cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 514 Documents
PENGARUH PERGERAKAN TERHADAP POLA KONSUMSI TENAGA KERJA DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA Raetami Adira Saraswati; Anita Ratnasari Rakhmatulloh
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.02 KB)

Abstract

Kawasan industri menyerap banyak tenaga kerja dari berbagai wilayah baik dari dalam kota maupun dari luar kota. Salah satunya Kawasan Industri Wijayakusuma yang terletak di jalan raya ekonomi Semarang-Jakarta.Banyak tenaga kerja industri yang melakukan pergerakan dari tempat tinggalnya menuju ke tempat bekerjanya yaitu Kawasan Industri Wijayakusuma maupun sebaliknya setiap hari. Perlunya mengetahui karakteristik sosial-demografi dan ekonomi, karakteristik pergerakan, dan karakteristik pola konsumsi tenaga kerja agar dapat mengetahui pengaruhnya satu sama lain.Dalam penelitian ini ternyata di temukan bahwa pergerakan akan mempengaruhi pola konsumsi tenaga kerja. Terlihat dari jenis kelamin akan mempengaruhi jarak tempuh, waktu tempuh, dan kendaraan yang akan di gunakan ke tempat bekerja. Perempuan lebih cenderung memiliki jarak tempuh dan waktu tempuh yang lebih pendek daripada laki-laki.Pendapatan juga akan mempengaruhi kendaraan yang akan di gunakan oleh tenaga kerja, serta jumlah kendaraan yang di miliki akan mempengaruhi juga pada kendaraan yang akan di gunakan dan frekuensi perjalanan si tenaga kerja eitu sendiri Jarak tempuh dan waktu tempuh tenaga kerja ternyata akan mempngaruhi pola konsumsinya khususnya pada proporsi pola untuk transportasi, semakin jauh jarak tempuh atau semakin lama waktu tempuh tenaga kerja akan semakin besar proporsi pola untuk transportasinya. Jika jarak tempuhnya semakin jauh juga maka akan ada perilaku tenaga kerja untuk menekan proporsi pola non pangannya agar semua kebutuhannya akan tercukupi.Namun,bagaimanapun pergerakan tenaga kerja tidak akan mempengaruhi proporsi pola untuk pangannya karena hal ini merupakan kebutuhan primer yang tidak dapat di ganti dengan kebutuhan lainnya.Penyediaan sarana transportasi yang memadai, melihat juga dari aspk biaya karena hal ini akan menjadi faktor pertimbangan untuk tenaga kerja dalam memilih kendaraan yang akan di gunakan ke tempat kerja.Selain itu, perlunya penyediaan perumahan di sekitar kawasan industri, agar jarak tempuh dan waktu tempuh tenaga kerja akan semakin dekat sehingga, akan semakin efektif dan efisien baik dalam waktu, tenaga, dan biaya yang akan di keluarkan untuk transportasi.
Strategi Kelembagaan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar Rima Novira Sasmita; Jawoto Sih Setyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 5, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (962.859 KB)

Abstract

Solid waste problem happens almost in all cities in Indonesia, ranging from big cities to the small cities like Colomadu urban area. Colomadu itself has unique characteristic due to its exclave position fom Karanganyar Regency. As an exclave area, Colomadu is separated geographically from but is still part of Karanganyar administrative region. This position affects Colomadu because it is not covered by the solid waste management services from the respective regency institution (Dinas Kebersihan dan Pertamanan). As the consequences, about 70 per cent communities in Colomadu manage their solid waste with dumping and burning. This study aims to formulate institutional strategy of solid waste management in Colomadu district. There are two methods used in this research, i.e. research and planning methods. Observation and questionnaire data collection are used to understand recent solid waste management practices. The planning method is applied to comprehend stakeholder opinion about the concept of solid waste management. The research shows that the function of waste management institutions is not optimal yet. Therefore, waste management strategies which combine function and actors of institutions are needed. The key element of the strategies is the integration of multi-stakeholder to make a better and independent solid waste management in Colomadu. 
KAJIAN KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG LAMA SEBAGAI POTENSI KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KELURAHAN GABAHAN SEMARANG Mustovia Azahro; Nany Yuliastuti
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (756.066 KB)

