SOSIO KONSEPSIA: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
Sosio Konsepsia is a journal that dedicated to publishing and disseminating the results of research and development in social welfare area.The scope of this journal cover field research in social welfare areas. The topics include social protection, social security, social rehabilitation, social empowerment, poverty alleviation and management of social development
Articles
126 Documents
Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Kompetensi Komunikasi Inovatif Penyuluh Sosial
Sugiarti, Susie;
Sumardjo;
Fatchiya, Anna;
Sadono, Dwi
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 13 No. 3 (2024): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial (Pusdiklatbangprof Kesos), Kementerian Sosial RI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33007/ska.v13i2.3334
Penyuluh sosial memiliki peran penting dalam pembangunan kesejahteraan sosial, yaitu sebagai komunikator, informan, motivator, serta edukator.Tuntutan transformasi digital saat ini memberikan pengaruh kepada kebutuhan kompetensi yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi digital.Tingkat kompetensi komunikasi inovatif diukur melalui indikator tingkat literasi digital, kemampuan berempati, dan kemampuan komunikasi partisipatif. Karakteristik individu, faktor belajar, tingkat pemahaman peran, lingkungan kerja dan tingkat pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan memengaruhi kompetensi komunikasi inovatif penyuluh sosial.Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kompetensi komunikasi inovatif penyuluh sosial.Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari 2023 melalui sensus secara daring kepada Pejabat Fungsional Penyuluh Sosial di seluruh Indonesia.Jumlah penyuluh sosial yang berpartisipasi dalam penelitian ini mencapai 279 orang responden.Instrumen penelitian berupa kuesioner pertanyaan dan pernyataan menggunakan aplikasi digital Google Forms dengan tautan yang disebar melalui WhatsApp.Data diolah menggunakan analisis regresi linear Ordinary Least Square (OLS) Berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kompetensi komunikasi inovatif penyuluh sosial berada dalam kategori sedang dengan skor 54,5. Faktor belajar, tingkat pemahaman peran dan tingkat pemanfaatan TIK mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kompetensi komunikasi inovatif penyuluh sosial.
Lansia Berdaya Bangsa Sejahtera : Konsep Active Ageing terhadap Anak Muda Studi di Yogyakarta
Putri, Alcyva Anindita Aisha;
Hakim, Lukman Nul
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 13 No. 2 (2024): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial (Pusdiklatbangprof Kesos), Kementerian Sosial RI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33007/ska.v13i2.3358
Indonesia mengalami peningkatan pada struktur penduduk usia lanjut. Hal ini menyebabkan dampak positif dan negatif khususnya bagi keberlangsungan kehidupan bangsa. Lansia berdaya merupakan salah satu hal yang dapat meringankan kondisi bangsa untuk menjadi bangsa yang sejahtera. Konsep Active Ageing membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sejahtera. Konsep active ageing sendiri terdiri dari 8 faktor yang dibagi menjadi 2 bagian. Tentunya konsep ini akan berangkat sejak masa muda. Anak muda yang memahami konsep active ageing dapat menjadi lansia berdaya saat masa lanjut usia nanti. Hasil penelitian melalui metode statistic deskriptif ini penulis didapati bahwa anak muda memberikan hasil positif terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap konsep active ageing tersebut. Bahwa Anak Muda sudah mengetahui pengaplikasian konsep active ageing dalam kehidupan sehari- hari mereka. Secara teori kebanyakan anak muda belum maksimal dalam pemahaman konsep active ageing ini. Untuk penerapan konsep active ageing harus terus diterapkan oleh anak muda dan diteruskan kepada generasi berikutnya. Pemerintah dalam hal ini dapat memberikan pendampingan dan pemberdayaan kepada remaja agar dapat menjadi individu yang produktif bahkan hingga masa lanjut usianya yang berdampak juga pada kesejahteraan bangsa Indonesia nantinya.
