cover
Contact Name
Titik Respati
Contact Email
jiks.unisba@gmail.com
Phone
081312135687
Journal Mail Official
jiks.unisba@gmail.com
Editorial Address
Jalan Hariangbanga No. 2, Tamansari, Bandung 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
ISSN : "_"     EISSN : 26568438     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) adalah jurnal yang memublikasikan artikel ilmiah kedokteran dan kesehatan yang terbit setiap 6 (enam) bulan. Artikel berupa penelitian asli, laporan kasus, studi kasus, dan kajian pustaka yang perlu disebarluaskan dan ditulis dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) ini merupakan salah satu jurnal yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (Unisba) selain Global Medical & Health Communication yang telah bereputasi nasional dan internasional.
Articles 211 Documents
Perilaku Orangtua Siswa Sekolah Dasar Sigaranten Sukabumi dalam Penanganan Infestasi Kutu Kepala Ratna Dewi Indi Astuti; Intan Aulia
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i2.4692

Abstract

Anak usia sekolah dasar masih banyak yang terinfestasi kutu kepala (Pediculosis capitis) saat ini. Infestasi kutu kepala ini menimbulkan rasa gatal yang dapat berkembang menjadi infeksi sekunder dan gangguan tidur, belajar, maupun sosial. Beragam upaya pengobatan dilakukan di masyarakat dan hingga saat ini belum ada pedoman tetap dalam menangani infestasi kutu kepala. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku masyarakat dalam menangani infestasi kutu kepala dan hasil perilaku tersebut yang dilihat dari angka kejadian infestasi kutu kepala. Penyebaran kuesioner mengenai perilaku pengobatan infestasi kutu kepala pada masyarakat dilakukan pada 69 orangtua siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Sigaranten Sukabumi pada bulan Juni 2018. Kejadian infestasi kutu kepala pada siswa didapatkan dengan pemeriksaan rambut dan kulit kepala selama 5 menit setelah mendapat persetujuan orangtua siswa. Pada penelitian ini didapatkan 38 siswa yang terinfestasi kutu kepala (55%). Sebagian besar orangtua melakukan pengobatan infestasi kutu kepala pada anaknya dengan cara menyerit (64%). Tidak ada perbedaan bermakna perilaku penanganan infestasi dengan menyerit, menggunakan obat kutu, dan pengambilan kutu manual berupa kejadian infestasi kutu kepala pada siswa (p=0,054). Simpulan, perilaku pengobatan kutu kepala oleh orangtua pada anaknya sebagian besar belum efektif karena 55% siswa masih terinfestasi kutu kepala. BEHAVIOR OF PARENTS OF SUKABUMI SAGARANTEN PRIMARY SCHOOL STUDENTS IN HANDLING HEAD LICE INFESTATIONThere are still many primary school-age children who are infested with head lice (Pediculosis capitis). Head lice infestations cause itching which can develop into secondary infections and sleep, learning and social disorders. There are various efforts for treating head lice infestation in the community and until now there is no guideline treatment for head lice infestations. This study aims to analyze the behavior of people in treating the head lice infestations and the result as seen from the incidence of head lice infestations. The questionnaire regarding the behavior of head lice infestation treatment in the community was carried out on 69 parents of 5th grade students of Sigaranten Sukabumi Elementary School in June 2018. The incidence of head lice infestation in students was obtained by examining hair and scalp for 5 minutes after parents’ approval. In this study 38 students were infected with head lice (55%). The most parents treated head lice infestations by combing (64%). There were no significant differences in behavior of treating head lice by comb, pediculocid, and manual removal to the incidence of head lice infestation in students (p = 0.054). In conclusion, the behavior of head lice treatment by parents to their children is ineffective because 55% of students are still infested with head lice.
Karakteristik Nevus Pigmentosus berdasar atas Gambaran Histopatologi di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Ennok Nisa Islamiati; Siska Nia Irasanti; Mia Kusmiati; Deis Hikmawati; Ismet Muchtar Nur
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4327