Abstract

Kelurahan Gabahan merupakan kelurahan paling padat di Kecamatan Semarang Tengah, kepadatan mencapai  26.544 jiwa/km2 (BPS Kota Semarang, 2011). Kepadatan bangunan yang tinggi serta minimnya ruang terbuka hijau menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Dalam kaitannya dengan perkembangan Kota Semarang, Kelurahan Gabahan pernah menjadi pusat Pemerintahan pada tahun 1659. Lokasinya yang berada di pusat kota mengakibatkan Kelurahan Gabahan mengalami tantangan dalam menghadapi tekanan pembangunan pusat kota. Pada akhirnya, banyak bangunan yang mengalami perubahan facade, sehingga memunculkan permasalahan mengenai terancamnya keberadaan kampung lama di pusat kota atau bahkan  hilangnya kampung lama. Namun, kehidupan masyarakat kampung lama pasti mempunyai potensi untuk mencapai keberlanjutan lingkungan permukiman dan berpengaruh dalam dalam penciptaan lingkungan kota yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek kehidupan kampung lama di Kota Semarang sebagai potensi keberlanjutan lingkungan permukiman di Kelurahan Gabahan. Kelurahan Gabahan dipilih sebagai lokasi penelitian karena keberadaannya di pusat kota yang mengalami tekanan pembangunan tinggi serta Kelurahan Gabahan yang masih menjadi bagian dari Kawasan Pecinan serta memiliki kehidupan yang harmonis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat di Kelurahan Gabahan yang paling potensial adalah kehidupan sosial sedangkan kehidupan ekonomi tidak sepotensial kehidupan sosial. Kehidupan masyarakat sehari-hari banyak menggunakan ruang publik berupa jalan dan tepi Kali Semarang sebagai ruang interaksi. Kehidupan masyarakat mampu menjadi potensi keberlanjutan lingkungan permukiman dimana aspek kehidupan masyarakat sebagai potensi keberlanjutan lingkungan permukiman antara lain adalah frekuensi interaksi, pendapatan, ketidakinginan pindah, rendahnya intensitas konflik, kerja bakti, mata pencaharian, tingkat keamanan, tabungan perbulan, perayaan hari besar, kesehatan lingkungan, pekerjaan sampingan, keikutsertaan organisasi, rapat rt/rw/kelurahan, asal penduduk, antusiasme warga, tingkat pendidikan, lokasi interaksi, kegiatan sosial, lama tinggal, dan alasan tinggal. Frekuensi interaksi sebagai aspek kehidupan yang paling potensial untuk mencapai keberlanjutan.
KARAKTERISTIK MOBILITAS SUMBERDAYA PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TEMBALANG Aviep Hasworo P.W; Jawoto Sih Setyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.8 KB)

