cover
Contact Name
Elton Resi
Contact Email
eltonresi@gmail.com
Phone
+6282146394866
Journal Mail Official
eltonresi@gmail.com
Editorial Address
Jl. Adisucipto Penfui, Kupang, NTT, Indonesia.
Location
Kota kupang,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
Wana Lstari
ISSN : 22527974     EISSN : 27164719     DOI : https://doi.org/10.35508/wanalestari.v7i01
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Wana Lestari is published by the Forestry Study Program, Faculty of Agriculture, Universitas Nusa Cendana, Kupang, Indonesia. The journal is focused to .forest planning, forestry policy, forest ecology, forest resource utilization, forest inventory, silviculture, forest resource conservation, forest product processing, forest socio-economics and environment.
Articles 226 Documents
PERILAKU HARIAN RUSA TIMOR (RUSA TIMORENSIS) DI TAMAN WISATA ALAM PULAU MENIPO, KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR Moileti, Aldolin Alfalita; Seran, Wilhelmina; Riwu Kaho, Norman P.L.B.
Wana Lestari Vol 2 No 01 (2020): manajemen, konservasi dan silvikultur
Publisher : Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/wanalestari.v2i01.2576

Abstract

Rusa merupakan salah satu kekayaan satwa yang ada di Indonesia. Status Rusa di Indonesia hingga saat ini masih merupakan satwa yang dilindungi oleh undang-undang peraturan di Indonesia, berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/ MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Rusa timor memiliki persebaran populasi relatif luas di Kepulauan Indonesia tetapi populasi rusa di alam terus mengalami penurunan, akibat dari hilangnya habitat, degradasi habitat, dan perburuan. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan populasi rusa timor perlu dipahami tentang perilaku harian rusa timor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku harian dan perbandingan perilaku harian rusa timor di TWA Pulau Menipo. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari-April 2019 bertempat di TWA Pulau Menipo, desa Enoraen, kecamatan Amarasi Timur, kabupaten Kupang. Pengamatan dibagi dalam tiga periode dengan interval waktu 2 jam. Metode yang digunakan yaitu focal sampling dengan selang waktu pengamatan 5 menit. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik parametrik One Way Anova dan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan perilaku yang dilakukan rusa timor di TWA Pulau Menipo yaitu ingestif (452 atau 44,84%), resting (234 atau 23,21%), lokomosi (133 atau 13,19%), eliminatif (22 atau 2,18%), sosial (92 atau 9,13%), seksual (2 atau 0,20%), dan investigatif (73 atau 7,24%). Perbandingan perilaku harian antar individu rusa timor yaitu rusa jantan dewasa memiliki presentase ingestif dan resting lebih besar dibandingkan rusa betina dewasa serta rusa anak. Presentase perilaku lokomosi rusa anak lebih besar daripada rusa dewasa.
IDENTIFIKASI HAMA PADA TANAMAN JATI (Tectona grandis L.F) DI UDUKAMA, KECAMATAN TASIFETO BARAT, KABUPATEN BELU Rampung, Antonius Metris; Seran, Wilhelmina; Rammang, Nixon
Wana Lestari Vol 2 No 01 (2020): manajemen, konservasi dan silvikultur
Publisher : Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/wanalestari.v2i01.2577

Abstract

Pembangunan hutan tanaman seringkali menghadapi kendala teknis, dengan adanya ancaman serangan hama..Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas kayu Jatidan dapat menjadi faktor pembatas produksi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengidentifikasi jenis hama pada tanaman Jati (Tectona grandis) L.F. 2. Mengetahui populasi dan frekuensi kerusakan yang disebabkan oleh hama pada tanaman Jati (Tectona grandis L.F). Penelitian ini dilakukan di hutan Jati Udukama, Kecamatan Tasifeto Barat, `Kabupaten Belu menggunakan metode survey yang dilakukan pada bulan mei- juli 2019.Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekuder.Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan dengan menggunakan klaster plot. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Analisis data menggunakan rumus frekuensi serangan: jumlah tanaman yang terserang/ jumlah tanaman yang diamati x 100%. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) jenis hama yang ditemukan pada tanaman Jati (Tectona grandis L.F) di Udukama, adalah: rayap (Neortemes tectonae), kutu putih (pseudococcus sp) dan empoasca sp. 2) Frekuensi keruskankan yang disebabkan hama pada tanaman Jati (Tectona grandis L.F) adalah: rayap (Neortemes tectonae) 37,5%, kutu putih (pseudococcus sp) 14,4 % dan Empoasca sp 5,3% serta tingkat kerusakan oleh hama rayap kategori agak berat, kutu putih katogori ringan, dan empoasca kategori ringan. 3). Populasi hama rayap Rayap (Neortemes tectonae) pada minggu pertama (113) ekor, minggu kedua (168) ekor, minggu ketiga (190) ekor, dan minggu keempat (243) ekor. Kutu putih (pseudococcus sp) pada minggu pertama (35) ekor, minggu kedua (53) ekor, minggu ketiga (78) ekor, dan minggu keempat (92) ekor dan Empoasca SP pada minggu pertama (17) ekor, minggu kedua (35) ekor, minggu ketiga (48) ekor, dan minggu keempat (72) ekor
STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI SUAKA MARGATWA HARLU, KABUPATEN ROTE NDAO, NUSA TENGGARA TIMUR Dillak, Benyamin P; Riwu Kaho, Ludji Michael; Seran, Wilhelmina
Wana Lestari Vol 2 No 01 (2020): manajemen, konservasi dan silvikultur
Publisher : Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/wanalestari.v2i01.2580

