cover
Contact Name
Rahmat Sewa Suraya
Contact Email
mhat_suraya@yahoo.co.id
Phone
+6285395828765
Journal Mail Official
lisani.tradisilisan@uho.ac.id
Editorial Address
Kampus Hijau Bumi Tridharma Universitas Halu Oleo, Gedung Fakultas Ilmu Budaya Lantai II, Jl. H.E.A. Mokodompit, Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
LISANI : Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 26139006     EISSN : 26224909     DOI : https://doi.org/10.33772/lisani
Jurnal ini berisi tentang hasil penelitian, artikel ilmiah, makalah ilmiah dalam bidang kelisanan dalam bidang sastra dan budaya di Indonesia. Jurnal ini terbuka untuk para peneliti dan para penulis yang berminat dalam kajian tradisi lisan khususnya kelisanan dalam budaya dan sastra di Indonesia.
Articles 126 Documents
PERFEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PERISTIWA YANG DIASURANSIKAN DALAM PERJANJIAN ASURANSI KONVENSIONAL Nur Intan
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i1.836

Abstract

Peristiwa yang diasuransikan dalam perjanjian asuransi konvensional tidak sesuai dengan Hukum Islam, karena mengandung unsur gharar, maysir dan riba. Gharar dapat kita ketahui dari tidak jelasnya akad yang dilakukan antara pihak peserta dan pihak perusahaan asuransi. Sedangkan riba, dapat kita lihat dari denda yang dikenakan pihakperusahaan asuransi apabila peserta menunggak dalam membayar iuran. Adapun maysir atau judi terjadi karena klaim untuk peserta tidak berdasarkan jumlah iuran yang ia bayar, sehingga menghasilkan keadaan di untungkan atau dirugikan.
RITUAL KASAMBUNO WITE PADA TRADISI PERLADANGAN MASYARAKAT MUNA Mirna Yanti; La Ode Ali Basri; Rahmat Sewa Suraya
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i1.844

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah, (1) Untuk mengetahui mengapa masyarakat Muna di Desa Lupia selalu melakukan Ritual Kasambuno Wite, (2) Untuk mengetahui proses pelaksanaan Ritual Kasambuno Wite pada masyarakat Muna di Desa Lupia, (3) Serta untuk mengetahui makna yang terkandung dalam Ritual Kasambuno Wite di Desa Lupia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data, dilakukan dengan teknik pengamatan partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi, serta perekaman/video. Data dianalisis dengan tekhnik sebagai berikut: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan ritual Kasambuno Wite selalu dilaksanakan oleh masyarakat Muna di Desa Lupia karena didasari oleh beberapa alasan: (1) Untuk melestarikan tradisi, (2) Adanya keyakinan masyarakat bahwa ritual Kasambuno Wite dapat mencegah hama pada tanaman, (3) Upaya menghindari gangguan makhluk gaib. Pelaksanaan Ritual Kasambuno Wite dilakukan melalui beberapa tahap pelaksanaan, yakni: (1) Pelaksanaan pada saat pra-upacara (2) Pelaksanaan upacara, yakni proses pelaksanaan Ritual Kasambuno Wite. Makna dalam pelaksanaan Ritual Kasambuno Wite, terdiri atas dua, yaitu (1) Makna religi (2) Makna ekonomi.
PAKAIAN ADAT BUTON DI KOTA BAUBAU: KAJIAN FUNGSI DAN MAKNA Rahmat Sewa Suraya
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i1.845

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pakaian beserta fungsi dan makna yang dipahami oleh masyarakat Buton di Kota Baubau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengamatan (observation), wawancara mendalam (Indeepth Interview) dan teknik dokumentasi (documentation). Hasil penelitian menunjukan bahwa Pakaian adat masyarakat Buton dapat dikelompokkan berdasarkan jenis-jenisnya sesuai dengan bentuk pakaian, fungsi dalam penggunaanya serta struktur sosial penggunanya. Pakaian adat masyarakat Buton tidak dibuat begitu saja serta tidak digunakan begitu saja oleh masyarakat Buton. Akan tetapi setiap jenis pakaian yang dikenakan memiliki makna secara filosofi yang berhubungan dengan aspek kehidupan masyarakat Buton.
PERLINDUNGAN HUKUM NEGARA INDONESIA TERHADAP WARGA NEGARA SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DI NEGARA LAIN
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i1.846

