cover
Contact Name
Rahmat Sewa Suraya
Contact Email
mhat_suraya@yahoo.co.id
Phone
+6285395828765
Journal Mail Official
lisani.tradisilisan@uho.ac.id
Editorial Address
Kampus Hijau Bumi Tridharma Universitas Halu Oleo, Gedung Fakultas Ilmu Budaya Lantai II, Jl. H.E.A. Mokodompit, Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
LISANI : Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 26139006     EISSN : 26224909     DOI : https://doi.org/10.33772/lisani
Jurnal ini berisi tentang hasil penelitian, artikel ilmiah, makalah ilmiah dalam bidang kelisanan dalam bidang sastra dan budaya di Indonesia. Jurnal ini terbuka untuk para peneliti dan para penulis yang berminat dalam kajian tradisi lisan khususnya kelisanan dalam budaya dan sastra di Indonesia.
Articles 126 Documents
TRADISI KAFOFINDA NE WITE PADA ETNIK MUNA DESA WALELEI KECAMATAN BARANGKA KABUPATEN MUNA BARAT Munawar Munawar; Wa Kuasa Baka; Sitti Hermina
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 3 No 2 (2020): Volume 3 Nomor 2, Juli-Desember 2020
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v3i2.1175

Abstract

Tradisi kafofinda ne wite adalah suatu upacara yang bertujuan untuk mengatasi hal-hal yang dapat menyulitkan bayi tersebut pada saat melakukan aktivitas. Menginjakkan kaki bayi pertama kali merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keselamatan bayi sehingga dapat menginjakkan kaki di muka bumi. Kafofinda ne wite merupakan salah satu tradisi leluhur pada etnik Muna yang diwariskan secara turun-temurun dan di dalamnya banyak terkandung nilai-nilai budaya daerah, sehingga sampai sekarang tradisi ini masih dilakukan. Tujuan penelitian ini Untuk mendeskripsikan proses untuk mengetahui makna simbolik dalam tradisi kafofinda ne wite pada etnik Muna di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian tradisi kafofinda ne wite terdiri beberapa tahap pelaksanaan. Tahap Persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap. Makna tradisi kafofinda ne wite yaitu sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang telah mengizinkan seorang anak manusia untuk berpijak di Bumi ini.
TRADISI LOSA DALAM ADAT PERKAWINAN ORANG LAKUDO DI KELURAHAN LAKUDO KECAMATAN LAKUDO KABUPATEN BUTON TENGAH Susi Wulandari
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 4 No 1 (2021): Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2021
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v4i1.1200

Abstract

Tradisi Losa merupakan tradisi yang dilaksanakan oleh orang lakudo di kelurahan lakudo yang dilakukan sebelum menuju perkawinan. Tradisi losa merupakan bentuk pertanggungjawaban seorang laki-laki kepada perempuan yang akan dilamarnya. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Lakudo Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah dengan tujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi losa dan makna yang terkandung dalam tradisi losa di Kelurahan Lakudo Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.Data dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik observasi, dan wawancara mendalam yang didukung dengan dokumentasi dan perekaman suara dan video. Informan ditentukan secara pusposive sumpling. Informan dalam tradisi ini adalah Tokoh adat dan masyarakat yang pernah melakukan tradisi losa.Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu reduksi data, display data dan mernarik kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses pelaksanaan tradisi losa terdiri beberapa tahaap pelaksanaan yaitu tahap persiapan diantaraanya, pesolopi (kunjungan pertama), kafeena (bertanya), kacindano polangku (pengikat resmi). Tahap pelaksanaan yaitu pembawaan seserahan losa dan pembicaraan waktu pelaksanaan perkawinan. Tahap akhir yaitu seserahan dan makanan tradisional didoakan, dibagi-bagikan kepada keluarga atau yang hadir pada acara losa, kemudia makan bersama. Adapun makna dari tradisi losa yaitu penyelesaian adat serta pembawaan buah-buahan dan makanan tradisional.
RITUAL LAMBOKO KAWALU PADA ETNIK BUTON DI DESA KONDE KECAMATAN KAMBOWA KABUPATEN BUTON UTARA Misra Sari
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 4 No 1 (2021): Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2021
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v4i1.1201

