cover
Contact Name
Muhammad Ilham Akbar Alamsyah
Contact Email
231320043.muhammadilham@uinbanten.ac.id
Phone
+6285798995400
Journal Mail Official
hikmatul.luthfi@uinbanten.ac.id
Editorial Address
Jl. Syekh Moh. Nawawi Albantani, Kemanisan, Kec. Curug, Kota Serang, Banten
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Al-Fath
ISSN : 19782845     EISSN : 27237257     DOI : https://doi.org/10.32678/alfath
Al-Fath: published twice a year since 2007 (June and December), is a multilingual (Bahasa, Arabic, and English), peer-reviewed journal, and specializes in Interpretation of the quran. This journal is published by the Alquran and its Interpretation Department, Faculty of Ushuluddin and Adab, Sultan Maulana Hasanuddin State Islamic University of Banten INDONESIA. Al-Fath focused on the Islamic studies, especially the basic sciences of Islam, including the study of the Qur’an, Hadith, and Theology. Editors welcome scholars, researchers and practitioners of Alquran and its Interpretation, Hadith, and Theology around the world to submit scholarly articles to be published through this journal. All articles will be reviewed by experts before accepted for publication
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 192 Documents
Ummah dan Masyarakat Madani dalam al-Qur’an Sholahuddin Al Ayubi
Al-Fath Vol 6 No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v6i2.3222

Abstract

Saat ini dunia dan kususunya Indonesia sedang dilanda kerisis jati diri, banyak persoalan tentang masyarakat yang menimbulkan perpecahan, kerusuhan, dan bahkan terjadi makan korban anak manusia, konsekwensi ini sebagai realitas sosial yang dialami manusia. Padahal teks agama sudah termaktub bahwa umat manusia adalh satu, dan oleh karenanya agama merupakan alat pemersatu dari keragaman masyrakat plural, namun sisi lain agama pun menjadi alat konflik yang jitu ketika para pemeluk agama saling mengklaim bahwa agamanya yang paling benar. Pesan agama terhadap masyarakat merupakan pesan moral (amar ma’ruf nahi munkar) sehingga masyarakat tidak memiliki tindakan konflik. Dalam tulisan ini penulis berusaha mengkaji ulang tentang ummat dan masyarakat madani, serta di dalmnya membahas tentang persatuan, sejarah, dan bahasa bagi umat manusia.
METODOLOGI TAFSIR AL-QUR’AN KONTEMPORER: Sholahuddin Al-Ayubi; Afandi Kurniawan
Al-Fath Vol 7 No 2 (2013): Desember 2013
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v7i2.3131

Abstract

Kajian Arkoun terhadap al-Fatihah ini disebabkan oleh; pertama, dalam penyusunan mushaf Utmani surat al-Fatihahdiletakkan pada awal mushaf. Kedua, pembacaan secara liturgis, pengulangan terhadap teks suci al-Fatihah ini, berarti mewujudkan kembali ketika peresmian ketika Rasullullah mengucapkan untuk pertama kalinya. Adapun Metodologi yang digunakan Arkoun dalam menafsirkan surat al-Fatihah yaitu; (1) linguistik-Semiotika. (2) Historis-antropologis. Sedangkan inti dari penafsiran Arkoun terhadap surat al-Fatihah adalah; Al-Hamdu Li al-lâhi Rabb Al-‘Alamīn; mengacu pada ilmu-ilmu dasar ontologis dan metodologis dari pengetahuan (‘ilm alushŭl) Maliki Yaumi Al-Dīn; eskatalogi. Iyyâka Na’budu Wa Iyyâka Nasta’īn; peribadatan. Ihdi Nâ Al-sirât Al-Mustaqīm; etika. Al-Ladzīna An’amta ‘Alaihim; ilmu kenabian. Ghairi Al-Maghdŭbi ‘Alaihim Wala Al-dâllīn; sejarah spiritual kemanusiaan, tema-tema simbolis orang-orang yang buruk [“kejahatan”] yang diuraikan dalam kisah-kisah orang terdahulu.
Dakwah dan Komunikasi Ilah Holilah
Al-Fath Vol 2 No 2 (2008): Desember 2008
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v2i2.3289

Abstract

Dakwah adalah tugas mulia yang disebutkan dalam al-quran dan hadits. Orang yang mendapat tugas dakwah dalam Islam adalah Nabi Muhammad, yang masa hidupnya telah berlangsung upaya-upaya merubah isi kitab suci sebelum al-quran seperti kitab Taurat, prilaku dakwah NabiMuhammad dimulai dalam hidupnya ditandai dengan kegiatan tahannuts, yang dilakukan di Gua Hira yang akhirnya menerima wahyu pertama. Dakwah merupakan aktivitas menyeru dan mengajak manusia kepada Iman, Islam, da Ihsan. Kewajiban dakwah tidak saja dibebankan Allah kepada Rasul-Nya, namun juga dibebankan kepada umat-Nya, sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing. Pada dasarnya jugakomunikasi merupakan ilmu retorika, sebagaimana telah dikembangkan pada zaman Yunani. Pada tulisan ini penulisan akan membahas tentang tujuan dakwah dan komunikasi.
Mulāhazhāt Hawl Qānūn Dharībah Al-Dakhl Al-‘Irāqī Raqm 113 Li Sanah 1982 Al-Mu’addal Abd al-Rauf al-Shafi
Al-Fath Vol 12 No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v12i2.3187

