cover
Contact Name
Abdul Karim
Contact Email
abdulkarim@walisongo.ac.id
Phone
+6224-7606405
Journal Mail Official
jurnal.agc@walisongo.ac.id
Editorial Address
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Semarang 50185
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Advanced Guidance and Counseling
ISSN : 27461513     EISSN : 27461521     DOI : https://doi.org/10.21580/jagc
Aim: This journal publishes articles as a result of empirical research in Guidance and Counseling, both quantitative and qualitative. Scopes: The scopes of Journal of Advanced Guidance and Counseling are Islamic Guidance and Counseling, Child and Adolescent Counseling, Adult and Elder Counseling, Family Counseling, School Counseling, Higher Education Counseling, Crisis and Risk Counseling, Occupational Counseling, Cyber Counseling, Educational Psychology, Counseling and Guidance, Rehabilitation Counseling, Technology usage in Counseling, Counseling and Guidance for Special Population
Articles 77 Documents
Building peer social support as a mental disorder solution for the blind Umi Habibah; Ade Sucipto
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2020.1.1.5774

Abstract

Blind people are people with disabilities due to the dysfunction of the sense of vision, this condition triggers the birth of various mental disorders. This qualitative study tries to examine the mental problems of blind vision disorders in the Sahabat Mata Semarang Community and the solutions the management is trying to overcome. The results of the study show that mental disorders with visual impairments include difficulties in adapting to the environment, anxiety about the future of a career and soul mate, prolonged stress due to dependence on others and no economic independence, and do not yet have self-acceptance. One of the efforts undertaken by the management of this community is to build peer social support, namely support provided by fellow blind people in the form of emotional support, appreciation support, structural support, information support, and real assistance. The various supports are built by holding regular recitals, monthly community meetings, and building good interpersonal relationships. Such peer social support, felt blind can provide alternative solutions and a variety of mental disorder problems they experience. Tunanetra merupakan penyandang disabilitas akibat ketidakberfungsian indera penglihatan keadaan inilah yang memicu lahirnya berbagai gangguan mental. Penelitian kualitatif ini mencoba mengkaji problem mental disorder tunanetra di Komunitas Sahabat Mata Semarang dan solusi yang diupayakan pengelola untuk mengatasinya. Hasil penelitian menunjukkan problem mental disorder tunanetra di sana antara lain seperti kesulitan beradaptasi dengan lingkungan, cemas terhadap masa depan baik karir dan jodoh, stres berkepanjangan akibat bergantung kepada orang lain dan tidak memiliki kemandirian ekonomi, dan belum memiliki penerimaan diri. Salah satu upaya yang dilakukan pengelola komunitas ini adalah membangun dukungan sosial sebaya yaitu dengan memberikan dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informasi dan dukungan secara nyata. Berbagai dukungaan tersebut dibangun dengan mengadakan pengajian rutin, pertemuan bulanan komunitas, dan membangun hubungan interpersonal yang baik. Dukungan sosial sebaya yang demikian, dirasakan tunanetra mampu memberikan alternatif solusi dan beragam problem mental disorder yang mereka alami.
Optimization of religious extension role in COVID-19 pandemic Hasan Bastomi
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2020.1.2.6032

Abstract

Purpose -  This study aims to investigate the optimization of the role of religious instructors in the midst of the COVID-19 pandemic.Method - This research is a type of library research, namely, by recording all findings and integrating all findings, both theories and new findings about the religious extension, analyzing all findings from various reading and providing critical ideas about optimizing the role of religious instructors in the midst of the COVID-19 pandemic.Result - The results of the study show that various issues in all sectors emerged as a result of the outbreak of the COVID-19 pandemic, it is necessary to optimize the role of religious instructors who play a very strategic role in the framework of mental, moral, and value development devotion of the people and also contribute to improving the quality of life of the people in various fields both in the field of religion and development amid COVID-19 pandemic by carrying out informative and educative functions, consultative functions, and advocacy functions.Implications - To optimize the role, several things need to be done by religious instructors.Originality - The framework of mental development with optimization of religious extension role in the midst of COVID-19 pandemic. Tujuan -  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi peran ustadz di tengah pandemi COVID-19.Metode - Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka yaitu dengan mencatat semua temuan dan mengintegrasikan semua temuan baik teori maupun temuan baru tentang penyuluhan agama, menganalisis semua temuan dari berbagai bacaan dan memberikan gagasan kritis tentang optimalisasi peran penyuluh agama di tengah-tengah. dari pandemi COVID-19.Hasil - Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai permasalahan di semua sektor muncul sebagai akibat dari merebaknya pandemi COVID-19, maka diperlukan optimalisasi peran ustadz yang berperan sangat strategis dalam kerangka mental, moral, dan pengembangan nilai pengabdian kepada masyarakat serta berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat di berbagai bidang baik di bidang keagamaan maupun pembangunan di tengah pandemi COVID-19 dengan menjalankan fungsi informatif dan edukatif, fungsi konsultatif, dan fungsi advokasi.Implikasi - Untuk mengoptimalkan peran tersebut, beberapa hal perlu dilakukan oleh para penyuluh agama.Originalitas - Kerangka pembinaan mental dengan optimalisasi peran penyuluh agama di tengah pandemi COVID-19.
Moral and spiritual aspects in counseling: Recent development in the West Abdul Mufid
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2020.1.1.5696