Abstract

Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh manusiasebagai bahan makanan, binatang peliharaan, pemenuhan kebutuhan ekonomi, dan estetika(Darmawan 2006). Burung-burung di Rote adalah bagian dari avifauna Timor, dengan banyakkesamaan dengan Semau, sampai saat ini tercatat 157 spesies termasuk sekitar 70 landbirds telahdicatat, dari sebagian burung di pulau Timor belum ditemukan di pulau Rote hal ini karena kurangnyahabitat yang sesuai. Secara keseluruhan endemik burung di Rote sangat tinggi, lebih dari 20 landbirdssekitar 30% dari total spesies burung yang ditemukan merupakan spesies yang masuk dalamrestricted spesies. (verbalen,et,al 2017). SM Harlu merupakan salah satu kawasan konservasi yangditunjuk melalui keputusan menteri kehutanan Nomor :84/kpts-II/1993, tanggal 16 februari 1993dengan luas 2000 ha, dan ditetapkan melalui keputusan menteri kehutanan Nomor :3911/MenhutVII/Kuh/2014 dengan luas 2.262 Ha. Memiliki potensi fauna yang didominasi oleh jenis aves. Olehkarena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis burung yang adadalam kawasan SM Harlu. Pengambilan data dengan menggunakan metode MacKinnon, Pengamatandilakukan dengan cara menjelajah dan menghitung setiap individu yang ditemui. Penjelajahandilakukan secara acak. Berdasarkan data yang diperoleh menggunakan metode MacKinnon di analisismenggunakan Rumus Indeks keanekaragaman jenis, Indeks kemerataan, Indeks kekayaan jenis.Kelimpahan relatife jenis, kurva Kekayaan Jenis macKinnon, dan Frekuensi Penemuan Jenis. Dalampenelitian ini ditemukan 34 jenis burung dari 21 famili dengan total individu 370 individu, terdapat 1jenis burung endemik Rote dan 6 jenis burung migran dengan Indeks keanekaragaman H sebesar 3,36,indeks kekayaa 5,58 dan indeks kemerataan 0,85 dan Jenis burung isap madu Australia dan kipasandada hitam memiliki presentasi kelimpahan relatif yang tinggi yaitu 7.30 dan Frekuensi penemuanjenis burung yang di tinggi dimiliki oleh jenis burung Decu timor dengan nilai 0,7
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP HUTAN TAMAN WISATA ALAM CAMPLONG DI KELURAHAN CAMPLONG I, KECAMATAN FATULEU, KABUPATAN KUPANG, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Maubanu, Demris A.; Purnama, Maria M. E.; Rammang, Nixon
Wana Lestari Vol 2 No 01 (2020): manajemen, konservasi dan silvikultur
Publisher : Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/wanalestari.v2i01.2581

