BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Bonafide: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen is a scientific journal that publishes some original articles in Christian theology and education. Our focus and scope are biblical studies, Christian education, contextual theology, Christian leadership, church services, practical theology, systematic theology, and sociology of religion.
Articles
91 Documents
INTERPRETASI KATA LOGOS DAN THEOS DALAM YOHANES 1:1
Yusuf L. M.
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1 No 1 (2020)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46558/bonafide.v1i1.1
Logos is Theos has always been a topic of heated discussion among Christian theologians. This subject is also often misinterpreted so that interpretations emerge that are not biblical or not following their original meaning. Logos is often accused of originating from the concept of Greek philosophy because John is considered to be much influenced by the Hellenistic world. Logos is often interpreted in the context of John 1:1 only divine, a God, or inferior to God because grammatically, the phrase "the Word is God" is assumed to provide that understanding. This phrase becomes polemic because the word Theos in the text does not use the article that can confirm the word is the same as God. Although Theos grammatically does not use the article's clothing, logos cannot be interpreted as a God, or the Logos is only divine because the third ho logos in the phrase refers to the nominative subject so that the noos becomes the predicate nominative and the article clothing is usually omitted. So if interpreted logos, it is God. This is confirmed in the first and second phrases that the logos is a person who stands alone, has his existence since eternity. He existed before the work of creation, and He is the creator, and from eternity already exists with God. Thus to answer this polemic, this study seeks to explain the concept of logos used by John and explains logos is God in the context of John 1:1 by using an interpretive analysis of words, phrases, or clauses in the text to get the correct meaning in context the original.
TINJAUAN TEOLOGI SISTEMATIS-APOLOGETIS TERHADAP PANDANGAN ADOPSIONISME MENGENAI KETUHANAN YESUS
HENDRIK YUFENGKRI SANDA
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1 No 1 (2020)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46558/bonafide.v1i1.6
Jesus is a unique person because he has two natures, namely God and Human. The Bible explicitly teaches and testifies on this subject. But in fact, some views reject both His divine nature and even His humanity. These views have been around since Jesus' incarnation in the world until now. One of the teachings which classify as Christian heretics in the early centuries was the adoptionist view, which taught Jesus only human beings who adopt as children of God later. It means they reject the divinity and also the pre-existence of Christ as God before His incarnation. This study intends to criticize the adoptionist idea. The method used is qualitative research through a systematic-apologetic approach. The results showed that the view of adoption was wrong because it violated the principle of the divine nature of Jesus as the Bible teaches. Jesus is Lord from the beginning, not after His incarnation.
TANTANGAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN PASCA KEBENARAN
Mark Phillips Eliasaputra;
Martina Novalina;
Ruth Judica Siahaan
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1 No 1 (2020)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46558/bonafide.v1i1.7
Era Revolusi Industri 4.0 berdampak dalam segala hal, termasuk dalam kehidupan orang Kristen. Tulisan ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana Pendidikan Agama Kristen dapat berperan dalam membimbing generasi muda Kristen dalam menyikapi perubahan di era Revolusi Industri 4.0 serta derasnya hoaks akibat fenomena pasca kebenaran. Dengan kajian deskriptif dan metode studi kepustakaan, akan digambarkan kondisi dan tantangan yang dihadapi, khususnya sehubungan dengan penggunaan gawai sebagai piranti teknologi, serta peran PAK dalam menyampaikan kebenaran dan menjadi sarana untuk membimbing generasi muda yang sanggup menjadi saksi-saksi Kristus yang harus memegang teguh kebenaran dan membangun relasi yang baik dengan sesama.