Abstract

Artikel ini dilatarbelakangi oleh banyaknya warga negara Indonesia yang melakukan tindak pidana di negara lain dan negara berkewajiban memberikan perlindungan hukum terhadap warga negaranya di mana pun dia berada. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa dan menjelaskan perlindungan hukum yang diberikan oleh negara terhadap warga negaranya yang melakukan tindak pidana dinegara lain. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif, sedangkan sifat penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif. Bersifat deskriptif artinya penelitian ini menguraikan, menggambarkan dan menjelaskan mengenai perlindungan hukum negara indonesia terhadap warga negaranya yang melakukan tindak pidana di negara lain. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap warga negara yang melakukan tindak pidana di negara lain adalah dengan adanya prinsip umum hukum internasional yang menyatakan bahwa setiap negara berkewajiban melindungi warga negaranya dari penerapan hukum negara asing walaupun warga negara indonesia tersebut melakukan tindak pidana dinegara asing dan yang bersangkutan berada dinegara tersebut. Selain itu, dalam hal warga negara Indonesia yang melakukan tindak pidana di negara lain telah berada di Indonesia maka sebagai bentuk perlindungan hukum negara indonesia tidak menyerahkan seorang tersangka atau terdakwa atau terpidana kepada negara lain yang hendak mengadili. ada asas yang kemudian berlaku yaitu asas tidak menyerahkan warga negara sendiri yang kemudian diadopsi dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi. Artinya, jika tersangka, terdakwa atau terpidana yang diminta adalah warga negara dari negara yang diminta, maka negara yang diminta berhak untuk tidak menyerahkan warga negaranya kepada negara yang meminta.
WICARA KELISANAN DALAM TRADISI BALI PERSPEKTIF SEMIOTIKA KOMUNIKASI
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i1.847

Abstract

Ungkapan tradisi lisan yang dijumpai di Bali khususnya terkait dengan perkawinan masih berkembang pada masyarakat tutur khususnya penutur Bahasa Bali yang dalam penyampaiannya dilandasi oleh mitos. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat keliru memaknainya. Ungkapan tradisi lisan yang dibahas yakni “De nganten nuju kuningan, nyanan care Jayaprana!” (Jangan kawin tepat hari kuningan, nanti seperti Jayaprana!), dan “Sing dadi nganten nungkak pailehe, nyanan sengsare!” (Tidak boleh kawin upacaranya tidak terselesaikan, nanti menderita!) dibedah menggunakan teori Roland Barthes tentang pemaknaan konotasi sehingga ungkapan tradisi lisan yang awalnya irasional menjadi rasional.
TRADISI MAPASIKARAWA DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT BUGIS DI KECAMATAN WOLO KABUPATEN KOLAKA Arini Safitri; Wa Kuasa Baka; Sitti Hermina
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i1.848

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan pelaksanaan, makna simbolik, dan pola pewarisan ilmu tradisi mappasikarawa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskripsi melalui tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosesi tradisi mappasikarawa memiliki dua tahap. Pertama tahap awal yaitu tahap pengantaran mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan disebut sebagai mappaenre botting urane, tahap ijab kabul, dan tahap pembukaan pintu disebut sebagai pattimpa tange’. Kedua tahap pelaksanaan mappasikarawa yang memiliki makna yaitu mempelai pengantin laki-laki dituntun masuk ke kamar mempelai pengantin wanita untuk kegiatan pembatalan wudhu dengan menyentuh bagian-bagian tubuh mempelai wanita seperti telapak tangan yang berisi, lengan, dada, dahi, berlomba berdiri dan mencium tangan mempelai laki-laki (suami). Dalam pola pewarisan tradisi mappasikarawa yaitu dengan cara belajar, baik dari pihak keluarga maupun masyarakat secara umum.
RITUAL KAFONIISINO SANGIA PADA MASYARAKAT MUNA DESA WAALE-ALE KABUPATEN MUNA Wiwin Widyati; La Niampe; Sitti Hermina
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i1.849

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana tahapan pelaksanaan ritual kafonisino sangia pada masyarakat Muna, 2) Bagaimana makna simbolik yang terkandung dalam ritual kafonisino sangia pada masyarakat Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dengan informan penelitian yang diambil secara sengaja (purposive sampling). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kafonisino sangia adalah ritual yang dilakukan mengunjungi beberapa tempat yang dianggap keramat dan kuburan leluhur. Penelitian ini menunjukkan bahwa proses pelaksanaan ritual kafonisino sangia pada masyarakat Muna Desa Waale-Ale Kecamatan Tongkuno Selatan Kabupaten Muna, masih melakukan ritual Kafonisino sangia yang terdiri atas tiga tahapan yaitu: a) tahapan persiapan merupakan perencanaan pelaksanaan tradisi Kafonisino Sangia, b) tahap pelaksanaan merupakan pokok dari rangkaian acara tradisi Kafonisino Sangia, c) tahap penutup merupakan kegiatan akhir dari rangkaian pelaksanaan ritual Kafonisino Sangia yang ditandai dengan pembacaan doa di rumah BontonoTa’u dan di di rumah Maampade serta pingitan gendang (kaombono ganda) di rumah Maampade. Makna yang terkandung dalam ritual Kafonisino Sangia bahwa manusia membentuk sebuah proses komunikasi berdasarkan tindakan dengan saling interaksi antara satu sama lain sehingga menimbulkan simbol tanda dari hasil kesepakatan yang sama.
TUTURAN RITUAL MO’OOLI PADA PEMBUKAAN LAHAN BARU PERLADANGAN MASYARAKAT MORONENE DESA HUKAEA-LAEYA KECAMATAN LANTARI JAYA KABUPATEN BOMBANA Asep Sunandar; La Ode Dirman; Nurtikawati Nurtikawati
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli-Desember 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i2.852