Keberlanjutan Program Sociopreneur pada Kegiatan Bank Sampah, Proyek Magot, dan Serbat Jahe untuk Menangani Masalah Sosial
Barqah, Yulita Jumada;
Jaya , Pajar Hatma Indra;
Widayanti , Sri
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 13 No. 2 (2024): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial (Pusdiklatbangprof Kesos), Kementerian Sosial RI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33007/ska.v13i2.3360
Sociopreneur merupakan kegiatan inovasi dengan motif menyelesaikan masalah sosial, sekaligus mengembangkan aspek bisnisnya. Banyak orang percaya bahwa kegiatan sociopreneur merupakan solusi untuk mengatasi persoalan sosial dewasa ini. Munculnya banyak startup sociopreneur menandakan adanya optimisme masyarakat terhadap sosiopreneur. Namun jika melihat perkembangan sociopreneur dewasa ini muncul kekhawatiran karena banyak aktivitas sociopreneur yang mati suri, meskipun ada juga yang berkembang. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengapa ada sociopreneur yang mati suri, namun ada juga yang terus berkembang. Untuk menjawab permasalahan tersebut dilakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dalam kegiatan sociopreneur bank sampah-sedekah sampah, maggot, dan serbat jahe. Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan sociopreneur dapat berjalan ketika aktivitas bisnisnya berjalan dengan baik dan kegiatan sociopreneur lama kelamaan akan mati jika kegiatan yang berjalan hanya kegiatan sosial. Kegiatan sociopreneur pada bank sampah-sedekah sampah dan maggot mengalami mati suri karena mempunyai fokus terbalik, yaitu mementingkan kegiatan pada aktivitas sosial dan mengesampingkan aktivitas bisnisnya. Penelitian ini memberikan pengetahuan bahwa untuk menjamin sustainability program pemberdayaan sosial maka aktivitas tersebut harus menghasilkan keuntungan ekonomi.
Pengasuhan Alternatif dalam Masyarakat Tradisional: Studi Kesejahteraan Anak di Dusun Gunung Loncek, Kalimantan Barat
Listyaningrum, Indah
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 14 No. 1 (2024): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial (Pusdiklatbangprof Kesos), Kementerian Sosial RI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33007/ska.v14i1.3378
Pengasuhan anak merupakan faktor penting untuk mendukung perkembangan dan kesejahteraan anak. Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan, pemahaman mengenai sistem pengasuhan anak di masyarakat adat, terutama yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal, masih sangat kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi sistem pengasuhan alternatif pada masyarakat Dayak Kanayatn di Dusun Gunung Loncek dan mengidentifikasi faktor protektif dan risiko yang ada. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, hasil penelitian menunjukkan dua bentuk utama pengasuhan alternatif, yaitu pengasuhan oleh kerabat berdasarkan hubungan darah (pengasuhan kekerabatan) dan melalui prosesi adat pangarusant (pengasuhan angkat anak). Kedua bentuk pengasuhan ini memiliki akar budaya yang kuat dan dirancang untuk memastikan kesejahteraan anak secara holistik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem pengasuhan alternatif di masyarakat Dayak Kanayatn memiliki faktor perlindungan yang mendukung perkembangan anak sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya lokal. Temuan ini memiliki implikasi bagi pengembangan Pekerjaan Sosial Berbasis Budaya, yang menunjukkan bahwa integrasi praktik pengasuhan anak secara tradisional dapat memperkaya strategi pekerjaan sosial yang lebih peka terhadap budaya. Penelitian ini juga menekankan pentingnya mempertimbangkan konteks budaya dalam pengembangan kebijakan dan praktik pengasuhan anak di masyarakat adat.
Kesejahteran Psikososial Lanjut Usia Dan Penyedia Pelayanan Fasilitas Longterm Care (LTC) Masa Pandemi Covid-19
Heri Mis Cicih, Lilis
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 13 No. 3 (2024): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial (Pusdiklatbangprof Kesos), Kementerian Sosial RI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33007/ska.v13i3.3385
Pandemi COVID-19 berdampak pada penduduk termasuk lanjut usia dan penyedia layanan di fasilitas LTC (Perawatan Jangka Panjang atau PJP) atau panti sosial. Salah satu dampaknya terhadap kondisi psikososial lanjut usia dan penyedia layanan. Penelitian ini untuk mengetahui kondisi psikososial lanjut usia dan penyedia layanan di fasilitas LTC saat pandemi COVID-19. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengumpulan data secara kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif menggunakan kuesioner terstruktur dalam bentuk Google Form, dan kualitatif melalui wawancara mendalam, dilakukan pada masa pandemi COVID-19 tahun 2021. Kuesioner diberikan pada panti pemerintah pusat, provinsi, kabupaten atau kota, dan masyarakat sesuai hasil verifikasi dari Kementerian Sosial. Pemilihan fasilitas LTC didasarkan atas kepemilikan akreditasi, pelayanan dalam fasilitas LTC, dan keterwakilan wilayah barat, tengah, dan timur. Sebanyak 102 fasilitas LTC mengisi sesuai dengan ketentuan dalam pedoman kuesioner. Penerapan pembatasan sosial berdampak pada gangguan psikososial lanjut usia dan penyedia layanan di fasilitas LTC. Gangguan spikologis paling banyak dialami penyedia layanan fasilitas LTC adalah stress (52persen), dan untuk lanjut usia perasaan sedih (47persen). Perasaan kesepian ini timbul, karena adanya batasan sosial, sehingga berbagai kegiatan yang biasa dilakukan di fasilitas LTC juga dihentikan. Kunjungan dari keluarga juga dibatasi atau dilarang. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu bimbingan konseling, interaksi sosial antara penyedia layanan dan sesama lanjut usia di fasilitas LTC.
