cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia" : 10 Documents clear
Pemantauan Batas Wilayah Berdasarkan Klasifikasi Bentuk Lahan Menggunakan Metode Topographic Position Index Fauzana, Amelia; Setiawan, Naufal
Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.95959

Abstract

Abstrak. Berkaitan dengan konteks batas intra-nasional, batas intra-nasional memerlukan perhatian khusus dalam pemeliharaan dan pemantauan garis batas, sebagaimana diatur dalam teori boundary making yang mencakup alokasi, delimitasi, demarkasi, dokumentasi, dan pemeliharaan. Namun, di Indonesia belum ada aturan spesifik yang mengatur pemantauan garis batas setelah penetapan, sebagaimana disebutkan dalam Permendagri No. 141 Tahun 2017 tentang batas daerah yang hanya mengatur mekanisme dan kaidah penarikan garis batas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi metode Topographic Position Index (TPI) dalam mendukung pemeliharaan batas administratif pada skala batas kabupaten menggunakan Digital Elevation Model (DEM) dengan resolusi berbeda, yaitu ALOS AW3D, SRTM V3 Global 1-arcsecond, dan DEMNAS serta untuk mengidentifikasi DEM, metode, dan pendekatan yang tepat. Analisis dilakukan pada segmen batas Kabupaten Magelang–Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Magelang–Kabupaten Wonosobo dengan dua Area of Interest (AoI) berbeda berdasarkan luas wilayah dan variasi elevasinya. TPI digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk lahan ke dalam 10 kategori berdasarkan nilai topografi dari neighborhood kecil dan besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga kelas utama, yaitu canyons, deeply incised streams; mountain tops, high ridges; dan local ridges, hills in valleys, mendominasi peta klasifikasi dengan lebih dari 20% pada setiap kelas. Uji kesesuaian peta terhadap unsur geografis menunjukkan akurasi lebih dari 89% pada ketiga DEM, meskipun resolusi masing-masing berbeda. Temuan utama penelitian ini menunjukkan bahwa metode TPI mampu memetakan dan memantau garis batas administratif secara kartometrik tanpa memerlukan survei lapangan langsung, sehingga sangat relevan untuk wilayah dengan akses terbatas atau variasi elevasi yang kompleks. Dengan demikian, TPI menawarkan manfaat signifikan dalam mendukung pemeliharaan dan pemantauan batas administratif pada batas alam, serta dapat menjadi solusi praktis dalam mengatasi keterbatasan regulasi terkait pemantauan garis batas di Indonesia.Abstract. In the context of intra-national boundaries, special attention is required for the maintenance and monitoring of boundary lines, as outlined in the boundary making theory, which includes allocation, delimitation, demarcation, documentation, and maintenance. However, in Indonesia, there is no specific regulation governing the monitoring of boundary lines after their establishment, as mentioned in Permendagri No. 141 of 2017 concerning regional boundaries, which only regulates the mechanisms and principles for drawing boundary lines. This study aims to explore the potential of the Topographic Position Index (TPI) method in supporting the maintenance of administrative boundaries at the district scale using Digital Elevation Models (DEMs) with different resolutions, namely ALOS AW3D, SRTM V3 Global 1-arcsecond, and DEMNAS, as well as to identify the appropriate DEM, method, and approach. The analysis was conducted on boundary segments between Magelang Regency–Purworejo Regency and Magelang Regency–Wonosobo Regency with two different Areas of Interest (AoIs) based on area size and elevation variations. TPI was used to classify landforms into 10 categories based on topographic values from both small and large neighborhoods. The results show that three main classes, namely canyons, deeply incised streams; mountain tops, high ridges; and local ridges, hills in valleys, dominate the classification map with over 20% in each class. The accuracy test of the classification map against geographical features showed more than 89% accuracy for all three DEMs, despite their different resolutions. The main finding of this study shows that the TPI method is capable of mapping and monitoring administrative boundaries cartometrically without the need for direct field surveys, making it highly relevant for areas with limited access or complex elevation variations. Thus, TPI offers significant benefits in supporting the maintenance and monitoring of administrative boundaries, particularly natural boundaries, and can be a practical solution in addressing regulatory limitations related to boundary monitoring in Indonesia.Submitted: 2024-05-06 Revisions:  2024-12-06 Accepted: 2025-02-15 Published: 2025-02-19
Penggunaan Data Sistem Lahan Skala 1 : 50.000 untuk Pemetaan Rawan Longsor di Kabupaten Majalengka Widiastuti, Rastika; Khairullah, Muhammad Qabus Abid; Tambunan, Mangapul Parlindungan; Wijaya, Muhammad Sufwandika
Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.96138