Abstract

Lingkaran perangkap kemiskinan suatu wilayah dapat semakin diperburuk dengan adanya kebocoran modal ke luar wilayah. Wilayah yang sudah lebih dulu maju dan semakin cepat perkembangan ekonominya, sedangkan wilayah yang terbelakang perkembangannya tetap lamban bahkan cenderung menurun. Fenomena migrasi adalah bentuk respons dari masyarakat karena adanya ekspektasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bemigrasi. Dengan kata lain, aliran sumberdaya desa-kota akan terus berlangsung sepanjang terjadi kesenjangan perkembangan desa-kota. Kesenjangan atau polarisasi desa kota yang semakin melebar di banyak wilayah yang sedang berkembang memperderas arus proses migrasi penduduk berlebihan dari perdesaan ke perkotaan. Interaksi antara Kota Semarang dengan daerah hinterland salah satunya yaitu adanya perpindahan sumberdaya manusia atau migrasi menuju Kota Semarang. Namun disisi lain, beberapa imigran tersebut tidak dibekali dengan keahlian khusus yang dapat diserap oleh dunia kerja formal. Dengan demikian, beban permasalahan yang ditampung oleh Kota Semarang menjadi bertambah dalam aspek ketenagakerjaan. Hal inilah yang menyebabkan para imigran tidak dapat diterima pada dunia kerja formal sehingga mereka mencari pekerjaan secara informal. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak berdatangan pendatang dari berbagai wilayah yang bekerja pada sektor informal di Kawasan Universitas Diponegoro Tembalang. Pendatang tersebut datang dari berbagai wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, D.I.Yogyakarta, Kalimantan dan Sumatera. Aliran sumberdaya bahan baku mengalir dari perdesaan menuju perkotaan karena adanya rasio perbedaan harga komoditas yang lebih tinggi di kawasan perkotaan. Selain itu, aliran sumberdaya keuangan akan mengalir menuju perkotaan maupun perdesaan mengikuti banyaknya transaksi keuangan yang digunakan. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik mobilitas sumberdaya pada pedagang kaki lima di Kawasan Universitas Dipongoro Tembalang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui karakteristik mobilitas sumberdaya yang dapat dijelaskan melalui kasus pedagang kaki lima. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara singkat dan koesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab banyaknya pendatang yang bermigrasi ke Kawasan Universitas Diponegoro Tembalang yaitu adanya faktor penarik dan pendorong migrasi, perbandingan harga komoditas dan aliran sumberdaya keuangan. Faktor pendorong migrasi tersebut seperti minimnya pendapatan ketika bekerja di daerah asal, kurangnya lapangan pekerjaan di daerah asal dan adanya dorongan dari keluarga untuk bekerja di Kota Semarang. Disisi lain, faktor penarik migrasi yaitu meliputi tingginya pendapatan bekerja di Kota Semarang, tingkat kehidupan yang lebih baik di Kota Semarang dan kondisi sarana dan prasarana yang lebih baik pada Kota Semarang. Selain itu, mobilitas sumberdaya bahan baku/mentah terjadi ketika adanya perbedaan rasio harga komoditas dimana harga komoditas di Kota Semarang lebih tinggi bila dibandingkan daerah asal responden. Disisi lain, aliran sumberdaya keuangan terjadi antarwilayah seiring adanya transaksi yang terjadi antara 2 wilayah. Berdasarkan hasil penelitian, diberikan saran untuk menangani masalah migrasi tersebut seharusnya Pemerintah memberikan keterampilan khusus untuk pedagang kaki lima sehingga dapat bekerja pada sektor formal. Selain itu, perlu adanya peningkatan harga jual komoditas di perdesaan agar tidak terjadi ketimpangan antara desa dengan kota. Disisi lain, aliran sumberdaya keuangan seharusnya terjadi adanya keseimbangan antara desa dengan kota agar tidak terjadi kesenjangan.
KAJIAN POLA ALIRAN PADA INDUSTRI KONVEKSI DI DESA TINGKIR LOR, KECAMATAN TINGKIR Yuliana Dhiah Taufika; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.661 KB)

Abstract

Tingkir Lor Village Convection is one of the industries in Tingkir Kota Salatiga. This convection industries has been established since 1980 and still operated until now. The beginning of the convection industries in Tingkir Lor village are inseparable from the Damatex Factory's role in that year to provide wasted raw materials for free to the Tingkir Lor Village’s resident. But over time, the needs of raw materials increase and require various materials that can not be fulfilled by the convection industries in the goods and services sector. The requirements of these needs will make a connection with other areas to fulfilled these needs. The needs are including the flow of goods and services in the form of raw materials, supplementary raw materials, labor and marketing of convection products. The data analysis is based on three aspects in flow pattern of convection industries, such as input, process, and output. Data analysis used in this research is quantitative descriptive analysis that obtained from questionnaires, interviews and documentations by examining the flow patterns of goods and services within the convection industries. The results of data assessment shows that convection industries in Tingkir Lor village have two patterns of goods and services flow that is input and output aspect. The input and output aspects is the origin, destination and intensity that occur in the convection industries related to the external territory. The distribution of raw material in the Tingkir Lor village’s convection industries originally comes from Solo, Salatiga, Semarang and Ungara. As for the distribution of labor is dominated from the internal area of the convection industries. The production process in Tingkir Lor village’s convection industries still occurs in the internal area, causing no flow patterns that can be connected and formed. Convection products in Tingkir Lor Village are dominated by products such as pants, bed sheets, bed cover and clothing with a sale price ranged between Rp 5.000 up to Rp 300.000 depends on the products sold from each of the convection industries. Sales of convection industries in Tingkir Lor village have reached some regions in Indonesia such as Salatiga, Solo, Semarang, Yogyakarta, Pekalongan, Kalimantan, Sumatra, Bali and Papua.
KAJIAN BENTUK ADAPTASI TERHADAP BANJIR DAN ROB BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH DAN AKTIVITAS DI KELURAHAN TANJUNG MAS Anggara Dwi Putra; Wiwandari Handayani
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1272.373 KB)

