cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Diponegoro
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 25408844     DOI : -
Core Subject : Health,
JKD : JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO ( ISSN : 2540-8844 ) adalah jurnal yang berisi tentang artikel bidang kedokteran dan kesehatan karya civitas akademika dari Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang dan peneliti dari luar yang membutuhkan publikasi . JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO terbit empat kali per tahun. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO diterbitkan oleh Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.
Arjuna Subject : -
Articles 974 Documents
PENGARUH BERMAIN VIDEO GAME KINETIK SIMULASI TARI SEBAGAI EXERGAME TERHADAP KELINCAHAN Sarah Fauzianisa; Tanjung Ayu Sumekar; Arinta Puspita Wati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.71 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15943

Abstract

Latar Belakang Exergame mengharuskan pemainnya untuk menggerakkan fisiknya secara aktif. Simulasi tari merupakan exergame yang populer dan menuntut pemainnnya untuk memiliki koordinasi visual dan motorik, dengan salah satu parameter yang bisa diukur untuk mengevaluasi adalah kelincahan.Tujuan Membuktikan pengaruh bermain video game kinetik simulasi tari terhadap kelincahan.Metode Penelitian eksperimental dengan two-groups pre-test and post-test design ini dilakukan di Semarang pada bulan Januari 2016 terhadap 18 mahasiswi FK yang dibagi menjadi 9 subjek kelompok perlakuan dengan latihan bermain exergame selama 30 menit, 2 kali tiap minggu dan 9 subjek kelompok kontrol tanpa exergame. Pengambilan data terhadap kedua kelompok dilakukan pada minggu ke-0 dan akhir minggu ke-8.Hasil Kelompok yang bermain exergame memiliki rerata kelincahan yang lebih baik (17,8±1,68 detik pre, 12,0±1,06 detik post; p=0,008) dibandingkan kelompok tanpa exergame (17,7±1,91 detik pre, 16,9±1,65 detik post; p=0,008). Nilai post-test kelincahan kelompok perlakuan juga lebih baik (12,0±1,06 vs 16,9±1,65 detik; p<0,001). Kelompok perlakuan juga memiliki indeks kelincahan yang lebih baik yaitu 7(38,9%) subjek dengan nilai sangat baik dan 2(11,1%) subjek dengan nilai di atas rata-rata, sementara pada kelompok kontrol, 7(38,9%) subjek tergolong rata-rata dan 2(11,1%) tergolong rata-rata. (p<0,001).Kesimpulan Bermain video game kinetik simulasi tari sebagai exergame berpengaruh terhadap kelincahan. Terdapat perbedaan kelincahan yang bermakna antara mahasiswi yang bermain exergame dengan yang tidak.
PENGARUH RANITIDIN TERHADAP DEGENERASI AKSON AKIBAT NEUROPATI NERVUS OPTIK (STUDI PADA TIKUS WISTAR DENGAN INTOKSIKASI METANOL AKUT) Ersananda Arlisa Putri; Dwi Pudjonarko
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.435 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23316

