cover
Contact Name
Adi Putra
Contact Email
jurnal.luxnos20@gmail.com
Phone
+6221-5513572
Journal Mail Official
jurnal.luxnos20@gmail.com
Editorial Address
Kawasan Office Park Karawaci M 8-9, Jalan Imam Bonjol Karawaci, Tangerang Banten
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Luxnos : Jurnal Sekolah Tinggi Teologi Pelita Dunia
ISSN : 25277561     EISSN : 27223809     DOI : https://doi.org/10.47304/jl.v6i1
Jurnal Luxnos adalah Jurnal Teologi yang mempublikasikan hasil penelitian dalam lingkup penelitian Teologi Biblika, Teologi Sistematika, Etika Kristen, Misiologi, Musik Gereja hingga Pendidikan Kristen.
Articles 140 Documents
Kajian Alkitab Terhadap Fenomena Ibadah Metaverse Tjutjun Setiawan; Andreas Joswanto; Tan Lie Lie; Simon Simon
JURNAL LUXNOS Vol. 8 No. 2 (2022): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI DESEMBER 2022
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v8i2.223

Abstract

Abstract: Metaverse offered a virtual world where each member could interact with one another without face-to-face. Metaverse digital technology has drawn the churches’ interest to utilize it as an option for virtual worship. The existence of metaverse in churches has gradually led to less interaction among believers. Was it true that metaverse made the church ministry easier? What does the Bible say about the metaverse? This research used a literature study in which the function of the church was studied and how it related to the metaverse, a virtual space device. The conclusion is that the digital technology of the metaverse could not always be used in Christian worship. Biblical facts assign the believers' meetings (face-to-face) as an option and priority in communion. The Bible does not reject digital developments but requires believers and church leaders to be critical and wise in facing technological developments to improve the ministry and not to take people away from God and fellow believers because of technological devices. Abstrak: Metaverse menyajikan sebuah dunia virtual di mana setiap anggota dapat saling berinteraksi tanpa harus melakukan tatap muka secara langsung. Teknologi digital metaverse sudah mulai diminati gereja untuk digunakan sebagai opsi dalam melakukan ibadah virtual. Kehadiran metaverse dalam gereja secara perlahan menyebabkan berkurangnya interaksi bagi sesama orang percaya. Benarkah metaverse memudahkan pelayanan gereja? Bagaimana kajian Alkitab terhadap metaverse? Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka di mana fungsi gereja dikaji dan bagaimana relevansinya dengan perangkat ruang virtual metaverse. Kesimpulan yang didapat bahwa tidak selalu teknologi digital metaverse dapat dipergunakan dalam hal ibadah Kristiani. Fakta Alkitab menempatkan pertemuan-pertemuan orang percaya (tatap muka) sebagai opsi dan prioritas dalam suatu persekutuan. Alkitab tidak menolak perkembangan digital, namun menuntut orang percaya dan pimpinan gereja untuk bersikap kristis dan bijak dalam menghadapi perkembangan teknologi agar dapat memajukan pelayanan, bukan sebaliknya membawa manusia menjauh dari Allah dan sesama karena perangkat teknologi.
Kajian Atas Pemikiran Albert Schweitzer Tentang Kesejarahan Yesus Dan Implikasinya dalam Pendidikan Agama Kristen Roedy Silitonga
JURNAL LUXNOS Vol. 8 No. 2 (2022): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI DESEMBER 2022
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v8i2.243

