cover
Contact Name
Khairiah
Contact Email
khairiah@iainbengkulu.ac.id
Phone
+6285342358888
Journal Mail Official
nazarhusain80@gmail.com
Editorial Address
LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo jl. Gelatik no1 Kota Utara, kota Gorontalo Provinsi Gorontalo, Indonesia.
Location
Kota gorontalo,
Gorontalo
INDONESIA
Al-Ulum
ISSN : 14120534     EISSN : 24428213     DOI : https://doi.org/10.30603/au.v19i2.1051
Core Subject : Religion, Economy,
Al-Ulum adalah jurnal yang terbit berkala pada bulan Juni dan Desember, ditelaah dan direview oleh para ahli dalam bidangnya, diterbitkan oleh lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, Indonesia ISSN 1412-0534 E-ISSN 2442-8213 Al-Ulum telah diakreditasi dengan peringkat B oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Keputusan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 53/DIKTI/Kep/2013 untuk periode 2013-2018. Sekarang, AL-Ulum telah terakreditasi sistem online dengan peringkat “Sinta 2” untuk periode 2018-2022 oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi SK No. 21/E/KPT/2018.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 481 Documents
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS SUNNAH NABI Hairuddin, Hairuddin
Al-Ulum Vol 13, No 1 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini membahas tentang pendidikan Karakter berbasisi sunnah Nabi. Munculnya berbagai persoalan yang mengepung para anak didik kita, mulai dari maraknya peredaran Narkoba, pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, terlibat anggota geng motor, membuat kita dan praktisi pendidikan mencari solusi untuk menyelamatkan generasi ini dari persoalan tersebut. Mencari solusi terhadap persolan ini tidaklah susah jika kita ingin mengkaji dan mendalami ajaran agama Islam. Karena salah satu tujuan utama diutusnya Rasulullah adalah memperbaiki karakter manusia. Rasulullah yang semua tingkah lakunya merupakan cerminan dari Al Qur’an telah berhasil mencetak generasi yang dikenal dengan generasi Rabbani, yaitu generasi yang mapan dari segi Aqidah dan cakap dari etika/karakter. Teori pendidikan yang berkualitas adalah teori yang benar secara logika dan teori yang berasal dari sumber yang kokoh, dan teori itu hanya dapat dijumpai dalam Alquran dan Sunnah Rasululla Shallallhu ‘alaihi wa sallam yang merupakan bahasan utama dalam Jurnal ini. ----------------------This paper elaborates about educational character based on Prophet Muhammad Saw’s traditions. Some problems are arising on our youth generation, such as narcotic distribution, free sex, students fighting, etc., make us and education practical to find a solution in order to save the generation. Finding solution for the problems have been mentioned above is not too difficult, since we are serious to study and understand Islam teaching. It is because one of the main objectives of delegating Prophet Muhammad Saw is to repair human character. The Prophet Muhammad Saw) that all his attitude and behaviour are reflection from Al Qur’an has been succeed to build one generation is known as Rabbani, namely the generation who perfect on their belief of God and their character. The qualified education theory is valid theory logically and comes from outdebating source or reference, and the theory is only met in the Quran and the traditions of the prophet Muhammad Saw which are the main theme of this journal.
KESADARAN DIRI PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAM Malikah, Malikah
Al-Ulum Vol 13, No 1 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.013 KB)

Abstract

Tulisan ini membahas tentang kesadaran diri, proses pembentukan karakter Islam.Dalam kesadaran diri, manusia dihadapkan pada dua sisi yang saling bertolah belakang, yakni mengenal kekuatan yang dimiliki dan pengetahuan kelemahan yang ada pada diri. Di antara keduanya terhadap suatu sinergi, yang apabila suatu pribadi dapat menggunakannya secara proporsional dan optimal, maka puncak keberhasilan pribadi akan mungkin dapat dicapai. Untuk menumbuhkan kesadaran diri diperlukan pembentukan karakter yang dimulai dari adanya nilai yang diserap dari berbagai sumber, kemudian nilai tersebut membentuk pola pikir seseorang secara keseluruhan keluar dalam bentuk rumusan visi.Visi turun ke wilayah hati dan membentuk sesuana jiwa, yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalisasi, mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap. -----------------------This paper elaborates about self-awareness that is a process of forming the Islam character. In the self-awareness, human is faced on opposite side; that is, they are to know the power of strength and the weakness of ourselves. Both of them there is synergy, when the man can use them optimally and proportionally, the success of his/her can be gained. To grow the self-awareness is needed character forming which is started from the values is found from many kind of resources, then the values form thought pattern of someone totally and bear as vision. The vision turn into the mind area and form mind nuance, then totally come out as mentality, flow through physic area and bear action as attitude form.
REALITAS ADATI HULA-HULAA TO SYARA’I, SYARA’I HULA-HULAA TO QUR’ANI Mashadi, Mashadi
Al-Ulum Vol 12, No 1 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.276 KB)