Abstract

Abstrak. Penelitian ini mencoba mengoptimalkan pemanfaatan data sistem lahan untuk mengidentifikasi daerah rawan bencana tanah longsor di Kabupaten Majalengka. Data kejadian longsor dan peta sistem lahan digunakan sebagai sumber data utama, dengan fokus meihat pola kejadian longsor pada setiap unit sistem lahan. Metode analisis tumpang susun antara peta sistem lahan dan data kejadian longsor dikombinasikan dengan analisis geomorfologi digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat kerawanan longsor. Hasilnya menunjukkan bahwa wilayah dengan sistem lahan Tanggamus, Gamnokora, dan Talamau memiliki tingkat kerawanan paling tinggi, sementara wilayah dengan sistem lahan Maput, Cipancur, dan Bukit Balang memiliki tingkat kerawanan sedang. Kelas kemiringan lereng digunakan untuk mendetilkan kelas kerawanan longsor pada setiap unit sistem lahan. Hasil pemetaan kerawanan longsor divalidasi dengan peta rawan bencana dari BNPB, menunjukkan persentase kesamaan sebesar 63.51%. Meskipun memiliki akurasi rendah, peta hasil dari data sistem lahan memiliki pola identik pada kelas kerawanan tinggi dan tidak rawan dengan peta referensi. Ini menunjukkan bahwa data sistem lahan dapat digunakan sebagai alternatif dalam pemetaan kerawanan longsor terutama untuk daerah dengan cakupan wilayah yang luas atau pada skala lebih kecil.Abstract. This research aims to optimize the utilization of land system data used to identify areas susceptible to landslide hazards in Majalengka Regency. Landslide occurrence data and land system maps are used as the main data sources, focusing on landslide occurrence patterns in each land system unit. An overlay analysis method between land system maps and landslide occurrence data combined with geomorphological analysis is used to classify the susceptibility levels to landslides. The results indicate that areas with Tanggamus, Gamnokora, and Talamau land systems have the highest susceptibility levels, while areas with Maput, Cipancur, and Bukit Balang land systems have moderate susceptibility levels. Slope classes are used to detail the susceptibility levels to landslides in each land system unit. The landslide susceptibility mapping results are validated with disaster-prone maps from BNPB, showing a similarity percentage of 63.51%. Despite having low accuracy, the mapping results from land system data exhibit identical patterns in high susceptibility and non-susceptibility classes compared to the reference maps. This indicates that land system data can be used as an alternative in landslide susceptibility mapping, especially for areas with extensive coverage or on a smaller scale. Submitted: 2024-05-14 Revisions: 2024-09-19 Accepted: 2024-10-25 Published: 2025-02-17
Pemodelan Spasial Lahan Terbangun Kota Jambi Mardalena, Ayu; Supriatna, Supriatna; Dimyati, Muhammad
Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.98027