MEMBANGUN TEOLOGI PERTANIAN MELALUI PEMBACAAN LINTAS TEKSTUAL INJIL MATIUS DAN KOSMOLOGI JAWA
Firman Panjaitan
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1 No 1 (2020)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46558/bonafide.v1i1.8
Dewasa ini pertanian yang dijalankan seringkali mengandalkan pestisida yang mengakibatkan kerusakan tanah dan ketidakseimbangan ekosistem. Ini disebabkan manusia tidak merasa sebagai bagian dari alam. Artikel ini bertujuan menggali keteladanan Yesus Kristus sebagai seorang petani seperti yang dituliskan dalam Injil Matius dan menghubungkannya dengan kearifan kosmologis budaya Jawa. Harapannya akan membangun sebuah teologi pertanian kontekstual yang menghargai dan menjaga keharmonisan hidup alam. Metode yang digunakan adalah pembacaan lintas tekstual, yaitu mengambil pesan positif dari dua teks/konteks yang disandingkan untuk membangun sebuah bentuk teologi yang kontekstual. Hasilnya, teologi pertanian kontekstual menekankan bahwa bertani adalah sebuah ibadah yang mendorong manusia untuk menjaga kelestarian alam semesta dengan kesadaran bahwa manusia dan alam adalah sesama saudara diciptakan oleh Tuhan. Keduanya harus saling menjaga dan melindungi. Di dalam kesatuan tersebut mereka menemukan diri mereka bersatu dengan Allah. Teologi pertanian kontekstual hanya merekomendasi pertanian organik sebagai cara bertani yang benar karena model ini akan menjaga kelestarian hidup alam dan manusia.
INTERPRETASI HUKUM KELIMA DALAM KELUARAN 20:12 BERDASARKAN PENDEKATAN SEJARAH PENEBUSAN
Made Nopen Supriadi
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1 No 1 (2020)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46558/bonafide.v1i1.9
Perintah kelima adalah bagian dari Sepuluh Hukum Taurat yang diberikan Allah kepada Musa di gunung Sinai. Alkitab adalah Firman Allah yang kekal dengan demikian Hukum Kelima ini memiliki makna yang harus dipahami dalam dimensi kekekalan. Alkitab memberikan prinsip jika manusia gagal melakukan salah satu perintah dalam hukum Taurat, maka ia telah gagal seluruhnya. Ada banyak interpretasi terhadap hukum ini, namun hanya bermuara pada dimensi praktis, etis dan moral karena hanya befokus pada relevansi masa kini. Alkitab menyatakan bahwa kutuk Hukum Taurat telah ditebus dan digenapi oleh Yesus Kristus. Setelah kebangkitan, Yesus mengatakan bahwa dalam Kitab Taurat, Mazmur dan para Nabi tertulis tentang Dia. Dengan demikian Yesus memberikan sebuah konsep interpretasi baru dalam memahami Hukum Taurat. Prinsip inilah yang disebut dengan pendekatan sejarah penebusan (Historical Redemptive Approach). Alkitab menyatakan puncak penyempurnaan seluruh karya penebusan Yesus adalah saat kedatangan yang kedua kali dalam realisasi terhadap langit dan bumi yang baru. Oleh karena itu, bagaimanakah menjelaskan relevansi Hukum Kelima dalam konteks kekekalan. Tulisan ini fokus pada kajian terhadap pemahaman Hukum Kelima dalam dimensi esktologis.
KAJIAN TEOLOGIS TENTANG PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM ALKITAB
Steven Tubagus
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1 No 2 (2020)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46558/bonafide.v1i2.10
With the development of liberal theology in the 18-19 century AD, there was an opinion that Christian Education was not in the Bible. This research aims to describe the study of the existence of Christian Education in the Bible. The method used is qualitative with a literature study. The research results are as follows: First, Christian Education in the Bible already exists in the Old Testament. God revealed Himself to the Israelites and gave teachings through the prophets. Second, the Old Testament centers on God's law, and God gave the Ten Commandments to the people of Israel as a basis for education. Third, in the New Testament of Jesus, Jesus' disciples and the early church always gave teachings as a manifestation of God's intervention.
KAJIAN BIBLIKA TENTANG KESELAMATAN BERDASARKAN KITAB FILIPI 2:12
Tolop Marbun
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1 No 1 (2020)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46558/bonafide.v1i1.12
Tulisan ini membahas keselamatan berdasarkan Kitab Filipi. Filipi 2:12 ini sering digunakan untuk memerintahkan orang Kristen untuk mengerjakan atau mengusahakan keselamatan. Hal ini bisa menimbulkan kebingungan bagi orang percaya apakah keselamatan oleh anugerah saja atau tetap diusahakan. Tujuannya mengekspos konteks keselamatan berdasarkan kitab Filipi supaya mendapat penafsiran yang tepat. Metodologi yang dipakai adalah metode tafsir narasi. Fokusnya adalah analisis konteks, analisis verbal dan analisis teologis. Hasilnya, keselamatan dalam konteks Filipi 1:19 paulus bebas dari penjara, 1:18 keselamatan yang kekal, dan 2:12 adalah keselamatan kooperatif. Kata “mengerjakan” sama dengan menunjukkan keselamatan. Secara teologis, kata “keselamatan” sama dengan pengudusan.
