cover
Contact Name
Dr. Abd. Manaf Tubaka, M.Si
Contact Email
lp2m@iainambon.ac.id
Phone
+6282248873689
Journal Mail Official
lp2m@iainambon.ac.id
Editorial Address
Jl. Dr. Tarmizi Taher, Kebun Cengkeh Batu Merah Atas, Kec. Sirimau Kota Ambon
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
DIALEKTIKA
ISSN : 18583679     EISSN : 2685791X     DOI : http://dx.doi.org/10.33477/dj.v12i2
Dialektika merupakan jurnal yang mengulas seputar Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial yang dikelolah oleh Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, serta diterbitkan melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon. Dialektika terbit berkala 2 edisi/tahun yakni pada bulan Juni dan Desember dan telah mendapatkan e-ISSN (Online) yang diterbitkan oleh LIPI dengan No. SK: SK no. 0005.2685791X/JI.3.1/SK.ISSN/2019.08 - 13 Agustus 2019 (mulai edisi Vol. 12, No.2, Juli-Desember 2019) dan p-ISSN (print) 1858-3679
Articles 105 Documents
Beragama Di Ruang Digital: Pergeseran Orientasi Dari Pemahaman Agama Ke Spirit Beragama Mustaqim Pabbajah; Hannani Hannani; Taufiq Hidayat Pabbajah; Deraman Deraman
DIALEKTIKA Vol 15, No 2 (2022): Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/da.v15i2.4028

Abstract

Digitalisasi agama telah mengakibatkan pergeseran beragama di tengah masyarakat. Hal itu tidak dapat terhindarkan akibat literasi agama dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat secara terbuka. Tulisan ini hendak menjelaskan pergeseran dari orientasi pemahaman agama ke spirit beragama masyarakat. Tulisan ini didasakan pada hasil pengamatan dengan pendekatan netnografi di media online dengan metode penelitian deskriptif qualitatif. Tulisan ini memperlihatkan bahwa pergeseran beragama masyarakat terjadi akibat tiga hal yaitu; literasi agama dapat dengan mudah diakses secara online, keinginan kuat masyarakt mempelejarai agama, dan merebaknya platform-platform yang berbasis agama. Dengan kondisi tersebut, pemahaman agama yang sejatinya menjadi orientasi utama dalam ajaran agama bergeser dalam wujud semangat beragama masyarakat. Studi ini menyarankan perlunya perhatian seksama agar semangat beragama dapat seiring sejalan dengan pemahaman agama yang esensial.
Skema Religius Sebagai Prediktor Terhadap Perilaku Toleransi Orang Ambon Muhammad Kashai Ramdhani Pelupessy
DIALEKTIKA Vol 15, No 2 (2022): Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/da.v15i2.4033

Abstract

Toleransi merupakan isu yang akan terus hangat dibicarakan para ahli. Studi terbaru menunjukkan bahwa skema religius sangat kuat mempengaruhi perilaku toleransi individu yang secara positif berdampak pada situasi harmoni ditengah keberagaman. Meskipun demikian, sejauh ini studi tersebut masih minim direplikasi pada orang Ambon, Maluku. Olehnya itu, penelitian kuantitatif ini berusaha membuktikan sekaligus menjelaskan skema religius sebagai prediktor terhadap perilaku toleransi orang Ambon. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 66 orang, rata-rata usia (29 tahun) dan (Kristen = 25,8%; Islam = 74,2%). Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa skema religius sangat kuat memprediksi perilaku toleransi orang Ambon adalah p = 0,000 (p<0,05). Selain itu, kontribusi skema religius terhadap perilaku toleransi sebesar 21,4%. Artinya, ada sekitar 78,6% lainnya bahwa perilaku toleransi dipengaruhi variabel psikologis lain seperti empati, kerendahan hati intelektual, dan dukungan pemberian hak kepada orang lain. Skema religius bisa mempengaruhi perilaku toleransi pada responden orang Ambon karena distimulasi oleh pengaruh budaya lokal seperti pela dan masohi. Studi ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi para pengambil kebijakan untuk lebih memperhatikan urgensi pembentukan skema religius melalui upaya melestarikan budaya lokal sehingga berdampak pada perilaku toleransi masyarakat. Studi ini masih memiliki keterbatasan yakni melibatkan sampel dalam jumlah terbatas sehingga studi selanjutnya perlu mempertimbangkan menggunakan sampel dalam jumlah lebih besar sehingga prediksi skema religius terhadap perilaku toleransi dapat digeneralisir ke sejumlah populasi. Olehnya itu, keterbatasan ini bisa menjadi rekomendasi bagi peneliti selanjutnya.
Privatisasi Agama di Kalangan Muda Muslim Pada Era Disrupsi Abdurrahman Alauddin; Lale Yomi Safitri; Hasse Jubba
DIALEKTIKA Vol 15, No 2 (2022): Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/da.v15i2.4029

