cover
Contact Name
Rahmat Sewa Suraya
Contact Email
mhat_suraya@yahoo.co.id
Phone
+6285395828765
Journal Mail Official
lisani.tradisilisan@uho.ac.id
Editorial Address
Kampus Hijau Bumi Tridharma Universitas Halu Oleo, Gedung Fakultas Ilmu Budaya Lantai II, Jl. H.E.A. Mokodompit, Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
LISANI : Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 26139006     EISSN : 26224909     DOI : https://doi.org/10.33772/lisani
Jurnal ini berisi tentang hasil penelitian, artikel ilmiah, makalah ilmiah dalam bidang kelisanan dalam bidang sastra dan budaya di Indonesia. Jurnal ini terbuka untuk para peneliti dan para penulis yang berminat dalam kajian tradisi lisan khususnya kelisanan dalam budaya dan sastra di Indonesia.
Articles 126 Documents
TRADISI POKADULU PADA MASYARAKAT MUNA STUDI DI DESA WALELEI KECAMATAN BARANGKA KABUPATEN MUNA BARAT Mei Hardina; Wa Kuasa Baka; Salniwati Salniwati
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i1.434

Abstract

Penelitian mengenai “Tradisi Pokadulu pada Masyarakat Muna di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat” adalah sebuah penelitian yang tujuan untuk mendeskripsikan manfaat tradisi gotong royong (Pokadulu) pada masyarakat di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat, serta untuk mendeskripsikan dan menganalisis strategi tradisi gotong royong (Pokadulu) pada masyarakat di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat.Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan informan penelitian yakni Kepala Desa, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda serta masyarakat umum di Desa Walelei, yang diambil secara sengaja (purposive sampling). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi/pengamatan terlibat (participatory observation), wawancara mendalam (indepth interview), dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukan bahwa manfaat tradisi gotong royong (Pokadulu) pada masyarakat di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat berupa efisiensi pekerjaan, dan terciptanya harmonisasi atau kerukunan masyarakat desa. Sedangkan strategi tradisi Pokadulu pada masyarakat di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat melalui tiga instrumen sebagaimana yang dimaksud oleh Koentjaraningrat (1990) yakni enkulturasi, internalisasi dan sosialisasi.
TUTURAN DALAM TRADISI SANGIA PADA MASYARAKAT KAMBOWA BUTON UTARA Hartati Muslihi Zimani; La Niampe; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli-Desember 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i2.474

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses tradisi sangia masyarakat Kambowa di Buton Utara,mendeskripsikan makna tuturan tradisi sangia pada masyarakat Kambowa di Buton Utara, dan mendeskripsikannilai-nilai yang terkandung dalam tradisisangia pada masyarakat Kambowa di Buton Utara.Penelitian ini di Kecamatan Kambowa, Kabupeten Buton Utarapada bulan Februari sampai April 2018menggunakan pendekatan kualitatif. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi,wawancaramendalam, dandokumentasi.. Informandalampenelitianiniberjumlahlima orang, yaknidua orangpemimpin ritual atau bhisa, dantiga orang penari dalam tradisi sangia. Yang ditentukan melalui teknik purposivesampling. Teknik analisis data terdiri atas tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikankesimpulan.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses tradisi sangiamemiliki dua tahapan utama yaitu tahap persiapan dantahap proses pelaksanaan. Tahap persiapan yaitumelakukan musyawarah antara bhisa dan pemerintah desa denganmenentukan hari dan tanggal baik pelaksanaan tradisi sangia. Tahap proses pelaksanaan meliputi (1) ziarah kemakam Wa Ode Kalantue, (2) menuju wamalau atau tepi pantai, (3) penanda dahi, (4) memutari kamali sangia, (5)haroa atau baca-baca,(6)tarian sarungga atau mesarungga, (7) tarian mangaru, (8) pekolilima, (9) pembersihan,(10) batatombi, dan (10) pembagian ketupat.Makna pada setiap tuturannya menjelaskan adanya keinginanmasyarakatnya untuk mendapatkan keberkahan dan rahmat agar terlindungi dari berbagai bencana atau malapetakayang menimpa kampung dan dirinya. Nilai yang terkandung pada tradisi sangia mencakup empat nilai yaitu nilaireligi, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai etika.
TRADISI PENGOBATAN PAMOLE PADA SUKU MUNA DESA WAKONTU KEC. WADAGA KABUPATEN MUNA BARAT Jamilah Harwati; La Ode Dirman; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli-Desember 2018
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v1i2.475

