thesis uses descriptive qualitative methods. Research Data obtained from non participant observation on Tatung in Singkawang, semi-structured interview with one Key informant and three additional informant in Singkawang, library study and document study. The theory used in the study was the ritual communication of Eric W. Rothenbuhler stating that ritual communication is part of the use of symbols. Rituals are always identical to habits or routines. Ritual as a hereditary action, formal action and containing transcedental values. The conclusion of this research is Tatung is a cultural part of Singkawang because the Chinese people in Singkawang strongly believe in Tatung from generation to generation and the majority of Chinese in Singkawang Confucian religion. Penelitian ini mengangkat Tatung sebagai bagian dari budaya masyarakat Tionghoa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tatung yang dianggap oleh masyarakat Tionghoa di Singkawang sebagai budaya dan komunikasi ritual yang dilakukan oleh Tatung di Singkawang. Tatung merupakan orang yang dirasuki oleh roh dewa untuk membantu masyarakat Tionghoa yang membutuhkan, seperti menanyakan tanggal pernikahan, kesehatan, karir dan masa depan. Penelitian ini menggunakan metode etnografi untuk mendeskripsikan dan menemukan pengetahuan tersembunyi suatu budaya atau komunitas. Data penelitian diperoleh dari observasi non partisipan pada Tatung di Singkawang, wawancara semi terstruktur dengan satu key informan dan tiga informan tambahan di Singkawang, studi pustaka dan studi dokumen. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah komunikasi ritual dari Eric W. Rothenbuhler yang menyatakan bahwa komunikasi ritual merupakan bagian dari pemaknaan simbol. Ritual selalu identik dengan kebiasaan atau rutinitas. Ritual sebagai suatu aksi turun-temurun, aksi formal dan mengandung nilai-nilai transendental. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Tatung merupakan bagian budaya di Singkawang karena masyarakat Tionghoa di Singkawang sangat percaya terhadap Tatung dari generasi ke generasi dan mayoritas Tionghoa di Singkawang beragama Konghucu.
Studi Komunikasi Ekspatriat di Jakarta yang Menjadi Pelaku Budaya Rendy Reynaldo; Suzy Azeharie
Koneksi Vol 2, No 1 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v2i1.2443

Abstract

Ekspatriat yang menjadi pelaku budaya merupakan warga negara asing yang meninggalkan negara asalnya untuk pergi ke negara lain dan mempelajari kebudayaan di negara tersebut hingga menjadi pelaku budaya. Ekspatriat di Indonesia yang menjadi pelaku budaya pada awalnya tertarik dengan kebudayaan Indonesia karena keunikan dan beraneka ragam yang berbeda dengan negara lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ekspatriat menjadi pelaku budaya, kesulitan yang dialami mereka serta culture shock yang dialami ekspatriat sebagai pelaku budaya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori budaya, teori adaptasi dan teori culture shock. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus secara deskriptif. Data yang dianalisis diperoleh dari hasil wawancara dengan dua narasumber dan dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekspatriat menjadi pelaku budaya karena melihat secara langsung kebudayaan yang menarik dan unik di suatu daerah dan menjadi tertarik untuk mempelajarinya. Kesulitan yang dihadapi oleh ekspatriat yang menjadi pelaku budaya adalah hambatan komunikasi yang memiliki perbedaan bahasa. Faktor yang membuat ekspatriat menjadi pelaku budaya adalah kebudayaan Indonesia yang memiliki keunikan dilihat secara bentuk, suara dan latar belakang budaya tersebut yang tidak dimiliki oleh negara lain.
Komunikasi Interaksionisme Simbolik Antara Pekerja Tunarungu Dengan Tamu (Studi Komunikasi di Kafe Kopi Tuli Depok) Mailinda Mailinda; Suzy S. Azeharie
Koneksi Vol 2, No 2 (2018): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v2i2.3919

Abstract

Komunikasi interaksionisme simbolik yang berupa bahasa isyarat merupakan bentuk komunikasi tunarungu atau penyandang disabilitas tuli untuk memudahkan dalam menyampaikan pesan kepada orang lain dan berinteraksi dengan lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi interaksionisme simbolik antara pekerja tunarungu dengan tamu di kafe Kopi Tuli Depok dan untuk mengetahui cara pekerja tunarungu mengatasi kendala dalam berkomunikasi dengan tamu di kafe Kopi Tuli Depok. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, komunikasi antarpersonal dan komunikasi interaksionisme simbolik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif melalui pendekatan studi kasus secara deskriptif. Data yang dianalisis diperoleh dari hasil wawancara dengan empat narasumber. Penelitian ini menyimpulkan bahwa komunikasi interaksionisme simbolik antara pekerja tunarungu dengan tamu di kafe Kopi Tuli Depok merupakan bahasa isyarat sebagai bentuk komunikasi antara pekerja tunarungu dengan tamu dan membuat penyandang disabilitas tuli yang datang merasa nyaman dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Interaksi dengan isyarat merupakan simbol-simbol dalam menyampaikan pesan kepada orang lain. Pekerja tunarungu akan menjelaskan secara verbal ketika tamu tidak mengerti bahasa isyarat dan tidak bisa menggunakan bahasa isyarat. Tamu dapat langsung menunjuk gambar pada menu sesuai keinginan atau memberikan tulisan kepada pekerja tunarungu.
Perlawanan Mahasiswi Bercadar Sebagai Kelompok Bungkam Alma Syafiera; Suzy S. Azeharie
Koneksi Vol 4, No 1 (2020): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v4i1.6641