Abstract

This paper aims to explore the moral and spiritual dimensions of counseling. Since professional counseling has developed in the West, the cultural identity and individualistic orientation of identity has entered the counseling profession. Recently a surge of interest in spirituality and religion has been noted with several treatments focused on a new approach to counseling. The new approach shows that spirituality in life is central to individuals, families and communities. Therapists examine the relationship between spirituality and general psychological health. Secular and religious professionals recognize the paradigm shift from illness to health and from individualism to collectivism. Counseling that develops from the premise of such a therapist must be free of value. The emergence of an integrated perspective with religious and spirituality counseling views has resulted in a fundamental conflict with the prevailing professional value system. Counselors still want to avoid the role of a moralist. The controversy also relates to the firmness one wants, the therapist attaching moral and spiritual dimensions while advocating certain values. Psychotherapy, as a moralistic company, requires modification in its training program. Therapists need to change their orientation, namely as scientists with deep moral or spiritual commitment. Clients need and demand reorientation like this. This profession has a claim to respond to the needs of its clients and it cannot ignore the impetus that arises in practice.Studi literatur ini bertujuan untuk mengeksplorasi dimensi moral dan spiritual dalam konseling. Sejak konseling profesional berkembang di Barat, budaya kekhasan dan orientasi individualistis dari oksidentalis telah merasuki profesi konseling. Baru-baru ini gelombang minat dalam spiritualitas dan agama telah dicatat dengan beberapa pelayanan yang terfokus pada pendekatan baru konseling. Pendekatan yang baru menunjukkan bahwa spiritualitas dalam kehidupan adalah pusat bagi individu, keluarga, dan komunitas. Terapis meneliti hubungan antara spiritualitas dan kesehatan psikologis umum. Para profesional sekuler dan religius mengakui terjadinya perubahan paradigma dari penyakit ke kesehatan dan dari individualisme ke kolektivisme. Penelitian ini mendasarkan pada kajian pustaka, dimana beberapa teori menyebutkan bahwa terdapat perspektif yang terintegrasi dengan pandangan konseling agama dan spiritualitas telah menghasilkan konflik mendasar dengan sistem nilai profesi yang berlaku. Konselor masih ingin menghindari peran sebagai seorang moralis. Kontroversi juga berkaitan dengan ketegasan yang diinginkan seseorang, terapis dalam melampirkan moral dan dimensi spiritual sambil menganjurkan nilai-nilai tertentu. Psikoterapi, sebagai  perusahaan moralistik, memerlukan modifikasi dalam program pelatihannya. Terapis perlu mengubah orientasi mereka, yakni sebagai ilmuwan dengan moral yang mendalam atau komitmen spiritual. Klien membutuhkan dan menuntut reorientasi seperti ini. Profesi ini memiliki klaim untuk menanggapi kebutuhan kliennya dan hal itu tidak bisa mengabaikan dorongan yang muncul dalam praktiknya.
A counseling service for developing the qona'ah attitude of millennial generation in attaining happiness Al Halik
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2020.1.2.5810