Abstract

Abstrak. Kota Jambi memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi Jambi, yang mendorong perubahan penggunaan lahan akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan populasi dan ketersediaan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika penutup lahan terbangun dari tahun 2013 hingga 2023 dan mensintesis prediksi penutup lahan terbangun tahun 2033 terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Penelitian ini menggunakan metode klasifikasi terbimbing dengan algoritma Random Forest (RF) pada citra satelit Landsat 8 untuk menganalisis perubahan dari tahun 2013, 2016, 2019, hingga 2023 yang telah diuji akursi dan validasi menggunakan indeks kappa. Untuk prediksi penutup lahan masa depan tahun 2033, digunakan metode MLP-CAMC melalui perangkat lunak Terrset 2020, dengan mempertimbangkan variabel seperti lereng, jarak dari jalan, jarak dari badan air (sungai dan danau), jarak dari pusat ekonmi, jarak dari sekolah, dan jarak dari prasarana tranportasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan terbangun di Kota Jambi diproyeksikan meningkat secara signifikan hingga mencapai 11.892,52 hektar atau 70,41% dari total luas wilayah pada tahun 2033 Peningkatan ini terkonsentrasi di wilayah dengan kemiringan tanah datar hingga landai, dengan jarak dari jalan sebagai faktor paling berpengaruh. Pertumbuhan pesat lahan terbangun terutama terjadi di Kecamatan Paal Merah, Alam Barajo, dan Kota Baru. Dari sisi analisis kesesuaian dengan RTRW, pada tahun 2033 lahan terbangun diproyeksikan memiliki tingkat kesesuaian sebesar 90,5% terhadap kategori peruntukan lahan terbangun yang direncanakan, sementara 9,5% sisanya tergolong tidak sesuai. Penelitian ini menekankan pentingnya pengelolaan tata ruang yang terencana untuk mengantisipasi dampak negatif pertumbuhan lahan terbangun. Pengawasan ketat dan evaluasi RTRW secara berkala diperlukan guna mendukung pembangunan berkelanjutan di Kota Jambi. Abstract. Jambi experiences the highest population density in Jambi Province, which significantly impacts land use due to the mismatch between population growth and land availability. This study aims to analyze the dynamics of built-up area from 2013 to 2023 and synthesize projections for built-up area in 2033 in accordance with the Regional Spatial Plan (RTRW). The research employs a supervised classification method utilizing the Random Forest (RF) algorithm on Landsat 8 satellite imagery to track changes from the years 2013, 2016, 2019, and 2023, with accuracy validated using the kappa index. For forecasting land cover in 2033, the MLP-CAMC method was applied through Terrset 2020 software, incorporating factors such as slope, proximity to roads, distance from water bodies (including rivers and lakes), distance to economic centers, proximity to schools, and access to transportation infrastructure. The findings indicate a significant projected increase in built-up land in Jambi City, reaching 11,892.52 hectares or 70.41% of the total area by 2033. This growth is primarily concentrated in flat to gently sloping areas, with proximity to roads identified as the most influential factor. Notable expansion of built-up land is particularly observed in the subdistricts of Paal Merah, Alam Barajo, and Kota Baru. In terms of alignment with the RTRW, the projected built-up land for 2033 is anticipated to achieve a compatibility rate of 90.5% with the designated land-use categories, while 9.5% is classified as non-compliant. This study highlights the necessity of strategically planned spatial management to mitigate the adverse effects of built-up land expansion. Rigorous monitoring and regular evaluations of the RTRW are crucial to support sustainable development in Jambi City.Submitted: 2024-07-09 Revisions: 2024-12-06  Accepted: 2025-02-17 Published: 2024-02-17
Evaluasi Algoritma Machine Learning untuk Klasifikasi dan Prediksi Penggunaan Lahan Nugraha, Fajar; Baskoro, Dwi Putro Tejo; Tarigan, Suria Darma
Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.99150

Abstract

Abstrak. Pemantauan, perencanaan, dan pengelolaan sumberdaya lahan membutuhkan data penggunaan lahan yang akurat. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai klasifikasi dan prediksi penggunaan lahan. Namun, penelitian terkait penentuan metode klasifikasi dan prediksi yang akurat masih sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi algoritma machine learning dalam klasifikasi dan prediksi penggunaan lahan serta menganalisis perubahan penggunaan lahan tahun 2002- 2032. Area studi penelitian ini yaitu Sub DAS Tanralili, klasifikasi menggunakan Dzetsaka dengan algoritma seperti kNN, GMM, RF, dan SVM, dan prediksi menggunakan MOLUSCE dengan model CA yang dikombinasi dengan ANN, LR, WoE, dan MCE. Model dievaluasi menggunakan overall accuracy dan kappa, akurasi tertinggi pada tahun 2002, 2012, dan 2022 masing-masing adalah kNN (kappa 0,92), SVM (kappa 0,86), dan GMM (kappa 0,74). Algoritma SVM memiliki kappa rata-rata tertinggi untuk klasifikasi sebesar 0,83, sedangkan model CA-ANN menunjukkan nilai kappa tertinggi untuk prediksi sebesar 0,65. Pada periode 2002-2022, terjadi penurunan hutan sekunder (4.184,0 ha), pertanian lahan kering (1.259,3 ha), dan badan air (328,0 ha), sedangkan peningkatan pada semak belukar (5.303,3 ha), sawah (367,0 ha), padang rumput (64,5 ha), dan permukiman (36,5 ha). Pada periode 2022-2032 menunjukkan penurunan hutan sekunder (554,2 ha), sawah (332,6 ha), padang rumput (192,8 ha), dan badan air (33,4 ha), sedangkan peningkatan pada semak belukar (700,9 ha), pertanian lahan kering (401,1 ha), dan permukiman (1,1 ha). Abstract. Monitoring, planning, and managing land resources require accurate land use data. Many studies have been conducted on land use classification and prediction. However, research related to determining accurate classification and prediction methods is still very important. This study aimed to evaluate machine learning algorithms in land use classification and prediction and analyzed land use change from 2002 to 2032. The study area of this research was the Tanralili Sub Watershed, with classification using Dzetsaka and algorithms such as kNN, GMM, RF, and SVM, and prediction using MOLUSCE with the CA model combined with ANN, LR, WoE, and MCE. The models were evaluated using overall accuracy and kappa; the highest accuracy in 2002, 2012, and 2022 were kNN (kappa 0.92), SVM (kappa 0.86), and GMM (kappa 0.74), respectively. The SVM algorithm had the highest average kappa for classification at 0.83, while the CA-ANN model showed the highest kappa value for prediction at 0.65. In the period 2002-2022, there was a decrease in secondary forests (4,184.0 ha), dry land agriculture (1,259.3 ha), and water bodies (328.0 ha), while an increase in shrubs (5,303.3 ha), rice fields (367.0 ha), grasslands (64.5 ha), and settlements (36.5 ha). The 2022-2032 period predicted a decrease in secondary forests (554.2 ha), rice fields (332.6 ha), grasslands (192.8 ha), and water bodies (33.4 ha), while an increase in shrubs (700.9 ha), dry land farming (401.1 ha), and settlements (1.1 ha). Submitted: 2024-08-14 Revisions:  2024-11-13 Accepted: 2025-02-17 Published: 2025-02-17 
Menelisik Makna “Kritis” dalam Geografi Kritis Mahaswa, Rangga Kala; Riziq, Luthfi Baihaqi; Azhar, Al Irfani Thariq
Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.99788