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana proses pelaksanaan tradisi pengobatan pamolepada suku Muna Desa Wakontu Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat, dan (2) bagaimana makna tuturan yang terkandung dalam pengobatan pamole pada Suku Muna Desa Wakontu Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh adalah data primer yang berupa catatan observasi, hasil wawancara dengan informan, serta dokumentasi berupa rekaman video, foto dan data sekunder berupa buku-buku, artikel, jurnal dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposivesampling dengan 5 orang informan adalah 1 orang dukun, 1 orang tokoh agama, 1 aparatur desa (kepala Desa Wakontu), dan 2 orang masyarakat yang salah satunya adalah pasien dalam pengobatan pamole. Teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi pengobatan pamole masih dipercaya dan dilakukan oleh masyarakat Muna sebagai alternatif pengobatan tradisional. Penelitian ini meliputi sejarah pengobatan pamole, proses pelaksanaan pengobatan pamole dan makna tuturan yang terkandung dalam tradisi pengobatan pamole. Adapun proses pelaksanaan pengobatan pamole yaitu (1) menentukan waktu dan tempat; (2) pihak yang terlibat dalam pengobatan; (3) alat dan bahan dalam pengobatan; dan (4) prosesi pelaksanaan pengobatan pamole. Prosesi pengobatan pamole diantaranya adalah (1) Tahap persiapan dan (2) Tahap pelaksanaan pengobatan. Pengobatanpamole mengandung dua makna tuturan yaitu makna religius dan makna penyembuhan. Makna religius dalam pengobatan pamole mengandung makna yang berkaitan dengan nilai ketuhanan karena dalam mantra pengobatan pamole didasari dengan ucapan basmalah artinya hanya kepada Allah SWT meminta kesembuhan. Sedangkan makna penyembuhan maksudnya atas izin Allah SWT penyakit yang diderita pasien dapat disembuhkan hanya dengan menggunakan telur ayam kampung.
RITUAL KAFOILANO GHUSE PADA MASYARAKAT MUNA DESA LAHONTOHE KECAMATAN TONGKUNO KABUPATEN MUNA Arif Musdiman Tomia; Syahrun Syahrun; Lilik Rita Lindayani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i1.605

Abstract

Ritual kafoilano ghuse Pada Masyarakat Muna Desa Lahontohe Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna. Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan ritual kafoilano ghuse pada masyarakat Muna Desa Lahontohe Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna; 2) untuk mendeskripsikan fungsi ritual kafoilano ghuse pada masyarakat Muna Desa Lahontohe Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Lapangan, yaitu pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan (observasi), wawancara (interview) dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori fungsionalisme struktural oleh Robert King Merton. Analisis data yang dimaksud adalah untuk menyederhanakan data yang diperoleh agar lebih mudah dibaca dan dipahami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ritual memindahkan atau mengalihkan hujan yang dikenal dengan istilah ritual kafoilano ghuse, ini masih menjadi tradisi dan budaya pada sebagian masyarakat Muna. Ritual kafoilano ghuse merupakan mantra/doa yang disertai ritual yang diimplementasikan oleh sang pawang hujan yang bertujuan untuk memindahkan atau mengalihkan hujan di suatu tempat agar tidak turun hujan di lokasi hajatan atau kegiatan penting yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi maupun orang banyak. Pada proses pelaksanaan ritual kafoilano ghuse, terdapat langkah-langkah yang harus dilaksanakan yaitu mendatangi rumah masyarakat, mempersiapkan bahan ritual kafoilano ghuse, pembacaan mantra/doa ritual kafoilano ghuse dan menghembuskan asap rokok. Selain itu dalam pelaksanaan ritual kafoilano ghuse juga mempunyai fungsi yaitu fungsi teramati pada ritual kafoilano ghuse terdiri dari fungsi religi, fungsi pendidikan, dan fungsi sosial. Disfungsi ritual kafoilano ghuse terdiri dari sangkaan tidak baik dari masyarakat, terganggunya kesehatan, rasa was-was, terbengkalai dari pekerjaan utamanya, terlihat kurang waras, rasa lelah, dan rasa kecewa. Manifes ritual kafoilano ghuse terdiri dari sarana penenang hati masyarakat, sarana pendapatan ekonomi, dan sarana mengalihkan hujan. Laten ritual kafoilano ghuse terdiri dari kurangnya antusias generasi muda terhadap ritual kafoilano ghuse dan dapat menghambat aktivitas masyarakat serta terganggunya kesehatan masyarakat. Di mana fungsi yang ada memiliki peranan tersendiri dalam tatanan kehidupan masyarakat Muna, khususnya masyarakat yang mengadakan hajatan atau kegiatan penting.
PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA LEREPAKO KECAMATAN LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN Fajrianti Syamsudin; Wa Kuasa Baka; Sitti Hermina
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i1.606