Abstract

Public oftenly stigmatized students who wear the veil. They are afraid of approaching them because the media depicted women with veils as terrorists. Therefore, women with veils categorized can be a mute group. This paper will see how the resistance a women wearing veil who joined the real organization named activities of the muslim student. The goals of this research is to find out how those students with veil as a resistance group against the dominant group in the campus environment. The theory used in the study is a mute group theory. The study uses case study methods with a qualitative descriptive approach to understand phenomenon about the behavior, perception and motivation of a person who is not negotiating. The research data was taken from a semi-structured interview with three key informants through documentation study and literature study. The conclusion of this themselves as well as channeling ideas, developing potential and their lack of confidence in the campus environment. They make their organization as a piece against the defection with open resistance such as following an external work program, campaign and channeling their potential. Closed resistance is done as a discussion between fellow members.  Mahasiswi yang menggunakan cadar umumnya mendapatkan stigmatisasi dari lingkungan sekitarnya. Orang-orang takut mendekati mereka karena pengaruh pemberitaan bahwa perempuan bercadar termasuk kategori kelompok radikal. Jumlah mahasiswi bercadar yang sedikit dalam lingkungan kampus dianggap sebagai kelompok bungkam. Penelitian ini akan meneliti bagaimana perlawanan yang dilakukan mahasiswi bercadar yang tergabung dalam organisasi kerohanian di tingkat universitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlawanan yang dilakukan mahasiswi bercadar sebagai kelompok bungkam terhadap kelompok dominan di lingkungan kampus. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok bungkam. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif deskriptif untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami seseorang seperti perilaku, persepsi dan motivasi yang tidak bersifat negosiasi. Data penelitian diperoleh dari wawancara semi terstruktur, pengamatan, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Kesimpulan penelitian ini adalah mahasiswi bercadar memiliki ruang terbatas dalam mengekspresikan diri, menyalurkan ide, mengembangkan potensi dan tidak memiliki kepercayaan diri di lingkungan kampus. Mereka menjadikan organisasi kerohanian yang mereka ikuti di kampus sebagai tempat melawan kebungkaman dengan perlawanan terbuka seperti mengikuti program kerja eksternal, kampanye dan menyalurkan potensi yang mereka miliki. Perlawanan tertutup yang dilakukan seperti berdiskusi antar sesama anggota.
Co-Authors Adinda, Sheren Aldo Aldo Alma Syafiera Anastasia Cahyadi Anastasia Putri Yuniarti Anastasya, Nikita Andilia, Marcella Andy Andy Antony Antony Audrey Andrea Hastan Aulia, Shabila Aureliya Ramadhanti Bernica Irnadianis Ifada Calvin Calvin Chang, Keith Prasethio Chaterine Setiawan Chintia Oktavia Christa, Vanessa Christina Derio, Calvin Dhea Marianti Elvina Marcella Wijaya Enjelly, Enjelly Eric Eric Erlina Sebastian Fatinah Ghiyats Femisyah, Jazzy Tiara Fenika Fenika Fernando, Luis Fitria Ferliana Suryadi Garry Rykiel Helena Helena, Helena Hutama, Victor Huwae, Marchantia Putri Nesya Ian Handani Indrawan, Sanrio Intan Puspitasari Irena, Lydia Irvan Andress Anthony Jeceline Jeceline Jessica Gunawan Jessica Halim Juandi Rusdianto Kambey, Alannys Zefanya Karn Bell Kezia Natalia Sjofjan Leonardo Leonardo Mailinda Mailinda Marcella, Shellie Margareth, Hanna Marlene Sandra Mckanzie, Yoel Mela Cristanty Melina Melina Michael Stefanus Micheal Micheal Mikael Rainer Anggiprana Monica Veronica Muhammad Adi Pribadi Muljono, Andreas Putra Nathania, Metta Nelly Nelly Nigar Pandrianto Nissi, Keizah Noho, Nabir I.B. Novalia Novalia Nurkholis Majid Nurul Khotimah Olivia Junifer Cendana Paramita, Sinta Prameswari, Darlyss Charolina Eva Ratna Sari Puspa Rendy Reynaldo Rezasyah, Teuku Rini Oktaviani Rizki Tanto Wijaya Rizkiana, Talenta Rocki Prasetya Suharso Sandinatha, Alvina Oeyta Shani Dwi Putri Sheren Millennia Wijaya Solagracia, Andreas Stella Sonia Stella Stella Sthevani, Kezia Sukendro, Gregorius Genep Susanto, Veren Tania Tania Theonaldy, Kriston Thommy Thorina, Jenifer Vanessa Junaidi Vanny Novella Vicktor Fadi Vimala Yanthi, Valencia Viona viona, Viona Wensi Wensi Wicaksono, Raihan Zahran Willen Tifvany Wilson Wilson Winardi Aldrian Winoto, Jessica Vallery Wiryana, Febiola Wulan Purnama Sari Yoedtadi, Muhammad Gafar Yola Nahria Mufida Yuliana Yuliana Zeny Zeny