Abstract

Nevus pigmentosus (NP) merupakan lesi melanositik jinak yang paling umum, puncaknya pada usia 25 sampai 26 tahun. Faktor yang memengaruhinya di antaranya penuaan, pubertas, kehamilan, penggunaan kortikosteroid sistemik, faktor genetik, lingkungan, usia, dan jenis kelamin. Tujuan penelitian ini mengetahui karakteristik pasien NP berdasar atas gambaran histopatologi di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross-sectional menggunakan metode pengambilan sampel berupa total sampling. Data yang digunakan berupa data sekunder dari rekam medis periode 2012−2017 dan didapatkan data berjumlah 48 rekam medis. Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Exel tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi tertinggi NP terdapat pada usia 25−45 tahun sebanyak 23 kasus (48%), NP lebih sering terjadi pada perempuan dibanding dengan laki-laki, nevus intradermal dengan jumlah 38 kasus (79%), dan regio kepala dengan frekuensi 39 kasus (81%). Perkembangan NP pada usia dewasa dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan di antaranya paparan sinar matahari, sering melakukan aktivitas di luar lingkungan, dan kurang penggunaan sunblock. Efek paparan sinar matahari secara langsung dapat menyebabkan proses melanogensis melalui aktivasi tirosinase akibat teraktivasinya protein kinase C. Simpulan penelitian ini menunjukkan frekuensi tertinggi NP terdapat pada usia 25−45 tahun dengan perbandingan perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, serta gambaran histopatologi yang terbanyak adalah nevus intradermal yang berlokasi di regio kepala. THE CHARACTERISTIC OF NEVUS PIGMENTOSUS BASED ON HISTOPATOLOGICAL FEATURES IN AL-ISLAM HOSPITAL BANDUNGNevus pigmentosus (NP) is the most common benign melanocytic lesion and peak at 25 to 26 years of age. The factors that influence NP is included aging, puberty, pregnancy, the used of systemic corticosteroid, genetic factors, environment, age, and gender. The purpose of this study was to describe the characteristics of NP patients based on histopathological features at Al-Islam Hospital Bandung. This study used a cross-sectional descriptive method using a total sampling method to collect the samples. The data used in this study is a secondary data from medical records 2012−2017 and obtained 48 medical records. Data processed by using the Microsoft Excel program 2011. The results showed that the highest frequency of NP occurred at the age of 25−45 years as many as 23 cases (48%), NP is more common in women rather than men, nevus  intradermal with 38 cases (79%), and the head region with a frequency of 39 cases (81%). The progression of NP in adult can be caused by several possibilities including sun exposure, frequent activities outside the environment and lack use of sunblock. The effects of direct sunlight exposure can cause the melanogenesis process through activation of tyrosinase due to activation of protein kinase C. The conclusions in this study showed that the highest frequency of NP is found at the age of 25−45 years old with a ratio of women is more than men, and the highest number of the histopathological features is intradermal nevus located in the head region.
Kadar Interleukin (IL) 17 dan Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) Serum Pasien DA Fase Akut Dibanding dengan Fase Kronik Mia Yasmina Andarini; Oki Suwarsa; Hendra Gunawan
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.5602