Abstract

Purpose -  The research objective is a trial to create group counseling services with self-acceptance techniques to develop Qona’ah attitudes in realizing the happiness of the millennial generation.Method - The method used in data collection was a literature study.Result - The result of this paper is to offer group guidance and counseling using self-acceptance techniques to develop a Qona’ah attitude. Positive self-acceptance will be able to create happiness.Implications - Qona’ah attitude requires a training with strong patience, the applied counseling services  are group guidance and counseling services with four stages.Originality - A method of developing the Qona’ah attitude of the millennial generation is a process of providing professional assistance which is characterized by a continuous process with systematic steps to an individu or groups of people. Tujuan -  Tujuan penelitian ini adalah uji coba untuk menciptakan layanan konseling kelompok dengan teknik penerimaan diri untuk mengembangkan sikap Qona’ah dalam mewujudkan kebahagiaan generasi milenial.Metode - Metode yang digunakan adalah studi pustaka.Hasil - Hasil dari penelitian ini adalah menawarkan bimbingan dan konseling kelompok menggunakan teknik penerimaan diri untuk mengembangkan sikap Qona’ah. Penerimaan diri yang positif akan mampu menciptakan kebahagiaan.Implikasi - Sikap Qona’ah membutuhkan pelatihan dengan kesabaran yang kuat, layanan konseling yang diterapkan adalah layanan bimbingan dan konseling kelompok dengan empat tahap.Orisinalitas - Metode pengembangan sikap Qona’ah generasi milenial melalui proses pemberian bantuan profesional yang bercirikan proses berkelanjutan dengan langkah-langkah sistematis kepada individu atau kelompok masyarakat.
Riyadhah: The model of the character education based on sufistic counseling Agus Samsul Bassar; Aan Hasanah
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2020.1.1.5763

Abstract

The purpose of education did not only build intelligent people, but also built a strong character and noble character based on the noble values of the nation and religion. Then, a quality and holistic character education becomes a necessity for the Indonesian people who want to develop the potential of the nations to have spiritual strength, self-control, personality, intelligence, noble character, and the skills needed by themselves, society, nation and state. Character education in Islam is a moral education which is the essence of Islamic teachings. For example, the character education applied by the Sufis with various riyadhah in their zawiyah or ribath under the guidance of the murshid who becomes a role model in the process of habituating and disciplining students. This study aimed to explore the model of the character education based on sufistic counseling with the various riyadhah in guiding students to have noble character. This descriptive study used a qualitative approach by a literature study and case study in the field. The research found that the process of character internalization carried out through various riyadhah is a spiritual practice covering all aspects of life, both worship and muamalah in an effort to maintain a harmonious relationship between humans and Allah, humans with other humans, humans with their environment, and humans with themselves. Therefore, it is be able to clean the spirit and to devote themselves to the Divine, by having character or noble character and always doing good in life. Tujuan Pendidikan selain membentuk insan cerdas, juga membentuk karakter kuat dan akhlak mulia yang berpedoman kepada nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Maka pendidikan karakter yang bermutu dan holistik menjadi sebuah keniscayaan bagi bangsa Indonesia yang ingin mengembangkan potensi diri anak bangsa agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.Pendidikan karakter dalam Islam adalah pendidikan akhlak yang menjadi esensi ajaran Islam. Diantara pendidikan karakter adalah yang dilakukan para sufi dengan berbagai riyadhah di zawiyah atau ribath mereka dibawah bimbingan  guru mursyid yang menjadi role model dan teladan dalam proses pembiasaan dan pembinaan disiplin para murid. Penelitian ini bertujuan untuk menggali model pendidikan karakter berbasis konseling sufistik melalui berbagai riyadhah dalam membimbing para murid agar memiliki karakter atau akhlak mulia.Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengadakan Studi Kepustakaan dan  studi kasus di lapangan. Penelitian menemukan bahwa Proses internalisasi karakter yang dilakukan melalui berbagai riyadhah, merupakan latihan spiritual mencakup seluruh aspek kehidupan, baik ibadah maupun muamalah dalam upaya menjaga hubungan harmonis manusia dengan Allah, manusia dengan manusia lain, manusia dengan lingkunganny, dan manusia dengan dirinya sendiri. Sehingga mampu membersihkan ruhani dan mampu mengabdikan diri kepada Ilahi, dengan memiliki karakter atau akhlak mulia dan senantiasa melakukan kebaikan dalam hidup.
Professionalism of Islamic spiritual guide Susana Aditiya Wangsanata; Widodo Supriyono; Ali Murtadho
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2020.1.2.5919

