cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Kepelatihan Olahraga
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 49 Documents
Penyimpangan Pola Makan dalam Dunia Olahraga Dony Andrijanto,
Kepelatihan Olahraga Vol 4, No 2 (2009)
Publisher : Kepelatihan Olahraga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Olahraga adalah cara terbaik untuk membentuk tubuh yang kuat dan sehat, membangun percaya diri dan kebanggaan diri. Pola makan sehat adalah faktor kunci untuk meraih performa terbaik dalam olahraga. Jika nutrisi tidak tersedia dengan baik karena pola makan yang menyimpang maka pertaruhannya adalah performa bahkan kesehatan secara keseluruhan. Bagi atlet, pandangan tentang citra tubuh yang ideal merupakan mitos, dimana setiap orang ukurannya berbeda-beda. Sedangkan bagi pelatih, mengatur pola makan atlet adalah keharusan karena berbanding lurus dengan performa atlet. Penyimpangan pola makan ada dua, yaitu (1) disordered eating ; meliputi pola nutrisi yang buruk, ketidakseimbangan antara jenis-jenis makanan yang dikonsumsi, kekuarangan asupan makan dan menghindari makan. (2) eating disorders ; perubahan perilaku dengan tujuan mengatur pola makan sehingga berat badan berkurang dengan pencitraan diri yang keliru tentang berat badan yang ideal. Bentuk-bentuk penyimpangan pola makan adalah (1) Anorexia Nervosa, yaitu upaya sengaja membuat diri sendiri lapar dan menurunkan berat badan secara drastis, (2) Bulimia Nervosa yaitu pola makan dengan porsi banyak dalam sekali makan kemudian diikuti dengan tidak makan sama sekali sebagai akibat kesadaran untuk tidak mau kegemukan, (3) Binge-Eating Disorder yaitu ditandai dengan bingeing yaitu nafsu makan banyak dalam sekali duduk tetapi diikuti dengan purging yaitu menghindari makan dengan memakai laxative, muntah dan kegiatan yang berlebihan.  
Pola Pengembangan Sistem Pembinaan Olahraga Tenis Lapangan di Indonesia Irmantara Subagyo,
Kepelatihan Olahraga Vol 4, No 3 (2009)
Publisher : Kepelatihan Olahraga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyak faktor yang menjadi dasar apabila dipertanyakan mengapa prestasi petenis Indonesia terutama prestasi atlet seniornya mengalami kemesorotan, di antaranya dilihat dari sisi organisasi. Pengurus Besar Persatuan Tenis Lapangan Indonesia (PELTI) selama ini tidak mempunyai sistem pembinaan sebagai master plan  (rencana induk) yang matang tentang sisi ini, karena sampai sekarang tidak ada rencana strategis atau rencana operasional yang dijadikan dasar organisasi itu untuk mencapai tujuan organisasi itu sendiri, termasuk proses pelatihan yang dilaksanakan oleh  Pengurus Pusat  Persatuan Lawn Tenis Indonesia  (PP. PELTI) yaitu Pemusatan Latihan Nasional (PELATNAS).Kemerosotan prestasi cabang olahraga Tenis Lapangan dengan tidak memunculkannya bibit-bibit baru sebagai pelapis atlet yang sekarang berada di Pemusatan Latihan Nasional, dan kelemahan tersebut diindikasikan dengan kelemahan sumber daya manusia pelatih yang menangani di Pusat Pendidikan dan Latihan Tenis Lapangan maka perlu dilakukan penelitian yang menjadi penyebab kelemahan para pelatih tersebut dalam menangani atlet-atletnya. Dalam penelitian ini selain kajian dilakukan  secara teoritis dengan mengemukakan hasil pemikiran dari para ahli di bidang kepelatihan, secara faktual juga di kaji tentang keberadaan para pelatih yang menangani atletnya di Pusat Pendidikan dan Latihan Tenis Lapangan. Disamping itu juga dilakukan pula kajian tentang metoda latihan serta penyusunan program latihan yang dilakukan oleh para pelatih serta bagaimana pelatih tersebut melakukan evaluasi para atletnya. Data faktual diperoleh secara survey dari para pelatih itu sendiri dan para atlet yang menjadi penghuni di Pusat Pendidikan dan latihan Tenis Lapangan.Dari kajian secara teoritik dan kajian secara faktual akan dihasilkan suatu temuan hasil penelitian. Dari hasil temuan tersebut akan didapat  suatu konsep tentang perbaikan mengenai sistem pelatihan untuk para pelatih Tenis Lapangan yang menangani Pusat Pendidikan dan Latihan Tenis Lapangan. Konsep yang akan dihasilkan adalah berupa suatu model kepelatihan untuk pelatih berbentuk materi kurikulum kepelatihan secara teori dan praktek beserta jumlah jam pelatihannya. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memunculkan suatu materi pelatihan untuk pelatih yang memiliki kompetensi secara profesional sebagai seorang pelatih Tenis Lapangan di Pusat dan Latihan Tenis Lapangan Daerah (PUSLATDA).  
