cover
Contact Name
Bayu Koen Anggoro
Contact Email
bahasaseni.journal@um.ac.id
Phone
+628123319233
Journal Mail Official
bahasaseni.journal@um.ac.id
Editorial Address
Semarang St. No 5, Malang, Indonesia
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya
ISSN : 08548277     EISSN : 25500635     DOI : https://doi.org/10.17977
Core Subject : Education,
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya is a double-blind peer-reviewed international journal published twice a year in February and August (ISSN 0854-8277) (E-ISSN 2550-0635). This journal publishes scientific articles on language, literature, art, as well as their relation to teaching. lt publishes empirical and theoretical studies in the form of original research, case studies, research or book reviews, and innovation in teaching and learning with various perspectives. Articles can be written in English, Indonesian, or other foreign languages.
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 51, No 2 (2023)" : 11 Documents clear
The concept of Tritangtu at Tarawangsa music performance in Pasir Biru Village, Rancakalong, Sumedang Sri Rahayu Ferawati; Aris Setiawan
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v51i22023p243

Abstract

This study aims to reveal the aesthetics of the concept of Tritangtu (the trinity) in the Tarawangsa music performance in Kampung Pasir Biru, Rancakalong, Sumedang. Tarawangsa is a ritual ceremony related to religious magic to honor Keursa Nyai (goddess of fertility). The music in this ritual is not just an accompaniment or ritual compliment but even deeper shows a strong connection with the concept of Tritangtu, namely the world of heaven, the human world, and the underworld. This study uses the ethnographic method, by performing an in-depth recording of the event. The recording is to find out in more detail why Tarawangsa music is played, in what context, and how do people believe in it. In addition, the concept of Tritangtu, belief in three main elements (metacosm, microcosm, and macrocosm) shows a thought of the Rancakalong people about the balance of human life with God and nature. The study results show that the cultural customs of the Pasirbiru community, in general, indicate how this balance is maintained. They believe there will be a significant impact if one of the Tritangtu elements is not fulfilled, and Tarawangsa's music is an essential element in this effort.Konsep Tritangtu pada pertunjukan musik Tarawangsa di Desa Pasir Biru, Rencakalong, SumedangPenelitian ini bertujuan untuk mengungkap estetika konsep Tritangtu (urutan tiga unsur) dalam pertunjukan musik Tarawangsa di Kampung Pasir Biru, Rancakalong, Sumedang. Tarawangsa adalah upacara ritual yang berhubungan dengan ritual keagamaan untuk menghormati Keursa Nyai (dewi kesuburan). Musik dalam ritual ini bukan sekedar pengiring atau pujian ritual, tetapi lebih dalam lagi menunjukkan keterkaitan yang kuat dengan konsep Tritangtu yaitu dunia surga, dunia manusia, dan dunia bawah. Penelitian ini menggunakan metode etnografi, dengan mencatat secara mendalam suatu peristiwa. Pencatatan itu untuk mengetahui lebih detail mengapa musik Tarawangsa dimainkan, dalam konteks apa, dan bagaimana masyarakat mempercayainya. Selain itu, konsep Tritangtu, kepercayaan pada tiga unsur utama (metakosmos, mikrokosmos, dan makrokosmos) menunjukkan pemikiran masyarakat Rancakalong tentang keseimbangan hidup manusia dengan Tuhan dan alam. Hasil kajian menunjukkan bahwa adat budaya masyarakat Pasirbiru secara umum menunjukkan bagaimana keseimbangan itu dijaga. Mereka yakin akan ada dampak yang signifikan jika salah satu unsur Tritangtu tidak terpenuhi, dan musik Tarawangsa menjadi unsur penting dalam upaya tersebut.
Retta language revitalization learning materials in Alor Regency Satwiko Budiono; Evi Noviani
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v51i22023p312