Abstract

Kawasan Taman Wisata Alam Camplong berdasarkan surat menurut Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.423/Kpt-II/1999 Tentang Penetapan Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Camplong, sejak tanggal 15 Juni 1999 dengan luas 696,60 Ha. Kemudian pada Tahun 2014 terbit dasar hukum terbaru yaitu Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.3911/MENHUT-VII/KUH/2014 tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan Hutan Konservasi Perairan Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas luasan yang sama 696,60 Ha. Taman Wisata Alam Camplong merupakan salah satu Taman Wisata Alam yang ada di Indonesia, status kawasan Taman Wisata Alam Camplong adalah Hutan Produksi. Taman Wisata Alam Camplong memiliki vegetasi yang merupakan perwakilan 2 tipe ekosistem,yaitu ekosistem hutan musim dan ekositem savana. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui respon masyarakat tentang adanya Taman Wisata Alam di Kelurahan Camplong I dan untuk mengetahui pengaruh adanya Taman Wisata Alam terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Camplong I. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penduduk sekitar kawasan Tamana Wisata Alam Camplong yang berjumlah 66 jiwa, dengan penentuan menggunakan purposive random sampling. Berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa respon dari masyarakat Kelurahan Camplong I terhadap Taman Wisata Alam berupa sikap masyarakat terhadap kawasan Hutan Taman Wisata Alam Camplong dikategorikan sangat baik, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan Hutan Taman Wisata Alam Camplong dikategorikan baik, dan perilaku masyarakat terhadap kawasan Hutan Taman Wisata Alam Camplong dikategorikan tidak baik, sedangkan untuk persepsi masyarakat terhadap kondisi sosial ekonomi mayarakat sekitar kawasan Hutan Taman Wisata Alam Camplong dikategorikan baik
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP HUTAN TAMAN WISATA ALAM BAUMATA,DI DESA BAUMATA KECAMATAN TAEBENU, KABUPATEN KUPANG, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Kemis, Eldo Carlito; Marimpan, Lusia Sulo; Rammang, Nixon
Wana Lestari Vol 2 No 01 (2020): manajemen, konservasi dan silvikultur
Publisher : Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/wanalestari.v2i01.2582

Abstract

Taman Wisata Alam, sebagaimana kawasan konservasi di Indonesia dipengaruhi oleh masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar kawasan, Salah satunya Taman wisata alam Baumata. Taman Wisata Alam Baumata berada dalam wilayah pemangkuan Resort Konservasi wilayah Taman Wisata Alam Baumata, Seksi Konservasi Wilayah II Camplong, Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah I Soe pada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur. Masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar kawasan konservasi tetap akan bertindak sebagai aktor utama yang mungkin akan memberikan dampak negatif maupun positif terhadap hutan. Masyarakat di sekitar dan di dalam hutan pada umumnya merupakan masyarakat yang tertinggal. Kondisi sosial ekonomi golongan masyarakat ini pada umumnya masih rendah. Hal ini salah satunya disebabkan adanya pengabaian kepentingan masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan hutan. Sehingga akhirnya timbul kecemburuan sosial masyarakat setempat terhadap pelaksanaan pembangunan kehutanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap, persepsi, perilaku masyarakat mengenai Hutan Taman Wisata Alam Baumata dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Hutan Taman Wisata Alam Baumata. Sampel yang digunakan dalam peneletian ini adalah penduduk Desa Baumata yang berjumlah 84 jiwa, dengan penentuannya menggunakan purposive sampling. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa sikap, persepsi, partisipasi dan perilaku terhadap Hutan Taman Wisata Alam Baumata, di Desa Baumata, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggar Timur tergolong sangat baik.
ANALISA PERUBAHAN TUTUPAN MANGROVE DI PANTAI UTARA KABUPATEN SIKKA, BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Rammang, Nixon; Meda, Fransiskus R; Riwu Kaho, Norman P.L.B.; Riwu Kaho, Ludji Michael
Wana Lestari Vol 2 No 01 (2020): manajemen, konservasi dan silvikultur
Publisher : Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/wanalestari.v2i01.2587

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tutupan lahan mangrove dan perubahan tutupan lahan mangrove Pantai Utara Kabupaten Sikka dari tahun 1988, 1998, 2008 sampai tahun 2018, berbasis Sistem Informasi Geografis dan mengetahuiperubahan kepadatan tutupan lahan mangrove di Pantai Utara Kabupaten Sikka, berbasis Sistem Informasi Geografis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua metode antara lain metode OBIA (Object Based ImageSegmentation) dan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). Penelitian ini dilaksanakan disepanjang jalur pantai utara Kabupaten Sikka selama bulan Januari sampai April 2019. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada tahun 1988-1998tutupan mangrove tersebut berkurang seluas 130 ha menjadi 2768 ha, tahun 1998- 2008 berkurang seluas 1376 ha menjadi 1392 ha, tahun 2008-2018 meningkat sebanyak 1061 ha menjadi 2.453 ha. Faktor pemicu yang terjadi jalur pantai utaraKabupaten Sikka pada kurung waktu tersebut antara lain terjadi tsunami yang berkekuatan 6,5 SR, abrasi dan angin/badai, serta peningkatan luasan mangrove disebabkan oleh penerapan sistem hybrid engineering oleh masyarakat setempatbersama WII (Wetlands International Indonesia)
STUDI KEKAYAAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI JALUR TRACKING WOLOGAI TAMAN NASIONAL KELIMUTU, KABUPATEN ENDE, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Langkamau, Gregorius B; Purnama, Maria M. E.; Riwu Kaho, Norman P.L.B.
Wana Lestari Vol 2 No 01 (2020): manajemen, konservasi dan silvikultur
Publisher : Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/wanalestari.v2i01.2590