Abstract

Penelitian ini dianalisis menggunakan metode penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara mendalam yang didukung dengan dokumentasi dan perekaman/video. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah tokoh adat dan Tumpuroo (dukun). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ritual adat Mo’ooli dilaksanakan oleh beberapa orang di sebuah tempat yang dianggap keramat karena terdapat makam leluhur. Beberapa hal yang harus disiapkan sebagai pe’oli adalah dua pasang sarung (sarung laki-laki dan sarung perempuan), dua pasang pakaian (pakaian laki-laki dan pakaian perempuan), daun sirih (bite), buah pinang (wua), kapur sirih (ngapi), tembakau (ahu), kulit jagung (kulimpuhu). Pe’oli dipersembahkan sebagai syarat untuk melaksanakan sebuah hajat baik pribadi maupun kelompok masyarakat Moronene agar mendapat restu dari Sangia/Ntiwonua sehingga terhindar dari marabahaya. Pesan disampaikan secara langsung dalam bentuk tuturan mantra. Jenis serangga yang datang di sekitar tempat pelaksanaan ritual adat Mo’ooli menjadi pertanda diterima atau tidaknya permohonan izin/restu. Proses yang dilalui dalam pelaksanaan ritual adat Mo’ooli memperlihatkan harmoni komunikasi antara hamba dan gustinya.
TRADISI TO MA’ BADONG DALAM UPACARA RAMBU SOLO’ PADA SUKU TORAJA Mutiara Patandean; Wa Kuasa Baka; Sitti Hermina
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli-Desember 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i2.853

Abstract

Bagi suku Toraja, riwayat leluhur mereka harus dijaga dengan menghormati mereka yang sudah meninggal. Kebanyakan orang menganggap bahwa keunikan budaya dari suku Toraja terdapat pada upacara kematian atau prosesi penguburan orang meninggal. Akan tetapi, keunikan budaya tersebut sesungguhnya terletak pada kepercayaan dan praktik-praktik budaya dalam memperlakukan orang meninggal. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yakni proses dan makna yang terkandung dalam nyanyian To Ma’ Badong pada upacara Rambu Solo’ masyarakat Toraja di Desa Pongrakka, Kecamatan Walendrang Timur, Kabupaten Luwu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan informan penelitian yakni kepala desa, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda serta masyarakat umum di Desa Pongrakka, yang dipilih dengan sengaja (purposive sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ma’ Badong adalah suatu bentuk tarian dan nyanyian tanpa diiringi alat musik, mendeklamasikan syair-syair pujian mengenai orang yang telah meninggal, ataupun ratapan-ratapan kesediaan pihak yang ditinggal. Makna yang terkandung dalam ritual Ma’ Badong ini di antaranya makna solidaritas dan makna religius. Masyarakat Toraja percaya akan adanya Tuhan sebagai pemberi kehidupan, keselamatan, keberkahan, kebaikan, maupun penderitaan dan kesengsaraan.
UPACARA HAROA BHANTEA PADA MASYARAKAT KULISUSU Naswati Naswati; La Ode Dirman; Rahmat Sewa Suraya
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli-Desember 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i2.854

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses, fungsi dan makna dalam pelaksanaan upacara haroa bhantea pada masyarakat Kulisusu di desa Tomoahi Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini dihadirkan informan yang berasal dari pemimpin upacara (Moji), dan tokoh masyarakat, yang diambil secara sengaja (purposive sampling). Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi (pengamatan), wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan Haroa Bhantea pada masyarakat Tomoahi, masih melakukan Haroa Bhantea dengan menyiapkan sesajen seperti ketupat, rokok, kapur, daun sirih, buah pinang, dan salea, untuk dipersembahkan kepada rumah jaga (Bhantea) dan para Sangia. Serta fungsi upacara sebagai bentuk sosialisasi antara sesama masyarakat Tomoahi maupun Moji dengan roh-roh halus Sedangkan makna upacara terdiri dari tiga cakupan yaitu makna religi yang percaya kepada adanya roh-roh halus yang memiliki kesaktian, makna sosial sebagai bentuk terjalinnya sosialisasi antara satu dengan yang lain, dan makna simbolik yang terdapat dalam setiap sesajen maupun benda-benda dalam Haroa Bhantea.

Page 4 of 13 | Total Record : 126