Abstract

Abstract: Albert Schweitzer's thoughts were formed from his childhood from home to university, related to his search for the historicity of Jesus in the Bible, theology, and philosophy. This search was formulated with Schweitzer’s fundamental thought that Jesus is a moral teacher, on an equal footing with other moral teachers. This is not entirely true, even though the descriptions of his books refer to the four Gospels and the Pauline epistles. He concentrated only on the humanity of Jesus and did not write an introduction to the divinity of Jesus. The thought that Jesus is a Moral Teacher became the basis of strength for Schweitzer to carry out missionary services in Lambarene, Africa, among people who were suffering and had not received formal education. This paper uses qualitative methods and literature studies with descriptive studies and theological reflection. It is hoped that this writing will be useful for every Christian to know Jesus in His status as the Son of God and man while at the same time encouraging a Bible-based and Christ-centered Christian Religious Education learning process and the formation of godly character to serve fellow human beings. Abstrak: Pemikiran Albert Schweitzer terbentuk sejak kecil dari rumahnya sampai ke perguruan tinggi, berkaitan pencariannya tentang kesejarahan Yesus secara biblika, teologi, dan filosofi. Pencarian itu melahirkan pemikiran mendasar bagi Schweitzer bahwa Yesus adalah Guru Moral, disejajarkan dengan guru moral lainnya. Hal itu tidak sepenuhnya benar, sekalipun uraian dari buku-bukunya merujuk pada empat kitab Injil dan Surat-Surat Paulus. Ia hanya memperhatikan kemanusiaan Yesus dan belum menuliskan pengenalannya akan keilahian Yesus. Pemikiran Yesus adalah Guru Moral menjadi dasar kekuatan bagi Schweitzer melakukan pelayanan misi di Lambarene, Afrika di antara orang-orang yang menderita dan yang belum mendapatkan pendidikan formal. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dan studi Pustaka dengan kajian deskriptif dan refleksi teologis. Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi setiap orang Kristen untuk mengenal Yesus dalam keadaan-Nya sebagai Anak Allah dan manusia, sekaligus mendorong adanya proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang berbasiskan Alkitab, berpusatkan Kristus, dan pembentukan karakter yang saleh untuk melayani sesama manusia.
Mengungkap Konsep Wirausaha Agrobisnis Dan Konteks Pelayanan Pastoral Manuara Sinaga
JURNAL LUXNOS Vol. 8 No. 2 (2022): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI DESEMBER 2022
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v8i2.263

Abstract

Abstract: Poverty and suffering are conditions that no one ever wants, including church members. Many people fall into various sinful acts because of poverty. Poverty has a terrible impact on all social aspects of society, including the church community. Based on the background above, how can a skilled pastoral ministry reach this situation to contribute to overcoming the poverty of church members? The aims of this study are: how can pastoral care accompany the Church to improve the welfare of church members?; How to help Church members start agribusiness entrepreneurs as an alternative to overcoming poverty?; How to maintain the congregation's faith growth in balance with the congregation's economic growth? This study uses a descriptive method through a literature review and interpretation as a scientific work. The Bible is the primary reference; books and journals related to research purposes are used as supporting materials. The results of this study recommend agribusiness entrepreneurship as an opportunity to improve the people's economy, which should be one of the prioritized church programs in pastoral care. Abstrak: Kemiskinan dan penderitaan adalah keadaan yang tidak pernah diinginkan oleh siapapun termasuk anggota jemaat. Banyak orang yang jatuh ke dalam berbagai perbuatan dosa oleh karena kemiskinan. Kemiskinan sangat berdampak buruk kepada semua aspek sosial masyarakat termasuk komunitas gereja. Berdasarkan latar belakang di atas, maka bagaimana pelayanan pastoral yang terampil dapat menjangkau keadaan ini untuk berkontribusi mengatasi kemiskinan anggota jemaat? Tujuan penelitian ini adalah: bagaimana pelayanan pastoral mendampingingi Gereja meningkatkan kesejahteraan anggota jemaat?; bagaimana menolong anggota jemaat untuk memulai wirausaha agrobisnis sebagai salah satu alternatif mengatasi kemiskinan?; bagaimana memelihara pertumbuhan iman jemaat yang seimbang dengan pertumbuhan ekonomi jemaat?. Kajian ini dengan menggunakan metode deskriptif yaitu melalui tinjauan pustaka dan interpretasi sebagai karya ilmiah. Alkitab adalah referensi utama dan didukung dengan buku-buku, jurnal-jurnal yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian ini merekomendasikan wirausaha agrobisnis sebagai salah satu peluang untuk meningkatkan ekonomi umat yang patut menjadi salah satu program gereja yang diprioritaskan dalam pelayanan pastoral.
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Digital Dalam Mengembangkan Kreativitas Mahasiswa Agus Sanjaya; Abraham Tefbana; Donna Mutiara Nainggolan
JURNAL LUXNOS Vol. 8 No. 2 (2022): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI DESEMBER 2022
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v8i2.265