Abstract

تعتبر ضريبة الدخل من اىم الضارئب المباشرة في الانظمة الضريبيةالحديثة لما تعكسو من اثار اجتماعية ومالية واقتصادية فيي تمول الموازنة العامة بمبالغ كبيرة وتستخدم كأداة مالية واقتصادية ضمن السياسة الماليةلمدولة لتحقيق التوجيات الاقتصادية المرسومة .وقد نشأ ليا ىذا الدور الميم في مالية الدولة بعد ان تطور اداء الدولةمن مرحمة الدولة الحارسة الى دور الدولة المتدخمة حيث اصبحت الض ا رئبعموم ا وضريبة الدخل بشكل خاص وسيمة ميمة من وسائل السياسة الماليةالحديثة تستخدم لاعادة توزيع الدخل القومي لصالح الطبقات الفقيرة وكذلكتستخدم كأداة لمعالجة حالات الكساد عن طريق زيادة الانفاق العام بأستخدامىذه الضريبة ومعالجة التضخم بواسطة رفع سعر الضريبة لاعادة ال توازنالاقتصادي في الدولة
KEHUJAHAN HADIS AHAD DALAM MASALAH AQIDAH Sholahuddin Al-Ayubi; Khozin Khozin
Al-Fath Vol 8 No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v8i1.3057

Abstract

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa dalam kitab Al-Hadits Hujjatun bi Nafsihi fil 'Aqaidu wal Ahkami karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, mewajibkan berhujjah dalam perkara aqidah dengan menggunakan hadits ahad. Sehingga hal tersebut merupakan suatu perkara yang wajib dan harus diamalkan. Bahkan al-Qur’an dan Hadits pun telah memberi kedudukan yang sangat begitu penting terhadap sunnah yang dibawa oleh rasul. Sehingga para ulamapun sepakat mengenai wajibnya mengambil hadits ahad sebagai hujjah dalam aqidah. Sehingga apabila orang yang benar-benar tidak ingin menerima hadits ahad sebagai hujjah dalam aqidah, ini sudah menyalahi apa yang Allah tetapkan melalui rasul-Nya dan bisa melumpuhkan kedudukan sunnah sebagai sumber hukum yang kedua setelah al-Qur’an.
Globalisasi dan Tantangan Hukum Islam Suhaeri Suhaeri
Al-Fath Vol 1 No 1 (2007): Juni 2007
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v1i1.3263

Abstract

Hukum Islam adalah sebuah ketentuan dari Allah yang berdasarkan kepada al-Qur'an dan al-Hadits, dan setiap umat Islam wajib untuk menjalankannya, dan apabila ada yang tidak memakainya berdosalah baginya. Apabila ada suatu persoalan yang terjadi di masyarakat, maka pemecahannya tidak lain harus berdasarkan kepada rambu-rambu hukum Islam, pada saat ini banyak perkembangan yang baru di tengah-tengah masyarakat dikarenakan pesatnya ilmu dan teknologi, sehingga banyak masyarakat yang tergeser, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan. Akan tetapi rumusan-rumusan yang ada dan dapat dipahami bahwa hukum Islam bersifat elastis, tidak kaku sehingga bisa diterapkan pada setiap situasi dan kondisi sosial, sejauhmana peranan hukum Islam dalam menghadapi tantanganera globalisasi.
Argumen Teoritis Epistemologis Tafsir Ayat Sosial Andi Rosadisastra
Al-Fath Vol 6 No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v6i2.3216

Abstract

Artikel ini telah membuktikan bahwa diperlukan sebuah epistemologi tafsir yang holistik dan kolaboratif. Karena itu kemudian ditawarkan sebuah sistematika tafsir ayat sosial integrative yang merupakan pengem-bangan dari tafsir integrative yang pernah digagas sebelumnya oleh peneliti~, yaitu: [a]. Konsepsi tafsir (dâim al-tafsîr); [b]. Pokok-pokok tafsir (ushûl al-tafsîr); [c]. Prinsip-prinsip tafsir (mabâdiu al-tafsîr); dan, [d]. Tujuan tafsir (ahdâf al-tafsîr); [e]. Langkah metodologis (tharîqatu al-tafsîr). Penulis mengelaborasinya dalam kajian tafsir tekstual, tafsir kontekstual, tafsir sosial, tafsir integratif, dan selanjutnya dinyatakan pentingnya epistemologi tafsir ayat sosial integratif.
Histori, Urgensi dan Prinsip Penulisan Mushaf al-Qur'an Standar Indonesia Nurul H Maarif
Al-Fath Vol 10 No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v10i2.3106