Abstract

Kota Semarang yang merupakan salah satu kota terletak di wilayah pesisir juga merasakan dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim yang terjadi. Berdasarkan hasil proyeksi yang dilakukan BMG Kota Semarang (2007) kenaikan air laut Kota Semarang pada tahun 2006 – 2007 sebesar 8 cm dan setiap tahunnya mengalami perubahan ketinggian 1,46 cm. Salah satu contoh wilayah di kawasan pesisir yang terkena dampaknya yaitu di Kelurahan Tanjung Mas. Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana  bentuk-bentuk adaptasi terhadap banjir dan rob berdasarkan karakteristik wilayah  dan aktivitas di Kelurahan Tanjung Mas ?”. Studi bentuk adaptasi perlu dilakukan sebagai dasar pertimbangan dalam agenda pembangunan untuk mencapai pola pembangunan agar tahan (resilience) terhadap dampak dari banji rob dan perubahan iklim kedepannya. Dampak yang ditimbulkan dari banjir dan rob untuk kondisi fisik kawasan yaitu rusaknya bangunan rumah tinggal, kerusakan pada jalan, kerusakan pada tambak, dan penurunan kualitas air bersih. Untuk dampak bagi aktivitas, yaitu terganggunya kegiatan sehari-hari masyarakat. Tingkat kerentanan wilayah dan aktivitas terhadap banjir dan rob, wilayah di Kelurahan Tanjung Mas terbagi menjadi 2 kelas kerentanan, kerentanan sedang (RW  1, 9-10, 12-13, dan RW 16), dan kerentanan tinggi (RW  2-3,  11,  14-15).. Bentuk adaptasi yang dilakukan masyarakat 60 % masyarakat  melakukan peninggian bangunan dan lantai rumah, 28% perbaikan dan peninggian jalan, 7 % pembudidayaan dan penanaman mangrove, dan 5% pembuatan tanggul. Jadi, Secara umum tidak ada perbedaan bentuk adaptasi pada setiap aktivitas
Kesesuaian Tingkat Harapan Dan Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Sarana Dan Prasarana Di Perumnas Tlogosari Kota Semarang Muhammad Fikri Rusdiyanto; Mardwi Rahdriawan
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 7, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.051 KB)

Abstract

Perumnas Tlogosari Semarang is one of the residential area units planned by Perum Perumnas (Public Housing Company) Branch V as the provision of urban housing for middle to low-income residents. The purpose of housing development is the implementation of housing in accordance with it’s function for improving welfare. In fact, there are several quality problems, such as housing feasibility, environmental health, dense residential space, and quantity problems such as the growing gap between rapid population growth and the provision of new or substitute housing. Typically, the housing problem focuses on the lack of suitable housing unit. In reality, what should be the problem is the lack of a housing unit which has a value that suitable for its occupants and suitable with the expectation of its occupants. Based on the background above, the researcher tried to research to find out how much the results obtained by the community toward initial expectations of the community and their usefulness, how was the result of the availability of facilities and infrastructure of Perumnas Tlogosari. The research method that used is a quantitative method. Data collection methods include document review, observation, interview, and questionnaire. Analysis methods used are descriptive statistic analysis, scoring analysis, and importance performance analysis. Analysis results show that the level of expectation according to the community for the availability of facilities and infrastructure in Perumnas Tlogosari is good and the level of satisfaction according to the community for the availability off acilities and infrastructure in Perumnas Tlogosari is satisfied. Analysis results also provide information that over all thepriority off acilities that must be repaired fromt he developer is the access of non-residential community roads and clean waters upply facilities/PDAM. Then, the distance of the housing location to education facilities, waste water facilities, housing creates a comfort and cool atmosphere, housing has a good absorption capacity, mutualism symbiosis between the non-housing and housing communities, the width, and condition of the main road, worship facilities, plumbing or piping systems, solid waste facilities, and electricity facilities are expected to be appropriately maintained by the developer.
PERAN KEGIATAN OPERASIONAL BISNIS PERSAMPAHAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG Sari Dewi Nurcahyanti; Joesron Alie Syahbana
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 1 (2014): Februari 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1249.572 KB)