Abstract

Currently there are various learning materials that are able to motivate younger generations in learning local and indigenous languages. One example is the creation of songs in Retta language revitalization program in Alor Regency. In this regard, this study seeks to explain the process of revitalizing the Retta language and reviewing the effectiveness of   revitalizing the Retta language through local language songs as learning materials. This is important because language and culture transmission through songs is a novelty in a language revitalization program. The research method uses a community—based language revitalization model and a descriptive qualitative approach with observational method from the analysis of Retta language songs in the language revitalization program. As a result, the Retta language revitalization in the South Ternate Village using local language songs is effective in increasing the interest of young speakers in the local language. This is based on the impact felt by the language revitalization participants as young speakers and Retta speakers in general. Besides that, the Retta language revitalization program was also able to raise public and local government awareness with evidence of the signing of a memorandum of understanding to preserve the Retta language in the future. Thus, the Retta language revitalization program using local language songs can continue to be developed by the local government.Bahan pembelajaran revitalisasi bahasa Retta di Kabupaten AlorAda banyak bahan pembelajaran yang dapat menjadi pendukung untuk meningkatkan motivasi penutur muda dalam belajar bahasa daerah. Salah satu contohnya adalah pembuatan lagu berbahasa daerah dalam program revitalisasi bahasa Retta di Kabupaten Alor. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini berusaha menjelaskan proses revitalisasi bahasa Retta dan meninjau keefektifan bentuk revitalisasi bahasa melalui lagu berbahasa daerah sebagai bahan pembelajaran. Hal ini disebabkan transmisi bahasa dan budaya melalui lagu termasuk hal baru dalam program revitalisasi bahasa. Metode penelitian menggunakan model revitalisasi bahasa berbasis komunitas dan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode observasi dari analisis lagu berbahasa Retta dalam program revitalisasi bahasa. Hasilnya, revitalisasi bahasa Retta di Desa Ternate Selatan dengan menggunakan lagu berbahasa daerah efektif meningkatkan minat generasi muda terhadap bahasa daerah. Hal ini berdasarkan dampak yang dirasakan oleh peserta revitalisasi bahasa sebagai penutur muda dan penutur bahasa Retta secara umum. Selain itu, program revitalisasi bahasa Retta juga mampu meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah dengan bukti penandatanganan nota kesepahaman untuk melestarikan bahasa Retta di masa depan sehingga program dapat terus dikembangkan oleh pemerintah daerah setempat.
Revealing the power practices and ideology of pedophiles in pedophile community through transitivity choices Antok Risaldi; Anang Santoso; Moch. Syahri; Yuni Pratiwi
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v51i22023p176

Abstract

Among the choices of grammatical forms, the transitive system stands out in the pedophile community. The purpose of this study is to reveal the exercise of power and ideology of pedophiles through their transitive choices. In systemic functional linguistics (SFL), the transitivity system is widely used to analyze isolated clauses and contextual clauses. The data for this research was taken from conversational texts by pedophiles at WordPress Jakongsu from December 2021 to February 2022.  Data were collected through netnography approach (Kozinets, 2010), which applies ethnography collection technique in the virtual world. The existed data were compiled in a digital archive. To analyze the data, Fairclough's critical discourse analysis (CDA) model was used (i.e., description, interpretation, and explanation). The findings of the study indicate that pedophiles tend to use clauses of the material process than those of mental and relational processes.Mengungkap praktik kuasa dan ideologi pelaku kejahatan dalam komunitas pedofilia melalui pilihan ketransitifanDi antara pilihan terhadap bentuk-bentuk gramatikal, pilihan sistem ketransitifan begitu menonjol dalam komunitas pedofilia. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap praktik kuasa dan ideologi pelaku kejahatan dalam komunitas pedofilia melalui pilihan ketransitifan. Dalam linguistik sistemik fungsional (LSF), sistem transitivitas adalah sarana yang umum digunakan untuk menganalisis klausa yang terisolasi maupun klausa dalam konteks. Data penelitian ini diambil dari satu komunitas pedofilia di Wordpress Jakongsu selama Desember 2021 hingga Februari 2022. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini berupa netnografi yang mengacu kepada pendapat Kozinets (2010), yang merupakan bentuk adopsi dari teknik pengumpulan etnografi pada ranah dunia maya. Data yang sudah ada dikumpulkan dalam pengarsipan digital. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan model analisis wacana kritis dari Fairclough, yakni deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi. Temuan dari penelitian ini menjelaskan bahwa dalam pedofilia memiliki kecenderuan untuk menggunakan klausa yang berjenis proses material dibandingkan klausa yang berjenis proses mental dan proses relasional.
Pre-service teachers’ perceptions towards the implementation of multimodal texts in microteaching classes Jullius Christ Addel Haryyadi; Zuliati Rohmah
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v51i22023p255

Abstract

In the digital age, technological advances impact EFL language instruction in Indonesia. After examining the current and future demands of education, prospective educators need to attain the minimum standards to fulfill students' needs in the twenty-first century. Multimodal texts in education are one way to solve today's pedagogical needs. The current study explores pre-service teachers' perceptions of their performance in utilizing multimodal texts in micro­teaching classes. Data were collected from the 6th-semester students from the English Language Education Study Program, the Faculty of Cultural Studies, Universitas Brawijaya, Indonesia. This research applied mixed methods, combining data collection from observation, questionnaires as primary sources, and a focus group discussion (FGD) to support the data. Then, the questionnaire data were analyzed quantitatively, and data from the FGD were coded and analyzed using thematic analysis. The finding shows that the pre-service teachers applied five types of multimodal texts in microteaching classes. In addition, although most of them perceive positively toward the use of multimodal texts in their teaching practice, there are still challenges in implementing digital-based multimodal texts, such as limited access to digital applications and confusion in integrating digital applications into learning activities.Persepsi guru pra-kerja terhadap implementasi teks multimodal di kelas microteachingDi era digital, kemajuan teknologi berdampak pada pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia. Setelah melihat tuntutan pendidikan saat ini dan masa depan, calon pendidik perlu mencapai standar minimum untuk memenuhi kebutuhan siswa di abad kedua puluh satu. Teks multimodal dalam pendidikan merupakan salah satu cara untuk menjawab kebutuhan pedagogis saat ini. Studi saat ini mengeksplorasi persepsi calon guru tentang kinerja mereka dalam memanfaatkan teks multimodal di kelas microteaching. Data dikumpulkan dari mahasiswa semester 6 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode campuran, menggabungkan pengumpulan data dari observasi, kuesioner sebagai sumber data utama, dan Focus Group Discussion (FGD) untuk mendukung data. Kemudian data kuesioner dianalisis secara kuantitatif, dan data hasil FGD diberi kode dan dianalisis menggunakan analisis tematik. Temuan menunjukkan bahwa calon guru menerapkan lima jenis teks multimodal di kelas microteaching. Selain itu, meskipun sebagian besar dari mereka berpersepsi positif terhadap penggunaan teks multimodal dalam praktik pengajaran, masih ditemukan beberapa tantangan dalam mengimplementasikan teks multimodal berbasis digital, seperti keterbatasan akses ke aplikasi digital dan kebingungan dalam mengintegrasikan aplikasi digital ke dalam bentuk kegiatan pembelajaran.
The creative process of two Indonesian NFT artists from the perspective of actor-network theory Rendy Pandita Bastari; Idhar Resmadi; Wahyu Lukito
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/10.17977/um015v51i22023p193

Abstract

The development of crypto has resulted in NFT (non-fungible token) derivation. Artists began to explore the NFT market with its potential. NFT artists have different ways to get engagement and establish themselves in the world of NFT, whether in terms of artwork substance or in the social field. This study aims to deconstruct the actors behind NFT artists to elucidate the visual style and the social engagement of artists in the world of NFT. The method used in this study is a qualitative approach with data validation from interviews and NFT artwork samples. The data was subsequently processed using actor-network theory (ANT) to analyze and trace the actors behind the NFT artists. Two Indonesian artists, namely Angga Tantama and Mufti Prianka, became the study cases in this research. The result of this study shows heterogeneous actors who support the artists in their work's substance and social engagement. In the case of Mufti Prianka, NFTs influenced him to explore the possibilities of creating digital artworks, whereas for Angga, NFT platforms became one of his well-established channels to publish artworks. Based on their networks, the two Indonesian artists studied have different approaches and motivations in creating and engaging with NFTs.Proses kreatif dua seniman NFT Indonesia dalam perspektif teori jaringan aktorPerkembangan kripto telah menghasilkan derivasi NFT (non-fungible token). Para seniman mulai menjajaki pasar NFT dengan potensinya. Seniman NFT memiliki cara yang berbeda untuk mendapatkan keterlibatan dan memantapkan diri di dunia NFT baik dari segi substansi karya seni maupun dalam bidang sosial. Gaya visual dalam kategori ini bervariasi dengan seniman yang berbeda yang merupakan pencipta di belakangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendekonstruksi aktor di balik seniman NFT untuk menjelaskan gaya visual dan keterlibatan sosial seorang seniman di dunia NFT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan validasi data dari wawancara dan sampel karya seni NFT. Data tersebut selanjutnya diolah menggunakan teori jaringan aktor (ANT) untuk menganalisis dan menelusuri aktor di balik seniman NFT. Dua seniman Indonesia menjadi studi kasus dalam penelitian ini, yaitu Angga Tantama dan Mufti Prianka. Hasil penelitian ini menunjukkan aktor heterogen yang mendukung seniman dalam substansi karya dan keterlibatan sosialnya. Dalam kasus Mufti Prianka, NFT memengaruhinya untuk mengeksplorasi kemungkinan dalam menciptakan karya seni digital, sedangkan pada Angga, platform NFT menjadi salah satu salurannya yang mapan untuk mempublikasikan karya seni. Berdasarkan jaringan mereka, dua seniman Indonesia yang diteliti memiliki pendekatan dan motivasi yang berbeda dalam menciptakan dan terlibat dengan NFT.
The conceptualization of political metaphors on Medan-Indonesia mass media M. Surip; Syaiful Rohim; M. Oki Fardian Gafari
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v51i22023p270

Abstract

he purpose of this study seeks to analyze the conceptualization of political metaphors contained in political discourse in mass media in Medan-Indonesia. The problem analyzed is how to conceptualize political metaphors in national mass media (waspada.go.id, medan.tribunnews.com, sumut.antaranews.com, and hariansib.com). The main theory used to discuss this research problem uses the conceptual metaphorical theory/CMT of Lakoff, Johnson, and Kövecses. This research uses qualitative descriptive methods, with methods using basic referential techniques. The total data is 15, sorted according to CMT theory. The results of the study found that the conceptualization of political metaphors in the mass media in Indonesia is divided into 4 mapping domains, namely: war domain mapping, religious, mystical/occult, and animal. The conceptualization of political metaphors in the mass media explains the manifestation of political reality in society. Politics is conceptualized into warfare, the religious reality of society, the unseen and the reality of the bad picture of politicians.Konseptualisasi metafora politik pada media massa di Medan-IndonesiaTujuan penelitian ini berupaya menganalisis konseptualisasi metafora politik yang terdapat pada wacana politik di media massa  di kota Medan-Indonesia. Permasalahan yang dianalisis adalah bagaimana konseptualisasi metafora politik di media massa kota Medan (waspada.go.id, medan.tribunnews.com, sumut.antaranews.com, and hariansib.com). Teori utama yang digunakan untuk membahas permasalahan penelitian ini menggunakan teori metafora konseptual/CMT Lakoff, Johnson, dan Kövecses. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan metode padan teknik dasar referensial. Jumlah data ada 15, dipilah berdasarkan teori CMT. Diperoleh hasil penelitian bahwa konseptualisasi metafora politik di media massa di Indonesia terbagi kedalam 4 ranah pemetaan, yaitu: pemetaan ranah perang, pemetaan ranah agama, pemetaan ranah mistis/gaib, dan pemetaan ranah binatang. Konseptualisasi metafora politik di media massa menerangkan wujud dari realitas politik di masyarakat. Politik dikonsepkan kedalam peperangan, realitas beragama masyarakat, sesuatu yang gaib dan realitas gambaran buruk sifat para politisi.
Identifying the proficiency level of primary English language teachers’ productive skills from Kurikulum Merdeka and CEFR Dimas Pujianto; Ika Lestari Damayanti; Fuad Abdul Hamied; Della Nuridah Kartika Sari
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v51i22023p210

Abstract

This study aims to identify the language proficiency level of primary English language teachers’ (PELTs) productive skills (speaking and writing) analyzed using the Common European Framework of References (CEFR) and Kurikulum Merdeka. As a foreign language in Indonesia, English language proficiency among PELTs is crucial to determine the success of the learning process in a classroom. Furthermore, PELTs should also possess adequate language proficiency to communicate effectively with students in any situation. However, several local context studies show the low language proficiency level possessed by PELTs. The low proficiency level was mostly gained through general English tests, for example TOEFL, which focuses on teachers’ receptive skills (listening and reading) and structure. A qualitative approach and case study research design were employed in this study. It was identified that the majority of teachers’ productive skills proficiency level is categorized into the B1/B2 level of CEFR. Additionally, the mixed level of proficiency among PELTs is still apparent which can create issues regarding primary-students’ language development and the standard of proficiency level that PELTs should be. Therefore, by involving subject teachers' communities and the government, a standard of language proficiency for PELTs should be developed.Mengidentifikasi tingkat kemahiran keterampilan produktif guru Bahasa Inggris tingkat dasar dari Kurikulum Merdeka dan CEFRPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kemahiran berbahasa guru Bahasa Inggris tingkat dasar di bidang keterampilan produktif (berbicara dan menulis) yang dianalisis menggunakan Common European Framework of References (CEFR) dan Kurikulum Merdeka. Sebagai bahasa asing di Indonesia, kemahiran berbahasa Inggris di antara guru Bahasa Inggris tingkat dasar sangat penting untuk menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, guru Bahasa Inggris tingkat dasar juga harus memiliki kemahiran berbahasa yang cukup untuk berkomunikasi secara efektif dengan siswa di berbagai situasi. Namun, beberapa studi berkonteks lokal menunjukkan rendahnya tingkat kemahiran berbahasa oleh guru bahasa Inggris tingkat dasar. Tingkat kemahiran yang rendah mayoritas diketahui dari uji bahasa Inggris umum seperti TOEFL yang fokus pada kemampuan reseptif guru (menyimak dan membaca) dan struktur. Pendekatan kualitatif dan desain penelitian studi kasus digunakan dalam penelitian ini. Ditemukan bahwa mayoritas tingkat ke­mahiran keterampilan produktif berbahasa Inggris guru Bahasa Inggris tingkat dasar dikategorikan ke dalam tingkat B1/B2 menurut CEFR. Selain itu, beragamnya tingkat kemahiran berbahasa Inggris guru tingkat dasar masih kentara sehingga dapat mengakibatkan masalah pada perkembangan berbahasa siswa tingkat dasar dan pengukuran standar tingkat kemahiran berbahasa guru Bahasa Inggris tingkat dasar. Oleh karena itu, dengan melibatkan komunitas guru dan pemerintah, sebuah standar untuk tingkat kemahiran guru bahasa Inggris tingkat dasar harus dikembangkan.
Improving reading skills by using Tyler model with the help of Quizizz Wafa Nurul Husna; Sofyan Sauri; Mohamad Zaka Al Farisi
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v51i22023p286

Abstract

Based on the results of the documentary research, the average score of the fifth-graders at Madrasah Diniyah Al-Fadlilah on Arabic subject is still low (below the Minimum Criteria of Mastery Learning). The purpose of this research is to determine the impact of the implementation of MTBMQ (Tyler-Model-Based Quizziz Learning Media) or Tyler model along with Quizizz on students' reading skills in Arabic subject, as well as to find the issues and solutions in the implementation of MTBMQ. This research utilizes a one group pre-test post-test design. The data are collected through multiple choice tests, along with semi-open Likert Scale questionnaires. Due to the fact that the research data are normally distributed, the researchers decide to use parametric statistical tests. The results show that this implementation has a significant effect on the students' reading skills in Arabic subject. Furthermore, the test results of the paired sample t-test show a sig (2-tailed) value of 0.000 less than 0.025. It means that after implementing MTBMQ, students' score has increased. The result of the N-Gain test, namely 0.65, also shows that MTBMQ is efficient to be implemented to improve students’ reading skills, especially when the material is in the moderate category.  The results of the Likert Scale questionnaire show that the main hindrances in implementing the MTBMQ are that students experience problems when logging into the Quizizz web and submitting answers, having difficulty finding the meaning of a word in the dictionary, and a lack of interest in learning to read.Meningkatkan keterampilan membaca dengan model Tyler berbantuan media QuizizzBerdasarkan hasil studi dokumen, rerata hasil belajar siswa kelas V Madrasah Diniyah Al-Fadlilah pada mata pelajaran bahasa Arab masih di bawah KKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penerapan Model Tyler berbantuan media Quizizz (MTBMQ) terhadap hasil belajar siswa pada keterampilan membaca bahasa Arab serta untuk mengetahui kendala dan solusi penerapan MTBMQ. Penelitian ini menggunakan rancangan one group pretest posttest design. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes pilihan ganda sebanyak sepuluh butir soal dan angket Skala Likert semi terbuka. Karena data pada penelitian ini berdistribusi normal, peneliti menggunakan uji statistik parametrik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada keterampilan membaca bahasa Arab. Hasil uji paired sample t-test memliki nilai sig (2-tailed) sebesar 0,000 kurang dari 0,025 yang berarti hasil belajar siswa sesudah diberi perlakuan dengan penerapan MTBMQ mengalami peningkatan. Selain itu, hasil uji N-Gain sebesar 0,65 menunjukkan bahwa penerapan MTBMQ cukup efektif dalam pembelajaran membaca dengan kategori sedang. Hasil angket Skala Likert menunjukkan bahwa kendala utama dalam penerapan MTBMQ ini ialah siswa mengalami kendala ketika log in ke dalam web Quizizz serta submit jawaban, mengalami kesulitan mencari makna sebuah kata dalam kamus, dan kurangnya minat belajar membaca.
Alleged case of blasphemy on podcast: Forensic linguistic analysis Novi Eka Susilowati; Sailal Arimi; Surahmat Surahmat; Fardan Mahmudatul Imamah
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v51i22023p225

Abstract

This study aimed to analyze the linguistic features that allegedly contained elements of blasphemy in Jenderal Dudung Abdurrachman's (JDA) speech. The analysis was carried out using a forensic linguistic perspective. This research data is in the form of JDA utterances delivered in a broadcast conducted with Deddy Corbuzier (DC). Based on a forensic linguistic analysis of the text of JDA's conversation with DC on Deddy Corbuzier's podcast, it can be concluded that JDA's linguistic evidence does not support blasphemy but a lack of knowledge in religion, especially in matters of faith. Due to the lack of knowledge of religion, JDA interprets religion and personifies God according to his understanding. In JDA's speech, there is also no intention to tarnish religion because the controversial JDA's speech cannot be interpreted partially but can be interpreted with other speeches. If it is related to other utterances, it can be concluded that there is no intention of JDA to tarnish religion. However, there are efforts by JDA to invite audiences to follow JDA's understanding and interpretation of religion.Dugaan kasus penodaan agama di podcast: Analisis linguistik forensikTujuan penelitian ini adalah menganalisis fitur kebahasaan yang diduga memuat unsur penodaan agama dalam tuturan Jenderal Dudung Abdurrachman (JDA). Analisis dilakukan dengan menggunakan perspektif linguistik forensik. Data penelitian ini berupa tuturan JDA yang disampaikan dalam siniar yang dilakukan bersama Deddy Corbuzier. Berdasarkan analisis linguistik forensik atas teks perbincangan JDA dengan DC di siniar DC, dapat disimpulkan bahwa tuturan JDA bukti-bukti kebahasaan tidak mendukung adanya penodaan agama, melainkan kurangnya pengetahuan dalam beragama, terutama dalam hal akidah. Akibat kurangnya pengetahuan dalam beragama tersebut, JDA menafsirkan agama dan mempersonifikasi Tuhan sesuai dengan pemahamannya. Dalam tuturan JDA juga tidak terdapat niat untuk menodai agama karena tuturan JDA yang kontroversial tersebut tidak dapat dimaknai secara parsial, melainkan dimaknai secara menyeluruh dengan tuturan-tuturan lain. Jika dikaitkan dengan tuturan yang lain, dapat disimpulkan bahwa tidak ada niat JDA untuk menodai agama. Meski demikian, terdapat upaya JDA untuk mengajak audiens agar mengikuti pemahaman dan penafsiran JDA tentang agama.
The construction and meaning of EasyJet airline 2016 advertisements Laurensius Nikolas Wibowo; Myrna Laksman-Huntley
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v51i22023p300

Abstract

EasyJet, a UK low-cost airline service provider launched several attractive advertisements to attract consumers' interest, one of which is a series of posters issued in 2016. These posters are interesting because the words show complex morphological processes and implied meanings that can be extracted. Previous studies have mostly examined morphological formation or have conducted semiotic studies, but none have linked morphological processes and images on posters with a semiotic approach. Therefore, this study analyzes the word formation process in the 2016 EasyJet advertisement, which has undergone a derivation process, and finds out the meaning contained in the advertisement using a semiotic approach. This qualitative study examines the posters based on Lehmann and Berthet’s (2018) theory of word formation and Barthes' (2013) semiotics theory. The result of this study indicates that in this advertising poster, EasyJet attracts people to use its services in several market segments or consumer groups according to their respective characteristics. The stratagem revealed through these posters is that EasyJet is an airline that wants to invite its prospective passengers to explore new activities.Konstruksi dan makna iklan maskapai EasyJet tahun 2016EasyJet, salah satu perusahaan penyedia jasa penerbangan berbiaya rendah (LCC) asal Inggris yang menyediakan layanan penerbangan berbiaya rendah, meluncurkan beberapa iklan menarik untuk menarik minat konsumen, salah satunya adalah serangkaian poster yang diterbitkan pada tahun 2016. Poster-poster tersebut menarik karena kata-kata di dalamnya menunjukkan proses morfologi yang kompleks dan makna tersirat yang dapat digali. Penelitian-penelitian terdahulu sebagian besar mengkaji tentang pembentukan morfologi atau telah melakukan kajian semiotika, namun belum ada yang mengaitkan proses morfologi dan gambar pada poster dengan pendekatan semiotik. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis proses pembentukan kata pada iklan EasyJet 2016 yang telah mengalami proses derivasi, dan mengetahui makna yang terkandung dalam iklan tersebut dengan menggunakan pendekatan semiotik. Penelitian kualitatif ini mengkaji poster-poster tersebut berdasarkan teori pembentukan kata Lehmann dan Berthet dan teori semiotika Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam poster iklan ini EasyJet menarik masyarakat untuk menggunakan layanannya di beberapa segmen pasar atau kelompok konsumen sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Gimik yang muncul berdasarkan poster-poster ini adalah EasyJet merupakan maskapai yang ingin mengajak calon penumpangnya menjelajahi aktivitas baru.

Page 1 of 2 | Total Record : 11