Abstract

Abstrak. Dalam perkembangannya, geografi manusia menginkorporasikan isu-isu politis sebagai bentuk pergerakan oposisional terhadap prevalensi masalah sosial, seperti ketimpangan, rasisme, gender, dan problem lingkungan. Peradikalan geografi manusia dalam tataran metodis terjadi melalui trajektori pemikiran Marxisme yang dimajukan oleh David Harvey. Pembacaan Harvey terhadap geografi mendekatkan diri dengan Marx dan pemikir-pemikir setelahnya, seperti Henri Lefebvre, untuk mencari aspek keruangan dari dominasi kapitalisme. Geografi kritis kemudian menambahkan berbagai gaya pemikiran—di antaranya, feminisme, pascakolonialisme, dan pascastrukturalisme—dalam upaya membongkar, mendekonstruksi, dan mengubah berbagai bentuk penindasan. Keterlibatan tradisi selain Marxisme menimbulkan diskursus yang terlampau luas yang semuanya kini disatukan dalam term payung “geografi kritis”. Kondisi ilmu geografi dewasa ini menuntut pertanyaan mengenai delineasi geografi kritis di samping geografi adjektival lainnya (“geografi fisik”, “geografi sosial”, “geografi regional”). Tulisan ini akan menjawab pertanyaan tersebut melalui beberapa pembagian bahasan sebagai berikut. Pertama, tulisan ini akan melacak sejarah perkembangan geografi kritis dari perkembangan geografi sebelumnya yang memantik kehadiran metode radikal. Kemudian, geografi kritis akan ditampilkan secara kontekstual dalam perkembangannya sebagai geografi yang inklusif terhadap berbagai diskursus filosofis. Kedua, tulisan ini akan menjabarkan secara kritis konsep-konsep yang esensial di dalam geografi kritis bersama dengan, ketiga, metodologi yang menjadi benang merah antara berbagai pendekatan dan gaya dalam geografi kritis. Keempat, tulisan ini akan melihat cara kerja geografi kritis dalam literatur yang telah tersedia untuk melihat persimpangan geografi kritis dengan berbagai bidang ilmu dan masalah, seperti hukum, aktivisme sosial, dan mitigasi bencana. Terakhir, tulisan ini ditutup dengan kajian reflektif mengenai makna term “kritis” dan penggunaannya dalam diskursus geografi kritis serta membayangkan ulang geografi di Indonesia dalam bentuk yang memungkinkan interaksi secara intens dengan bidang-bidang sosial humaniora. Hal ini akan menggambarkan garis besar geografi yang bersifat multidisipliner, termasuk mengambil wawasan dari filsafat. Abstract. This paper explores the progress of human geography's incorporation of political issues as a form of oppositional movement against prevalent social problems, such as inequality, racism, gender, and environmental issues. The radicalisation of human geography on a methodological level emerged through the trajectory of Marxist thought, as advanced by David Harvey. Harvey’s interpretation of geography aligns with Marx and later thinkers, such as Henri Lefebvre, to uncover the spatial dimensions of capitalist domination. Critical geography then integrated various intellectual approaches—feminism, postcolonialism, and poststructuralism—to deconstruct and transform various forms of oppression. The inclusion of traditions beyond Marxism has broadened the discourse, all of which now fall under the umbrella term "critical geography." The current state of geography raises questions regarding the delineation of critical geography alongside other adjectival forms of geography ("physical geography”, "social geography”, "regional geography"). This study addresses these questions in several sections. First, it traces the historical development of critical geography from earlier geographic traditions, which sparked the emergence of radical methodologies. It also contextualises critical geography as an inclusive field that embraces various philosophical discourses. Second, the paper critically examines essential concepts within critical geography, followed by, third, an exploration of the methodologies that link diverse approaches and styles in critical geography. Fourth, it analyses the application of critical geography in the existing literature, highlighting its intersections with various fields and issues such as law, social activism, and disaster mitigation. Finally, the paper concludes with a reflective analysis of the term "critical" and its usage in the discourse of critical geography, reimagining geography in Indonesia in a way that allows for intensive interaction with the social sciences and humanities. This reflection outlines the multidisciplinary of geography by drawing insights from philosophy.Submitted: 2024-09-30 Revisions:  2025-02-17 Accepted: 2025-02-17 Published: 2025-02-18
Toponimi Lanskap Karst Berdasarkan Hidromorfologi Karst Gunungsewu, di Kecamatan Giritontro, Jawa Tengah Wijayanti, Pipit; Noviani, Rita; Widiyanti, Baiq Liana; Nursaly, Baiq Risma; Muzaqi, Fathi
Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.100438