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi privatisasi yang terjadi di kalangan pemuda muslim di era disrupsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix methode atau metode campuran. Data yang digunakan sebagai dasar analisis menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner berupa pertanyaan tertutup dan terbuka kepada 100 responden. Data sekunder dalam penelitian ini dari literatur yang berasal dari jurnal-jurnal penelitian sebelumnya, website resmi serta buku-buku yang terkait. Penelitian ini menemukan bahwa privatisasi keagamaan kaum muda di era disrupsi diwujudkan dalam tiga bentuk identitas keagamaan: eksklusivisme, partikularisme, dan primordialisme. Manifestasi ini disebabkan akutnya akses media sosial bagi pemuda Muslim dan kebenaran konten media yang mereka akses tidak dapat dipertanggungjawabkan, sehingga mereka memiliki pemikiran sendiri tentang paham keagamaan, dan privatisasi ini dapat memicu intoleransi dan radikalisme beragama.
Pandemi Covid-19 Mengungkapkan Peran Non-Manusia Dalam Tradisi Silaturahmi Ode Zulkarnain Sahji Tihurua
DIALEKTIKA Vol 15, No 2 (2022): Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/da.v15i2.4030

Abstract

Pandemic covid-19 telah mengungkapkan pentingnya peran non-manusia dalam kehidupan kita (baca: manusia), termasuk dalam menciptakan atau merubah tradisi yang kita pegang sejak lama. Artikel ini mengkaji tradisi “Jalan Awat” yang dilakukan masyarakat Geser pada tanggal 2 dan tanggal 3 setiap bulan Syawal (hari kedua dan ketiga hari raya Idul Fitri) di Era Pandemi Covid-19. Tradisi jalan awat merupakan tradisi silaturahmi yang banyak dipraktekan oleh berbagai kebudayaan di Indonesia. Temuan penelitian ini mengungkapkan bagaimana satu entitas non-manusia (baca: covid-19) yang ukurannya sangat mikro mampu merubah tradisi silaturahmi suatu masyarakat yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun. Tulisan ini menggunakan konsep “entanglements” dari Anna L. Tsing dan konsep “konstruksi budaya lingkungan” dari Roy Ellen untuk menjelaskan bagaimana keterlibatan non-manusia dalam kehidupan bersama dengan manusia dalam pembentukan dan perubahan tradisi silaturahmi. Artikel ini juga menemukan model silaturahmi yang khas pada tradisi jalan awat yang disebut sebagai “silaturahmi kolektif”. Artikel ini merupakan hasil penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis di desa Geser pada idul fitri tahun 2020 dan tahun 2021.
Moderasi Beragama dalam Bingkai Kearifan Lokal: Praktik moderasi Beragama Masyarakat Adat Pulau Misool Papua Barat Daya Indria Nur; Hasse Juba; Sudirman Sudirman
DIALEKTIKA Vol 16, No 1 (2023): (Edisi Juni) Kajian Masyarakat Adat dan Moderasi Beragama
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/da.v16i1.5261

Abstract

Religious moderation within the framework of local wisdom is practiced by the indigenous people of the island of Misool Raja Ampat, Southwest Papua. This can be seen in every community activity that always prioritizes mutual respect between religions. This paper describes the practice of religious moderation carried out by the people of Raja Ampat's Misool Island. This research is based on phenomenological research by looking directly at people's lives with a qualitative approach research method. This research shows that the people of the Misool island in their daily life really uphold the value of religious moderation. This can be seen in several traditional parties or religious activities. The people of Misool Island always prioritize harmony and togetherness regardless of religious background and religious affiliation. Religious traditions that have been practiced since ancient times are still the main pattern in maintaining togetherness and peace. So that with strong moderation, people will have a strong emotional relationship with each other. Moreover, the tribes are dominated by indigenous Papuan people. So that this research can be used as an example of moderation literacy based on local wisdom.
Injustice Management of Adat Land: Learn from Maranfenfen in Aru Selvone Christin Pattiserlihun; Mustaqim Pabbajah; Ratri Nurina Widyanti
DIALEKTIKA Vol 16, No 1 (2023): (Edisi Juni) Kajian Masyarakat Adat dan Moderasi Beragama
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/da.v16i1.5397

Abstract

The issue of Adat (customary) land management carried out by the government as a ruler of indigenous peoples in the world is not a new thing to be discussed. Many phenomena of Adat land management deviate from human rights. This problem occurs because indigenous peoples still lack knowledge about laws and rights to Adat land. The State has strong control to regulate and take rights over all forms of natural wealth in Indonesia, including land because it is stated in the UUD NKRI 1945, Article 33 point 3 "earth and water and the natural resources contained therein are controlled by the state and used for the greatest prosperity of the people." This paper aims to discuss injustice in Adat land management as the rights of the indigenous peoples in Marafenfen, Aru Islands, Maluku province, which the government seized through one of the government agencies in the field of national defense (TNI-AL). This issue proves that the rights of indigenous peoples to Adat lands are still unfair, especially in Indonesia.
Analisis Persekutuan Masyarakat Budaya Adat Lio Dari Aspek Nilai Kekerabatan Desa Detubinga Kecamatan Tanawawo Kabupaten Sikka Yulius Dea
DIALEKTIKA Vol 16, No 1 (2023): (Edisi Juni) Kajian Masyarakat Adat dan Moderasi Beragama
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/da.v16i1.5031