Abstract

Sitokin sel T helper (Th)2 lebih berperan dalam patogenesis dermatitis atopik (DA) fase akut, sedangkan sitokin sel Th1 pada fase kronik. Patogenesis DA dipengaruhi pula oleh interleukin (IL)-17 yang dihasilkan sel Th17, sel Th1, sel Th2, dan sel B. Ekspresi IL-17 meningkat pada lesi kulit DA fase akut dibanding dengan fase kronik. Tumor necrosis factor-α (TNF-α) merupakan sitokin proinflamasi yang dapat dihasilkan sel Th1 dan Th17. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar IL-17 dan TNF-α serum pasien DA fase akut dibanding dengan fase kronik. Penelitian dilaksanakan periode Januari–Februari 2013 di Poliklinik Alergi dan Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian klinis secara potong lintang berdasar atas studi analitik observasional. Subjek penelitian berjumlah 31 pasien, terdiri atas 15 pasien DA fase akut dan 16 fase kronik yang didapatkan melalui consecutive sampling. Terhadap subjek penelitian dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan diagnosis ditegakkan sesuai dengan kriteria Hanifin dan Rajka, kemudian dilakukan pengambilan serum untuk pemeriksaan IL-17 dan TNF-α. Hasil penelitian memperlihatkan kadar IL-17 dan TNF-α serum pasien DA fase akut secara berurutan adalah 16,50 pg/mL dan 7,70 pg/mL, sedangkan pada fase kronik secara berurutan adalah 14,84 pg/mL dan 7,69 pg/mL. Berdasar atas uji beda kadar IL-17 dan TNF-α pada fase akut dan fase kronik  (p >0,05). Simpulan, kadar IL-17 dan TNF-α serum pasien DA fase akut tidak berbeda dibanding dengan fase kronik. COMPARISON OF INTERLEUKIN (IL) AND NECROSE TUMOR FACTOR LEVEL SERUM ON CHRONIC AND ACUTE PHASE OF DA PATIENTST helper (Th)2 cytokines have an essential role in the pathogenesis of acute-phase atopic dermatitis (AD). Meanwhile, Th1 cytokines in chronic phase. Pathogenesis of AD is also affected by interleukin (IL)-17 produced by Th17, Th1, Th2, and B cells. The expression of IL-17 increased in the acute phase compared to chronic phase of skin lesion of AD. Tumor necrosis factor-α (TNF-α) is a proinflammatory cytokines that can be produced by Th1 and Th17 cells. This study aims to evaluate the IL-17 and TNF-α in serum level from acute compared to chronic phase of AD patients. This study was conducted from January-February 2013 in the Allergy and Immunology Clinic, Department of Dermatovenereology, Hasan Sadikin General Hospital Bandung. This was a clinical study with observational analytical and cross-sectional design. Subjects were 31 AD patients, consisted of 15 acute and 16 chronic phases of AD patients, and obtained through consecutive sampling. The subjects underwent history taking, physical examination, and were diagnosed based on Hanifin and Rajka criteria. The serum was taken to measure IL-17 and TNF-α levels. This study showed that the IL-17 and TNF-α serum level in the acute phase of AD were 16.50 pg/mL and 7.70 pg/mL, respectively, meanwhile in chronic phase of AD were 14.84 pg/mL and 7.69 pg/mL, respectively. The analysis of IL-17 and TNF-α serum level in acute and chronic phase of AD do not differ statistically (p >0.05). In conclusion, there is no difference of IL-17 and TNF-α serum level in the acute compared to chronic phase AD patients.
Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome pada Karyawan Pengguna Komputer di Bank BJB Cabang Subang Kintan Nafasa; Yuniarti Yuniarti; Nurdjaman Nurimaba; Cice Tresnasari; Caecielia Wagiono
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4319