Abstract

Purpose - The aim of this research was to recognize radically (deeply) the professionalism of Islamic spiritual guides.Method - This research used descriptive qualitative with the determination of informants using the model of snowball. The data analysis in this study used Creswell's theory of analysis ranging from data reduction, display, and to conclutions.Result - The results of this study indicate that a professional Islamic spiritual guide needs to meet three indicators in order to carry out counseling process optimally. The indicators of professionalism are relevant educational qualifications, expertise or qualified credibility, and finally the presence of payment commensurate with the quality of work. Meanwhile, the professionalism of Islamic spiritual guidance services is to pay attention to the time and material given to counselees so that they can display or provide Islamic spiritual guidance services professionally.Implications - The implication of this research is to improve performance professionally by absorbing the experts or specialists in the field of Islamic spiritual guidance.Originality - The originality of this study is that it is the first research model to apply the correlation research method with the LESKAP pattern. Tujuan - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara radikal (mendalam) profesionalisme pembimbing spiritual Islam.Metode - Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan penentuan informan menggunakan model snowball. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teori analisis Creswell mulai dari reduksi data, penyajian, dan penarikan kesimpulan.Hasil - Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seorang pembimbing spiritual Islam profesional perlu memenuhi tiga indikator agar dapat melaksanakan proses penyuluhan secara optimal. Indikator profesionalisme diantaranya, kualifikasi pendidikan yang relevan, keahlian atau kredibilitas yang mumpuni, dan terakhir adanya perhatian yang sepadan dengan kualitas pekerjaan. Sedangkan profesionalisme layanan bimbingan spiritual Islam adalah dengan memperhatikan waktu dan materi yang diberikan kepada konselor sehingga dapat menampilkan atau memberikan layanan bimbingan spiritual Islam secara profesional.Implikasi - Implikasi dari penelitian ini adalah untuk memberikan saran dalam hal meningkatkan kinerja secara profesional dengan menyerap tenaga ahli atau spesialis di bidang pembinaan spiritual Islam.Originalitas - Keaslian penelitian ini adalah model penelitian yang pertama kali menerapkan metode penelitian korelasi dengan pola LESKAP.
Happiness reconstruction through Islamic guidelines in blinds in The Muslim Blinds of Indonesia (ITMI) Central Java Izza Himawanti; Ahmad Hidayatullah; Andhi Setiyono
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2020.1.1.5768

Abstract

Blind experience various psychological conditions that need attention, such as feeling inferior, hopeless, and useless so that it affects the level of happiness. The main purpose of this study is to determine the process of reconstruction of happiness in blind people through Islamic guidance. This research uses a qualitative method with a phenomenological approach; the process of data analysis uses the Interpretative Phenomenological Analysis technique. The subjects of the study were the blind who were members of ITMI (Indonesian Moslem Blind Association) and actively in Islamic guidance. The process of selecting subjects uses a purposive sampling method. The results showed that Islamic guidance had a positive influence in the process of reconstructing the happiness of the blind. Various processes of cognition and affection can be explored well during the process of Islamic guidance. The process of reconstructing happiness in the blind people goes through six stages, beginning with the stage of negative emotional conditions such as despair and anxiety, feeling isolated from the social environment, and then undertaking the process of finding meaning in life and reconstructing happiness. Individu dengan tunanetra seringkali mengalami berbagai kondisi psikologis yang perlu mendapat perhatian, seperti merasa rendah diri, merasa putus asa, merasa tidak berguna sehingga berpengaruh pada tingkat kebahagiaannya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses rekonstruksi kebahagiaan pada penyandang tunanetra melalui bimbingan islami. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, proses analisis data menggunakan teknik Interpretative Phenomenological Analysis. Subjek penelitian adalah tunanetra yang tergabung sebagai  anggota ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia) dan aktif mengikuti bimbingan  islami. Proses pemilihan subjek menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa bimbingan islami memberikan pengaruh yang positif dalam proses rekonstruksi kebahagiaan individu dengan tunanetra. Berbagai proses kognisi dan afeksi dapat tereksplorasi dengan baik selama proses bimbingan Islami. Proses rekonstruksi kebahagiaan pada tunanetra melalui enam tahapan, berawal dari tahap kondisi emosi yang negatif seperti putus asa dan kecemasan, perasaan terisolasi dari lingkungan sosial, hingga kemudian melakukan proses penemuan makna hidup dan merekonstruksi kembali kebahagiaanya.
Self-esteem people with HIV/AIDS: Review of reality counseling approach Anis Lud Fiana
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2020.1.2.5941

Abstract

Purpose -  The purpose of this study was to determine the self-esteem of people with HIV/AIDS in terms of the reality counseling approach.Method - The method used in this paper is a literature study.Result - The results of this study indicated that the reality counseling approach with the wants, needs, and perceptions, direction and doing, self-evaluation, and planning (WDEP) technique could help their circumstances and situations assess more realistically, help reduce the burden on thoughts, help find meaning in their lives, help have a life expectancy, and maintain or increase the self-esteem of people with HIV/AIDS.Implications - The results of this study expected to provide benefits in scientific guidance and counseling considering that in terms of applicability, the reality approach can be used for various problems in counseling practice.Originality - In this paper, a reality counseling approach can be one way as a form of mental support. People with HIV/AIDS needs the help of others in going through its downtime in achieving the self-esteem that ultimately reaches the meaning of his life. Tujuan -  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui harga diri orang dengan HIV/AIDS (ODHA) ditinjau dari pendekatan konseling realitas.Metode - Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi literatur.Hasil - Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan konseling realitas dengan teknik wants, needs, and perceptions, direction and doing, self-evaluation, and planning (WDEP) dapat membantu menilai keadaan dan situasi mereka secara lebih realistis, membantu mengurangi beban pikiran, membantu menemukan makna dalam hidup mereka, membantu memiliki harapan hidup, dan mempertahankan atau meningkatkan harga diri ODHA.Implikasi - Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang bimbingan dan konseling, pendekatan realitas dapat digunakan untuk berbagai permasalahan dalam praktik konseling.Orisinalitas - Dalam tulisan ini, pendekatan konseling realitas dapat dijadikan salah satu bentuk dukungan mental. ODHA membutuhkan bantuan orang lain dalam menjalani masa henti dalam mencapai harga diri yang pada akhirnya mencapai makna hidupnya.
Dzikir as a therapy in sufistic counseling Ade Sucipto
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2020.1.1.5773

Abstract

This paper was aimed to provide knowledge that Dzikir can be used as an alternative therapy in sufistic counseling. Sufis have the view that all the problems faced by all individuals come from an uneasy heart or mind, so the first process of giving assistance to be done is to organize the heart or mind. Dzikir as a therapy in sufistic counseling is interesting to be studied further by using a grounded theory in qualitative research method. The results show that dhikr therapy is one of the sufistic counseling techniques that can be used to heal an uneasy heart or mind. Dzikir will make the counselee closer to the creator, namely Allah. In addition, dhikr makes the counselee aware of the essence of himself as a creature of God so that the powers of the soul emerge that will help the counselee overcome problems at hand. Tulisan ini bertujuan  untuk memberikan pengetahuan bahwa berdzikir dapat dijadikan salah satu alternatif terapi dalam konseling sufistik. Para sufi mempunyai pandangan bahwa semua masalah yang dihadapi oleh semua individu berasal dari hati atau batin yang tidak tenang, sehingga proses pemberian bantuan yang pertama harus dilakukan adalah menata hati atau batin. Dzikir sebagai terapi dalam konseling sufistik menarik untuk dikaji lebih lanjut dengan menggunakan metode penelitian kualitatif jenis grounded theory. Hasilnya menunjukkan bahwa terapi dzikir merupakan salah satu teknik konseling sufistik yang dapat digunakan untuk menyembuhkan hati atau batin yang tidak tenang. Berdzikir akan menjadikan konseli lebih dekat dengan sang pencipta yaitu Allah. Selain itu berdzikir menjadikan konseli dapat menyadari esensi diri sebagai mahluk Allah, sehingga muncul kekuatan-kekuatan dari jiwa yang akan membantu konseli mengatasi maslaah masalah yang sedang dihadapi.
Mental health with COVID-19: Health crisis intervention Sri Maullasari; Anis Lud Fiana
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2020.1.2.5945

Abstract

Purpose - The research objective is to describe and explain health crisis interventions in mental health with COVID-19.Method - This peper use a literature study of various literature on mental health with COVID-19: health crisis interventions.Result - This study indicates that crisis intervention assists those afflicted by a crisis that requires quick handling to be resolved immediately, and the psychological balance is immediately restored during the COVID-19 pandemic.Implications - This research is expected to be the basis for determining intervention models in mental health disorders.Originality - A concept of health crisis intervention assistance. Tujuan -  Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan intervensi krisis kesehatan pada kesehatan jiwa dengan COVID-19.Metode - Peper ini menggunakan studi literatur dari berbagai literatur tentang kesehatan mental COVID-19: intervensi krisis kesehatan.Hasil - Studi ini menunjukkan bahwa intervensi krisis membantu mereka yang terkena krisis dimana membutuhkan pendampingan cepat untuk segera diatasi, dan keseimbangan psikologis agar segera pulih selama pandemi COVID-19.Implikasi - Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk menentukan model intervensi pada gangguan kesehatan jiwa.Orisinalitas - Konsep bantuan intervensi krisis kesehatan.