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi eksistensi permainan tradisional di Desa Lerepako Kecamatan Laeya, (2) Menjelaskan nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam permainan tradisional di Desa Lerepako Kecamatan Laeya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan (observasi), wawancara mendalam, dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan metode analisis datanya meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak Desa Lerepako masih mempertahankan dan memainkan permainan tradisional. Adapun permainan yang masih dimainkan yaitu permainan boy, mebaguli, main batu, meyeye, asin, congklak, keng-keng, benteng dan permainan ular. Adapun nilai pendidikan karakter dalam permainan tradisional yaitu nilai kejujuran, disiplin, kerja keras, toleransi, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif.
EKSISTENSI TRADISI KAPARIKA PADA MASYARAKAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPUNTORI KABUPATEN BUTON Fauzziyah Putri; Wa Kuasa Baka; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i1.607

Abstract

Eksistensi Tradisi Kaparika Pada Masyarakat Desa Wambulu Kecamatan Kapuntori Kabupaten Buton. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan eksistensi tradisi kaparika pada masyarakat Desa Wambulu, (2) mendeskripsikan proses tradisi kaparika pada masyarakat Desa Wambulu, (3) menjelaskan makna simbolik yang terkandung dalam proses pelaksanaan tradisi kaparika pada masyarakat Desa Wambulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data, dilakukan dengan teknik pengamatan (observasi), wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Data dianalisis dengan teknik sebagai berikut: reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Wambulu Kecamatan Kapuntori Kabupaten Buton masih melakukan tradisi kaparika. Karena, masyarakat Buton masih percaya kepada makhluk-makhluk gaib yang menempati alam sekitar yang akan dipakai untuk bercocok tanam, untuk itu sebelum menanam masyarakat setempat harus meminta izin kepada allah swt dari gangguan makhluk gaib atau penunggu wilayah tersebut. Adapun proses pelaksanaan tradisi kaparika yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan diantaranya (1) katingka’a, (2) sombuno wite, (3) kalawa dan tahap akhir. Sedangkan setiap symbol memiliki makna khusus sebagai pengharapan terhadap masyarakat Wambulu untuk memohon agar tanaman dapat dilindungi dan harapan masyarakat agar menghasilkan panen yang berlimpah.
RITUAL POPANGA PADA ETNIK MUNA Hesni hesni; Wa Kuasa Baka; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i1.608

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wakuni Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna Barat dengan tujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan, makna simbolik, dan nilai-nilai yang terkandung dalam ritual popanga pada Etnik Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan (observasi), wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, adapun informan dalam penelitian ini berjumlah enam orang yang terdiri dari tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan informan lainnya yang mengetahui adat tersebut. Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan ritual popanga memiliki beberapa tahap yaitu (1) tahap persiapan ritual popanga, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap kasolo (melihat keadaan). Makna simbolik dalam ritual popanga terbagi dua jenis yaitu (1) makna alat dan bahan sesajen, serta (2) makna tuturan. Adapun nilai yang terkandung dalam ritual popanga yaitu nilai religi, nilai budaya, dan nilai sosial.
UPACARA POMALOANA MATE BAGI ORANG BUTON (STUDI DI KELURAHAN KADOLOKATAPI KECAMATAN WOLIO KOTA BAU-BAU) Siti Sahrani; La Ode Dirman; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i1.609