Abstract

Insidensi kejadian carpal tunnel syndrome (CTS) 3,8% di dunia dan insidensi lebih tinggi pada individu yang pekerjaannya memerlukan fleksi atau ekstensi jari berulang dalam waktu yang lama seperti karyawan bank. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara masa kerja dan keluhan CTS pada karyawan Bank BJB Cabang Subang yang bekerja menggunakan komputer. Penelitian ini pendekatan potong lintang dan instrumen pengumpulan data menggunakan Boston Carpal Tunnel Syndrome Questionnaire. Sampel adalah 54 karyawan Bank BJB Cabang Subang yang menggunakan komputer. Kriteria inklusi adalah perempuan dan laki-laki berusia ≥24 tahun, menggunakan komputer pada saat bekerja, serta tidak memiliki riwayat diabetes melitus dan artritis reumatoid. Kriteria eksklusi, yaitu memiliki masa kerja kurang dari satu tahun, memiliki riwayat trauma tangan atau pergelangan tangan, sedang hamil, atau telah menopause.  Analisis data dilakukan dengan Uji Eksak Fisher dan didapatkan p=0,000 (<0,05) terdapat hubungan signifikan masa kerja dengan keluhan CTS pada karyawan Bank BJB Cabang Subang yang menggunakan komputer. Kelompok yang memiliki masa kerja ≥4 tahun memiliki proporsi CTS lebih besar dibanding dengan kelompok yang memiliki masa kerja <4 tahun. Semakin lama masa kerja maka semakin tinggi risiko CTS  karena terjadi gerakan berulang pada jari tangan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan kompresi pada jaringan sekitar carpal tunnel. RELATIONSHIP BETWEEN WORK PERIOD TO COMPLAINTS OF CARPAL TUNNEL SYNDROME ON EMPLOYEES AT BANK BJB SUBANG WORKING USING COMPUTERIncidence rates of carpal tunnel syndrome (CTS) 3.8% in the world. CTS incidence rates are higher in individuals whose jobs require long-term flexion or extension of fingers, such as bank employees. This study aimed to analyze the relationship between work period to complaints of CTS on employees at Bank BJB Subang working using computer. This research cross sectional approach and data collection using Boston Carpal Tunnel Syndrome Questionnaire. The target population of this research was all employees of Bank BJB Subang, while its accessible population was all employees of Bank BJB Subang that use computer. Samples were 54 employees at Bank BJB Subang is working on computer. Inclusion criteria was women and men aged ≥24 years who used the computer at work and had no history of diabetes mellitus and rheumatoid arthritis, while the exclusion criteria are those who has work period less than a year, history of hand or wrist injury, pregnant or menopause. Technique of data processing and data analysis conducted by statistical test Fisher’s exact test meaningful results is p-value = 0.000 (<0.05) thus there was a significant relationship between work period of complaints CTS on Employees at Bank BJB Subang Working Using Computer, which in the group who had working period more than four years had a higher proportion of CTS than the group with the working period less than four years. Risk of CTS will be higher for those who is working for a long period, because of repetitive movements of the fingers continuously for long periods of time can cause compression on the tissue around the carpal tunnel.
Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Mioma Uteri di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 Neneng Sri Meilani; Ferry Achmad Firdaus Mansoer; Ismet Muchtar Nur; Dadi S. Argadiredja; Hidayat Widjajanegara
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.4346