Abstract

Ritual lamboko kawalu merupakan ritual yang dilaksanakan oleh etnik Buton khususnya di Desa Konde ketika ada keluarga yang meninggal dunia namun jasadnya tidak ditemukan lagi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan serta penyebab masyarakat melaksanakan ritual lamboko kawalu. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ritual lamboko kawalu terdiri dari beberapa tahap baik persiapan bahan, seperti kain kafan dan cerek air sampai tahap lamboko kawalu dan tahap akhir. Tujuan dari pelaksanaan ritual ini agar yang telah meninggal dunia bisa tenang serta diberikan tempat yang layak, keluarga yang ditinggalkan selalu diberika kesehatan oleh Allah SWT.
Poghiraha Adhara (Perkelahian Kuda) pada Masyarakat Muna La Ode Usman; Wa Ode Sifatu; Rahmat Sewa Suraya
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 6 No 1 (2023): Volume 6 No 1, Juni 2023
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v6i1.1203

Abstract

The purpose of this study is (1) to find out or analyze how the Muna people's oral form towards horses in West Muna Regency (2) what is the meaning of horse fighting in the Muna community in West Muna Regency. The method used in this study is qualitative research. Data collection was carried out using observation techniques (observation) in-depth interviews and documentation. The technique of determining informants in this study was carried out purposively. Data analysis techniques are as follows: data collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of this study indicate that (1) The oral form of the Muna people in Latugho Village in the Pogiraha Adhara Tradition (Horse Fighting) in West Muna Regency. (2) The meaning of horse fighting in the Muna community in West Muna Regency contains moral messages about the courage of a man to maintain his dignity if his property rights are violated by others. In preparation, we as horse handlers must also understand what horses must participate in the arena, because it is not only about the existence of horses but also a high self-esteem value of the horse handler himself. In horse fighting, there is a special technique in defeating the opponent's horse, and that is why before being shown in the arena, a horse trainer usually trains the parts of the horse that can quickly defeat its opponent, including training the back legs as support when facing, training the front legs to push and also injure until the most fatal part is using its mouth to bite its opponent, usually the parts of the body that make the opponent give up quickly are the neck and also the genitals of the opponent's horse.
KANSILALA : DIAGNOSA PENYAKIT PADA MASYARAKAT MUNA DESA KOLESE KECAMATAN PASIKOLAGA Anisa Anisa
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 4 No 1 (2021): Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2021
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v4i1.1204

Abstract

Kansilala adalah salah satu sistem pengetahuan lokal masyarakat Desa Kolese yang digunakan sebagai media untuk mendiagnosa suatu penyakit. Kansilala dapat mengetahui penyebab sakitnya seseorang, dimana penyakit tersebut sangat sukar untuk disembuhkan secara medis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis teknik kansilala dalam mendiagnosa penyakit pada masyarakat Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga, untuk mengidentifikasi jenis penyakit apa saja yang dapat didiagnosa dalam kansilala pada masyarakat Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna, untuk mengetahui makna kansilala pada masyarakat Desa Kolese Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi (pengamatan), wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik proposive sampling. Data dianalisis dengan teknik sebagai berikut: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menunjukan bahwa kansilala terdiri dari 2 teknik pendiagnosaan penyakit yaitu kansilala menggunakan kalolei dan kansilala menggunakan kakahitela. Dalam kansilala menggunakan kalolei terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan yaitu tahap persiapan alat dan bahan yaitu telur ayam kampung, air, abu dapur, kemenyan, tempat bakar kemenyan,kulit jagung, dan tempurung kelapa; tahap pelaksanaan yaitu tahap pendiagnosaan penyakit dan tahap akhir. Begitupun kansilala menggunakan kakahitela juga memiliki beberapa tahap pelaksanaan yaitu tahap persiapan alat dan bahan yaitu nyiru dan jagung 40 biji ; tahap pelaksanaan yaitu tahap pendiagnosaan penyakit dan tahap akhir. Adapun jenis penyakit yang dapat didiagnosa kansilala yaitu kahawirio, kaepeta, kala kalo, dan kalelei. Adapun makna dari kansilala yaitu agar pasien dapat diberi kesembuhan oleh Allah SWT.
Tradisi Lisan Kabhanti Gambusu pada Masyarakat Muna di Desa Lasunapa Kecamata Duruka Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 5 No 2 (2022): Volume 5 Nomor 2, Desember 2022
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v5i2.1206