Abstract

Yulius Dea. Analysis of the Alliance of the Lio Indigenous Cultural Community from the Aspect of Kinship Values in Detubinga Village, Tanawawo District, Sikka Regency. Thesis. Maumere: Social Sciences and Humanities Education. IKIP Muhammadiyah Maumere. Culture is one of the characteristics of Indonesian society. Through culture each person understands and recognizes the culture they have. This is imprinted in the Lio indigenous cultural community. Where the Lio indigenous people are still very strong with their culture and cultural diversity as in the analysis of the Lio traditional cultural alliance examined from the point of view of kinship. In general and in particular the Lio indigenous people still maintain kinship as a very, very meaningful heritage. This is based on the results of research and interviews. Where the author in his research has found that among the indigenous people of Lio they still have a kinship pattern as inherited from their ancestors. In addition, researchers have found that the Lio indigenous people have long built alliances to forge togetherness in living together.Keywors: Lio custom, fellowship and kinship
Peran Komunikasi Pela Gandong Dalam Menjaga Keharmonisan Masyarakat Maluku Wabaluwu, Lulu; Rifa'i, Akhmad; Tuanany, Nurlaila
DIALEKTIKA Vol. 16 No. 2 (2023): Kearifan Lokal dan Pemikiran Islam
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/da.v16i2.5843

Abstract

Masyarakat Maluku diyakini telah memiliki pranata sosial budaya yang cukup baik, yang disebut Pela Gandong yang bercorak sosio genealogis. Penelitian yang berjudul peran komunikasi pela Gandong dalam menjaga keharmonisan masyrakat Maluku bertujuan  untuk mengetahui dan menganalisa peran komunikasi pela Gandong dalam tradisi masyarakat Maluku. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif kepustakaan(penelitian literatur) dengan menggunakan data dari berbagai referensi, baik primer maupun sekunder, data dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi, yaitu membaca (readeng text, mengkaji, mempelajari dan mencatat literatur yang berkaitan dengan isu yang di bahas. Berdasarkan hasil temuan dapat disimpulkan bahwa Pela Gandong adalah suatu ikatan persatuan dan saling mengangkat saudara walaupun tidak ada ikatan darah dan cara penyelesaian konflik yang terjadi di Maluku diselesaikan dengan memberikan porsi bagi petua adat untuk bermediasi dan berkomunikasi menyelesaikan konflik tersebut, hasil kesepakatan penyelesaian konflik melalui pranata dan petua adat memiliki kekuatan yang mengikat bagi kelompok masyarakat yang terlibat dalam konflik.
The Existence Of Tabaus Tradition As Traditional Channel In Buano Society, Maluku Sukmawati, Lilis; Tuhuteru, Ajuan
DIALEKTIKA Vol. 16 No. 2 (2023): Kearifan Lokal dan Pemikiran Islam
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/da.v16i2.6444

Abstract

Tradition is a self-identity that must be maintained as a characteristic of an indigenous people, therefore certain efforts need to be made to preserve this tradition. This study aims to explore the supporting factors of Tabaus as a traditional communication channel in disseminating information. This study uses a qualitative descriptive research method. Data obtained through observation, interviews and documentation. As for the determination of informants carried out by purposive sampling technique.Furthermore, the research results obtained in this study indicate that the efforts of the people of North Buano State in maintaining Tabaus as a traditional communication channel in society for several reasons, namely the Tabaus Tradition is the result of the thoughts of predecessors who have an important role in the social life of society, Tabaus is a cultural heritage that is must be preserved, and the construction of community reality that builds confidence to maintain tradition because of the philosophy of life for the community when carrying out this tradition. Tabaus is not only a channel for conveying information, but as a key tradition for the continuation of information and social balancing for the people of the country which consists of 30 clans or families. 
Urgensi Hukum Responsif Di Masa Pandemi Rumalutur, Muhammad; Ipaloat, Muhamad
DIALEKTIKA Vol. 14 No. 1 (2021): Perubahan Sosial dan Gerakan Islam di Era Milineal
Publisher : IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/da.v14i1.6459

Abstract

This article wants to examine the phenomenon of public disobedience to various government policies in preventing the spread of covid-19. The author is of the view that this non-compliance should be answered by the government by using a responsive legal model in handling COVID-19. This article departs from the responsive legal theory proposed by Philipe Nonet and Philip Selznick. With responsive legal theory, we can see that public disobedience gives the message that the legal model used by the government in dealing with COVID-19 is largely autonomous and repressive law. This study uses a sociology of law approach with empirical legal research methods. In addition to searching documents both offline and online, we also use direct observation in data collection. This observation was carried out in Maluku.

Page 9 of 11 | Total Record : 105