Efektivitas Antara Shootig Satu Tangan dan Dua Tangan Terhadap free Throw Pada Pemain Bola Basket Putra Gigih Siantoro, ; Nurdian Ahmad,
Kepelatihan Olahraga Vol 4, No 3 (2009)
Publisher : Kepelatihan Olahraga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bolabasket salah satu cabang olahraga yang memasyarakat dan digemari di indonesia. ini terbukti diberbagai daerah banyak yang mendirikan perkumpulan olahraga bolabasket untuk pembinaan atlit putra dan putri. Pada dasarnya olahraga bolabasket adalah olahraga yang dimainkan oleh dua regu yang terdiri dari lima pemain untuk masing-masing regu dengan tujuan untuk mencetak angka sebanyak-bayaknya Pemain bolabasket adalah pemain tim atau regu, maka diperlukan kerjasama yang baik dari pemain, untuk menjalin kerjasama yang baik, diharapkan setiap pemain mempunyai keterampilan teknik dasar permainan bolabasket yang terdiri dari: teknik melempar dan menangkap, teknik mengiring bola, teknik menembak, teknik gerak poros (pivot) dan olah kaki (foot work). Shooting adalah salah satu teknik dasar yang penting dalam bolabasket. Shooting sendiri dalam bolabasket ada dua yaitu shooting satu tangan dan shooting dua tangan banyak pelajar menggunakan shooting satu tangan  dan banyak juga yang mengunakan shooting dua tangan. Dilihat pentingnya shooting dalam permainan bolabasket maka peneliti tertarik untuk mengambil permasalahan mengenai perbandingan efektifitas shooting satu tangan dan dua tangan dengan shooting free throw pada pemain bolabasket putra Jenis penelitian ini adalah kuantitatif mengunakan metode deskriptif. Lalu membandingkan kesamaan dan perbedaan pada siswa SMPN II Jombang mengenai efektifitas shooting satu tangan dan shooting free throw. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh setelah pengambilan pada shooting satu tangan dan dua tangan dengan shooting free throw pada siswa SMPN II Jombang dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini 1.Perbedaan efektifitas shooting satu tangan dan dua tangan terhadap shootingfree throw pada siswa putra  adalah sebesar 6% 2. Siswa putra lebih efektif untuk melakukan shooting satu tangan dari pada melakukan shooting dua tangan.
Program Pengembangan Gerak untuk Mengoptimalkan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia SD Muhammad,
Kepelatihan Olahraga Vol 4, No 3 (2009)
Publisher : Kepelatihan Olahraga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemahaman terhadap prinsip-prinsip perkembangan akan membantu pendidik untuk dapat menyusun perencanaan kegiatan, memberikan stimulasi dan pengayaan pengalaman yang sesuai bagi anak-anak. Setiap aspek perkembangan saling berhubungan satu sama lain. Oleh sebab itu, merancang program pengembangan gerak yang tepat bagi anak usia sekolah dasar harus mempertimbangkan tidak saja aspek motorik, tetapi juga aspek kognitif dan afektif. Program pengembangan gerak yang baik harus memberi kesempatan pada anak-anak untuk mengembangkan kreatifitas, imajinasi, afeksi, serta keterampilan-keterampilan gerak dasar. Memahami bagaimana pengaruh program pengembangan gerak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di usia-usia awal perkembangan akan membantu pelatih dalam memahami tahapan-tahapan kritis pertumbuhan dan perkembangan para atlet.  
Penyajian Gizi bagi Atlet Edy Mintarto,
Kepelatihan Olahraga Vol 4, No 3 (2009)
Publisher : Kepelatihan Olahraga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberhasilan suatu penyelenggaraan makanan pada masa pemusatan latihan dan masa pertandingan (pesta olahraga) dapat dicapai bila penyelenggaraan makanan dipandang sebagai suatu program yang utuh dan dikelola secara profesional. Suatu penyelenggaraan makanan menginginkan mutu makanan yang tinggi yaitu enak, gizi seimbang, harga yang layak dan kebersihan serta sanitasi yang tinggi sehingga dapat dimakan dan memuaskan konsumen (olahragawan). Menu merupakan “Critical focal point atau central position” dari semua kegiatan penyelenggaraan makanan. Dari menu akan diperoleh makanan apa yang akan diproduksi serta didistribusi kepada siapa, oleh siapa, bagaimana, kapan dan sebagainya. Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun hidangan dalam variasi dan kombinasi yang sesuai dengan konsumen.