Abstract

The oral tradition of Kabhanti Gambusu is being eroded by time, making it important to study to understand the meanings and values contained in the tradition of Kabhanti Gambusu. This research uses a descriptive qualitative approach with data sources obtained through informants using purposive sampling techniques. The results of the research show that the values contained in the Kabhanti Gambusu tradition are the values of togetherness, aesthetic value, ethical value, value of love, and value of advice. The value of togetherness can be found when playing Kabhanti Gambusu using musical instruments such as the oud and glass bottles as the rhythm of the Kabhanti being sung.
TRADISI PENGOBATAN KAWIO (BISUL) MASYARAKAT MUNA DESA KAMPANI KECAMATAN WADAGA KABUPATEN MUNA BARAT SULAWESI TENGGARA wa ode Jayanti
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 4 No 1 (2021): Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2021
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v4i1.1253

Abstract

Pengobatan kawio (bisul) adalah suatu pengobatan yang dilakukakan oleh masyarakat Muna Desa Kampani untuk mengobati penyakit berupa benjolan yang berwarna kemera-merahan yang berisi nanah disertai rasa nyeri yang menyebabkan badan serasa panas dan sakit pada bagian tubuh yeng terkena penyaikt kawio (bisul). Benjolan ini tumbuh pada bagian-bagian tertentu pada anggota tubuh manusia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjelaskan bentuk-bentuk pengobatan penyakit kawio Masyarakat Suku Muna Desa Kampani Kecamatan Wadaga, untuk mendeskripsikan Proses Pengobatan kawio (bisul) Masyarakat Suku Muna Desa Kampani Kecamatan Wadaga serta mendeskripsikan pola pewarisan tradisi pengobatan kawio (bisul) Masyarakat Muna Desa Kampani Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.Cara penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Metode yang dipakai dalam penelitian yaitu metode deskripsi dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitratif. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan tekni Proposive sampling. Data dianalisis dengan teknik sebagai berikut: pengumpulan data, reduksi data, klasifikasi data, display data serta mengambil kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawio (bisul) atau dalam bahasa latin dikenal dengan nama furungkel adalah benjolan merah pada kulit yang berisi nanah dan terasa nyeri, dan salah satu penyakit yang sering dialami masyarakat Desa Kampani Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat; kawio (bisul) memiliki beberapa jenis dan bentuk yang berbeda-beda berdasarkan pengetahuan tradisional Masayarakat Muna Desa Kampani diantaranya, kawio biasa atau bisul biasa, pikitai, osorambata, okasosora dan kawisu. Bisul biasa biasa tumbuh disemua kulit, pikitai hanya tumbuh di ketiak dan tidak tumbuh disemua kulit, sama halnya dengan sorambata hanya tumbuh di selengkangan, okasosora tumbuh dalam telinga sedangkan kawisu hanya tumbuh pada setiap jari tangan dan jari kaki. Pola pewarisan pengobatan kawio (bisul) secara tradisional dapat diwariskan melalui berguru dengan orang pintar, melalui keluarga dan lingkungan.
RITUAL PONTONGOHA TOWUNI PADA BAYI DI DESA ROMBO KECMATAN KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA rasni rasni
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 4 No 1 (2021): Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2021
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v4i1.1254

Abstract

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah, (1) Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan ritual Pontongoha towuni pada bayi di Desa Rombo Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara, (2) Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam ritual pontongoha towuni pada bayi di Desa Rombo Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Lokasi Desa Rombo Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung, wawancara terhadap informan dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan analisis deskritif kualitatif dengan meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) proses pelaksanaan ritual pontongoha towuni pada bayi “dulu jika dilaksanakan pontongoha towuni kecuali anak sudah berumur dua hari dan kemudian ari-ari bayi sudah di cuci sudah bersih lalu di simpan di dalam kelapa tua. Dengan perkembangan zaman sekarang ari-ari bayi tidak disimpan lagi didalam kelapa lagi tetapi disimpan dalam toples kaca kemudian dikubur akan tetapi tidak mengurangi makna yang terkandung dalam ritual pontongoha towuni. Tahap persiapan, alat dan bahan yang digunakan: linggis, parang, beras satu mangkok, telur mentah satu butir, uang sukarela, zakat, gelas, piring, sendok, talang, tudung saji. Sedangkan makanan yang disiapkan antara lain: pisang, lapa-lapa, cucur, pisang goreng, lauk pauk, dan makan ringan. Tahap pelaksanaan ritual pontongoha towuni bayi dipangku oleh keluarga bayi yang masih lengkap orang tuanya yaitu ibu dan ayah. Imam mengazankan bayi atau iqama. (2) Makna yang terkandung dalam ritual pontongoha towuni adalah makna religi, makna kesehatan, makna pada bahan yang digunakan, dan makna sosial.
TRADISI WANDILEA PADA MASYARAKAT KELURAHAN WALI KECAATAN BINONGKO KABUPATEN WAKATOBI Fika Fika
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 4 No 1 (2021): Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2021
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v4i1.1256