Abstract

Latar Belakang: Insidensi keracunan alkohol di Indonesia terbilang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena penggunaan metanol sebagai bahan campuran pembuatan alkohol oplosan. Diketahui bahwa metabolisme metanol bersifat toksik bagi tubuh manusia. Salah satu implikasinya adalah kerusakan saraf optik yang dapat menyebabkan kebutaan. Penggunaan ranitidin sebagai Antidotum untuk mengurangi efek toksisitas metanol telah dipelajari sebelumnya. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut tentang efek pemberian ranitidin dosis bertingkat terhadap degenerasi akson akibat neuropati optik toksik pada tikus wistar yang diintoksikasi metanol akut. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ranitidin dosis bertingkat terhadap degenerasi akson akibat neuropati optik toksik pada tikus Wistar dengan intoksikasi metanol akut. Metode: Penelitian eksperimental dengan rancangan posttest only control group design. Penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok, yaitu terdiri dari: 2 kelompok perlakuan, 1 kelompok kontrol positif, dan 1 kelompok kontrol negatif dengan 6 tikus di masing-masing kelompok. Kelompok perlakuan pertama diberi metanol 14 g / kgbb, dan setelah 30 menit diberikan ranitidin 30mg / kgBB. Kelompok perlakuan kedua diberi metanol 14 g / kgbb, dan setelah 30 menit diberikan ranitidin 60 mg/kgbb . Kelompok kontrol negatif diberi aquades oral saja, sedangkan kontrol positif diberikan metanol per oral 14g / kgBB tanpa pemberian ranitidin. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok yang diberikan intoksikasi metanol saja (kelompok kontrol positif) dengan kelompok yang diberikan ranitidin 60 mg/kgBB setalah 30 menit intoksikasi metanol (kelompok perlakuan 2) (p = 0,02), dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok yang diberikan intoksikasi metanol saja (kelompok kontrol positif) dengan kelompok yang diberikan diberikan ranitidin 30 mg/kgBB setelah 30 menit intoksikasi metanol (kelompok perlakuan 1) (p = 0,452). Kesimpulan: Ranitidin dosis 60 mg/kgbb yang diberikan 30 menit setelah intoksikasi metanol akut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kejadian degenerasi akson akibat neuropati optik toksik pada tikus wistar yang diintoksikasi metanol akut.Kata Kunci: Metanol, Ranitidin, Tikus Wistar, Nervus Optik, Degenerasi Akson
PENGARUH EKSTRAK BUAH KIWI (ACTINIDIA DELICIOSA) TERHADAP KADAR ENZIM HEPAR TIKUS WISTAR TERINDUKSI PARASETAMOL Naufal Fauzan Ihsan; Innawati Jusup; Amallia Nugettsiana Setyawati
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.413 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18600

Abstract

Latar Belakang : Kasus efek samping obat parasetamol berupa kerusakan hepar sekitar 9,5% akibat pemberian parasetamol  yang melebihi dosis terapeutik. Metabolit aktif obat ini akan memicu pembentukan stress oksidatif. Kerusakan hepar dapat dideteksi dini melalui enzim hepar (ALT dan AST). Buah kiwi (Actinidia deliciosa) memiliki potensi sebagai hepatoprotektor karena kaya akan vitamin C dan senyawa polifenol.Tujuan : Membuktikan pengaruh pemberian ekstrak Actinidia deliciosa terhadap kadar enzim hepar tikus wistar terinduksi parasetamol.Metode : Penelitian true experimental dengan metode post test only with control group design. Penelitian ini menggunakan lima kelompok, kelompok kontrol negatif yang diberi pakan standar (K1), kelompok kontrol positif yang diberi pakan standar dan induksi parasetamol (K2), dan kelompok perlakuan yang diberi pakan standar, induksi parasetamol, dan ekstrak Actinidia deliciosa 100 mg/kgBB (P1), 200 mg/kgBB (P2), serta 400 mg/kgBB (P3).Hasil : Kadar ALT kelompok K1 72,08 ± 4,56 ng/dL, kelompok K2 325,61 ± 82,80 ng/dL, kelompok P1 311,67 ± 89,80 ng/dL, kelompok P2 474,15 ± 94,21 ng/dL, dan kelompok P3 444,61 ± 131,83 ng/dL. Kadar AST kelompok K1 128,43 ± 6,85 ng/dL, kelompok K2 388,35 ± 84,83 ng/dL kelompok P1 239,65 ± 76,75 ng/dL, kelompok P2 597,00 ± 46,70 ng/dL, dan kelompok P3 556,20 ± 98,61. Terdapat perbedaan kadar ALT bermakna antarkelompok (p = 0,040) dan AST bermakna antarkelompok (p = 0,003).Kesimpulan : Terdapat pengaruh ekstrak Actinidia deliciosa 100 mg/kgBB terhadap kadar enzim hepar tikus wistar terinduksi parasetamol.
HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIV/AIDS DI RSUP.DR.KARIADI SEMARANG Elyana Hapsari; Widodo Sarjana; Muchlis Achsan Udji Sofro
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.46 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14341