Abstract

Abstract: This study aims to determine the implementation of a digital technology-based creative learning model in developing student creativity in the teaching and learning process. Professors design project-based learning planning to develop creativity by utilizing digital technology. Creative learning based on digital technology significantly arouses student interest and initiative in completing coursework independently and collaboratively. This research uses descriptive qualitative research methods to explain the implementation of digital-based learning models that can develop student creativity. The concept is that developing student creativity makes it possible to achieve maximum learning outcomes. Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi model pembelajaran kreatif berbasis teknologi digital dalam mengembangkan kreativitas mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Dosen mendesain perencanaan pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan kreativitas dengan memanfaatkan teknologi digital. Pembelajaran kreatif berbasis teknologi digital signifikan membangkitkan animo dan inisiatif mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah baik secara mandiri maupun kolaboratif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif untuk menjelaskan implementasi model pembelajaran berbasis digital yang dapat mengembangkan kreativitas mahasiswa. Konsepnya bahwa mengembangkan kreativitas mahasiswa memungkinkan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Komunikasi Pengajaran Yesus Menjadi Role Model Bagi Pendidik Kristen Yosia Belo; Rika S.
JURNAL LUXNOS Vol. 8 No. 2 (2022): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI DESEMBER 2022
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v8i2.266

Abstract

Abstract: This paper examines Jesus' teaching communication as a role model for Christian educators. The research topic is inseparable from the current situation, where most teachers no longer pay attention to communication when teaching, so it impacts the ineffectiveness of teaching and learning activities. Several conclusions can be obtained using qualitative research or, more precisely, a literature review. The findings are (1) Jesus communicated His teaching in the form of parables; (2) Jesus communicated His teachings with practical examples; (3) Jesus communicated His teaching while preaching; (4) Jesus communicated His teaching with creative actions; and (5) Jesus communicated His teachings with full authority and role model. If Christian educators want to be role models, then every Christian educator must communicate each of the teachings with simple analogies, actual and known by every student, or using parables in the context of Jesus' teaching. Then today's Christian educators must also communicate their teaching with practical examples in sermon language or language that is practical and easy for every student to digest. Not only that, but every Christian educator must also take creative actions to convey and communicate each of their teachings. Abstrak: Tulisan ini meneliti tentang Komunikasi Pengajaran Yesus menjadi role model bagi pendidik Kristen. Topik ini diteliti tidak terlepas dengan kondisi masa kini, di mana kebanyakan guru tidak lagi memperhatikan komunikasi ketika mengajar sehingga berdampak kepada kurang efektifnya kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan. Dengan menggunakan penelitian kualitatif atau lebih tepatnya kajian literatur, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu (1) Yesus mengkomunikasikan pengajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan; (2) Yesus mengkomunikasikan pengajaran-Nya dengan contoh-contoh praktis; (3) Yesus mengkomunikasikan pengajaran-Nya sambil berkhotbah; (4) Yesus mengkomunikasikan pengajaran-Nya dengan tindakan-tindakan yang kreatif; dan (5) Yesus mengkomunikasikan pengajaran-Nya dengan penuh otoritas dan keteladanan. Apabila pendidik Kristen hendak menjadikannya sebagai role model maka setiap pendidik Kristen harus mengkomunikasikan setiap pengajarannya dengan analogi-analogi yang sederhana, real dan diketahui oleh setiap peserta didik atau kalau dalam konteks Yesus mengajar, menggunakan perumpamaan. Pendidik Kristen masa kini juga harus mengkomunikasikan pengajarannya dengan contoh-contoh yang praktis dengan bahasa khotbah atau bahasa yang praktis dan mudah dicerna oleh setiap peserta didik. Tidak hanya itu, setiap pendidik Kristen juga perlu melakukan tindakan-tindakan kreatif untuk menyampaikan dan mengkomunikasikan setiap pengajarannya.
Adaptif di Era Disruptif: Strategi Sekolah Tinggi Teologi Menghadapi Tantangan di Era Disrupsi Sari Yuliani
JURNAL LUXNOS Vol. 8 No. 2 (2022): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI DESEMBER 2022
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v8i2.267

