Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

REVITALISASI PERAN PENYULUH AGAMA DALAM FUNGSINYA SEBAGAI KONSELOR DAN PENDAMPING MASYARAKAT Jaya, Pajar Hatma Indra
KONSELING RELIGI Vol 8, No 2 (2017): KONSELING RELIGI
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/kr.v8i2.2453

Abstract

Salah satu wilayah kerja konselor masyarakat adalah menjadi penyuluh agama. Profesi ini mempunyai peran yang strategis, namun selama ini penyuluh agama tidak terlalu popular di masyarakat. Tulisan ini bertujuan menawarkan perspektif baru terkait peran yang harus diambil oleh penyuluh agama. Hal itu dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab ketidakidealan fungsi penyuluh agama selama ini. Hasil riset menunjukan bahwa ketidakpopuleran penyuluh agama terjadi karena profesi ini bergerak di wilayah “wacana teologi” semata, bahkan perannya terkesan hanya persoalan “teknis peribadatan” yang sebenarnya sudah bisa dilakukan oleh dai-dai lokal. Untuk menjadi profesi yang bernilai bagi masyarakat, penyuluh agama tidak boleh hanya berfungsi sebagai agen informatif-edukatif yang mewujud dalam ceramah agama, namun penyuluh agama harus bisa menjadi pemungkin (enabler) dalam menyelesaikan semua persoalan masyarakat, baik masalah keagamaan ataupun non-keagama. Untuk itu penyuluh agama harus memainkan fungsinya sebagai konselor dan pendamping-advokat yang selama ini tidak banyak dijalankan. Meskipun penyuluh agama dituntut bisa menyelesaikan semua masalah masyarakat, namun ia tidak harus menyelesaikan masalah tersebut sendiri. Penyuluh agama dapat memainkan peran sebagai broker yang menghubungkan kebutuhan masyarakat berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait.  
Distorsi Komunikasi Pembangunan Pemerintahan Presiden Jokowi di Media Sosial Jaya, Pajar Hatma Indra
Jurnal ILMU KOMUNIKASI Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jik.v14i2.999

Abstract

Jokowi’s image as a leader is populist-nasionalist. However, there were some contradictory news with the related image in the social media, which is released in December 2016 until January 2017. This research aims to explore those distorted news. It is revealed that the government media framing did not dominate the social media. The news were interpreted or added in accordance with the viewer’s interest that leads to a hoax. This research reinforces Barthes, Baudrillard, and Eco that the era of social media brings the death of reality.
MAS ZAKKY: MODEL ZAKAT PEMBERDAYAAN DARI BAZNAS KOTA YOGYAKARTA Jaya, Pajar Hatma Indra
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jpm.2018.%x

Abstract

Ada dua model pengelolaan zakat di masyarakat, yaitu model carity (zakat konsumtif) dan model zakat produktif (zakat pemberdayaan). Dari dua model tersebut, model carity merupakan model yang paling sering digunakan. Padahal menurut Zakiyuddin Baidhawy (2015) model carity akan kesulitan untuk metransformasikan mustahik menjadi muzaki. Oleh karena itu saat ini BAZ/LAZ mulai mencoba bereksperimen untuk mempraktikan model zakat produktif, namun hasilnya belum optimal. Masih diperlukan eksperimen untuk membangun model zakat produktif yang ideal. Di BAZNAS Kota Yogyakarta terdapat program zakat pemberdayaan yang unik dengan nama Mas Zakky dalam Program Yogya Sejahtera. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pentasarufan zakat pemberdayaan model Mas Zakky dan bagaimana dampaknya bagi masyarakat. Pentasarufan model Mas Zakky dilakukan dengan empat tahap, yaitu penentuan muztahak yang tepat, pembekalan, pemberian daya, dan pendampingan yang terkontrol secara ketat. Penelitian ini menemukan bahwa kata kunci keberhasilan program zakat pemberdayaan adalah tidak boleh berhenti pada pemberian bantuan, namun harus dilakukan pendampingan dalam waktu satu tahun sehingga terbentuk kebiasaan baru dari para mustahik. Kebiasaan baru tersebut muncul karena penyadaran, pembiasaan, serta kontrol ketat lewat pemantauan tentang manajemen keuangan yang baik, yangmana mustahik diwajibkan untuk memberikan laporan usaha harian, laporan keuntungan bulanan, kewajiban menabung minimal 2,5 persen dari penjualan kotor setiap bulan, dan belajar berinfaq dengan menaruh kaleng “sedino sewu” di tempat usaha mereka. Program Mas Zakky berdampak pada mulai hilangnya kondisi fakir para mustahik karena munculnya pekerjaan baru, tumbuhnya kesadaran bahwa usaha dagang merupakan bentuk pekerjaan yang menguntungkan, munculnya kesadaran untuk menabung, rajin sholat dhuha, terbentuknya jaringan, dan munculnya kebiasaan berinfak.
Community Behavior and the Exposure of River in Yogyakarta from Feses Coli Bacteria Jaya, Pajar Hatma Indra; Sriharini, Sriharini
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 14, No 2 (2018)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v14i2.9721