Abstract

Latar Belakang : Epidemi HIV AIDS saat ini telah melanda seluruh negara di dunia. Semarang adalah penyumbang angka HIV/AIDS terbesar di Jawa Tengah. Penyakit HIV AIDS telah menimbulkan masalah yang cukup luas terhadap individu yang terinfeksi yakni meliputi masalah fisik,sosial, dan emosional. Salah satu masalah emosional terbesar yang dihadapi ODHA adalah depresi. Kasus depresi pada ODHA ini diperkirakan mempunyai frekuensi mencapai 60% dari total kasus depresi yang ada. Depresi yang berkelanjutan akan menyebabkan penurunan kondisi secara fisikdan mental, sehinggasangat berpengaruh terhadap kualitas hidup ODHA.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara depresi dengan kualitas hidup serta mengetahui apakah terdapat hubungan antara faktor demografi dengan kualitas hidup pasien HIV/AIDS di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional denganrancangan penelitian Cross sectiona). Tingkat depresi dan kualitas hidup diukur dari skor pada kuesioner BDI dan WHO-QOL. Sampel penelitian berjumlah 92 orang yaitu pasien HIV/AIDS di Poli Penyakit Tropis dan Infeksi RSUP. Dr. Kariadi Semarang yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode non probability sampling melalui consecutive sampling. Analisis data penelitian menggunakan uji Chi Square.Hasil : Dari hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara depresi dengan kualitas hidup pada domain lingkungan (p =0,037 , α = 0,05), serta didapatkan pula adanya hubungan antara lama menderita dengan kualitas hidup pada domain psikologis (p =0,009 , α = 0,05).Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara depresi dengan kualitas hidup pada domain lingkungan dan hubungan yang bermakna antara lama menderita dengan kualitas hidup domain psikologis.
PERBEDAAN JUMLAH LEUKOSIT, NEUTROFIL DAN LIMFOSIT ABSOLUT PADA PENDERITA DM TIPE 2 TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL Sanjaya Santoso; Banundari Rachmawati; Dwi Retnoningrum
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.651 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20756

Abstract

Latar Belakang : Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius dan merupakan 1 dari 4 penyakit tidak menular yang angka kejadiannya terus bertambah yang ditandai dengan inflamasi kronik karena terjadi resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah meningkat. Kondisi glukosa darah yang tinggi menyebabkan pembentukan radikal bebas sehingga timbul stres oksidatif  dan memicu proses inflamasi. Proses inflamasi yang terjadi dapat meningkatkan sitokin proinflamasi yang dapat mempengaruhi kadar leukosit, neutrofil dan limfosit dalam darah.Tujuan : Membuktikan perbedaan jumlah leukosit, neutrofil dan limfosit absolut pada penderita DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrolMetode :  Jenis penelitian observasional dengan pendekatan crossectional.  Total sampel  adalah 60 responden yang terdiri dari 30  subyek DM tipe 2 terkontrol dan 30 subyek DM tipe 2 tidak terkontrol. Sampel merupakan pasien RSUP dr.Kariadi Semarang yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis yang digunakan adalah uji - Independent T Test.Hasil :  Rerata jumlah leukosit, neutrofil dan limfosit absolut pada penderita DM tipe 2 terkontrol adalah   11,47 ± 1,63 x103/µl ; 9,15 ± 1,67  x103/µl ; 1,37 ± 0,23 x103/µl. Rerata jumlah leukosit, neutrofil dan limfosit absolut pada penderita DM tipe 2 tidak terkontrol adalah   10,02 ± 1,36 x103/µl ; 7,41 ± 1,31  x103/µl ; 1,74 ± 0,24 x103/µl. Penderita DM tipe 2 tidak terkontrol memiliki jumlah limfosit absolut yang lebih tinggi secara bermakna (p<0,05) tetapi memiliki jumlah leukosit dan neutrofil absolut yang lebih rendah namun tidak bermakna (p>0,05)  dibanding  penderita DM tipe 2 terkontrol.Kesimpulan :  Terdapat perbedaan jumlah limfosit absolut pada penderita DM tipe 2 terkontrol.
PENGARUH KOMBINASI ANNONA MURICATA DENGAN ARTEMISININ-BASED COMBINATION THERAPY (ACT) TERHADAP PERSENTASE LIMFOBLAS LIMPA DAN PARASITEMIA MENCIT YANG TERINFEKSI MALARIA Dwi Fatimah Sari; Kisdjamiatun Kisdjamiatun
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.518 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i1.16235