Abstract

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos rahim yang paling umum terjadi pada wanita. Kejadian mioma uteri di dunia ditemukan sebesar 20–35% dan di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39–11,7% pada semua pasien ginekologi yang dirawat di RSUD Al-Ihsan Bandung Jawa Barat periode Mei–Juni 2018. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan usia dan paritas dengan kejadian mioma uteri. Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel  dalam penelitian ini didapatkan 84 sampel yang terdiri atas 42 sampel yang didiagnosis mioma uteri dan 42 sampel yang tidak didiagnosis mioma uteri. Data didapatkan dari catatan rekam medik pasien yang dirawat periode tahun 2017 yang kemudian dianalisis secara uivariat dan bivariat. Dari hasil penelitian insidensi mioma uteri, paling banyak terjadi pada paritas nulipara, yaitu sebanyak 62% dan pada usia lebih dari 30 tahun 56%. Hasil uji statistik menggunakan chi square test didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia dan kejadian mioma uteri (p=0,0150) dan status paritas dengan kejadian mioma uteri (p = 0,035). Simpulan penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan usia dan paritas dengan kejadian mioma uteri. THE RELATIONSHIP 0F AGE AND PARITY WITH INCIDENCE OF UTERINE MYOMA IN RSUD AL-IHSAN PROVINCE WEST JAVA YEAR 2017 Uterine myoma is a benign smooth muscle tumor of the uterus which most often occurs in women. The incidence of uterine myoma in the world was found 20–35% and in Indonesia uterine myoma was found 2.39–11.7% in all gynecological patients treated. This study aims to determine the relationship between age and parity with the incidence of uterine myoma in RSUD Al-Ihsan Province West Java during May–June 2017. This research used analytical observation method with cross sectional approach design. The sample in this study obtained 84 samples consisting of 42 samples diagnosed with uterine myoma and 42 samples that were not diagnosed with uterine myoma. Data were obtained from patient’s medical records, then analyzed by uivariate and bivariate analysis. From the results of the study about uterine myoma incidence, that the most occur in nullipara parity as many as 62% and at the age of more than 30 years 56%. The results of statistical tests used chi square test showed that there was a significant relationship between age and the incidence of uterine myoma (p=0.015) and for parity status with the incidence of uterine myoma also had a significant relationship (p=0.0350). Conclusion, this study proves that there is a relationship between age and parity with the incidence of uterine myoma.
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Asupan Gizi tidak Berhubungan dengan Derajat Stunting pada Balita Yolanda Azhari Sahroni; Siti Annisa Devi Trusda; Nurul Romadhona
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i2.5870

Abstract

Stunting merupakan kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek apabila dibanding dengan tinggi badan orang lain seusianya. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap stunting adalah pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi. Pengetahuan ibu terhadap gizi akan menentukan kualitas asupan makanan anak yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang asupan gizi dengan derajat stunting pada balita di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Metode penelitian ini berupa analitik dengan pendekatan cross-sectional study kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu wilayah Puskesmas Cihideung Kota Tasikmalaya dan home visit pada bulan Agustus–September 2019. Sampel pada penelitian ini, yaitu 85 ibu yang memiliki anak stunting. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini adalah ibu dengan tingkat pengetahuan baik memiliki anak berstatus pendek sebesar 49%, dan sebanyak 34,1% anak berstatus sangat pendek. Berdasar atas hasil perhitungan chi-square menunjukkan nilai p=0,075. Simpulan penelitian, tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang asupan gizi dan derajat stunting pada balita. MOTHER'S LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT NUTRITIONAL INTAKE IS NOT RELATED WITH DEGREE OF STUNTING IN TODDLERSStunting is a condition where the person’s height is shorter compared to his or her peers’ height at the same age. One factor which influences the stunting is maternal knowledge about health and nutrition. Maternal knowledge about nutrition will determine the quality of children’s food intake, which in turn affects growth and development. This study aimed to find out the correlation between maternal knowledge about nutritional intake and stunting level towards under-five years old children in Cihideung, Tasikmalaya City. The study method was analytic with a quantitative cross-sectional study approach. This research was conducted in Posyandu Cihideung Public Health Centre, Tasikmalaya City, and home visit, in August–September 2019. The research sample was 85 mothers who had stunting children. They were chosen by purposive sampling technique. The questioner was used for collecting the data. Afterward, the data were analyzed by using the chi-square test at a 95% confidence level. The result of the study was, the well knowledgeable mother had 49% of short status children and 34.1% of undersized status children. The chi- square calculation results showed a value of p=0.075. The conclusion of the study, there is not any relationship between these variables, the levels of maternal knowledge about nutrition to stunting level towards under-five years old children.
Kondisi Psikologi, Sosial, dan Spiritual pada Orang dengan HIV/AIDS Selama Pengobatan Antiretroviral di Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bogor Tahun 2019 Ervan Meidan Ariatama; Titik Respati; Eka Nurhayati
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i2.5601