PENGGUNAAN GADGET DALAM PAK UNTUK MEMPERDALAM KEROHANIAN PESERTA DIDIK
Yani Margaretha Molawan;
Ermin Alperiana Mosooli
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1 No 1 (2020)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46558/bonafide.v1i1.13
Gadget merupakan salah satu alat yang digemari para remaja. Selain memiliki sejumlah pengaruh negatif, gadget juga memiliki sejumlah manfaat positif bagi remaja. Salah satunya bisa digunakan untuk memperdalam kerohanian remaja. Namun untuk itu diperlukan pendampingan. Pendidikan Agama Kristen (PAK) di sekolah merupakan salah satu sistem pendampingan yang potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana para peserta didik di sekolah menggunakan gadget untuk memperdalam kerohanian, dan bagaimana PAK di sekolah berpengaruh terhadap penggunaan gadget tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran (mix method) kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah penelitian kuantitatif dengan subyek Siswa SMP Kristen Luwuk, Banggai, Sulawesi Tengah. Jumlah responden delapan puluh enam siswa dengan empat puluh delapan sampel. Hasil yang diperoleh, peserta didik di SMP Kristen Luwuk jarang menggunakan gadget untuk memperdalam kerohanian mereka. Penelitian tahap kedua adalah penelitian kualitatif. Tehnik pengambilan data berupa wawancara dengan informan tunggal guru PAK yang mengajar di sekolah tersebut dan studi dokumen terhadap Kurikulum 2013 serta buku-buku pelajaran utama PAK yang digunakan di sekolah. Hasil yang diperoleh, materi mengenai gadget dalam PAK belum signifikan. Porsi gadget masih sedikit dalam kurikulum, belum ada buku-buku materi pelajaran di sekolah yang khusus membahas tentang PAK dan gadget, guru PAK belum memainkan peran strategis. Kesimpulan: PAK di SMP Kristen Luwuk belum terlalu mengkondisikan peserta didik menggunakan gadget untuk memperdalam kerohanian mereka.
TRANSFORMASI KEDAI TUAK SEBAGAI SARANA PENGINJILAN GEREJA
Siagian, Riris Johanna;
Silalahi, Jojor;
Saragih, Ratna
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1 No 1 (2020)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46558/bonafide.v1i1.16
This writing tries to analyze the influence of kedai tuak toward the presence of congregation members, especially males in church. It begins with a study of the concrete reality of the church dan how the common response of the father according to it. And how the church does evaluation and reflection of the church, by doing persuasive action for serving the laity, not by giving a negative stigma. This research is qualitative with Sociology of Religion perspective. The expectation, the transformation for changing of preaching method will get.
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA MELALUI GEREJA
Elena Saba;
Ezra Tari;
Rita
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1 No 2 (2020)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46558/bonafide.v1i2.17
Peran gereja menerapkan pendidikan agama Kristen masih sangat kurang karena ada kebencian dalam keluarga. Tujuan penelitian ini yakni berusaha menumbuhkan perhatian, motivasi dan sikap untuk memperbaiki hubungan antar manusia; serta menajamkan kembali perasaan untuk saling mengasihi dan mempedulikan. Subyek penelitian adalah Jemaat Talenalain rayon 5, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Metode yang dipakai adalah kualitatif. Data diambil dengan teknik wawacara dan hasilnya dipaparkan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua menyadari bahwa PAK adalah pembelajaran paling penting dalam keluarga. Gereja belum maksimal menjadi wadah belajar bersama yang melahirkan keluarga yang berwatak kristiani. Pendidikan Agama Kristen masih sebatas ibadah bersama, perayaan hari raya gereja, mengajar melalui partisipasi keluarga dalam persekutuan, mengajar melalui pastoral-pastoral kepada keluarga Kristen.