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana proses upacara pomaloana mate bagi orang Buton khususnya di Kelurahan Kadolokatapi, (2) nilai- nilai apa yang terkandung dalam upacara pomaloana mate, (3) apa makna simbolik yang terkandung dalam sesajen upacara pomaloana mate bagi orang Buton di Kelurahan Kadolokatapi Kota Bau-Bau. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yaitu melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Penentuan informan dilakukan melalui purposive sampling. Informan penelitian ini terdiri dari tiga orang yaitu satu orang kepala adat sebagai informan kunci, satu orang imam mesjid, satu orang tokoh masyarakat. Selanjutnya teknik analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, dan menarik kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa hal. Pertama adalah proses upacara pomaloana mate bagi orang Buton khususnya di Kelurahan Kadolokatapi. Upacara ini merupakan penghantar untuk seseorang yang masuk dalam siklus hidup terakhir, yaitu kematian. Upacara ini meliputi dua tahap, yaitu persiapan dan pelaksanaan. Beberapa hal yang harus disiapkan dalam pomaloa, yaitu dupa, Al-Quran, dan sesajian yang berupa waje, onde-onde, sanggarana hole, sanggarana kauwi-uwi, baruasa, bolu yang dipersiapkan dalam talang. Sesajian ini dipersembahkan sebagai syarat untuk melaksanakan sebuah hajat bagi keluarga yang berduka maupun kelompok masyarakat Buton Wolio. Kedua adalah nilai yang terkandung dalam upacara ini yaitu nilai etika, yang meliputi sikap dan tingkah laku dalam perbuatan seseorang dalam berkomunikasi, serta tokoh agama dan masyarakat dan hubungan antar sesama manusia dalam lingkungan masyarakat sesuai dengan aturan adat dan budaya yang berlaku dalam upacara pomaloana mate tersebut seperti menghargai orang tua, dan nilai religi mempercayai Al-Quran karena mereka mengetahui adanya kepercayaan agama karena di Kelurahan Kadolokatapi dominan agama Islam, tapi Islamnya beradat dalam artian dia masih mempertahankan adat . Hasil penelitian yang kedua adalah makna ritual Pomaloana Mate yang disimbolkan dari sesajen dalam upacara Pomaloana. Seperti nasi simbolnya adalah usus, onde-onde simbolnya adalah mata, waje simbolnya adalah alat vital, pisang simbolnya adalah lidah, dan ubi simbolnya adalah bibir.
MAKNA SIMBOLIK TRADISI PENGOBATAN PEDOLE-DOLE PADA SIKLUS HIDUP MASA ANAK-ANAK DI KELURAHAN WATOLO KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH Weni Mane; La Ode Dirman; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i1.610

Abstract

Tujuan penelitian adalah (1) untuk mengetahui bentuk tradisi pengobatan pada siklus hidup masa anak-anak (2) untuk menjelaskan makna simbolik tradisi pengobatan pedole-dole dalam siklus hidup masa anak-anak di Kelurahan Watolo Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi (pengamatan) secara pasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling yaitu secara sengaja. Dengan informan penelitian terdiri dari dukun (bhisa), orang tua anak dan tokoh masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses tradisi pengobatan pada siklus hidup masa anak-anak (pedole-dole) melalui proses pelaksanaan tradisi pengobatan pedole-dole terdapat lima tahapan. Pertama, yaitu penyiapan sesajen yakni nasi, umbi-umbian, ikan katamba, pisang, daun sirih, kapur sirih, gambir, pinang, rokok, pisau, dan uang. Tahap kedua, penyiapan tempat pengalas bayi yang akan diobati pedole-dole. Tahap ketiga, persiapan air mandi. Tahap keempat, singku (membuka kunci). Tahap kelima, penutupan dengan menyiapkan makanan yang ada di tala untuk dimakan oleh delapan pembantu bhisa atau kerabat yang tidak melaksanakan tradisi pengobatan pedole-dole, sedangkan setiap simbol memiliki makna khusus sebagai pengharapan terhadap barakatina tanah wolio keberkahan tanah wolio, tergantung pada Tuhan fo tulungi Allah Taala berharap dengan adanya pertolongan Allah SWT.
SUA-SUA PEPAKAWIA PADA MASYARAKAT TOLAKI DI KELURAHAN AMBEKAIRI KECAMATAN UNAAHA KABUPATEN KONAWE Sarah Faradillah; La Ode Ali Basri; Ajeng Kusuma Wardani
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i1.611

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Ambekairi Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe dengan tujuan untuk mengetahui bentuk syair, kostum pelantun, dan makna yang terkandung dalam lirik sua-sua pepakawia pada masyarakat Tolaki di Kelurahan Ambekairi Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam (indepth interview) yang didukung dengan dokumentasi dan perekaman/video. Informan ditentukan secara purposive sampling. Informan dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat, kepala sanggar seni, pelantun, guru seni dan budaya, dan informan tambahan. Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk syair sua-sua pepakawia memiliki dua jenis yaitu (1) bentuk syair sua-sua pepakawia versi informan bapak MY, dan; (2) syair sua-sua pepakawia versi informan bapak HD. Bentuk Kostum pelantun sua-sua pepakawia terdiri dari (1) pine wota; (2) sarung adat; (3) andi-andi; (4) eno-eno; (5) bolosu; (6) tabere; (7) towe ndowe; dan (8) kalu nggalu. Adapun makna yang terkandung dalam lirik sua-sua pepakawia yaitu makna penghormatan, makna sosial, makna religi, dan makna estetika.

Page 1 of 13 | Total Record : 126