Abstract

Bisnis persampahan adalah suatu bisnis yang menjual belikan sampah dari para pemasok ke para konsumennya. Kemunculan bisnis ini dapat mengurangi jumlah timbunan sampah di Kota Semarang sekitar 18% per-minggu. Bisnis ini memiliki peluang bisnis yang menjanjikan bagi para pelakunya. Berkaitan dengan potensi bisnis persampahan, maka didapatkan suatu pertanyaan tentang “Bagaimana bisnis ini melakukan kegiatan bisnisnya, sehingga mampu menjadi solusi yang tepat untuk menekan jumlah timbunan sampah di perkotaan?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan obyek penelitian Bisnis Persampahan Makmur di Kelurahan Gemah dan Bisnis Persampahan Sejahtera di Kelurahan Pedurungan Tengah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara langsung kepada pemilik bisnis dan pengamatan langsung pada kegiatan bisnis persampahan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kegiatan operasional bisnis persampahan yang berperan dalam pengelolaan sampah di Kota Semarang, seperti kegiatan pemasokan, pengelolaan sampah dan pemasaran sampah. Hasil penelitian ini adalah keberadaan bisnis yang mampu mengurangi jumlah timbunan sampah anorganik di Kota Semarang sekitar 0,9% per-minggunya. Akan tetapi potensi dari bisnis ini kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Semarang. Dengan demikian penelitian ini merekomendasikan adanya peran serta Pemerintah Kota Semarang untuk mendukung keberadaan bisnis ini, yaitu (1) menjalin kemitraan bisnis dengan para pelaku bisnis, (2) mendirikan suatu organisasi yang dapat merangkul seluruh pelaku bisnis persampahan di Kota Semarang. 
Peluang Peningkatan Tipe Terminal di Kecamatan Banyumaik (Analisis Demand dan Supply) Febriana Ayu K; Bitta Pigawati
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.89 KB)

Abstract

Kecamatan Banyumanik merupakan kecamatan yang terus mengalami perkembangan baik dari jumlah penduduk maupun pelayanan kotanya. Kecamatan ini juga berbatasan langsung dengan kabupaten Semarang dan menjadi gerbang koridor semarang atas atau semarang bagian Selatan sehingga memiliki pergerakan yang tinggi sebagai jalur keluar masuknya kota Semarang. Pergerakan yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan fasilitas transportasi pendukung yaitu terminal. Terminal merupakan salah satu fasilitas utama yang memiliki peran penting dalam sistem transportasi. Menurut keputusan menteri nomor 35 tahun 2003 pengertian terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi. Terminal juga memiliki peran yang penting sebagai unsur tata ruang dalam kaitannya untuk meningkatkan mobilitas dan efisiensi kehidupan kota. Terminal merupakan tempat untuk mengurangi kemacetan dimana dapat mengatur lokasi pergantian moda transportasi menjadi lebih teratur. Lokasi sebuah terminal harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat                 Di kecamatan Banyumanik hanya memiliki sub terminal atau terminal bantu yang berfungsi sebagai tempat transit dan pergantian moda. Demand yang tinggi terhadap fasilitas transportasi tersebut tidak sebanding dengan supply fasilitas terminal yang tersedia sehingga mengakibatkan timbulnya titik-titik baru yang digunakan masyarakat untuk menunggu angkutan yaitu terminal bayangan. Terminal bayangan ini muncul karena adanya demand yang tinggi dari mayarakat banyumanik terhadap kebutuhan sarana transportasi dan efisiensi waktu. Ketidakseimbangan antara demand dan supply ini mengakibatkan berbagai dampak makro maupun mikro terhadap lalu lintas maupun jaringan angkutan di Kecamatan Banyumanik dan kota Semarang.
PERAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI PODOSUGIH, KOTA PEKALONGAN Indah Dwi Lestari; Agung Sugiri
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1282.635 KB)