Abstract

Latar Belakang: Terapi kombinasi dibutuhkan untuk melindungi obat malaria saat ini dan yang akan datang.. Ada pendapat bahwa pengelolaan malaria serebral memerlukan terapi adjuvant. Belum diketahui efektivitas A.muricata sebagai adjuvant pada malaria serebral yang dinilai dari persentase limfoblas limpa mencit Swiss  yang diinokulasi PbA.Tujuan: Membuktikan pengaruh kombinasi A.muricata dengan ACT terhadap persentase limfoblas limpa yang terinfeksi malaria.Metode: Penelitian eksperimental laboratorium murni dengan Post Test Only Control Group Design. Sampel 20 ekor mencit Swiss dengan kriteria tertentu, dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok K diberi air. Kelompok P1 diberi A.muricata 3.12 mg/KgBB/hari untuk pencegahan dan 6.24 mg/KgBB/hari untuk pengobatan. Kelompok P2 diberi ACT 0.546 mg/KgBB/hari. Kelompok P3 diberi A.muricata 3.12 mg/KgBB/hari untuk pencegahan dan 6.24 mg/KgBB/hari untuk pengobatan dan ACT 0.546 mg/KgBB/hari. Hari ke-21 diambil darah ekor untuk mengukur parasitemia dan diterminasi untuk isolasi splenosit untuk mengukur persentase limfoblas limpa.  Uji statistik menggunakan uji One-Way ANOVA dan uji Post-Hoc untuk limfoblas limpa serta uji Kruskal Wallis dan uji Mann Whitney untuk persentase parasitemia.Hasil: Rata - rata persentase limfoblas limpa kelompok K (26.7%), P1 (17.38%), P2 (11.142%), P3 (7.546%). Perbedaan yang signifikan terdapat pada kelompok K–P1 (p=0.007) , K–P2 (p=0.000), K–P3 (p=0.000), P1–P3 (p=0.005). Kelompok P1–P2 (p=0.056) dan P2–P3 (p=0.253) tidak ada perbedaan. Persentase parasitemia terdapat perbedaan antara kelompok K–P2 (p=0.009), K–P3 (p=0.009), P1–P2 (p=0.009), P1–P3 (p=0.009). Tidak terdapat perbedaan persentase parasitemia antara kelompok K-P1 (p=0.465) dan P2–P3 (p=0.209).Simpulan: Pengaruh kombinasi A.muricata dengan ACT terhadap persentase limfoblas limpa yang terinfeksi malaria tidak bermakna.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS GASTER MENCIT BALB/C JANTAN YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN Teresia Maharani Paramita; RB Bambang Witjahjo; Akhmad Ismail
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.025 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23397