Utopia Bantuan Pangan Non Tunai dalam Mendorong Pemberdayaan Masyarakat
Sulistyowati, Fadjarini;
Saptaning Tyas , Hari;
Widati, Widati;
Puspitasari , Condrodewi
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 13 No. 3 (2024): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial (Pusdiklatbangprof Kesos), Kementerian Sosial RI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33007/ska.v13i3.3389
Salah satu upaya pemerintah mengatasi kemiskinan melalui program pemberian bantuan sosial. Pemerintah telah berulang kali menyalurkan program bantuan sosial dengan penamaan yang sering berganti. Program Bantuan Pangan Non Tunai(BPNT)yang berkembang menjadi Program Bantuan Sembak yakni bantuan peningkatan gizi keluarga dengan memenuhi 4 unsur yakni karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Tahun 2022, Kementrian Sosial mengubah penyaluran BPNT tidak lagi diberikan in natura bahan pangan yang disediakan oleh e-warong, tetapi diberikan secara tunai. Penelitian ini bertujuan melakukan kajian implementasi dan dampak perubahan kebijakan penyaluran dari program BPNT non tunai ke bantuan tunai pada masyarakat khususnya bagi e-warong dan Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Metode penelitian menggunakan deskriptif mendalam. Teknik perolehan data dilakukan dengan wawancara, FGD, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan memilih informan sesuai kapasitas dan perannya dalam penyaluran BPNT. Hasil penelitian menunujukkan dengan beralihnya kebijakan bantuan non tunai ke bantuan tunai dilakukan tanpa adanya evaluasi dan monitoring yang berdampak pada: 1)Ketidaktepatan pemanfaatan bantuan bagi penerima manfaat; 2) Pencapaian bantuan tidak efektif dan 3) Pemberdayaan masyarakat melalui E- Warong terhenti atau tidak berkelanjutan. Perubahan kebijakan penyaluran BPNT dilakukan tanpa adanya evaluasi dan monitoring yang terukur mengakibatkan kebijakan BPNT tidak memilih arah dan tujuan yang jelas.
Pemangku Kepentingan Mengatasi Permasalahan Anak Berhadapan Dengan Hukum Melalui Diversi
Wardianti, Adhani;
Hufad, Achmad;
Wahyudin , Uyu;
Suryadi, Ace;
Kartono, Rinikso
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 13 No. 2 (2024): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial (Pusdiklatbangprof Kesos), Kementerian Sosial RI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33007/ska.v13i2.3390
Permasalahan anak yang berhadapan dengan hukum melalui diversi tidak bisa dilaksanakan oleh salah satu pihak saja, sehingga harus melibatkan berbagai pihak yang terkait. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa para pemangku kepentingan yang terlibat dalam diversi untuk menyelesaian; permasalahan anak yang berhadapan dengan hukum. Beberapa instansi yang terlibat dalam penyelesaian permasalahan anak yang berhadapan dengan hukum antara lain Kementerian Sisial, Kementerian Hukum dan HAM, Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan Pekerja Sosial dan Pembimbing Kemasyarakatan sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan diversi. Sedang data sekunder berasal dari undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan Menteri Hukum dan HAM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyelesaian perkara Anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana. Dalam sistem ini diversi melibatkan peranan berbagai pemangku kepentingan mulai dari Pekerja Sosial, Pembimbing Kemasyarakatan, Polisi, Jaksa, dan Hakim dalam proses penyelidikan-persidangan hingga putusan. Keberhasilan diversi dalam berbagai tingkatan ditentukan oleh bagaimana pemangku kepentingan tersebut meyakinkan keluarga dan pelaku tentang posisi anak. Inilah yang menjadi kebaruan bahwa peran pemangku kepentingan dalam memberikan kesadaran kepada keluarga pelaku dan korban dengan berbagai peran yang menjadi tanggungjawabnya.