Abstract

Sejak awal keberadaan Islam sebagai agama dan keyakinan resmi dikalangan masyarakat Gorontalo, sejak itu pulalah Islam menjadi sandaran dan rujukan bagi keseluruhan aktifitas hidup masyarakat Gorontalo, baik itu yang berkaitan dengan ritual atau syariat, maupun aktifitas tersebut yang berkaitan dengan adat dan kebiasaan sehari-hari. Hal demikian dapat dipahami, bahwa Gorontalo dikenal dengan falsafahnya yakni “Adati hula-hulaa to saraa, saraa hula-hulaa to Kur’ani” yang diartikan sebagai “adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah”. Nilai kearifan tersebut merupakan falsafah hidup masyarakat Gorontalo yang telah dirumuskan sejak raja Amai yang konsepnya mengalami penyempurnaan sebanyak tiga kali, hingga raja Eyato dengan konsep seperti yang kita kenal sekarang. Kearifan lokal Gorontalo seperti yang tersimpulkan dalam falsafah Adat bersendi Syara, Syara bersendi Kitabullah-menjadi warna dan corak tersendiri bagi pelaksanaan dan pengimplementasian nilai-nilai agama di bumi Gorontalo.-------------------------Islam has become the support and reference among Gorontalo people from the early period the religion. It is including in their way of life and daily activity such as daily lives and traditions. Therefore, it can be understood that Gorontalo is known with the philosophical "Adati hula-hulaa to saraa, saraa hula-hulaa to Kurani" which meant as "custom is based on the shari’ah, and so, the shari’ah is based on the Qur’an". This local value is a philosophy of life that had been formulated from the Gorontalo first Muslim king, Sultan Amai. This concept was modified three times until the King Eyato with the concept as we know it today. Gorontalonese local wisdom as inferred in indigenous of "custom is based on the shari’ah, and so, the shari’ah is based on the Qur’an" uniquetly influence their way of lives and in the forms and implementation of religious values in Gorontalo.
ANALISIS HISTORIS SEBAGAI INSTRUMEN KRITIK MATAN HADIS Tasbih, Tasbih
Al-Ulum Vol 11, No 1 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu fungsi kritik matan adalah untuk memastikan otensititas dan kevalidan hadis. Sasaran kritik matan adalah kandungan atau isi sebuah hadis. Analisis historis digunakan untuk menguji kebenaran isi hadis. Analisis historis dalam kaitannya dengan penelitian matan hadis adalah sesuatu yang urgen. Hal ini karena terkait dengan pengakuan otentisitas dan validitas matan hadis. Sebab, gejala sosial kemanusiaan terkait dengan lingkungan dan sejarahnya. Konsekuensinya apabila suatu hadis bertentangan dengan fakta historis, maka matan hadis tersebut tidak memenuhi kaidah kesahihan matan, sehingga hadis tersebut dapat dinyatakan lemah (daif). Dengan demikian, analisis sejarah berguna untuk menunjukkan kelemahan dan kepalsuan hadis.  ----------------- The main function of haditz critic is to ensure originality and validity of the haditz. Its objective is the core content (matan) a haditz. Historical analysis is used to examine validity. Historical analysis therefore is so vipotal. This is because it is associated with recognition of the authenticity and validity of honor haditzs. It is because human social-interaction associated with its environment and history. Consequently, if a hadith contradicts with historical facts, then a haditz does not meet the rules of validity; as result, the haditz can be classiefied weak (daif). Thus, historical analysis is useful to show the weakness and falsehood of a haditz.
KONFLIK SOSIAL KEAGAMAAN ISLAM NON-MAINSTREAM DALAM MASYARAKAT MAJEMUK DI INDONESIA Said, Zainal
Al-Ulum Vol 12, No 2 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mendiskusikan bagaimana gerakan keagamaan Islam dalam kaitannya dengan konflik sosial dalam kehidupan masyarakat di Indonesia khsususnya di wilayah Makassar, dengan  menggacu pada kasus kelompok gerakan Islam non-maisntream seperti jamaah Ahmadiyah dan An-Nadzir. Di mana aktivitas keagamaan sekelompok masyarakat ini dapat memicu munculnya konflik sosial keagamaan yang dianggap menyimpang dari ajaran agama yang dominan. Dari konflik sosial tersebut, dapat menimbulkan aksi-aksi kekerasan dengan alasan penodaan agama, yang dipicu oleh adanya aktivitas sosial keagamaan komunitas atau penganut paham keagamaan tertentu yang agak berbeda atau dianggap menyempal (non-mainstream) dari ajaran agama yang dipraktikkan secara umum (mainstream) dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Konflik yang sering terjadi di Indonesia akhir-akhir ini sering mengandung muatan yang kompleks. Boleh dikatakan, muatan politis agaknya masih dominan mempengaruhi, di samping masalah kekecewaan dan perasaan ditekan selama ini. -----------------------------------This paper discusses how Islamic religious movements in relation to social conflict in the lives of people in Indonesia khsususnya Makassar, with menggacu in the case of the non-Islamist movements such as the Ahmadiyah congregation maisntream and An-Nadzir. A group of local religious activity can trigger social conflict which considered deviant religious teachings of the dominant religion. Of social conflict, can lead to violence on the grounds of blasphemy, which is triggered by the presence of the social activities of religious communities or followers of certain religious ideas are somewhat different or perceived menyempal (non-mainstream) of the religion practiced in general (mainstream) in the life of Indonesian society. Conflict is often the case in Indonesia in recent years often contain a complex load. Arguably, political charged presumably still dominant influence, in addition to the problems and feelings suppressed disappointment so far.
SIPUISILAM DALAM SELIMUT ARAT SABULUNGAN PENGANUT ISLAM MENTAWAI DI SIBERUT Delfi, Maskota
Al-Ulum Vol 12, No 1 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.632 KB)