Abstract

Latar Belakang: Rifampisin menimbulkan efek samping pada saluran cerna diantaranya yaitu anoreksia, mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Rifampisin diduga dapat mempengaruhi gaster dengan mekanisme yang sama dengan kerusakan gaster akibat obat anti-inflamasi non steroid. Temulawak memiliki zat yang bermanfaat sebagai gastroproteksi, antioksidan, antiinflamasi. Temulawak berpotensi mencegah kerusakan gaster yang disebabkan oleh paparan rifampisin. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis gaster mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian True Experimental Laboratorik dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Sampel 25 mencit balb/c jantan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diadaptasi selama 7 hari, diberi pakan dan minum standar. Kelompok kontrol negatif tidak diberi perlakuan apapun, kontrol positif diberi rifampisin per oral 7mg/20grBB/hari. Kelompok PI, PII, dan PIII diberi rifampisin 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak per oral dosis bertingkat yaitu 2mg/20grBB/hari, 4mg/20grBB/hari, dan 8mg/20grBB/hari. Perlakuan diberikan selama 14 hari. Pada hari ke-15, mencit diterminasi, diambil organ gasternya, dan dilakukan pembuatan preparat menggunakan pengecatan HE. Hasil: Rerata kerusakan mukosa gaster tertinggi pada kelompok kontrol positif. Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,001). Uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara K(+) dan K(-), serta K(+) dan PI, PII, PIII. Simpulan: Pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat berpengaruh terhadap gambaran mikroskopis gaster mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin.Kata Kunci : ekstrak temulawak, mukosa gaster, rifampisin, skor Barthel Manja
HUBUNGAN ANTARA LAMANYA PAPARAN BISING DENGAN GANGGUAN FISIOLOGIS DAN PENDENGARAN PADA PEKERJA INDUSTRI TEKSTIL Rona Elfiza; Dwi Marliyawati
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.712 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18632

Abstract

Latar Belakang:  Teknologi dalam industri diterapkan untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil kerja. Mesin-mesin dalam industri tekstil merupakan terapan dari teknologi canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesin-mesin yang beroperasi tidak hanya memberi keuntungan, namun terdapat dampak negatif berupa limbah, zat-zat beracun, polutan udara dan juga suara bising.Tujuan: mengetahui apakah ada hubungan paparan bising dengan gangguan fisiologis dan pendengaran pada pekerja pabrik tekstil PT. Panca Tunggal Jaya Semarang.Metode: Metode penelitian ini adalah studi cross sectional, Subjek penelitian adalah pekerja pabrik tekstil PT. Panca Tunggal Jaya Semarang dengan populasi 42 orang, Sampel penelitian diambil secara consecutive random sampling, penelitian ini menggunakan data tekanan darah, nadi dan tes fungsi pendengaran dengan alat OAE. Analisis bivariate dilakukan uji Chi-square dengan signifikan p<0.05.Hasil: Pada hasil penelitian ini kasus hipertensi,takikardi  banyak terdapat pada pekerja pabrik tesktil yang bekerja kurang dari 5 tahun dengan 5 sampel (23,8%),3 sampel (14,3%). Gangguan pendengaran hasil nya sama dengan 40 sampel (95,2%) . berdasarkan uji hipotesis terdapat  perbedaan yang bermakna pada tekanan darah (p=0,017). Sedangkan variable lain tidak bermakna secara statistik.Simpulan: terdapat hubungan yang bermakna antara lamanya paparan bising dengan perubahan tekanan darah. Perbedaan hubungan antara lamanya paparan bising dengan perubahan denyut nadi dan pendengaran pada pekerja pabrik tekstil adalah tidak bermakna secara statistik.
PENGARUH PEMBERIAN INJEKSI KETOROLAC INTRAPERITONEAL TERHADAP PENYEMBUHAN FRAKTUR KRURIS TIKUS WISTAR DEWASA Ivandy Fam; Yan Wisnu Prajoko; Ani Margawati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.401 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14482