Abstract

This study started from data of Riskesdas of the Ministry of Health which regards Special Region of Yogyakarta as a region with a good habit of defecating. However, according to a research conducted by the Environment Agency in Yogyakarta, all rivers in this region contain faecal colibacteria far above the threshold. This study aims to explain the factors that led to contamination of rivers by faecal colibacteria in Yogyakarta. The researcher conducted observation in the rivers in Yogyakarta and interviewed some people who lived near the rivers regarding their habit and knowledge about the rivers’ condition. This study concluded that the habit of defecating in rivers is rarely found in Yogyakarta and such habit will diminish naturally. However, there are some behaviors which give similar effects as defecating in rivers.  The society does not know that such behaviors could lead to the presence of faecal colibacteria. More importantly, although the rivers in Yogyakarta contain faecal colibacteria which UNICEF considers as harmful, the society does not confirm that such condition is harmful. This way, such unhealthy behavior of the society still exists.
EFEKTIFITAS PENJARA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SOSIAL Jaya, Pajar Hatma Indra
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol 9, No 1 (2012): Juni
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.133 KB) | DOI: 10.14421/hisbah.2012.%x

Abstract

Penjara merupakan institusi yang diharapkan berperan untuk melakukan transformasi seorang kriminal menjadi warga negara yang baik. Namun ternyata banyak narapidana melakukan kejahatan kembali setelah keluar dari penjara. Bahkan tidak jarang penjara berfungsi menambah ilmu kejahatan bagi para narapidana. Tulisan ini memberikan analisis tentang kekuranganpenjara di Indonesia yang menyebabkan ketidakefektifan lembaga tersebut untuk memutus rantai kejahatan dan masalah sosial. Untuk itu intervensi yang diberikan lapas kepada para narapidana tidak bisa parsial, namun multidisiplin. Keterampilan dan pendidikan diberikan kepada narapidana agar mereka mempunyai bekal untuk mendapatkan pekerjaan dan uang yang halal. Bimbingan dan konseling diberikan agar seorang narapidana menemukan rasa ketuhanan dan keagamaan sehingga menjadi pribadi yang religious. Selain intervensi di dalam penjara dibutuhkan intervensi sosiologi di luar penjara dalam tahap terminasi, berupa penyaluran dan garansi untuk melunturkan label atau steriotip negatif yang melekat dalam diri mereka sebagai mantan narapidana.
Peran Laki-Laki dalam Program Pemberdayaan Perempuan Jaya, Pajar Hatma Indra
Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam Vol. 17 No. 1 (2018)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University & The Asia Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/musawa.1.171.70-85