Abstract

Abstract: This article describes an overview of the challenges faced by the world of education, especially theological seminaries, in the disruptive era, which has triggered major changes in the world of education. Theological Seminaries are required to carry out a transformation that is oriented toward to use of digital technology. The transformation is restricted not only to the system but also to the mindset of educators in managing educational services and implementing the learning process. This study uses a descriptive qualitative method with a library study approach. Descriptive research is carried out to find an explanation of a concept or phenomenon that occurs. The purpose of this article is to emphasize the importance of theological seminary in designing strategies for implementing the learning process and educational services in this disruptive era, as well as how to prepare competent human resources to support the successful implementation of education at the theological seminary. This is very urgent to be executed immediately, considering the challenges above are a reality that is currently happening. Abstrak: Artikel ini memberikan gambaran tentang tantangan yang dihadapi dunia pendidikan, khususnya Sekolah Tinggi Teologi di era disrupsi, yang telah memicu terjadinya perubahan besar dalam dunia pendidikan. Sekolah Tinggi Teologi dituntut untuk melakukan transformasi yang berorientasi pada pemanfaatan teknologi digital. Transformasi yang tidak hanya terbatas pada sistem, tetapi juga mindset para pelaksana pendidikan dalam mengelola layanan pendidikan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif melalui pendekatan studi pustaka. Riset deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk menemukan penjelasan suatu konsep atau fenomena yang terjadi. Tujuan penulisan artikel ini untuk menekankan pentingnya Sekolah Tinggi Teologi untuk merancang strategi dalam melaksanakan proses pembelajaran dan layanan pendidikan di era disrupsi, serta bagaimana mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan di Sekolah Tinggi Teologi. Hal ini sangat urgen untuk segera diimplementasikan, mengingat tantangan-tantangan di atas adalah sebuah realita yang terjadi saat ini.  
Membangun Nilai Dan Prinsip Antikorupsi dalam Gereja: Sebuah Kajian Teks Yohanes 2:13-22 Yunus Selan; Adi Putra; Nehemia Nome
JURNAL LUXNOS Vol. 8 No. 2 (2022): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI DESEMBER 2022
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v8i2.273

Abstract

Abstract: This research studies the text or passage of John 2:13-22 to build the values and principles of anti-corruption education in the Church. This is important because today's churches have been contaminated with corrupt and manipulative practices in ministry practices. By using qualitative research, especially biblical studies or text analysis, several related research results and anti-corruption values and principles are found in the church. First, values for the anti-corruption applied by Jesus include honesty, caring, responsibility, hard work, and courage. Then the anti-corruption principles also applied by Jesus, among others: accountability, transparency, fairness, policies, and control over policies. Abstrak: Penelitian ini adalah kajian terhadap teks atau perikop Yohanes 2:13-22 untuk membangun nilai dan prinsip pendidikan antikorupsi dalam Gereja. Hal ini penting karena gereja masa kini telah banyak yang terkontaminasi praktik korupsi dan manipulatif dalam praktik pelayanan. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, khususnya kajian biblika atau analisis teks, maka ditemukan beberapa hasil penelitian terkait dan nilai dan prinsip antikorupsi dalam gereja. Nilai antikorupsi yang diterapkan oleh Yesus antara lain: kejujuran, kepedulian, tanggung jawab, kerja keras dan keberanian. Kemudian prinsip antikorupsi yang juga diterapkan oleh Yesus, antara lain: akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol terhadap kebijakan.
Status Perempuan Menurut Perspektif Kejadian 2:18 Jeon Okyob
JURNAL LUXNOS Vol. 8 No. 2 (2022): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI DESEMBER 2022
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v8i2.280

Abstract

Abstract: Many Christians in Asia still think men are superior to women because women were created to be men’s “helpers.” In order to respond to the misunderstanding about men’s superiority over women from the word “helper” in Genesis 2:18, the status of women from the perspective of Genesis 2:18 is studied in this article. The method used in this study is a hermeneutical approach, specifically exegesis. The result is that in Genesis 2:18, there is no connotation about women’s inferiority under men or the lawfulness of men’s domination over women. It emphasizes that God will prepare the woman who can offer the man’s needs, and the word “helper” does not state the status of the woman but her role for the man. Moreover, men and women should help each other on an equal level. Genesis 1:26-28, 1 Corinthians 11:9, and 1 Timothy 2:13 are the same as Genesis 2:18 regarding the status of women.  Abstrak: Banyak orang Kristen di Asia masih menganggap laki-laki lebih tinggi dari perempuan karena perempuan diciptakan untuk menjadi “pembantu” laki-laki. Menanggapi kesalahpahaman tentang superioritas laki-laki atas perempuan dari kata “penolong” dalam Kejadian 2:18, status perempuan dari sudut pandang Kejadian 2:18 dipelajari dalam artikel ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hermeneutika, khususnya eksegesis. Hasilnya, dalam Kejadian 2:18, tidak ada konotasi tentang inferioritas perempuan di bawah laki-laki atau sahnya dominasi laki-laki atas perempuan. Ditekankan bahwa Tuhan akan mempersiapkan wanita yang dapat memenuhi kebutuhan pria, dan kata “penolong” tidak menyatakan status wanita tetapi perannya bagi pria. Selain itu, pria dan wanita harus saling membantu pada tingkat yang setara. Kejadian 1:26-28, 1 Korintus 11:9, dan 1 Timotius 2:13 sama dengan Kejadian 2:18 mengenai status wanita.
Interpretasi Seruan Memberi Persepuluhan dalam Maleakhi 3:6-12 Narsing L. Marriba; Yusuf L.M.
JURNAL LUXNOS Vol. 9 No. 1 (2023): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI JUNI 2023
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v9i1.190