Abstract

Penyakit HIV/AIDS selain mengakibatkan dampak kesehatan dapat juga mengakibatkan dampak negatif terhadap psikologi, sosial, dan spiritual pada kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Antiretroviral (ARV) merupakan obat penghambat proses replikasi HIV yang merupakan solusi untuk meningkatkan kualitas hidup dan harapan hidup penderita. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan kondisi psikologi, sosial, dan spiritual ODHA selama menjalani pengobatan ARV di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bogor periode bulan Agustus–September 2019. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Data diambil menggunakan kuesioner World Health Organization Quality of Life-HIV Instrument (WHOQOL-HIV Instrument) yang terdiri atas 120 pertanyaan dan terbagi menjadi 6 domain (psikologi, sosial, spiritual, fisik, lingkungan hidup, dan tingkat kebebasan). Pada penelitian ini hanya diambil 3 domain, yaitu psikologi, sosial, dan spiritual dengan jumlah pertanyaan 52 butir yang dibagikan kepada 80 responden dan dilaksanakan selama bulan Agustus sampai bulan September 2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan non-probability sampling jenis consecutive sampling berdasar atas rumus besar estimasi proporsi dengan presisi absolut. Hasil menunjukkan mayoritas kondisi psikologi, sosial, dan spiritual ODHA selama pengobatan antiretroviral di KPA Kota Bogor tahun 2019 dalam kondisi baik dengan persentase kondisi psikologi 96%, sosial 99%, dan spiritual 70%. Simpulan penelitian ini adalah kondisi psikologi, sosial, dan spiritual pada ODHA di Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bogor tahun 2019 mayoritas dalam kondisi baik, walaupun kondisi spiritual ODHA masih terdapat hasil kurang baik. PSYCHOLOGICAL, SOCIAL, AND SPIRITUAL CONDITIONS IN PEOPLE LIVING WITH HIV/AIDS DURING ANTIRETROVIRAL TREATMENT AT THE AIDS PREVENTION COMMISSION AT BOGOR CITY IN 2019Apart from having an impact on health, HIV/AIDS can also have a negative psychological, social, and spiritual impact on people living with HIV/AIDS (PLWHA). Antiretroviral (ARV) as drugs that inhibits the process of replication of HIV, which is a solution to improve the quality of life and life expectancy of patients. The purpose of this study was to describe the psychological, social, and spiritual conditions of PLWHA during ARV treatment at the AIDS Prevention Commission in Bogor City in August to September 2019. The study was a cross-sectional study. The research material consisted of primary data taken using the World Health Organization-Quality Instrument HIV questionnaire (WHOQOL-HIV Instrument) consisting of 120 questions and divided into six domains (psychological, social, spiritual, physical, environment, degree of freedom). However, in this study, only three domains studied, which are psychological, social, and spiritual, with 52 questions and then distributed to 80 respondents and carried out from August to September. The sampling technique uses non-probability sampling type consecutive sampling based on large formula of proportion estimation with absolute precision. Results showed the psychological, social, and spiritual condition of PLWHA during antiretroviral treatment at the Bogor City AIDS Commission in 2019 shows a good condition. The majority of good psychological, social, and spiritual domain experienced by 96%, 99%, and 70% of respondents, respectively. The conclusion of this research is the psychological, social, and spiritual conditions of PLWHA in the Bogor AIDS prevention commission in 2019 in the good conditions, even though there was a spiritual condition of ODHA that was still not good.
Systematical Review : Pengaruh Olahraga Sepeda terhadap Penurunan Berat Badan Pada Dewasa Muda Aulia Rahma; Devy Claudia; Fajar Awalia Yulianto; Nurul Romadhona
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i1.7427

Abstract

Kelebihan berat badan menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia karena hal ini dapat menyebabkan sindrom metabolik hingga mengarah pada kematian. Kelebihan berat badan dapat diatasi dengan berbagai cara dengan salah satunya olahraga. Akhir-akhir ini bersepeda menjadi aktivitas olahraga yang banyak digemari di era modern. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah olahraga bersepeda dapat memengaruhi penurunan berat badan pada dewasa muda. Penelitian ini menggunakan metode systematical review. Database yang digunakan, yaitu Pubmed dan ProQuest dengan kata kunci “bicycling”, “weight loss”, “body weight change” dan “adult”. PICOS pada penelitian ini, yaitu Populasi (dewasa muda), Intervensi (olahraga sepeda), Outcome (penurunan berat badan), Study (Randomized Control Trial dan Clinical trial). Jumlah jurnal yang didapat dari dua database yaitu 79 jurnal, kemudian dilakukan screening hingga didapatkan 3 jurnal. Jurnal ini diambil dari tahun 2010‒2020. Hasil penelitian ini menunjukkan dua artikel dari tiga artikel yang diperoleh bahwa olahraga bersepeda berpengaruh terhadap penurunan berat badan. Durasi bersepeda selama 30‒55 menit dengan frekuensi tiga sampai lima kali dalam seminggu dengan intensitas sedang dan pengendalian asupan makanan dapat menurunkan berat badan. The Effect of Bicycle Exercise on Weight Loss in Young Adults: Systematical ReviewBeing overweight is a serious health problem in the world because it can lead to metabolic syndrome leading to death. Being overweight can be overcome in various ways with one of them is exercise. Lately cycling has become a much-loved sporting activity in the modern era. The study aims to find out if cycling can affect weight loss in young adults. This research uses systematical review method. Database used, namely Pubmed and ProQuest with keywords "bicycling", "weight loss", "body weight change" and "adult". PICOS in this study are Population (young adult), Intervention (bicycle sports), Outcome (weight loss), Study (Randomized Control Trial and Clinical trial). The number of journals obtained from two databases, namely 79 journals, was then screened until 3 journals were obtained. This journal was taken from 2010‒2020. The results of this study showed two articles from three articles obtained that cycling sports have an effect on weight loss. Cycling duration for 30‒55 minutes with a frequency of three to five times a week with moderate intensity and the control of food intake can lose weight.
Scoping Review: Efek Nefroprotektif Black Garlic/Aged Garlic pada Hewan Model Renal Injury Sitti Indah Sari Pratiwi Maradjabessy; Sandy Faisal; Maya Tejasari
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i1.7430

Abstract

Kerusakan ginjal atau renal injury didefinisikan sebagai penurunan fungsi ginjal yang meliputi cedera (kerusakan struktural) dan gangguan (hilangnya fungsi) ginjal. Salah satu bentuk antioksidan yang digunakan sebagai pengobatan kerusakan ginjal adalah sediaan black garlic yang merupakan bawang putih (Allium sativum L.) yang telah difermentasi dan memiliki banyak antioksidan poten. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh black garlic/aged garlic terhadap kerusakan ginjal pada hewan coba model renal injury. Metode pada penelitian ini adalah Scoping Review. Pencarian sistematis dari beberapa database, yaitu SpringerLink, ScienceDirect, ProQuest, EBSCO dan Google Scholar. Artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 2.259 dan yang memenuhi kriteria ekslusi berdasar atas kriteria PICOS yang dilakukan oleh 2 peneliti, didapatkan hasil 14 artikel. Penelitian ini dilakukan selama periode Maret–Desember 2020 Hasil analisis serta identifikasi dari 14 artikel, keseluruhan artikel menunjukkan pengaruh positif black garlic/aged garlic pada ginjal hewan coba. Dari 14 artikel, ditemukan perbaikan mikrostruktur ginjal,  fungsi ginjal meningkat, peningkatan kadar antioksidan pada ginjal, penurunan marker stres oksidatif serta penurunan mediator inflamasi. Kesimpulan analisis pada penelitian ini adalah black garlic/aged garlic memiliki sifat nefroprotektif yang melindungi ginjal dari kerusakan yang disebabkan oleh stres oksidatif. Nephroprotective Effects of Black Garlic/Aged Garlic on Animal Model of Renal Injury: a Scoping ReviewKidney damage or renal injury is defined as decreased function of the kidneys, which includes both injury (structural damage) and impairment (loss of function) of the kidneys. One form of antioxidant that is used to treat kidney damage is black garlic, which isgarlic (Allium sativum L.fermented) and has many potent antioxidants. This study aims to analyze the effect of black garlic/aged garlic on kidney damage in animal models of renal injury. The method in this research is the Scoping Review. Systematic search of several databases, namely SpringerLink, ScienceDirect, ProQuest, EBSCO and Google Scholar. There were 2,259 articles that matched the inclusion criteria and those that met the exclusion criteria based on the PICOS criteria conducted by 2 researchers, the results were 14 articles. This research was conducted during the period March–December 2020. The results of the analysis and identification of 14 articles, all of them showed the positive effect of black garlic/aged garlic on the kidneys of experimental animals. From 14 articles, it was found that there was an improvement in renal microstructure, increased renal function, an increase in antioxidant levels in the kidney, a decrease in markers oxidative stressand a decrease in inflammatory mediators. The conclusion from the analysis in this study is that black garlic/aged garlic has nephroprotective properties that protect the kidneys from damage caused by oxidative stress. 
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kopi Robusta (Coffea Canephora) terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa Naura Mufida Marsya; Hendro Sudjono Yuwono; Oky Haribudiman
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i1.7288

Abstract

Pseudomonas aeruginosa umum ditemukan pada Healthcare-associated infections (HAIs) dan menunjukkan resistensi pada banyak agen antimikrob yang umum. Kopi Robusta telah dipilih sebagai antibiotik alternatif karena memiliki kemampuan antibakteri. Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak air kopi robusta (Coffea canephora) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi Fakultas Kedokteran UNPAD periode Maret – Desember 2020. Perlakuan yang diberikan adalah media agar diberi disk yang mengandung ekstrak air kopi robusta dalam 4 dosis, yaitu 12,5%, 25%, 50%, dan 100%, imipenem (kontrol positif), dan disk yang mengandung aquadest (kontrol negatif). Agar diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37ºC selama 24 jam. Penilaian dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran zona inhibisi. Data hasil penelitian membuktikan zona inhibisi yang dihasilkan oleh ekstrak air kopi robusta pada dosis 100% memiliki rerata paling tinggi dibanding dengan dosis lainnya, yaitu 8,13 mm, namun lebih kecil dibanding dengan imipenem yang memiliki rerata zona inhibisi sebesar 25 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak air kopi robusta memiliki efek antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa. Antibacterial Activities of Robusta Coffee Water Extract (Coffea Canephora) against Pseudomonas aeruginosa BacteriaPseudomonas aeruginosa is common in Healthcare-associated infections (HAIs) and shows resistance to many common antimicrobial agents. Robusta coffee has been chosen as an alternative to antibiotics because of its antibacterial properties. This study aims to determine the antibacterial activity of Robusta coffee (Coffea canephora) water extract against Pseudomonas aeruginosa. The research was done in Laboratorium Mikrobiologi and Parasitologi Fakultas Kedokteran UNPAD period March – December 2020.The treatments given was agar plate that added Robusta coffee water extract (Coffea canephora) in 4 doses, namely 12.5%, 25%, 50%, and 100%, imipenem antibiotic disc (positive control), and disk containing aquadest (negative control). They were then incubated in an incubator at 37ºC for 24 hours. The assessment was carried out by observing and measuring the inhibition zone. The research data proved that the inhibition zone produced by robusta coffee water extract at a dose of 100% had the highest average compared to other doses, which is at 8.13 mm, but smaller than imipenem which had an average inhibition zone of 25 mm. This shows that robusta coffee water extract has an antibacterial effect against Pseudomonas aeruginosa.

Page 6 of 22 | Total Record : 211