Abstract

Abstrak. Artikel ini mengkaji toponimi di kawasan karst Kecamatan Giritontro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Penelitian ini berfokus pada bagaimana proses penamaan tempat di wilayah karst mencerminkan karakteristik geografi, sejarah, dan budaya masyarakat setempat. Toponimi tidak hanya berfungsi sebagai penanda geografis tetapi juga sebagai cerminan interaksi manusia dengan lingkungannya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi lapangan, dan wawancara mendalam. Data yang dikumpulkan mencakup nama-nama objek alam seperti bukit, gua, dan mata air, serta nama-nama buatan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penamaan tempat di kawasan karst Giritontro banyak dipengaruhi oleh karakteristik morfologi dan hidrologi karst. Misalnya, istilah seperti "giri" dan "gunung" digunakan untuk menyebut perbukitan dan kubah karst, sedangkan "luweng" dan "telaga" digunakan untuk menamai doline atau lubang runtuh. Selain itu, istilah penamaan hidrologi juga digunakan seperti istilah “Teleng”, “Sumber/Mber”, “Dung” dan “Kali”.  Proses morfologi kata seperti blending, coinage, dan compounding ditemukan dalam pembentukan toponim di wilayah ini. Penelitian ini menyoroti pentingnya pemahaman tentang sejarah dan kearifan lokal dalam konservasi lanskap karst, yang unik karena struktur hidrologi dan morfologinya. Hasil kajian ini juga menunjukkan bahwa toponimi dapat menjadi alat penting untuk memahami dan mendokumentasikan perubahan lanskap dan penggunaan lahan di kawasan karst, serta dapat menginspirasi masyarakat untuk menjaga warisan geologi dan budaya mereka. Abstract.  This study explores toponymy in the karst region of Giritontro District, Wonogiri Regency, Central Java, focusing on how place-naming processes reflect the local community's geographical, historical, and cultural characteristics. Toponymy acts as both a geographical marker and a representation of human-environment interaction. The research employs a qualitative descriptive approach, with data collected through field observations and in-depth interviews. The data includes names of natural features, such as hills, caves, springs, and man-made locations. Findings reveal that the naming of places in the Giritontro karst region is strongly influenced by its unique morphological and hydrological characteristics. For instance, terms like "giri" and "gunung" refer to hills and karst domes, while "luweng" and "telaga" denote dolines or sinkholes. Hydrological terms such as "Teleng," "Sumber/Mber," "Dung," and "Kali" are also commonly used. Additionally, word formation processes such as blending, coinage, and compounding play a significant role in toponym creation. This study underscores the importance of understanding local history and wisdom in conserving karst landscapes, renowned for their unique hydrological and morphological features. Furthermore, it demonstrates that toponymy is a valuable tool for documenting and understanding landscape changes and land use while inspiring communities to safeguard their geological and cultural heritage. Submitted: 2024-10-04 Revisions:  2025-01-17 Accepted: 2025-02-17 Published: 2025-02-17 
Estimasi distribusi PDRB kawasan Kedungsepur secara spasial menggunakan Geographically Weighted Regression untuk mendukung pengembangan wilayah Nashrudien, Adik Amin; Pramono, Retno Widodo Dwi
Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.95224