Abstract

Muhammad Yunus percaya bahwa membuka akses ke pinjaman bank merupakan cara yang paling penting untuk pengentasan kemiskinan dan wanita lebih dapat dipercaya dalam menggunakan uang daripada laki­laki. Cara ini berhasil dipraktikan Yunus di Bangladesh yang diapresiasi dengan hadiah nobel perdamaian. Keberhasilan tersebut telah menggugah banyak negara untuk menerapkan model­nya, termasuk Indonesia dengan program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM Mandiri di daerah pedesaan. Program ini memberikan akses khusus kepada perempuan untuk memperoleh pinjaman, sedangkan laki­laki tidak diperbolehkan mengakses program. Menjadi penting untuk memeriksa bagaimana peran laki­laki dalam penggunaan pinjaman dari Program SPP, mengingat dominasi budaya patriarki dalam masyarakat Jawa. Makalah ini menemukan bahwa ada beberapa jenis peran laki­laki dalam program. Salah satu jenisnya dramaturgi; meskipun perempuan secara resmi mengambil pinjaman, tetapi suaminya yang benar­benar menjalankan bisnis tersebut.[Muhammad Yunus believes that opening access to bank loan is the most important way for poverty alleviation and women are more credible than men in monetary management. This method is successfully practicing in Bangladesh and Yunus got the Nobel Peace Prize. This success story has inspired many countries to implement its models, including Indonesia with the Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM Mandiri program in rural areas. The program provides special access to women to obtain a loan, while men are not allowed to access the program. It becomes important to examine how the male role in using the SPP loan program is due to the dominance of patriarchal culture among Javanese societies. This article discovers that there are several types of male role in this program, one of them is type of dramaturgy; the woman formally takes the loan, but her husband who actually runs the business.]
Da’wah Culture: The Way of Bumi Langit Institute in Popularizing Tayib Lifestyle at Imogiri Bantul Jaya, Pajar Hatma Indra
KARSA: Journal of Social and Islamic Culture Vol 25, No 2 (2017)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v25i2.1308

Abstract

This research attempts to describe the Islamic preaching way used at Bumi Langit Institute in fostering Islamic lifestyle, especially tayib food consumption pattern, so as to be accepted by the society, including non-Moslems. In order to get an answer to such issue, the researcher conducted interviews to 15 informants, observation, and documentation study. This research found that a superiority of the preaching way at Bumi Langit Institute is the ability to unite some lessons contained in the Qur’an with some current empirical realities as well as present an example of living Qur’an, starting from food to the management of agriculture which can directly be learn, practiced, enjoyed, selfie, and adopted as a lifestyle at home. Bumi Langit gives a lot of scientific surprises showing that the long-left lifestyle and the unimagineable Islamic knowledge reserve far more priceless benefits than the lifestyle that is currently upheld. In addition to logical preaching messages that could be proven by empirical data, the preaching messages delivered at Bumi Langit are also supported with other uniqueness, starting from the figures of the preachers and the establishment of Islamic preaching segmentation for young-middle class who are familiar with gadget. Copyright (c) 2017 by KARSA. All right reserved DOI: 10.19105/karsa.v25i2.1308
EFEKTIFITAS PENJARA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SOSIAL Pajar Hatma Indra Jaya
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol 9, No 1 (2012): Juni
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.133 KB) | DOI: 10.14421/hisbah.2012.091-06

Abstract

Penjara merupakan institusi yang diharapkan berperan untuk melakukan transformasi seorang kriminal menjadi warga negara yang baik. Namun ternyata banyak narapidana melakukan kejahatan kembali setelah keluar dari penjara. Bahkan tidak jarang penjara berfungsi menambah ilmu kejahatan bagi para narapidana. Tulisan ini memberikan analisis tentang kekuranganpenjara di Indonesia yang menyebabkan ketidakefektifan lembaga tersebut untuk memutus rantai kejahatan dan masalah sosial. Untuk itu intervensi yang diberikan lapas kepada para narapidana tidak bisa parsial, namun multidisiplin. Keterampilan dan pendidikan diberikan kepada narapidana agar mereka mempunyai bekal untuk mendapatkan pekerjaan dan uang yang halal. Bimbingan dan konseling diberikan agar seorang narapidana menemukan rasa ketuhanan dan keagamaan sehingga menjadi pribadi yang religious. Selain intervensi di dalam penjara dibutuhkan intervensi sosiologi di luar penjara dalam tahap terminasi, berupa penyaluran dan garansi untuk melunturkan label atau steriotip negatif yang melekat dalam diri mereka sebagai mantan narapidana.
Trickle Down Efeck dan Perubahan Wajah Masjid di Yogyakarta Pajar Hatma Indra Jaya
INFERENSI: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 12, No 1 (2018)
Publisher : State Institute of Islamic Studies (IAIN) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/infsl3.v12i1.1-24