Abstract

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan proses/tahapan pelaksanaan tradisi wandilea, menjelaskan bentuk perubahan budaya pada tradisi wandilea, dan menjelaskan factor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan budaya pada tradisi wandilea. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan data yang digunakan berupa pengamatan/observasi kepada bentuk tradisi wandilea, wawancara kepada ketua adat, syarano wali serta masyarakat kelurahan wali yang memahami proses atau tahapan tradisi wandilea dan dokumentasi kepada tradisi saat persiapan hingga selesai. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa ada beberapa bentuk perubahan budaya pada tradisi wandilea pada zaman dahulu sangat terlihat jelas yaitu dari segi tata cara pelaksanaanya dan perlengkapan bahan/alat yang digunakan. Perlengkapan yang sudah tidak digunakan lagi yaitu, isa kancunu(ikan bakar), kadese kancunu(pisang bakar), hopa kancunu(ubi uwi bakar), rua kulu manu(dua ekor ayam), empat buah kelapa tua, benang putih, seruling, dan komunto(tempat makanan). Hilangnya perlengkapan tersebut tidak mengubah makna dan tujuannya, tetap sama dan tidak mengalami perubahan pada tradisi wandilea. Faktor yang mendorong terjadinya perubahan yaitu faktor perubahan penduduk yang terjadi pada masyarakat Kelurahan Wali adalah banyaknya jumlah kelahiran yang ada dimasyarakat sehingga kurangnya pemahaman tata cara proses pelaksanaan dan orang yang mengetahui tentang tradisi sudah meninggal dunia. Yang kedua yaitu penemuan baru dalam tradisi, dimana tradisi wandilea yang ada dikelurahan Wali mendapatkan penemuan-penemuan baru yang dibentuk seperti bungkusan kecil yaitu kakulumpi.
TRADISI BONGKAA TAU (PESTA PANEN) PADA MASYARAKAT LOMBE KELURAHAN BOMBONAWULU KECAMATAN GU KABUPATEN BUTON TENGAH
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 4 No 1 (2021): Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2021
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v4i1.1257

Abstract

Tradisi bongka’a ta’u merupakan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Lombe di Kelurahan Bombonawulu yang dilakukan pada saat musim panen jagung muda. Pelaksanaan bongka’a ta’u ini merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap para pejuang terdahulu sebagai peletak batu pertama di Benteng Bombonawulu dan ungkapan rasa syukur atas limpahan panen yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi bongka’a ta’u, untuk menganalisis makna simbolik tradisi bongka’a ta’u dan untuk mengalisis nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi bongka’a ta’u. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Lombe Kelurahan Bombonawulu Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, display data, dan menarik kesimpulan/verifikasi. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan tradisi bongka’a ta’u terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan yaitu tahap persiapan diantaranya, pengibaran bendera berwarna putih hitan, kafowanuno sumanga (pemberitahuan), dan persiapan sesajen. Tahap pelaksanaan yaitu pokalapa dan pobha. Tahap akhir haroa yang diakhiri dengan makan bersama. Makna simbolik yang terkandung dalam tradisi bongka’a ta’u dibagi menjadi dua yaitu makna simbolik alat dan bahan diantaranya makna kampana’a, makna enjelai (sejenis tebu), kelapa muda, dan bambu. Makna simbol perilaku diantaranya makna kafowanuno sumanga (pemberitahuan), makna menyediakan dalam dua talang haroa dan makna merentangkan kedua tangan sambil menggenggam batang enjelai. Tradisi bongka’a ta’u mengandung nilai estetika, nilai religius, nilai budaya hubungan manusia dengan alam, dan nilai solidaritas(kebersamaan).

Page 6 of 13 | Total Record : 126