Abstract

Latar belakang: Obat anti inflamasi non-steroidal (NSAID) terbukti efektif dalam menangani nyeri fraktur. Namun, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pemberian NSAID jangka panjang dapat menghambat penyembuhan fraktur. Ketorolac, NSAID non-spesifik, merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan pada kasus fraktur. Durasi penggunaan ketorolac dianjurkan maksimal 5 hari, karena penggunaan lebih lama diasosiasikan dengan efek samping berat. Belum diketahui apakah penggunaan ketorolac dalam 5 hari dapat menghambat penyembuhan fraktur.Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian injeksi ketorolac intraperitoneal terhadap penyembuhan fraktur kruris tikus wistar dewasa.Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan post-test only control group design. Sampel tikus wistar dewasa sejumlah 20 ekor dibagi acak menjadi kelompok kontrol dan perlakuan. Dilakukan frakturisasi tertutup pada kruris kanan tikus, dan difiksasi dengan bidai gips. Kelompok kontrol diberikan pakan dan minum standar selama 21 hari, sedangkan kelompok perlakuan diberikan injeksi ketorolac 5mg/kgBB selama 5 hari pertama, kemudian dilanjutkan dengan pakan dan minum standar sampai hari yang ke 21. Pada hari ke 22 tikus diterminasi dengan overdosis chloroform, dan tulang kruris kanan di diseksi. Kalus fraktur kemudian dibuat preparat histologi menggunakan pengecatan HE, dan dibaca menggunakan mikroskop cahaya. Penilaian maturasi kalus fraktur menggunakan scoring Allen yang telah dimodifikasi.Hasil: Kelompok perlakuan menunjukkan penghambatan penyembuhan fraktur yang signifikan, dengan rerata skor maturasi kalus 3.67±0.27, dibanding dengan kelompok kontrol dengan rerata skor 44.38±0.302. Hasil uji independent t-test menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan p=0.001.Simpulan: Pemberian injeksi ketorolac intraperitoneal selama 5 hari dapat menghambat penyembuhan fraktur kruris tikus wistar dewasa.
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE PADA MEDIA AGAR DARAH DOMBA MENGGUNAKAN TRYPTICASE SOY AGAR DENGAN COLUMBIA AGAR Afina Maulidyna; Purnomo Hadi; Helmia Farida
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.109 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21196

Abstract

Latar Belakang: Columbia agar dengan suplementasi darah domba merupakan agar yang banyak digunakan sebagai media kultur S. pneumoniae. Namun kegagalan untuk menumbuhkan S. pneumoniae masih sering terjadi, karena bakteri ini hanya dapat tumbuh di lingkungan dan dengan nutrisi tertentu. Pada penelitian ini diharapkan penggunaan agar darah domba dengan Trypticase Soy Agar (TSA) dapat meningkatkan sensitivitas kultur S. pneumoniae dari spesimen klinis.Tujuan: Membandingkan pertumbuhan S. pneumoniae dari spesimen klinis yang ditanam pada media agar darah domba dengan jenis agar yang berbeda. Metode: Penelitian ini menggunakan desain true experimental-post test only. Sampel penelitian adalah 16 swab nasofaring dari subjek sehat yang disimpan dalam media Skim milk, Tryptone, Glucose, and Glycerin (STGG) pada suhu -80°C (n=16). Sampel ditanam pada media ADDG-COL dan ADDG-TSA dan dilakukan pengamatan pada 18, 24, dan 48 jam setelah inkubasi meliputi kuantitas koloni, diameter koloni, diameter zona hemolisis, dan karakteristik koloni. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Student –T (skala numerik, distribusi normal) atau uji Mann Whitney (skala numerik, distribusi tidak normal) dan uji Chi Square (skala nominal dan ordinal).Hasil: Pada penelitian didapatkan perbedaan namun tidak bermakna pada kuantitas koloni (p=0,238; 0,238; 0,238), diameter koloni (p=0,985; 0,497; 0,939), diameter zona hemolisis (p=0,275; 0,104; 0,109) dan karakteristik (p=0,654; 1,000; 0,685).Kesimpulan Pertumbuhan S. pneumoniae pada media agar darah domba dengan TSA tidak lebih baik dibandingkan dengan pada media agar darah domba dengan Columbia agar.

Page 10 of 98 | Total Record : 974


Filter by Year

2016 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 13, No 5 (2024): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 13, No 4 (2024): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 13, No 3 (2024): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 13, No 2 (2024): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 13, No 1 (2024): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 6 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 5 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 4 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 3 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 2 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 6 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 5 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 4 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 3 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 2 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 1 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 6 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 5 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 4 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 3 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 1 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 4 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 3 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO More Issue