Abstract

In the last ten years, mosques in Yogyakarta are seen to be changing. This article aims at illustrating the changes and explaining the possible causes of the changes. In order to get the answers to such objectives, the researcher randomly searched for mosques in Yogyakarta that had innovative programs. Data showed that Jogokaryan mosque becomes the inspiration for the changes of mosques in Yogyakarta. The development of Jogokaryan mosque has become a “trickle down effect” that affects the revitalization of mosques in Yogyakarta. The concept to always make zero financial balance has raised awareness of the fact that so far infaq has not been spent optimally, while infaq should be used to accommodate the needs of those who make use of mosques. In fact, the spirit of making zero balance has encouraged the creativity of takmir (people involved in mosque management) to provide the best facilities for the worshippers. As a result, mosques in Yogyakarta are becoming more innovative in providing services for worshippers, both related to any services that are directly associated with prayer and related to services for those who are economically poor
Nasib Petani Dan Ketahanan Pangan Wilayah (Studi Tentang Kebijakan Pemerintah Dan Respons Masyarakat Desa Mulyodadi, Bantul Ketika Harga Komoditas Pertanian Naik) Pajar Hatma Indra Jaya
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.32923

Abstract

ABSTRACT The background of this research was the continuously increasing phenomenon of the land use and job conversions from agricultural to nonagricultural sector. The data showed the reduce of people enthusiasm for being a farmer. Hence, it could threat the regional  food resilience. This research aimed to observed the government policys when the prices of agricultural commodity increased and how the farmers response. To answered the objective of this research, the researcher looked at phenomenon of increasing price of chilli at the beginning of 2017 and the increasing price of rice in the beginning of 2018. Meanwhile, the response of the farmers was sought by making an interview with 33 farmers living in Mulyodadi Village, Bantul Regency. This research found that though the government had a vision to improved the prosperity of the farmer, it seemed that the government tended to reduced the price of agricultural commodity as soon as possible. As a result, it triggered the perception among farmers that the policy on the price of agricultural commodity in Indonesia did not give any hope to obtained the economic prosperity. They also viewed that their life would not be better as long asa the work in agricultural sector. As a consequence, the enthusiasm to be a farmer continously declined and weakened the regional/national  food resilience. ABSTRAKPenelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena alih fungsi lahan dan konversi pekerjaan dari pertanian ke non-pertanian yang setiap tahun angkanya selalu meningkat. Data tersebut menunjukan gairah masyarakat untuk bertani semakin hari semakin kecil sehingga dapat membahayakan ketahanan pangan wilayah. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk melihat kebijakan apa yang diambil pemerintah ketika harga-harga komoditas pertanian naik, serta bagaimana respons petani terhadap kebijakan tersebut. Untuk menjawab tujuan penelitian itu, peneliti melakukan kajian terhadap kebijakan yang diambil pemerintah ketika terjadi kenaikan harga cabai pada awal tahun 2017 dan kenaikan beras pada awal 2018. Sedangkan respons petani dicari dengan melakukan wawancara terhadap petani yang tinggal di Desa Mulyodadi Kabupaten Bantul. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun pemerintah mempunyai visi berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan petani, namun berdasarkan kebijakan-kebijakan yang diambil ketika harga komoditas pertanian naik menunjukkan bahwa pemerintah cenderung tidak suka dan berusaha menurunkan harga komoditas pertanian secara cepat. Akibatnya muncul pengetahuan di kalangan petani bahwa kebijakan harga komoditas pertanian di Indonesia tidak memberi mereka harapan untuk mendapatkan kesejahteraan ekonomi. Muncul pengetahuan bahwa nasib mereka tidak akan baik ketika tetap bekerja di sektor pertanian. Akibatnya gairan bertani terus menerus mengalami penurunan yang dapat melemahkan ketahanan pangan wilayah.