Abstract

Abstrak Salah satu tujuan utama perencanaan pembangunan adalah menghasilkan kebijakan dan program untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar kualitas hidup masyarakat yang tinggal dan bekerja meningkat. Perencanaan yang cermat diperlukan kerincian data aktivitas ekonomi yang cukup rinci paling tidak hingga pada tingkat komunitas yang dapat menggambarkan heterogenitas dari wilayah untuk analisis yang lebih detail dan lebih mendalam mengenai dinamika produksi dan transaksi yang merupakan jantung dari analisis ekonomi. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang ada saat ini hanya pada skala makro yang mengasumsikan nilainya merata di seluruh wilayah administrasi dan tidak menggambarkan heterogenitas hingga pada tingkat komunitas dan sebaran sentra-sentra kegiatan ekonomi. Penurunan skala (downscaling) PDRB secara spasial perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan menguji teknik downscaling untuk menghasilkan nilai estimasi dengan skala yang lebih kecil dari pada nilai aktual dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR) dari data nighttime light dan tutupan lahan yang ditambahkan data indeks vegatasi. Indeks vegetasi ditambahkan untuk meningkatkan akurasi dari hasil estimasi PDRB. Karena data tutupan lahan saja tidak cukup sensitif terhadap sebaran produktivitas lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GWR downscaling dengan menambahkan indeks vegatasi mempunyai nilai R2 yang mendekati nilai 1 yaitu sebesar 0.9980, 0.9992, dan 0.9991 untuk masing-masing estimasi PDRB sektor primer, sektor sekunder dan tersier, dan total PDRB. Nilai R2 yang mendekati nilai 1 menunjukkan bahwa metode yang dilakukan efektif untuk mengestimasi nilai PDRB downscaling.Abstract One of the main goals of development planning is to produce policies and programs to stimulate economic growth so that the quality of life of the people living and working improves. Careful planning requires detailed economic activity data that are sufficiently detailed at least to the community level that can depict the heterogeneity of the region for a more detailed and in-depth analysis of the dynamics of production and transactions that are at the heart of economic analysis. The current Gross Domestic Product (GDP) data only on a macro scale assumes equal values across the administrative territory and does not describe heterogeneity up to the community level and the spread of economic activity centers. A spatial downscaling of GDP needs to be done. The study aims to test downscaling techniques to generate estimates of a scale smaller than the actual value using the Geographically Weighted Regression (GWR) method of nighttime light and land cover data added to the vegetation index data. Vegetation index is added to improve the accuracy of the GDP estimates because land coverage data alone is not sensitive enough to the land productivity spread. The results of the study showed that GWR downscaling by adding the vegetable index has R2 values that are close to the value of 1, i.e. 0.9980, 0.9992, and 0.9991 for each estimate of GDP of the primary, secondary and tertiary sectors, and total GDP. A value of R2 that is close to value 1 indicates that the method used is effective to estimate the GDP value of downscaling. Submitted: 2024-03-31 Revisions:  2024-09-25 Accepted: 2024-09-11 Published: 2025-03-17
Analisis statistik kinerja dan koreksi kesalahan data curah hujan berbasis satelit di Provinsi Bali Aryastana, Putu; Yujana, Cokorda Agung; Candrayana, Kadek Windy; Subiyanto, Krisna Himawan
Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.99971