Circuit Training Azizati Rochmania,
Kepelatihan Olahraga Vol 4, No 3 (2009)
Publisher : Kepelatihan Olahraga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Circuit training adalah salah satu program conditioning yang dikembangkan oleh Morgan dan Adamson pada tahun 1953 di Universitas Leeds di London. Latihan ini pada awalnya disusun untuk program pendidikan jasmani di sekolah. Circuit training disusun untuk mengembangkan strength, power, muscular dan cardiovascular endurance, speed, agility, dan flexibility dan merupakan kombinasi antara latihan kardio dan penguatan. Circuit training adalah salah satu bentuk latihan kardiorespirasi yang menguntungkan. Dengan circuit training, kebugaran tubuh dapat dicapai tanpa banyak menghabiskan waktu. Circuit weight training menghasilkan sedikit peningkatan pada ambilan oksigen maksimal, tetapi di sisi lain menghasilkan  peningkatan yang besar pada strength, ketahanan otot, dan kelentukan; serta perubahan pada komposisi tubuh.  Beberapa studi terakhir membandingkan efek circuit training dengan bentuk latihan ketahanan tradisional lainnya (seperti treadmills, sepeda cross-country, ski, jogging, dan bersepeda) dalam hal energy expenditure, penguatan, dan peningkatan kebugaran fisik. Disimpulkan bahwa circuit training mempunyai keuntungan yang sama dengan latihan ketahanan kardiorespirasi yang lainnya dalam peningkatan tingkat kebugaran. Dalam circuit training, seseorang melakukan seri latihan atau aktifitas terpilih yang dilakukan dalam satu sequence atau circuit. Circuit training terdiri dari satu seri resistance training exercises yang dilakukan dari satu latihan ke latihan yang lain, dengan istirahat minimal di antara macam-macam latihan tersebut  Biasanya ada enam sampai duabelas stations dalam satu circuit yang terletak di dalam gymnasium, ruang latihan, aula, lapangan, atau rooftops. Latihan dilakukan pada setiap stations dan dilanjutkan pada stations berikutnya, secepat mungkin dalam satu circuit dan berusaha untuk menurunkan total waktu untuk menyelesaikan satu circuit atau dengan meningkatkan jumlah kerja pada setiap stations atau keduanya.  
Pengaruh Pelatihan Interval Aplikatif Terhadap Kecepatan dan Kelincahan Petenis lapangan Setijo Hartoto,
Kepelatihan Olahraga Vol 5, No 1 (2010)
Publisher : Kepelatihan Olahraga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu metode pelatihan adalah pelatihan interval (interval training). Metode pelatihan interval yang menggabungkan teknik dan fisik secara spesifik serta  sistim energi yang digunakan dan bagaimana olahraga tersebut dimainkan, serta peraturan pertandingannya perlu dikembangkan  sehingga metode tersebut menjadi metode pelatihan aplikaif.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi secara empiris seberapa besar pengaruh pelatihan interval 1:1, 1:2, dan 1:2 progres terhadap kecepatan dan  kelincahan. Penelitian ini menggunakan Randomized Control Group Pretest Postest Design karena adanya kelompok perlakuan, kelompok kontrol dan dilakukan secara randomisasi. Subyek yang dilibatkan adalah mahasiswa putra UKM Tenis Lapangan Fakultas Ilmu Keolahraan Universitas Negeri Surabaya, yang memiliki usia 18 – 20 tahun, sebanyak 30 mahasiswa.  Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa terdapat  perbedaan rata-rata pengaruh pelatihan interval 1:1, pelatihan interval 1:2 dan pelatihan interval 1:2 progres terhadap kecepatan dan kelincahan petenis lapangan.  Simpulan penelitian ini adalah pelatihan interval 1:2 memberikan pengaruh yang berbeda terhadap komponen fisik kecepatan dan kelincahan petenis lapangan dibandingkan dengan pelatihan interval 1:1 dan pelatihan interval 1:2 progres.       
Indikator Pengukuran Antropometrik dan Tes Fisiologis dalam Mengidentifikasi Atlet Berbakat Cabor Bola Voli Nining Widya Kusnanik,
Kepelatihan Olahraga Vol 5, No 1 (2010)
Publisher : Kepelatihan Olahraga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan indikator pengukuran antropometrik dan tes fisiologis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bibit atlet berbakat cabang olahraga bolavoli. Jenis penelitian ini penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD di Surabaya yang berusia antara 11-13 tahun. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap pertama screening item pool dan tahap kedua preliminary study. Data diperoleh dari hasil 2 kali tes pengukuran talent search yang sudah dimodifikasi Dirjen Olahraga dan sekali tes pengukuran antropometri, tes biomotorik, dan fisiologis dari item tes yang terpilih. Analisis data menggunakan mean, standar deviasi, reliability, dan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes pengukuran talent search reliabel dengan alpha > 0,6. Indikator  pengukuran antropometrik yang dominan adalah tinggi badan dengan factor loading 0,937, kemudian diikuti tinggi raihan, panjang tungkai, rentang lengan dan tinggi duduk. Indikator tes biomotori yang paling dominan adalah lempar tangkap bola tenis dengan faktor loading 0,781. Indikator tes fisiologis yang paling dominan adalah standing broad jump dengan faktor loading 0,889 kemudian diikuti sit up, vertical jump 1 kaki, lempar bola basket, leg strength, vertical jump 2 kaki, back strength, MFT dan push up. Yang bukan parameter penting untuk menilai aspek antropometrik adalah berat badan, aspek fisiologis adalah shuttle run 5m, sprint 40m, sprint 18m, shuttle run 8m, dan whole body reaction. Kesimpulan dari penelitian ini adalah indikator antropometrik (tinggi badan, tinggi raihan, panjang tungkai, rentang lengan dan tinggi duduk), biomotik (lempar tangkap bola tenis dan flexibility), dan fisiologis (standing broad jump, sit up, vertical jump 1 kaki, lempar bola basket, leg strength, vertical jump 2 kaki, back strength, MFT dan push up) dapat digunakan dalam mengidentifikasi bibit atlet berbakat cabang olahraga bolavoli.   
Strategi Model Pelatihan Bulutangkis Oce Wiryawan,
Kepelatihan Olahraga Vol 5, No 1 (2010)
Publisher : Kepelatihan Olahraga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses latihan dilakukan sesuai dengan program yang telah disusun oleh pelatih yang menanganinya. Program pelatihan seharusnya memenuhi prinsip-prinsip dan persyaratan ideal setiap cabang olahraga. Idealnya program latihan disusun dalam waktu satu tahun, kemudian program latihan tersebut dirinci menjadi program-program bulanan, program mingguan dan kemudian dikembangkan menjadi program latihan harian. Dari pengembangan program latihan harian ini tentunya akan muncul kebutuhan waktu dan bentuk kegiatan latihan untuk atlet tersebut setiap harinya. Penyusunan program latihan mencakup latihan fisik, latihan teknik, mental, taktik dan ujicoba dari hasil latihan. Terkait dengan program pelatihan ini, maka di setiap cabang olahraga seharusnya memiliki pelatih yang memiliki kompetensi kepelatihan. Pelatih yang baik adalah orang yang imajinatif juga artistik dalam melaksanakan program olahraga yang berlandaskan ilmu. Di sisi lain lain seorang atlet yang akan mengikuti program pembinaan prestasi melalui program pelatihan harus mempunyai persiapan kondisi awal, sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang akan dikembangkan. Persiapan awal tersebut sesuai dengan kebutuhan pelatihan, antara lain mencakup: a) fisik, b) teknik, c) taktik, dan d) psikologis. Dengan demikian proses pelatihan merupakan suatu proses kompleks dan terpadu. Hal ini mengindikasikan bahwa secara konseptual pembinaan atlet profesional merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen sistem. Oleh karena itu dalam pelaksanaan kepelatihan yang ideal dalam setiap cabang olahraga tidak cukup ditangani oleh seorang pelatih ahli olahraga saja, tetapi harus ditangani secara kolaborasi dengan berbagai ahli dalam bidang terkait (seperti: kesehatan, psikolog, ahli pendidikan, ahli pengetahuan, ahli pengukuran, ahli media, dll). Selama proses pelatihan seorang atlet harus mengikuti uji coba atlet melalui even kejuaraan untuk setiap cabang olahraga. Hasil-hasil latihan maupun hasil pertandingan ataupun ujicoba merupakan data yang sangat autentik, sebagai dasar untuk menilai tingkat kualitas pelatihan dan untuk memperbaiki program-program latihan yang akan datang.  Aspek kekurangan tersebut dapat terletak pada pelatih, sarana, program, dan pada alat sebagai suatu sistem, maka selama proses pelatihan perlu diadakan evaluasi.  
Penggunaan Obat terlarang dalam Olahraga Nurkholis,
Kepelatihan Olahraga Vol 5, No 1 (2010)
Publisher : Kepelatihan Olahraga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Obat-obatan dan bahan kimia lainnya adalah suatu hal yang sangat berguna dan sekaligus malapetaka bagi kehidupan manusia. Penggunaan obat dan bahan kimia yang tepat, akan menghindarkan manusia dari resiko kerusakan jaringan dan bahkan resiko kematian. Namun sebaliknya penggunaan obat dan bahan kimia juga bisa menimbulkan kehancuran dan kematian. Olahragawan atau atlet, adalah profesi yang sangat rentan terhadap penggunaan obat-obatan dan bahan kimia.