Abstract

Abstract: Giving tithes to the house of God is nothing new in the Christian faith. However, the emphasis on giving is still a polemic in the church. Some agree and some disagree because it is no longer the Old Testament era. However, in the analysis of this article, God's call to give tithes in the context of Malachi 3:6-12 is a very absolute emphasis in the context of the Israelites not tithing. At that time, God emphasized that they were considered to have robbed God. Therefore, they must turn back to God by forsaking their sins and bringing tithes into the house of God. The method used is to conduct a study of the literature, such as books or articles related to the text and context, and the results are described through a description of the meaning of words, phrases, or clauses in the text, then concluded to get answers to the purpose of God's call to tithe in the context of Malachi 3:6-12. Abstrak: Memberi persepuluhan ke dalam rumah Tuhan bukanlah hal baru dalam iman Kristen. Akan tetapi, penekanan untuk memberi masih menjadi polemik di dalam gereja. Ada yang setuju dan ada juga yang tidak setuju dengan alasan sudah bukan zaman Perjanjian Lama. Namun dalam analisis artikel ini, seruan Allah untuk memberi persepuluhan dalam konteks Maleakhi 3:6-12 merupakan suatu penekanan yang sangat mutlak dalam konteksnya bangsa Israel ketika tidak memberi persepuluhan. Pada saat itu Allah menegaskan bahwa mereka justru dianggap telah merampok Allah. Untuk itu, mereka harus berbalik kepada Allah dengan cara meninggalkan dosanya dan wajib membawa persepuluhan ke dalam rumah Tuhan. Metode pendekatan yang digunakan yakni melakukan kajian terhadap literatur seperti buku-buku atau artikel yang berkaitan dengan teks dan konteks dan hasilnya diuraikan melalui suatu deskripsi terhadap makna kata, frasa atau klausa yang ada di dalam teks, kemudian disimpulkan untuk mendapatkan jawaban atas maksud seruan Allah memberi perpuluhan dalam konteks Maleakhi 3:6-12.
Belajar Dari Totalitas Pelayanan Daud Bagi Pelayanan Masa Kini Riste Tioma Silaen; Sabudin Sabudin; Nurliani Siregar
JURNAL LUXNOS Vol. 9 No. 1 (2023): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI JUNI 2023
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v9i1.217

Abstract

Abstract: David continued to lead the people of Israel as a king after Saul. The appointment of David and the period of reigning Israel are interesting to explore from many fields for researchers. This paper aims to discuss David's performance as a servant with a position as a king from the point of view of the totality of self, energy, and mind for the advancement of God's kingdom in the world. The researcher used a descriptive qualitative method from related selected literature sources. The data are sorted and reduced according to the research objectives to obtain a synthesis that supports the ideas in the conclusion section. David's whole life in God was evident from his works as a shepherd (1 Sam. 16:20). David's totality was also seen when working for King Saul (2 Sam. 1-8), also when ruling as a King (2 Sam. 5-8). David showed totality in energy, mind, and all of which was adrift in the frame of fear of God. Abstrak: Daud melanjutkan tongkat pimpinan bagi rakyat Israel sebagai raja setelah Saul. Pengangkatan Daud dan masa memimpin Israel mempunyai daya tarik untuk ditelusuri dari banyak bidang bagi peneliti. Tulisan ini bertujuan mendiskusikan kinerja Daud sebagai seorang pelayan dengan posisi sebagai Raja, dari sudut totalitas diri, daya tenaga, pikiran untuk kemajuan kerajaan Allah di dunia. Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan perolehan data dari sumber literatur terkait yang dipilih. Data dipilah dan direduksi sesuai tujuan penelitian sehingga memperoleh sintesa yang mendukung gagasan pada bagian kesimpulan. Daud tampak total hidup dalam Tuhan terbukti sejak Bekerja Sebagai Gembala (1 Sam. 16:20). Totalitas Daud juga tampak ketika bekerja pada Raja Saul (2 Sam. 1-8), juga ketika memerintah sebagai Raja (2 Sam.5-8) Daud menunjukkan totalitas dalam tenaga, pikiran, yang semua terpaut dalam bingkai Takut pada Allah.

Page 8 of 14 | Total Record : 140