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi, diantaranya dalam kategori burung tercatat 1.771 jenis burung yang ditemukan diwilayah indonesia dan diantaranya terdapat 563 yang dilindungi. Kecamatan Kelimutu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat sebuah Taman Nasional yang disebut Taman Nasional Kelimutu. Didalam Taman Nasional Kelimutu, terdapat areal Jalur Tracking Wologai. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Maret-April 2019 dengan menggunakan metode daftar jenis MacKinnon dan indeks Keanekaragaman ShannonWienner.Hasil penelitian menunjukkan di Jalur Tracking Wologai terdapat 36 jenis burung dari 20 suku. Dari 36 jenis burung tersebut terdapat 5 jenis burung yang dilindungi dan 5 jenis burung endemik Flores Jenis burung yang paling banyak yang ditemukan dilokasi penelitian adalah Perkici Pelangi sebanyak 18 individu sedangkan jenis burung yang paling sedikit ditemukan adalah Gelatik Batu Kelabu sebanyak 1 individu. Keanekaragaman jenis burung yang terdapat di Jalur Tracking Wologai adalah 3.37 dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi
PEMANFAATAN JENIS-JENIS TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT OLEH MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN HUTAN LINDUNG ROKORAKA (Studi Kasus Desa Reda Pada, Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya) Dangga, Maria Helmince; Seran, Wilhelmina; Rammang, Nixon
Wana Lestari Vol 2 No 01 (2020): manajemen, konservasi dan silvikultur
Publisher : Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/wanalestari.v2i01.2592

Abstract

Tumbuhan obat memiliki manfaat yang cukup besar bagi masyarakat yang berada di sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang jenis-jenis tumbuhan obat dan pemanfaatannya oleh masyarakat sekitar kawasanhutan lindung Rokoraka. Metode yang digunakan adalah analisis vegetasi menggunakan metode jalur transek, sebanyak 55 plot dengan ukuran plot 2 x 2 m, 5 x 5 m, 10 x 10 m, dan 20 x 20 m. Data yang dikumpulkan adalah data primerdan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap 20 narasumber yang ditentukan dengan purposive sampling untuk mengetahui penggunaan berbagai jenis tumbuhan obat oleh masyarakat lokal dan observasilangsung dengan melakukan analisis vegetasi sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi atau lembaga terkait yang relevan. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 31 jenis tumbuhan obat di Hutan Lindung Rokoraka. Hasil analisis pada tumbuhan obat tingkat semai diperoleh 26 jenis 16 obat dengan INP tertinggi 29,16 %, tingkat pancang diperoleh 14 jenis obat dengan INP tertinggi 34,58 %, tingkat tiang diperoleh 14 jenis obat dengan INP tertinggi 37,55 % dan tingkat pohon diperoleh 11 jenis obat dengan INP tertinggi 49,31 %. Masyarakat lokal menggunakan 18 jenis tumbuhan obat yang berasal dari kawasan Hutan Lindung Rokoraka. Informasi potensi tumbuhan obat yang ada di kawasan tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan dapat mendukung upaya konservasi untuk tetap menjaga kelestariannya.
NILAI EKONOMI TAMAN WISATA ALAM 17 PULAU, KECAMATAN RIUNG, KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Tey Ngoe, Maria L; Adar, Damianus; Olviana, Tomycho
Wana Lestari Vol 2 No 01 (2020): manajemen, konservasi dan silvikultur
Publisher : Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/wanalestari.v2i01.2594