Abstract

Abstrak.Data curah hujan yang akurat, reliabel, dan mendekati waktu nyata adalah faktor penting dalam analisis peramalan dan mitigasi bencara alam hidro klimatologi (banjir, tanah longsor, topan, dan curah hujan ekstrim), pemodelan hidrologi, prakiraan cuaca, perencanaan pertanian, manajemen ekologi, dan manajemen sumber daya air. Observasi curah hujan stasiun menghadapi kendala di Provinsi Bali, terutama pengukuran jarang ditemui di daerah terpencil dan pegunungan. Oleh karena itu, perlu mencari sumber data hujan yang dapat diandalkan seperti produk hujan berbasis satelit, yang menyediakan data dalam waktu mendekati waktu nyata (near real-time), deretan waktu hujan yang tidak terputus dengan resolusi spasial tinggi. Penelitian ini mengevaluasi kinerja produk hujan satelit global yang mendekati waktu nyata dengan 43 stasiun di Provinsi Bali. Produk curah hujan satelit yang dianalisis adalah Integrated Multi-satellitE Retrievals for Global Precipitation Measurement-Early Run (IMERG-ER) dan The Precipitation Estimation from Remotely Sensed Information using Artificial Neural Networks - Dynamic Infrared Rain Rate near real-time (PDIR-Now). Selanjutnya, kedua data curah hujan berbasis satelit tersebut dikoreksi menggunakan tiga pendekatan, yaitu koreksi rasio bias, koreksi rata-rata deviasi, dan koreksi nilai fungsi distribusi probabilitas. Metode tradisional berbasis titik ke piksel bersama dengan pengukuran statistik kontinu, metrik kategoris, serta indeks volumetrik diimplementasikan untuk mengevaluasi kinerja produk satelit. Studi ini menunjukkan bahwa meskipun kedua dataset memiliki kelebihan masing-masing, IMERG-ER cenderung lebih konsisten dan andal dalam berbagai kondisi dibandingkan PDIR-Now, terutama setelah koreksi dilakukan. Koreksi nilai fungsi distribusi probabilitas menunjukkan peningkatan kinerja paling signifikan dibandingkan dengan metode koreksi yang lainnya. Hasil studi ini juga mempertegas bahwa koreksi kesalahan perlu dilakukan sebelum data curah hujan berbasis satelit diaplikasikan dan berbagai bidang.Abstract. Accurate, reliable, and near-real-time rainfall data are critical factors for forecasting and mitigating hydro-meteorological natural disasters (such as floods, landslides, typhoons, and extreme rainfall), hydrological modeling, weather forecasting, agricultural planning, ecological management, and water resource management. Rainfall observations from station measurements face challenges in Bali Province, particularly due to the scarcity of measurements in remote and mountainous areas. Therefore, it is necessary to seek reliable sources of rainfall data, such as satellite-based rainfall products, which provide near real-time data, uninterrupted rainfall time series, and high spatial resolution. This research evaluates the performance of global near real-time satellite rainfall products with data from 43 stations across Bali Province. The satellite rainfall products analyzed include the Integrated Multi-satellite Retrievals for Global Precipitation Measurement-Early Run (IMERG-ER) and the Precipitation Estimation from Remotely Sensed Information using Artificial Neural Networks - Dynamic Infrared Rain Rate near real-time (PDIR-Now). Subsequently, the satellite-based rainfall data were corrected using three approaches: bias ratio correction, mean deviation correction, and probability distribution function value correction. Traditional point-to-pixel methods, along with continuous statistical measurements, categorical metrics, and volumetric indices, were implemented to evaluate the performance of satellite products. The study reveals that although both datasets have their respective strengths, IMERG tends to be more consistent and reliable under various conditions compared to PERSIANN, especially after corrections are applied. The probability distribution function value correction demonstrated the most significant performance improvement compared to the other correction methods. The findings of this study also emphasize the necessity of error correction before satellite-based rainfall data is applied across various fields. Submitted: 2024-09-14 Revisions:  2025-03-06 Accepted: 2024-09-11 Published: 2025-03-14
Penentuan Lokasi Optimal Stasiun Bike Sharing Dalam Mendukung Pariwisata di Kota Surakarta Pamungkas, Muhammad Rizal Fernandita; Wartono, Wartono; Karsono, Danarti; Sandi, Elisa Harlia; Rundi, Allesandro Umbu Balla
Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.100545