Abstract

Permasalahan kemiskinan dan  lingkungan permukiman kumuh di kota menyangkut banyak aspek yang mengikutinya. Konsep yang sesuai untuk mengatasi masalah seperti di atas yaitu menggunakan kosep pemberdayaan masyarakat  misalnya dengan dibentuk Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Kegagalan program pemerintah yang ada saat ini sering disebabkan tidak diberdayakannya masyarakat dalam pelaksanaan program. Pelibatan masyarakat dari perencanaan sampai pembangunan mampu menumbuhkan rasa memiliki terhadap lingkungan. Namun, kajian mengenai peran lembaga lokal yang bersifat swadaya seperti BKM masih jarang dilakukan. Penelitian yang ada cenderung melihat dari segi pemerintahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penting, yaitu “apa peran kelompok BKM Kelurahan Podosugih dalam kaitannya dengan penanganan masalah permukiman kumuh Kota Pekalongan?” Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu dengan menentukan fokus penelitian/proposisi penelitian kemudian menyusun perangkat penelitian berupa form wawancara kepada narasumber. Penelitian ini menghasilkan suatu pemahaman yang baik terhadap peran BKM dalam menangani masalah slum dan rekomendasi bagi peningkatan kinerja serta inspirasi bagi daerah lain untuk kesuksesan dalam penanganan masalah yang sama. Di antara temuan penting mengenai peran kelompok BKM dalam penanganan permukiman kumuh di Kelurahan Podosugih adalah dalam mendorong perubahan sikap dari masyarakat yang menjadi peduli terhadap lingkungan. Kepedulian tumbuh karena ada pelibatan masyarakat dari penyusunan program hingga pelaksanaan sehingga mereka merasa memiliki dan wajib memelihara hasil pembangunan untuk generasi yang akan. Temuan lain dari penelitian yaitu, untuk mengatasi masalah lingkungan permukiman kumuh yang ada, BKM tidak melakukan peningkatan kemampuan dalam bidang teknis pengelolaan lingkungan seperti pembuatan peta atau pelatihan software lainnya, melainkan pelatihan peningkatan ekonomi dan kohesi sosial masyarakat. Keberhasilan kinerja BKM ini hendaknya menjadi contoh yang dapat ditiru oleh daerah lain. Namun, suatu pembangunan yang melibatkan masyarakat dapat dikatakan berhasil sepenuhnya jika ada keberlanjutan finansial dari masyarakat sendiri tanpa bantuan pemerintah. Indikasi menunjukkan bahwa prospek keberlanjutan finansial dalam perbaikan kumuh di Podosugih masih belum baik.Karenanya, aspek keberlanjutan finansial merupakan salah satu rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut.

Filter by Year

2012 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 13, No 3 (2024): Agustus 2024 Vol 13, No 2 (2024): Mei 2024 Vol 13, No 1 (2024): Februari 2024 Vol 12, No 4 (2023): November 2023 Vol 12, No 3 (2023): Agustus 2023 Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 Vol 12, No 1 (2023): Februari 2023 Vol 11, No 4 (2022): November 2022 Vol 11, No 3 (2022): Agustus 2022 Vol 11, No 2 (2022): Mei 2022 Vol 11, No 1 (2022): Februari 2022 Vol 10, No 4 (2021): November 2021 Vol 10, No 3 (2021): Agustus 2021 Vol 10, No 2 (2021): Mei 2021 Vol 10, No 1 (2021): Februari 2021 Vol 9, No 4 (2020): November 2020 Vol 9, No 3 (2020): Agustus 2020 Vol 9, No 2 (2020): Mei 2020 Vol 9, No 1 (2020): Februari 2020 Vol 8, No 4 (2019): November 2019 Vol 8, No 3 (2019): Agustus 2019 Vol 8, No 2 (2019): Mei 2019 Vol 8, No 1 (2019): Februari 2019 Vol 7, No 4 (2018): November 2018 Vol 7, No 3 (2018): Agustus 2018 Vol 7, No 2 (2018): Mei 2018 Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018 Vol 6, No 4 (2017): November 2017 Vol 6, No 3 (2017): Agustus 2017 Vol 6, No 2 (2017): Mei 2017 Vol 6, No 1 (2017): Februari 2017 Vol 5, No 4 (2016): November 2016 Vol 5, No 3 (2016): Agustus 2016 Vol 5, No 2 (2016): Mei 2016 Vol 5, No 1 (2016): Januari 2016 Vol 4, No 4 (2015): November 2015 Vol 4, No 3 (2015): Agustus 2015 Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015 Vol 4, No 1 (2015): Februari 2015 Vol 3, No 4 (2014): November 2014 Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014 Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014 Vol 3, No 1 (2014): Februari 2014 Vol 2, No 4 (2013): November 2013 Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013 Vol 2, No 2 (2013): Mei 2013 Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013 Vol 1, No 1 (2012): November 2012 More Issue