Abstract

Taman Wisata Alam 17 Pulau merupakan salah satu kawasan konservasi yang berada di Pulau Flores. Penilaian terhadap Taman Wisata Alam 17 Pulau sangat penting untuk dilakukan mengingat TWA ini adalah salah satu objek wisata yangsedang dikembangkan dan belum diketahui nilai ekonominya. Penelitian ini bertujuan untuk: 1.) mengetahui pengaruh dari biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan, umur, jenis kelamin, jarak, jumlah rombongan, lama waktu berkunjung dan sarana yang tersedia terhadap jumlah kunjungan di Taman Wisata Alam 17 Pulau, dan 2.) mengukur nilai ekonomi yang diperoleh Taman Wisata Alam 17 Pulau dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2019 dengan menggunakan metode survey terhadap 50 responden yang ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method). Hasil penelitian menunjukan bahwa: biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan, jenis kelamin dan jarak berpengaruh tidak signifikan dan negatif (berbanding terbalik) terhadap jumlah kunjungan ke Taman Wisata Alam 17 Pulau, umur serta sarana berpengaruh tidak signifikan dan positif (berbanding lurus) terhadap jumlah kunjungan ke Taman Wisata Alam 17 Pulau, jumlah rombongan berpengaruh signifikan dan negatif (berbanding terbalik) terhadap jumlah kunjungan ke Taman Wisata Alam 17 Pulau, dan lama waktu berkunjung berpengaruh signifikan dan positif (berbanding lurus) terhadap jumlah kunjungan ke Taman Wisata Alam 17 Pulau. Nilai ekonomi Taman Wisata Alam 17 Pulau dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method) dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2014-2018 adalah sebesar Rp 23.065.275.124,00
ANALISIS KETERSEDIAAN DAN PREFERENSI PAKAN RUSA TIMOR (Rusa timorensis) DI STASIUN PENELITIAN BU’AT, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Faot, Maria L. A; Purnama, Maria M. E.; Riwu Kaho, Norman P.L.B.
Wana Lestari Vol 2 No 01 (2020): manajemen, konservasi dan silvikultur
Publisher : Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/wanalestari.v2i01.2595

Abstract

Berdasarkan IUCN red list, sejak beberapa tahun terakhir Rusa timor (Rusa timorensis) termasuk dalam kategori vulnerable (rentan). Upaya konservasi perlu dilakukan untuk mempertahankan populasi Rusa timor (Rusa timorensis) baik secara in-situ maupun ek-situ. Salah satu kawasan konservasi ek-situ Rusa timor yang ada di Nusa Tenggara Timur adalah Stasiun Penangkaran Bu’at Soe. Komponen habitat Rusa timor (Rusa timorensis) yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah pakan. Komponen habitat tersebut harus diperhatikan supaya kebutuhan hewan terpenuhi sehingga dapat hidup secara layak dan dapat membantu keberhasilan konservasi Rusa timor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan dan preferensi pakan Rusa timor yang ada di stasiun penelitian bu’at kabupaten Timor Tengah Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan analisis vegetasi untuk ketersediaan pakan sedangkan untuk preferensi pakan dengan menimbang dan mencatat sisa setiap jenis pakan yang tidak dimakan rusa, setelah data diperoleh, data di analisis secara deskriptif dan diolah menggunakan statistika One-Way Anova dan Uji lanjut BNJ. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Ketersediaan pakan Rusa timor (Rusa timorensis) yang tumbuh secara alami di Stasiun Penelitian Bu’at memiliki keanekaragaman yang tinggi berdasarkan analisis vegetasi yaitu Pennisetum purpureum, Leucaena leucocephala, Gliricidia sepium, Sesbania grandiflora, Ubi hutan, Senna alata, Eucalypthus urophylla, Calliandra, Acacia leucophloea, dan Chromolaena odorata. Namun berdasarkan pengamatan dan wawancara diketahui bahwa tidak semua pakan yang tumbuh alami dalam penangkaran dimakan rusa misalnya Casuarinaceae. Preferensi pakan Rusa timor (Rusa timorensis) di Stasiun Penelitian Bu’at yang paling tertinggi yaitu Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dengan rata-rata komsumsi 14 kg/hari diikuti Lamtoro (Leucaena leucocephala) yaitu 12,40 kg, Jati Putih (Gmelina arborea) yaitu 9,8 kg, Kabesak Putih (Acacia leucophloea) 6,8 kg, Turi (Sesbania grandiflora) 6,4 kg sedangkan yang jenis pakan yang paling sedikit dikomsumsi Rusa timor adalah beringin (Ficus benjamina) dengan rata-rata komsumsi rusa yaitu 5,6 kg/hari.

Page 2 of 23 | Total Record : 226