Abstract

Abstrak. Tren pariwisata di Kota Surakarta terus berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan dan kebutuhan transportasi yang ramah lingkungan. Meningkatnya wisatawan telah menambah masalah kemacetan dan emisi karbon sehingga diperlukan solusi mobilitas yang berkelanjutan. Sistem bike sharing menjadi salah satu solusi yang dapat mendukung mobilitas wisatawan dan mengurangi dampak lingkungan. Saat ini, Kota Surakarta telah memiliki transportasi wisata berupa Bus Werkudara dan kendaraan listrik khusus wisata. Peneliti melihat, potensi pengembangan moda transportasi sepeda untuk transportasi sebagai alternatif mobilitas mengingat Kota Surakarta sudah memiliki jalur sepeda serta transportasi umum yang cukup baik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi optimal stasiun bike sharing yang mendukung kegiatan pariwisata di Kota Surakarta. Penelitian mendorong pentingnya mendukung pariwisata berkelanjutan yang juga memperkaya pengalaman wisatawan. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah komponen 4A yang mendukung aktivitas kepariwisataan. Penelitian ini menggunakan metode analytical hierarchy process dan analisis spasial multi kriteria untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi optimal stasiun bike sharing untuk mendukung kegiatan pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12 stasiun bike sharing yang dapat dikembangkan berdasarkan analisis AHP dan analisis spasial multi kriteria. Sebagian stasiun bike sharing memiliki jarak rata-rata kurang dari 3 kilometer menuju obyek-obyek wisata di Kota Surakarta. Pusat Kota Surakarta terutama di sepanjang koridor Jalan Slamet Riyadi merupakan lokasi yang paling sesuai untuk pengembangan stasiun bike sharing karena memiliki tingkat bikeability yang tinggi juga memiliki fasilitas pendukung kepariwisataan. Penempatan stasiun bike sharing dengan jarak antar stasiun sekitar 1 kilometer dinilai efektif untuk mendukung mobilitas wisatawan. Selain itu, hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bagi pemerintah daerah untuk memperkuat infrastruktur sepeda di area wisata utama. Abstract. The tourism trend in Surakarta City continues to grow along with the increasing number of tourists and the need for environmentally friendly transportation. The increase in tourists has added to the problem of congestion and carbon emissions so that a sustainable mobility solution is needed. Bike sharing system is one of the solutions that can support tourist mobility and reduce environmental impact. Currently, Surakarta City already has tourist transportation in the form of the Werkudara Bus and special tourist electric vehicles. The researcher sees the potential for developing bicycle transportation modes for transportation as an alternative mobility considering that Surakarta City already has bicycle lanes and good public transportation. This research aims to determine the optimal location of bike sharing stations that support tourism activities in Surakarta City. The research encourages the importance of supporting sustainable tourism that also enriches the tourist experience. The data used in this research is the 4A components that support tourism activities.  This research uses the analytical hierarchy process method and multi-criteria spatial analysis to analyse the factors that influence the determination of the optimal location of bike sharing stations to support tourism activities. The results showed that there are 12 bike sharing stations that can be developed based on AHP analysis and multi-criteria spatial analysis. Most of the bike sharing stations have an average distance of less than 3 kilometres to tourist attractions in Surakarta City. Surakarta City Centre, especially along the Jalan Slamet Riyadi corridor, is the most suitable location for the development of bike sharing stations because it has a high level of bikeability and also has tourism support facilities. Placement of bike sharing stations with a distance of about 1 kilometre between stations is considered effective to support tourist mobility. In addition, the results of this study provide recommendations for local governments to strengthen bicycle infrastructure in major tourist areas.Submitted: 2024-10-09 Revisions:  2025-03-04 Accepted: 2025-03-13  Published: 2024-09-17
Analisis Spasial Ketersediaan dan Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan untuk Mendukung Kesehatan Wisata di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung Talakua, Jossh Christheyn Endrew; Tuerah, Vinny Valentina
Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.104694

Abstract

Abstrak. Penelitian ini menganalisis ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan di Kecamatan Kuta, Bali, untuk mendukung kesehatan wisata. Kecamatan Kuta merupakan destinasi wisata utama di Bali dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis jarak dan waktu tempuh antara fasilitas kesehatan dengan area wisata dan permukiman. Analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS) dalam penentuan lokasi optimal fasilitas kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan umumnya dapat diakses dalam radius 3000 meter, namun beberapa area wisata, terutama di sepanjang pantai, membutuhkan akses yang lebih dekat. Analisis juga menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah di Kecamatan Kuta dapat dijangkau dalam waktu 5 menit menuju fasilitas kesehatan. Namun, penelitian ini merekomendasikan peningkatan fasilitas kesehatan di Seminyak, area wisata utama, dan peningkatan kualitas layanan di Puskesmas Pembantu Seminyak yang melayani sebagian besar penduduk setempat. Temuan ini menyoroti pentingnya integrasi kesehatan dan pariwisata untuk menjamin keberlanjutan pariwisata di Kecamatan Kuta.  Abstract. This research examines the spatial availability and affordability of healthcare facilities in Kuta District, Bali, to support tourism health. Kuta District is a major tourist destination in Bali, with a high influx of international tourists. This study utilizes a quantitative approach to analyze the distance and travel time between healthcare facilities and tourist areas and residential areas. Spatial analysis using Geographic Information System (GIS) in determining the optimal location of health facilities.  The research found that while healthcare facilities are generally accessible within a 3000-meter radius, some tourist areas, particularly along the coast, require closer access. The analysis also revealed that most areas in Kuta District can be reached within a 5-minute travel time to healthcare facilities. However, the study recommends improving healthcare facilities in Seminyak, a major tourist area, and enhancing the quality of services at the Seminyak Public Health Center, which serves a significant portion of the local population. These findings highlight the significance of integrating health and the tourism to assure the sustainability of tourism in Kuta Sub-district. Submitted: 2025-02-13 Revisions:2025-03-04 Accepted: 2025-03-13 Published: 2025-03-17

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2025 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue