Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak
TAKAMUL is a journal of Gender and Child Studies is published by Pusat Studi Wanita Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. First published in 2012, this journal is published twice a year in June and December. This is a scientific communication media for enthusiasts and observers of gender and children study. The editor receives articles of gender and children study from academics, researchers, practitioners, and postgraduate students. The articles will be published after a mechanism of selection, being examined by the expert, and editing process. This journal is open-access which means that everyone can access for individual or institution for free. A user will be allowed reading, downloading, copying, distributing, producing, creating a link from the article, or using for academic writing under the condition of publication ethics. This journal has been indexed by national and international indexing website, such as CrossRef. And this journal has Digital Object Identifier (DOI). Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak mempublikasikan karya ilmiah dan hasil penelitian yang fokus pada issu gender, keluarga dan anak melalui pendekatan multidisipliner.
Articles
68 Documents
PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA (Suatu Kajian dalam Perspektif Gender)
Misran Misran
Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak Vol 10, No 1 (2021): TAKAMMUL
Publisher : Pusat Studi Wanita UIN Ar-Raniry
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22373/takamul.v10i1.12599
Proses dan tawaran pendidikan dewasa ini cenderung memperlihatkan adanya ketimpangan dari sisi perolehan pendidikan bagi sang anak di dalam keluarga. Pada kenyataanya pendidikan anak-laki lebih diutamakan daripada pendidikan anak perempuan dalam keluarga. Ketimpangan ini seharusnya bisa dihindari karena keluarga adalah komunitas terkecil yang dapat memudahkan untuk memahami sejumlah kebutuhan sang anak. Akibatnya, anak perempuan adalah pilihan yang harus menerima sanksi mental-pendidikan lantaran praktek budaya patriarkhi. Untuk itu, solusi yang ditawarkan adalah menjadikan nilai profetik agama sebagai upaya pencegahan, agar anak perempuan memiliki hak yang sama dengan anak laki-laki, dan gender sebagai alat ukur untuk merespon praktek masyarakat yang dinilai keliru. Oleh karena itu, etika keislaman menjadi titik ukuran yang dipakai dalam menentukan pendidikan anak dalam keluarga. Bagaimanapun, tujuan dari strategi pendidikan Islam adalah membentuk ruang batin si anak agar memperoleh nilai-nilai Ilahiah. Sementara dalam konteks penentuan strategi pendidikan, nilai-nilai ilahiah perlu diperhatikan agar kadar etika keislaman dapat membentuk mental si anak, termasuk karakteristik jiwa si anak itu sendiri.
PERAN ADMINISTRASI PERKAWINAN DALAM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK
Roni Haldi
Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak Vol 8, No 2 (2019): TAKAMMUL
Publisher : Pusat Studi Wanita UIN Ar-Raniry
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22373/takamul.v8i2.7466
Pencatatan perkawinan merupakan salah satu pelayanan administrasi yang ada pada Kantor Urusan Agama atau KUA. Pencatatan perkawinan adalah kewajiban administratif berdasarkan peraturan perundang-undangan yang bertujuan memberikan perlindungan, menjaga hak azasi manusia, terutama bagi perempuan dan anak yang berimplikasi kepada perbuatan hukum. Salah satu bentuk hadirnya Negara terhadap perempuan dan anak adalah adaya upaya perlindungan terhadap hak-hak mereka baik dalam sosial kemasyarakatan maupun perlakuan sama di mata hukum. Penelitian ini dilakukan agar masyarakat secara umum dan keluarga secara khusus dapat mengetahui manfaat pencatatan perkawinan terutama perlindungan perempuan dan anak.Keywords: Pencatatan perkawinan, Perlindungan perempuan dan anak.
KONTRIBUSI ORANG TUA DALAM PENINGKATAN KUANTITAS DAN KUALITAS HAFALAN Al-QUR’AN ANAK DI TPA AL MUKHAYYARAH DARUSSALAM
Mutia Puteri Rezeki;
Zulfatmi Zulfatmi
Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak Vol 10, No 2 (2021): TAKAMMUL
Publisher : Pusat Studi Wanita UIN Ar-Raniry
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22373/takamul.v10i2.12606
Orang tua memiliki kontribusi yang besar dalam tanggung jawab mengajar dan mendidikkan al Qur’an pada anak. Dewasa ini, sebagian besar orang tua telah melimpahkan tanggung jawab pendidikan al Qur’an anak pada Taman Pendidikan al Qur’an (TPA), ini tidak berarti tugas dan tanggung jawab mereka sudah tunai disaat mereka melimpahkan kepada lembaga tersebut. Kontribusi para orang tua dalam pendampingan anak saat belajar al Qur’an dan menghafalnya memiliki hubungan erat dengan kuantitas dan kualitas hafalan al Qur’an pada anak. Riset kualitatif yang dilakukan terhadap santri yang belajar dan menghafal al Qur’an di TPA al Mukahyyarah Darussalam menunjukkan hasil bahwa keberhasilan peningkatan kuantitas dan kualitas hafalan al Qur’an santri di lembaga pendidikan al Qur’an sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kontribusi yang dapat diberikan orang tua santri tersebut dalam pendampingan aktivitas menghafal al Qur’an di rumah.
KESEIMBANGAN PERAN GENDER DALAM AL-QUR’AN
Loeziana Uce
Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak Vol 9, No 1 (2020): TAKAMMUL
Publisher : Pusat Studi Wanita UIN Ar-Raniry
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22373/takamul.v9i1.12564
Gender menjadi salah satu diskursus sosial kontemporer yang tak pernah habis diperbincangkan. Tak jarang isu ini dianggap sebagai tema yang sensitif, terutama dalam dunia Islam. Gaungan tuntutan kesetaraan gender yang sering terdengar di duni Barat, dianggap tidak tepat disuarakan dalam Islam. Karena sejatinya Islam telah dengan sempurna mengatur dan menata kehidupan ini. Termasuk kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Namun, tidak berarti persamaan tersebut bermaksud kesetaraan antara keduanya dalam segala aspek. Islam telah menetapkan laki-laki dan perempuan menurut porsi masing-masing, baik dalam hak maupun kewajiban. Yang menjadi catatan penting adalah, keduanya mutlak ada saling kecenderungan, menurut kemampuan, keahlian dan porsinya masing-masing. Inilah yang dinamakan dengan keseimbangan peran, untuk saling melengkapi dan bermitra/bekerja sama dalam mengarungi kehidupan, seperti dalam hal mengurusi dan merawat bumi dan struktural fungsional dalam berumah tangga. Laki-laki dan perempuan memiliki porsinya masing-masing untuk saling melengkapi dan menjalankan perannya. Untuk itu, kesetaraan yang dimaksud Islam adalah kesetaraan yang mengindikasikan keserasian dan keseimbangan antara laki-laki dan perempuan, yang dibangun di atas syari’at, bersandar pada asas kemitran, bukan untuk saling mengungguli maupun mendahului.
PEREMPUAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (Studi terhadap Napi di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas III Sigli Kabupaten Pidie)
Ulul Azmi;
Rasyidah Rasyidah;
Nurul Husna;
Mahlil Mahlil
Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak Vol 9, No 2 (2020): TAKAMMUL
Publisher : Pusat Studi Wanita UIN Ar-Raniry
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22373/takamul.v9i2.12636
This study focuses on the causes of women's involvement in illegal drug trafficking and the forms of involvement carried out by women who are in the Class III Sigli Women's Correctional prison, Pidie Regency. The method used in this research is descriptive-qualitative method, and data collecting technique are observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that the form of women's involvement in illegal drug trafficking, especially for women who are in the Sigli Class III Women's Correctional Prison, Pidie, namely as dealer bosses, couriers, ordinary sellers and as a place to store goods. Their involvement on average is due to economic factors which are driven by the acceleration of the process with easy access obtained from friends, husbands, or neighbors.
DINAMIKA SOSIAL KEDUDUKAN PEREMPUAN DI ARAB SAUDI ERA RAJA SALMAN
Nurul Fajar;
Rasyidah Rasyidah
Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak Vol 10, No 1 (2021): TAKAMMUL
Publisher : Pusat Studi Wanita UIN Ar-Raniry
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22373/takamul.v10i1.12600
This paper discusses the social dynamics of the position of women in Saudi Arabia during the reign of King Salman. In Islam, the concept of brotherhood towards all humans is the same regardless of gender, because in Islam women also have a major role in various aspects of society. Saudi Arabia is one of the Islamic countries that has so far distinguished the rights and positions between men and women. This paper argues that there was a very significant cultural change in Saudi Arabia in the era of King Salman, one of which was related to the position of women in Saudi Arabia. This change occurred due to the rapid development of communication and information technology which made globalization flow in Saudi Arabia. Therefore, there have been many cultural changes, especially regarding the position of women, which Saudi Arabian women have long dreamed of. Cultural changes or modernization in Saudi Arabia are reasonable to do to maintain the Saudi Arabian economy from the threat of a financial deficit.
HUKUM PERNIKAHAN ANAK
Heri Fuadhi
Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak Vol 8, No 2 (2019): TAKAMMUL
Publisher : Pusat Studi Wanita UIN Ar-Raniry
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22373/takamul.v8i2.11209
Pernikahan merupakan suatu ikatan yang melahirkan keluarga sebagai salah satu unsur dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang diatur oleh aturan hukum, baik hukum Islâm maupun hukum positif (negara). Dalam Undang- Undang perkawinan telah di tetapkan mengenai batas usia untuk dapat melakukan perkawinan (syarat materiil) salah satunya Ketentuan mengenai batas umur minimal tersebut terdapat di dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pada kenyataannya banyak terjadi perkawinan yang dilakukan di bawah ketetuan undang-undang perkawinan, ini sudah lama terjadi dengan begitu banyak pelak, tidak hanya di kota besar tetapi tidak didaerah-daerah terpencil. Sebabnya-pun bervariasi, karena masalah ekonomi, rendahnya pendidikan, pemahaman budaya dan nilai-nilai agama tertentu, dan lain-lain.
PEREMPUAN PENDIDIK GENERASI ISLAM YANG TANGGUH
Asmaunizar Asmaunizar
Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak Vol 10, No 2 (2021): TAKAMMUL
Publisher : Pusat Studi Wanita UIN Ar-Raniry
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22373/takamul.v10i2.12624
Mother as a noble woman figure described by Islam plays an important role in every cycle of time. Both parents are the most meritorious human beings, especially mothers are like lamps in lighting the lantern of life. Their sacrifices and services are so great, their time, energy, thought, attention and funds they give and sacrifice without limit. Especially mothers when they are pregnant, giving birth risking their lives, not a few of them die at the time of giving birth to the baby they want. Mother's sacrifice continues from time to time as the child develops in forming and creating a Rabbani generation that is in accordance with Islamic guidance, this cannot be separated from the mother's education itself. Children should honor their parents, especially mothers with noble character.
ARGUMEN KESETARAAN JENDER PERSPEKTIF AL-QUR’AN KARYA PROF. DR. NASARUDDIN UMAR, MA.
Sakdiah Sakdiah
Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak Vol 10, No 1 (2021): TAKAMMUL
Publisher : Pusat Studi Wanita UIN Ar-Raniry
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22373/takamul.v10i1.12589
Karya Nasarudin Umar dalam buku Argumentasi Kesetaraan Gender Perspektif Alqur’an. Penelitian ini dilatarbelakangi kegelisahan intelektualnya karena teks-teks al-Qur’an sering dipakai sebagai alat legitimasi dan justifikasi paham patriarkhism yang bias gender dan sarat misoginis yang menempatkan perempuan sebagai the second dalam konteks ritual maupun sosial. Nasaruddin Umar adalah cendekiawan muslim Indonesia yang memiliki concern terhadap persoalan relasi gender. Ia banyak memberikan kontribusi pemikiran-pemikiran reflektif, diantaranya Nasarudin berasumsi bahwa ketidakadilan gender bukanlah bersumber dari watak agama itu sendiri namun berasal dari pemahaman dan pemikiran keagamaan yang dipengaruhi oleh konstruksi sosial. Menurutnya, masih terjadi ambiguitas penafsiran al-Qur’an tentang apakah gender itu bersifat nature (kodrati) ataukah bersifat nuture (konstruksi social) yang dinamis. Untuk memahami autentisitas perspektif al-Qur’an, Nasarudin melakukan penelitian terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tetang relasi laki-laki dan perempuan dengan menggunakan analisis tematik (tafsir maudhui) dengan berbagai pendekatan seperti semantic-linguistik, normatif-teologis maupun sosio historis. Hasilnya, al-Qur’an tidak secara tegas menyatakan dukungan terhadap kedua paradigma gender baik nature maupun nurture. Al-Qur’an hanya mengakomodir unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam dua teori yang sejalan dengan prinsip-prinsip universal Islam. Secara umum al-Qur’an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan tetapi perbedaan itu tidak menguntungkan salah satu pihak dan memarjinalkan pihak yang lain. Perbedaan itu diperlukan justru untuk mendukung obsesi al-Qur’an tentang kehidupan harmonis, seimbang, aman, tenteram serta penuh kebajikan.
PEMBAGIAN HAK WARIS TERHADAP WANITA
Taufiqa Zuhra;
Yuni Roslaili
Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak Vol 10, No 1 (2021): TAKAMMUL
Publisher : Pusat Studi Wanita UIN Ar-Raniry
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22373/takamul.v10i1.12601
Surat An-Nisa ayat 11 menjelaskan pembagian harta warisan untuk laki laki dan untuk anak perempuan dengan ketentuan anak laki-laki mendapatkan 2 kali lipat dari bagian anak perempuan. Dan dikenal dengan pembagian harta dengan formula 2:1 (dibaca 2 banding satu). Sekilas terlihat terdapat deskriminasi terhadap hak waris perempuan, karena yang dianggap adil dimata manusia adalah dengan 1:1. Namun setelah diteliti secara mendalam, ayat an-Nisa ini tidaklah semata mata menjelaskan tentang qadar bagian laki-laki leboh banyak dari perempuan, menjelaskan bahwa adanya revolusi wanita dalam masalah harta. Dari yang dimasa jahiliyyah menjadi barang warisan dan sama sekali tidak mendapat warisan, sekarang mendapatkan hak yang sama seperti laki-laki, menjadi orang yang mendapat warisan. Dan Dalam Islam, keadilan bukan lah dengan sama rata, tetapi dengan keseimbangan