cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Geodesi Undip
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Geodesi Undip adalah media publikasi, komunikasi dan pengembangan hasil karya ilmiah lulusan Program S1 Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Arjuna Subject : -
Articles 839 Documents
STUDI PERBANDINGAN KONSENTRASI KLOROFIL-a PADA TAMBAK BANDENG TRADISIONAL DAN TAMBAK BANDENG INTENSIF MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 BASKORO AGUM GUMELAR; Abdi Sukmono; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (973.52 KB)

Abstract

Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia pada tahun 2014 menunjukkan konsumsi ikan masyarakat masih rendah. Oleh karena itu, pemerintah bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan guna meningkatkan konsumsi ikan masyarakat.Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010, budidaya tambak merupakan budidaya yang paling potensial. Pemilihan metode budidaya tambak yang paling efektif antara metode tradisional dan metode intensif perlu dilakukan untuk mengoptimalkan produksi ikan.Salah satu indikator efektifitas antara kedua metode tersebut dapat dilihat dari kandungan fitoplankton. Fitoplankton mengandung klorofil-a di dalam tubuhnya danmerupakan pakan alami dari ikan.Teknologi pengindraan jauh dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi klorofil-a dengan menggunakan algoritma Wouthuyzen, Wibowo, Pentury, Much Jisin Arief dan Lestari Laksmi.Hasil penelitian menunjukkan algoritma Pentury relatif lebih baik digunakan untuk menentukan konsentrasi klorofil-a pada perairan dangkal (tambak). Konsentrasi klorofil-a terendah pada tambak tradisional yaitu 0,47068 mg/m3, konsentrasi tertinggi 1,95017 mg/m3 dan konsentrasi rata-rata 1,12893 mg/m3, sedangkan pada tambak intensif konsentrasi terendah 0,36713 mg/m3, konsentrasi tertinggi 3,17063 mg/m3  dan konsentrasi rata-rata 1,53556 mg/m3.
ANALISIS PENENTUAN ZONASI RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kabupaten Banjarnegara) Dhuha Ginanjar Bayuaji; Arief Laila Nugraha; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (946.447 KB)

Abstract

ABSTRAK Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu daerah di wilayah provinsi Jawa Tengah yang masuk dalam kategori sangat rawan bencana tanah longsor. Sebanyak 134 kasus tanah longsor terjadi dari tahun 2012-2014. Maka dibutuhkan pemetaan risiko bencana tanah longsor sebagai upaya mitigasi bencana di Kabupaten Banjarnegara.Pemetaan risiko bencana tanah longsor berbasis Sistem Informasi Geografis dibuat dengan software GIS dengan cara skoring dan pembobotan, serta tumpang susun (overlay) antar parameter penyusunnya. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia) dan AHP (Analythical Hierarchy Process) kemudian akan diketahui metode mana yang  lebih mendekati keadaan nyata di lapangan. Dari hasil pemetaan risiko bencana tanah longsor metode SNI diperoleh daerah risiko tinggi sebesar 69,961%, sedang 25,868%, dan rendah 4,171%. Sedangkan hasil metode AHP diperoleh daerah risiko tinggi sebesar 73,244%, sedang 23,592%, dan rendah 3,165% yang tersebar di Kabupaten Banjarnegara. Dari hasil validasi lapangan didapatkan kesesuain untuk metode SNI sebesar 65% dan 45% untuk hasil metode AHP. Perangkat lunak SIG dapat digunakan sebagai media pembuatan peta dengan metode bobot dan skoring.  Kata kunci: Tanah Longsor, AHP , SNI, Peta Risiko, SIG,    Top of FormABSTRACT Banjarnegara Regency is located in the province of Central Java which has high risk to landslide. There were 134 cases of landslide occur from 2012- 2014. Therefore, mapping of the risks of landslide is required as disaster mitigation efforts in the Banjarnegara Regency. Mapping of landslide risks based on Geographic Information System created with GIS software by scoring and weighting, and overlays  between constituent parameters. In this research, using two methods namely SNI (Indonesian National Standard) and AHP (Analythical Hierarchy Process) then will be known which method is closer to the real situation on the fieldFrom the result of mapping of the risks of landslide using SNI method obtained high-risk areas by 69,961%, medium 25,868%, dan low risk level 4,171%. Whereas from AHP method result obtained high-risk areas by 73,244%, medium 23,592%, dan low risk level 3,165% that scattered in the Banjarnegara Regency. From the field validation obtained conformity to SNI by 65% and 45% for the result of AHP. GIS software can be used as media of making map by the method of weighting and scoring. Keywords : Landslide, AHP , SNI, Risk Map, GIS, *) Penulis, PenanggungJawab
Analisis Perkembangan Kawasan Industri Kendal Terhadap Perubahan Suhu Permukaan (Studi Kasus: Kawasan Industri Kendal, Kabupaten Kendal) Hanum Fadhil Baihaqi; Yudo Prasetyo; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.719 KB)

Abstract

ABSTRAK           Menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014, kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana serta fasilitas penunjang lain yang disediakan serta dikelola oleh suatu perusahaan kawasan industri. Dampak positif dari kawasan industri adalah meningkatkan taraf ekonomi penduduk di sekitar kawasan dan mendorong peningkatan produksi barang industri. Selain itu, kawasan industri juga memiliki dampak negatif yaitu pencemaran dan polusi dari industri berupa imbah industri dan berkurangnya kawasan ruang terbuka hijau. Pembangunan Kawasan Industri dapat memunculkan berbagai masalah lingkungan, salah satunya yaitu perubahan lahan. Perubahan lahan ini dapat menyebabkan berbagai permasalahan yang akan muncul seperti banjir pada daerah sekitar kawasan industri dan perubahan suhu permukaan. Penelitian ini menggunakan sensor termal pada landsat untuk mengamati perubahan suhu dan tingkat kenyamanan termal di Kawasan Industri Kendal. Tingkat kenyamanan termal didapatkan dari pengolahan suhu udara dan tingkat kelembaban udara. Data yang digunakan adalah citra Landsat 5 tahun 2009 dan Landsat 8 tahun 2015 dan 2019. Analisis perubahan lahan terhadap perubahan suhu permukaan dan tingkat kenyamanan termal dilakukan secara spasial dan deskriptif yang kemudian dilakukan korelasi untuk mengetahui pengaruh perubahan lahan terhadap peningkatan suhu permukaan. Perubahan lahan pada kelas bangunan tahun 2009 hingga 2019 meningkat sebesar 87,49 ha dan mengakibatkan suhu permukaan pada tahun 2009 hingga 2019 mengalami kenaikan suhu permukaan sebesar 5oC. Perubahan lahan pada kelas bangunan tahun 2009 hingga 2019 mengalami peningkatan sebesar 87,49 ha sehingga menyebabkan kenaikan tingkat kenyamanan termal sebesar 3oC. Perubahan lahan yang mengakibatkan kenaikan suhu permukaan dan tingkat kenyamanan termal menunjukkan adanya hubungan antara keduanya. Kata Kunci : Kawasan Industri, Perubahan Lahan, Tingkat Kenyamanan Termal,  Suhu Permukaan.  ABSTRACTAccording to Law Number 3 of 2014, an industrial area is an area where the concentration of processing industry activities is concentrated with infrastructure, facilities and other supporting facilities provided and managed by an industrial area company. The positive impact of the industrial area is to improve the economic level of the population around the area and encourage increased production of industrial goods. In addition, the industrial area also has a negative impact, namely pollution and pollution from the industry in the form of industrial waste and reduced green open space. Development of Industrial area can lead to various environmental problems, one of which is land change. This land change can cause various problems that will arise such as flooding in the area around the industrial area and changes in surface temperature. This study uses sensor thermal Landsat to observe changes in temperature and the temperature humidity index in the Kendal Industrial Zone. The temperature humidity index is obtained from the processing of air temperatures and humidity levels. The data used are Landsat 5 in year 2009 and Landsat 8 in year 2015 and 2019. Imagery of land changes to changes in surface temperature and Temperature Humidity Index done spatially and descriptively, then correlations are performed to determine the effect of land changes on increasing surface temperatures. Land changes in the building class in 2009 to 2019 increased by 87.49 ha and resulted in surface temperatures in 2009 to 2019 experiencing an increase in surface temperature of 5oC. Changes in land in the building class in 2009 to 2019 increased by 87.49 ha, causing an increase in the temperature humidity index of 3oC. Land changes that cause an increase in surface temperature and a temperature humidity index indicate a relationship between the two. Key Words      :   Industrial Area, Land  Change, Temperature Humidity Index,  Surface Temperature.
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KERAWANAN BANJIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI TENGGANG KOTA SEMARANG David Carlous Pintubatu; Bambang Sudarsono; Arwan Putra Wijaya
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.894 KB)

Abstract

Banjir di Semarang masih menjadi permasalahan besar yang terjadi di ibukota provinsi Jawa Tengah ini terutama pada saat hujan dalam waktu yang lama terjadi. Kecamatan Genuk, Gayamsari dan Pedurungan merupakan daerah di Semarang yang sering banjir. Ketiga kecamatan tersebut termasuk dalam Daerah Aliran Sungai Tenggang. Dalam daerah tersebut, selama 5 tahun terakhir yaitu 2006 – 2011 mengalami perubahan penggunaan lahan yang signifikan. Penelitian  yang bertujuan untuk menganalisis dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kerawanan banjir ini menggunakan citra beresolusi tinggi yaitu quickbird untuk membuat peta tata guna lahan 2006 dan Ikonos untuk tahun 2011. Luas dari masing-masing tata guna lahan akan diberikan nilai koefisien air larian untuk perhitungan nilai air larian. Selain koefisien, perhitungan air larian juga dipengaruhi curah hujan dan luas DAS. Kata kunci : DAS Tenggang, Penggunaan Lahan, Semarang
PEMBUATAN BASIS DATA SPASIAL TEMPAT INDEKOS BERBASIS WEB DI AREA KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET Joko Wibowo; Moehammad Awaluddin; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.438 KB)

Abstract

ABSTRAK Kota Surakarta merupakan salah satu destinasi wisata kuliner setelah Kota Yogyakarta. Selain terkenal dengan kulinernya, Kota Surakarta juga menjadi salah satu tempat tujuan pendidikan, yaitu bangku perkuliahan. Di Kota ini terdapat beberapa Universitas yang tidak dapat diragukan lagi kualitas pendidikannya, seperti Universitas Negeri Sebelas Maret. Universitas Negeri Sebelas Maret merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri yang ada di Kota Surakarta. Bangku perkuliahan membutuhkan sarana yang harus mencukupi kebutuhan keseharian para mahasiswa. Salah satunya yang terpenting adalah indekos. Tempat indekos selama ini dicari oleh mahasiswa dengan cara bertanya kepada beberapa orang di sekitar lokasi perkuliahan. Bahkan tidak jarang pula ada informasi yang disajikan diinternet. Namun, informasi tentang indekos ini biasanya hanya menyajikan data-data nonspasial seperti alamat, fasilitas serta harga dari indekos itu sendiri. Maka dari itu hal utama yang melatarbelakangi pembuatan web ini adalah perlunya informasi spasial yang bertujuan untuk memudahkan mahasiswa baru dalam melakukan pencarian indekos. Metodologi pada penelitian ini merujuk pada Sistem Informasi Geografis (SIG) pembuatan basis data spasial tempat indekos berbasis web. Penyusunan basis data dimulai dengan penggunaan XAMPP sebagai server lokal dan basis data MySQL dengan mengakses fitur phpMyAdmin. Data hasil penelitian berjumlah 150 indekos yang terdiri dari indekos putra, putri, dan campur. Untuk tipe pembayaran dibagi dua, yaitu tipe pembayaran bulanan dan tahunan. Pengujian sistem aplikasi pada web ini menunjukkan bahwa web dapat dibuka dari semua web browser, namun fitur geolocation hanya berfungsi pada browser mozilla firefox. Sedangkan untuk pengujian usability pada web ini memperoleh keberhasilan yang cukup baik dengan nilai 3,870 dari rentang penilaian satu sampai lima.
APLIKASI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT UNTUK PEMODELAN 3D GEREJA BLENDUK SEMARANG Ryandana Adhiwuryan Bayuaji; Andri Suprayogi; Bandi Sasmito
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (989.462 KB)

Abstract

ABSTRAK Fotogrametri jarak dekat merupakan salah satu bidang penerapan fotogrametri. Fotogrametri jarak dekat dapat digunakan untuk perekaman objek yang berjarak kurang dari 100 meter. Fotogrametri jarak dekat biasanya digunakan dalam pemodelan 3D bangunan, kendaraan atau jembatan.Dalam tugas akhir ini, metode fotogrametri jarak dekat digunakan untuk pemodelan 3D Gereja Blenduk Semarang dengan kamera digital non metrik. Kamera yang digunakan harus melalui proses kalibrasi untuk mengetahui parameter internal kamera. Proses kalibrasi dan pengolahan data dalam tugas akhir ini menggunakan perangkat lunak PhotoModeler Scanner v.7 2013.  Tahap pemodelan bangunan terdiri dari marking dan referencing, proses hitungan dan pembuatan model 3D, transformasi koordinat 3D dan visualisasi model 3D.Hasil akhir dalam penelitian ini adalah model 3 dimensi Gereja Blenduk Semarang. Pengujian hasil pengolahan model 3D dilakukan dengan membandingkan hasil nilai jarak yang diikatkan dari  pengukuran Electronic Total Station, nilai standar deviasi dari perbandingan jarak antara model dengan Electronic Total Station sebesar 0,0896 meter. Kata Kunci : Fotogrametri Jarak Dekat, Pemodelan Bangunan Bersejarah, Kamera Digital Non Metrik, PhotoModeler Scanner V.7 2013, Missing Line Measurment. ABSTRACT Close range photogrammetry is a one of photogrammetry applications. It can be used for the object measurement that is less than 100 meters. It also usualy used in 3D modeling of buildings, vehicles or bridges.In this final task, close range photogrammetry method was used for 3D modeling of 1st temple in Blenduk Church using non-metric digital camera. Initially, the camera must through of calibration process to determine the camera internal parameters. The process of calibration and data processing in this final task are using PhotoModeler Scanner 2013 software. Phase of buildings modeling contain of marking and referencing, calculating and 3D modeling, transformation of 3D coordinate and visualization of 3D models.The final results in this research is 3D model of Blenduk church. Testing of the results in 3D modelling processing was done by comparing the value of the measurement distance from Electronic Total Station, standard deviation of the distance comparisons between model and Electronic Total Station measurement is 0,0896 meters. Keyword: Close range photogrammetry, Building Modeling, Non-Metric Digital Camera, PhotoModeler Scanner 2013, Missing Line Measurment.
APLIKASI MULTIBEAM ECHOSOUNDER NORBIT WBMS UNTUK PENENTUAN JALUR PELAYARAN (Studi Kasus : Teluk Awur, Jepara) Mulawarman, Reza Al Arif; Sasmito, Bandi; Sabri, L M
Jurnal Geodesi Undip Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.708 KB)

Abstract

Indonesia sebagai Negara maritim yang memiliki kawasan laut yang luas menjadikan transportasi kapal menjadi transportasi yang sangat penting untuk keberlangsungan baik aktivitas perekonomian maupun moda transportasi masyarakat Indonesia. Kabupaten Jepara sebagai salah satu kawasan di Jawa Tengah yang dekat dengan laut menjadikan kapal sebagai suatu moda transportasi yang penting. Perencanaan jalur pelayaran menjadi hal yang utama dalam navigasi kapal. Hal ini dilakukan karena adanya objek objek yang ada di bawah laut menjadi perhatian penting dalam pelayaran guna menghindari terjadinya pergesekan lunas kapal dengan objek bawah laut yang dapat menyebabkan kapal karam atau rusak. Dengan memanfaatkan teknologi echosounder guna pemeruman bawah laut untuk pengambilan data berupa koordinat xyz bawah laut yang bertujuan untuk mengetahui kondisi topografi yang ada di Teluk Awur, Jepara. Pemeruman dilakukan pada daerah yang dekat dengan dermaga dan diharapkan dapat menjadi suatu acuan bagi pelayaran warga Jepara khususnya daerah Teluk Awur agar tercipta keamanan dalam pelayaran kapal. Berdasarkan peraturan dari direktorat Jendral Perhubungan Laut, batas minimal kedalaman untuk kapal yang dengan ukuran kurang dari 86 meter adalah 1.725 meter dibawah permukaan laut, sehingga, melihat dari hasil pemeruman menggunakan echosounder, terdapat daerah yang memiliki kedalaman kurang dari 2 meter yang dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya kapal karam akibat kedalaman laut terlalu dangkal sehingga perlu adanya peringatan kepada seluruh kapal mengenai daerah bahaya pelayaran pada daerah Teluk Awur.
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN GARIS PANTAI TERHADAP BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT KABUPATEN JEPARA Meita Arddinatarta; Bambang Sudarsono; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1017.322 KB)

Abstract

ABSTRAK Memasuki era otonomi daerah, pasal 18 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, yang diperbarui dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 pasal 27, menyatakan bahwa daerah yang memiliki wilayah laut diberi kewenangan untuk mengelola wilayah lautnya. Ketentuan penetapan dan penegasan batas pengelolaan wilayah laut daerah telah diatur dalam Permendagri No. 76 Tahun 2012. Garis batas pengelolaan wilayah laut ditentukan dari titik-titik dasar yang sudah ditetapkan di darat yaitu pada garis pantainya. Padahal posisi garis pantai rentan sekali mengalami perubahan, baik karena abrasi, akresi, maupun karena pengaruh dinamika air laut. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian mengenai pengaruh perubahan garis pantai terhadap batas pengelolaan wilayah laut daerah.Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan batas pengelolaan wilayah laut Kabupaten Jepara dengan menggunakan metode kartometrik di atas peta LLN dan citra satelit Landsat yang diamati secara time series. Penarikan batas pengelolaan wilayah laut dilakukan dengan prinsip sama jarak (equidistance) untuk pantai berdampingan.Dari hasil pengamatan citra Landsat tahun 2000 dan 2015, terjadi perubahan garis pantai di wilayah perbatasan Kabupaten Jepara karena adanya proses abrasi dan akresi. Perubahan garis pantai ini mempengaruhi pergeseran batas yang terjadi, dilihat dari perubahan letak garis batas klaim 4  mil laut, garis batas yang terbentuk dari equidistance line, dan luasan wilayahnya. Dalam kurun waktu kurang lebih 15 tahun, sampel luas area pengelolaan wilayah laut Kabupaten Jepara bertambah seluas 643,262 Ha, dan wilayah Kepulauan Karimun Jawa sebesar 212,591 Ha. Sedangkan Kabupaten Demak mengalami penyusutan seluas 1.206,807 Ha, dan Kabupaten Pati mengalami penyusutan seluas 56,189 Ha.Kata Kunci : Batas Pengelolaan Wilayah Laut, Citra Satelit Landsat, Garis Ekuidistan, Garis Pantai, Kartometrik  ABSTRACT Entering the era of regional autonomy, article 18 of Law No. 32 of 2004 on Local Government as amended by article 27 of Law No. 23 of 2014 on Local Government, states that region having a sea area, authorized to manage its territory. Provisions establishing and affirmation of boundary sea area has been regulated by Regulation of Ministry of Home Affairs No. 76 of 2012 on Guidelines for the Affirmation on Regional Boundary. Boundary line of sea area authority determined by basic points set on the land that is on its coastline. Even though, position of coastline is susceptible to change either due to abrasion, accretion, as well as due to the dynamic of sea level effects. Therefore, study for coastline changes effect against regional sea area authority is needed.This study aimed to determine the boundary sea area of Jepara Regency using cartometric method on LLN map and Landsat Image observed in time series. The boundaries of sea area authority have been drawn using equidistance principle for adjacent coast.According to the result of Landsat image observation from 2000 to 2015 showing that coastline is changed in Jepara Regency territory due to either abrasion or accretion processes. These changed coastline effect on layout boundary shifting, as seen from change of boundary line position of 4 nautical miles, the boundary line formed from the equidistance line and total area of its territory. As a result, in the past 15 years, the total area of Jepara Regency sea area grows 643.262 Ha and Karimun Islands grows 212.591 Ha. While Demak shrinking area of 1,206.807 Ha, and Pati Regency shrinking area of 56.189 Ha.Keyword : Boundary Sea Area, Cartometric, Coastline, Equidistance line, Landsat Image  *) Penulis, Penanggung jawab
Analisis Geospasial Persebaran TPS dan TPA di Kabupaten Batang Menggunakan Sistem Informasi Geografis Mufti Yudiya M.; Sawitri Subiyanto; Hani'ah .
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.082 KB)

Abstract

Informasi mengenai sarana kebersihan berupa TPS dan TPA sangat diperlukan guna menunjang sistem pengelolaan kebersihan di Kabupaten Batang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Kabupaten Batang memiliki 1 buah TPA dan 86 buah TPS. Daerah pelayanan dalam kota memiliki 78 buah TPS dengan total kapasitas 409,57 m3, sedangkan daerah pelayanan luar kota memiliki 8 buah TPS dengan total kapasitas 248,25 m3. Volume sampah yang masuk ke TPA yaitu 122 m3/hari dari dalam kota dan 23 m3/hari dari luar kota. Dari data tersebut diketahui bahwa TPS telah memenuhi daya tampung. Sementara itu dalam kesesuaian penempatan lokasi TPS, diketahui bahwa seluruh TPS di Kabupaten Batang telah sesuai dengan sedikit rekomendasi perbaikan untuk beberapa TPS seperti peletakan TPS agar tidak di badan jalan.Sementara itu keberadaan TPA Randukuning Kabupaten Batang sampai saat ini masih digunakan. Masa pelayanan sebenarnya yaitu hanya sampai tahun 2005, tetapi karena perlakuan khusus sampai saat ini masih digunakan sebagai tempat penampungan akhir sampah. Sebagai alternatif dilakukan pemilihan lokasi TPA Rekomendasi dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis. Penentuan lokasi dilakukan melalui tahapan regional, penyisih, dan penilaian menggunakan SNI 193241-1994. Dari hasil pengolahan data diperoleh lokasi layak zona TPA seluas 1.423,11 Ha yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Batang. Dari zona layak tersebut terpilih 3 lokasi yang dianggap paling layak yaitu berada di Desa Candiareng Kecamatan Warungasem, Desa Kalibalik Kecamatan Banyuputih, dan Desa Banaran Kecamatan Banyuputih.Kata Kunci : TPS, TPA, Sistem Informasi Geografis.
PEMANFAATAN LIDAR UNTUK EVALUASI KETINGGIAN BANGUNAN DI KAWASAN JALAN PANDANARAN, SEMARANG Aisah Hajar; Arwan Putra Wijaya; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.39 KB)

Abstract

ABSTRAK    Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Kota Semarang terus mengalami perkembangan dan pembangunan kota. Perkembangan dan pembangunan kota yang terjadi menyebabkan berdirinya bangunan gedung secara pesat. Oleh karena itu, pembangunan di Kota Semarang membutuhkan pengontrolan terhadap kesesuaian penataan ruang yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Penataan ruang merupakan suatu sistem perencanaan dan pemanfaatan ruang yang perlu dikendalikan dalam proses pengembangan suatu kawasan.                Penelitian ini berfokus pada tinggi bangunan gedung di kawasan Jalan Pandanaran Kota Semarang, dengan melakukan evaluasi terhadap Peraturan Daerah (Perda) Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2008. Penelitian ini menggunakan pendekatan data DEM LiDAR untuk memperoleh tinggi bangunan secara aktual.                Tinggi bangunan yang melebihi ketentuan dari Peraturan Daerah (Perda) Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2008 dianggap sebagai bangunan melanggar. Pelanggaran tersebut terjadi pada 3 bangunan gedung, yaitu Bank Panin, Louis Keinne Hotel, dan Menara Suara Merdeka. Nilai pelanggaran yang terjadi untuk ketinggian bangunan di Kawasan Jalan Pandanaran sebesar 2,65 %. Maka nilai kesesuaian hasil evaluasi tinggi bangunan tersebut mencapai dari 97,35 %.

Page 1 of 84 | Total Record : 839


Filter by Year

2012 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 13, No 2 (2024): Jurnal Geodesi Undip Vol 13, No 1 (2024): Jurnal Geodesi Undip Vol 12, No 4 (2023): Jurnal Geodesi Undip Vol 12, No 3 (2023): Jurnal Geodesi Undip Vol 12, No 2 (2023): Jurnal Geodesi Undip Vol 12, No 1 (2023): Jurnal Geodesi Undip Vol 11, No 4 (2022): Jurnal Geodesi Undip Vol 11, No 3 (2022): Jurnal Geodesi Undip Vol 11, No 2 (2022): Jurnal Geodesi Undip Vol 11, No 1 (2022): Jurnal Geodesi Undip Vol 10, No 4 (2021): Jurnal Geodesi Undip Vol 10, No 3 (2021): Jurnal Geodesi Undip Volume 10, Nomor 2, Tahun 2021 Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021 Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020 Volume 9, Nomor 3, Tahun 2020 Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020 Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020 Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019 Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019 Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019 Vol 8, No 1 (2019) Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018 Volume 7, Nomor 3, Tahun 2018 Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018 Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018 Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017 Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017 Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016 Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015 Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015 Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015 Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015 Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014 Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014 Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014 Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013 Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013 Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013 Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 More Issue