Abstract

Baik redaksi maupun maknanya, al-Qur’an menjadi hak penuh bagi umat Islam. Seluruh lapisan umat Islam, karenanya, berhak mengakses seluas-luasnya; baik mengakses redaksi dengan membacanya maupun mengakses makna dengan memahaminya. Akses redaksi bisa dilakukan oleh siapapun yang memiliki kecakapan membaca, lantaraan al-Qur’an adalah al-wahy al-matlu yang al-muta’abbad bi tilawatih. Sedangkan akses makna hanya bisa dan mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki kualifikasi sebagai mufassir. Inilah urgensi al-Qur’an sebagai manhaj al-hayah (pedoman hidup) kaum muslim.Mengingat begitu urgennya al-Qur’an, maka berbagai kegiatan yang terkait dengannya terus-menerus diselenggarakan; berupa pembacaan redaksi, kajian substansi, elaborasi makna, hafalan maupun pemeliharaan. Problemnya, para pengakses al-Qur’an bukan hanya kaum muslim Arab sebagai native, melainkan juga muslim non-arab (‘ajam) yang tidak mengenal Bahasa Arab sama sekali. Untuk itu, upaya-upaya pemudahan bagi muslim non-Arab terus dilakukan. Maka muncullah aneka metode membacanya. Di Indonesia, muncul Metode Qiraati oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi, Iqra oleh KH. As’ad Humam, al-Barqi, dan sebagainya.1 Bahkan kian memudahkan pembacaannya, al-Qur’an di Indonesia dibuatkan standarisasi oleh Lajnah Pentashih al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia melalui penerbitan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (MASI) setelah muncul KMA No. 25 tahun 1984 tentang Penetapan al-Qur’an Standar.
Kontekstualitas Tafsir Al-Mizan dalam Menafsirkan Ayat Siyasah Shar’iyyah Fauzul Iman
Al-Fath Vol 9 No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v9i1.3282

Abstract

Latar belakangnya yang akrab dengan tradisi filsafat menjadikan penafsiran al-Tabataba’i kontekstualitas, sesuai kondisi kekinian dan kedisinian. Tentang ayat-ayat politik (siyasah shar’iyyah), ia menjelaskan, kedaulatan dan kekuasaan itu wewenang Allah Swt, terutama dalam hal al-hukm al-shari’ dan al-hukm al-takwini. Dalam hal al-hukm al-wad’i, Allah Swt memiliki kewenangan penuh, namun juga melimpahkannya pada manusia yang diijinkan-Nya. Ulu al-amr, baginya, adalah pemimpin yang wajib ditaati karena kebenarannya. Selagi dia mengajak bermaksiat, maka ketaatan tidak boleh diberikan kepadanya. Sedangkan terkait mushawarah, ia tidak banyak memberikan elaborasi. Hanya saja, ia memberika catatan perlunya dilakukan musyawarah terkait penyapihan anak dan beberapa lagi dalam hal keputusan perang. Ini yang dirasa agak janggal, karena tema musyawarah yang biasanya dielaborasi panjang lebar oleh mufassir lainnya, namun tidak dalam kitab al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an ini.
Model Nalar Burhânî dalam Madzhab Tafsir Teologi Mu’tazilah Salim Rosyadi
Al-Fath Vol 13 No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v13i1.2891

Abstract

Dinamika sejarah perkembangan tafsir periode pertengahan ini ditandai dengan pergeseran tradisi penafsiran dari tafsir bi al-ma’tsur ke tradisi bi al-ra’y. Penggunaan rasio semakin kuat, meskipun kemudian sering terjadi bias ideologi. Di manatafsir lebih berupa afirmasi (penegasan dan pembelaan) terhadap ideologi keilmuan dan madzhab penafsirannya. Sebagai implikasinya, muncullah berbagai kitab tafsir yang diwarnai dengan corak dan kecenderungan tafsir sesuai disiplin ilmu dan madzhab ideologi para penafsirnya atau bahkan penguasa saat itu. Mu’tazilah yang kebetulan secara sosio-politik telah membangun gagasan teologinya yang bertumpu pada nalar Burhani melalui upaya menafsiran al-Qur’an yang bersifat rasional. Nalar burhani sendiri merupakan cara berpiokir masyarakat Arab yang bertumpu pada kekuatan natural manuisia, yaitu pengalaman empiris dan penilaian akal, dalam mendapatkan pengetahuan tentang segala sesuatu. Sehingga implikasinya, nalar burhani dalam teologi Mu’tazilah menjadikan al-Qur’an sebagai upaya pembenaran atas segala bentuk agumentasi serta kritik terhadap lawan-lawanya. Upaya pembelaan terhjadap ajarannya tersebut, bagi Mu’tazilah didasarkan pada upaya penafsiran yang rasional melalui gagasan Majaz dan pena’wilan.

Page 6 of 20 | Total Record : 192