Kontribusi Pelatihan Pendamping Sosial PKH di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Bandung untuk Pencegahan dan Penanganan Stunting
Wahyudi, Agus;
Rahayu, Ety
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 13 No. 2 (2024): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial (Pusdiklatbangprof Kesos), Kementerian Sosial RI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33007/ska.v13i2.3394
Pelatihan bagi Pendamping sosial PKH diharapkan bermanfaat untuk pencegahan dan penanganan stunting, hal tersebut disebabkan pendamping sosial PKH melakukan pendampingan secara langsung ke KPM PKH dengan melakukan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga. Untuk mengetahui manfaat pelatihan pencegahan dan penanganan stunting. Untuk mengetahui kontribusi pelatihan pencegahan dan penanganan stunting bagi pendamping sosial PKH maka dilakukan penelitian evaluasi dengan melakukan melakukan analisis implementasi praktik peran-peran sebagai edukator, fasilitator, penyuluh sosial, advokat sosial dan mobilisator yang dilakukan peserta setelah mengikuti pelatihan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data melalui survey terhadap peserta pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pelatihan dan Pendidikan Kesejahteran Sosial Bandung tahun 2021. Hasil menunjukkan bahwa 61 persen peserta mampu memerankan peranannya dalam pencegahan dan penanganan stunting. Namun, perlu ada bimbigan lebih lanjut kepada peserta dalam mengimplementasikan perannya sebagai fasilitator, advokat sosial dan mobilisator, terutama terkait dengan bekerja dengan pihak-pihak terkait dalam pencegahan dan penanganan stunting. Oleh karena itu, disarankan untuk memperkuat dukungan berkelanjutan untuk penerapan materi pelatihan. Dukungan tersebut berasal dari Kementerian Sosial, Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Organisasi Sosial. Pemantauan kinerja pendamping sosial PKH guna memastikan bahwa pembelajaran dari pelatihan diimplementasikan secara efektif dalam praktik sehari-hari, pemberian sarana dan prasaran untuk menunjang penerapan materi pelatihan dan penyesuaian materi pelatihan dengan kondisi yang dialami oleh KPM PKH.
Prinsip Social Virtue dalam Pengembangan Potensi Diri Anak Penyandang Disabilitas Intelektual di SLB Fitria Kota Bogor
Setiawan, Koesworo;
Anwar, Muhammad Rasyid
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 13 No. 3 (2024): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial (Pusdiklatbangprof Kesos), Kementerian Sosial RI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33007/ska.v13i3.3396
Pengembangan potensi diri anak penyandang disabilitas menjadi perhatian penting di tengah masih lemahnya pemenuhan dan perlindungan hak-hak mereka. Penelitian ini menelaah prinsip berbasis nilai (social virtue) sebagai landasan guru (pandamping) dalam mengembangkan keterampilan seni siswa-siswi disabilitas intelektual (klien) di sekolah luar biasa (SLB). Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan data sekunder yang relevan. Informan sebanyak empat orang pendamping dan dua orangtua klien sebagai triangulasi yang ditetapkan berdasarkan prinsip purposive sampling. Materi wawancara diturunkan dari tiga konsep operasional: interpersonal skill, peran dan efektifitas komunikasi. Data dikategorikan, diseleksi, diurutkan, dan dikodekan sesuai dengan formulasi konsep dalam menjawab pertanyaan penelitian. Hasilnya, “social virtue” ditemukan di hampir semua proses intervensi baik pada area pengetahuan, sikap, maupun perilaku. Kesimpulannya, prinsip “social virtue” menjadi basis, katalis dan motivator pendamping dalam pengembangan keterampilan seni klien.
Praktik Anti-Opresi pada Lembaga Pelayanan bagi Penyandang Disabilitas
Cipta, Nurliana;
Rachim, Hadiyanto
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 14 No. 1 (2024): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial (Pusdiklatbangprof Kesos), Kementerian Sosial RI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33007/ska.v14i1.3397
Ketidakadilan sosial yang dialami populasi disabilitas di berbagai rentang umur diperparah dengan kurangnya pelayanan lintas umur dan lintas jenis disabilitas yang disediakan baik itu oleh pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Lembaga penyedia layanan bagi populasi disabilitas mayoritas masih bersifat karitas dan masih belum berubah dari model tradisional ke model sosial. Model sosial memandang fenomena disabilitas sebagai suatu kondisi yang dipengaruhi oleh struktur fisik lingkungan, perilaku sosial serta nilai budaya yang berkembang mengenai populasi disabilitas. Tujuan penulisan adalah untuk menggambarkan pelayanan yang ada bagi penyandang disabilitas kemudian dianalisa dari sudut pandang praktik anti-oppressive. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik, dengan pengumpulan data dilakukan menggunakan wawancara mendalam dan studi literatur, diperoleh 9 lembaga penyedia layanan bagi populasi disabilitas dan semua memberikan pelayanan yang bersifat rehabilitative. Setelah data terkumpul, kemudian dianalisa dengan menggunakan sudut pandang teori anti-oppressive. Hasil penelitian menemukan layanan bagi populasi disabilitas masih menggunakan pendekatan model medis dan orang disabilitas menjadi obyek dari layanan. Layanan yang mengubah cara pandang masyarakat terhadap populasi disabilitas, perlu terus digalakkan sehingga tidak ada lagi cara pandang diskriminatif dan perlakuan oppressive yang diberikan kepada populasi disabilitas.