Abstract

Kelompok  etnik di Kepulauan Mentawai dapat berkembang secara mandiri dari berbagai aktifitas di tanah daratan Mentawai. Hal ini terjadi karena keterasingan dari tanah daratan. Dengan demikian, secara organic sebahagian masyarakat mengembangkan budaya dan dinamika lingkungan yang termasuk didalamnya ketersediaan sagu sebagai bahan pokok makanan dan kelimpahan alam seperti babi hutan. Sumber makanan menjadi unsur utama dalam keyakinan masyarakat, Arat Sabulungan, sebagai suatu media ritual; penyimpanan hewan bersama sesama anggota keluarga; pembayaran syarat mahar; dan tradisi denda. Pada tahun 1945, sebuah kewajiban yang diberlakukan negara yang memberi sanksi agama-agama lokal diperakarsai. Sebagaimana orang-orang Mentawai memiliki kebijakan yang maju dan kekayaan orang asing (sasareu), akibatnya, banyak program bantuan yang sukses dijalankan. Namun demikian, suatu model adaptasi yang menonjol, dimana beberapa lapisan identitas mentawai tidak hilang akibat konversi tersebut. Dalam adaptasi ini, misalnya, keyakinan Islam dimasukkan kedalam persepsi agama lokal.---------------- The Mentawai island group, due to relative remoteness, has been able to develop independently from activities on the mainland. Therefore, a large part of the population was raised on the organically developed culture and dynamic capacity of the community. This was possible due to the richly endowed environment, which includes the staple food provision in sago trees and an abundance of wildlife, including boars. The food source became an important element in the traditional believe of Arat Sabulungan, as it served as a binding agent in ritual feasts, bonding of sharing animal protein with clan members, payments to fulfil bride price requirements and traditional fines. In 1954, a compulsory introduction of state sanctioned religions was arranged. As the Mentawains acknowledge certain advanced wisdom and wealth of the sasareu or foreigners, many incentive programs made successful converts. Nevertheless, a remarkable adaptation was included; in which some layers of Mentawai identity was not lost in the conversion. In this adaptation the Islamic faith was infused with local perception.
KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM ISLAM DAN APLIKASINYA DI INDONESIA Sultan, Lomba
Al-Ulum Vol 13, No 2 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.681 KB)

Abstract

Konteks ketatanegaraan Islam mengenal tiga badan kekuasaan negara, yaitu kekuasaan eksekutif (sulthah tanfiziyah), kekuasaan legislatif (sulthah tasyri`iyah), dan kekuasaan kehakiman (sulthah qadha`iyah). Pada masa Rasullah ketiganya menyatu pada satu wilayah kekuasaan, namun pada masa Khalifah Umar bin Khattab, kekuasaan kehakiman mulai terpisah disebabkan wilayah Islam telah meluas keluar semenanjung Arabiah. Selanjutnya pada masa Umar bin Abdul Azis, kekuasaan kehakiman—terutama wilayah al-hisbah dan al-mazalim betul-betul dapat ditegakkan dengan baik sesuai rasa keadilan masyarakat. Hal itu terjadi karena penegakan hukum dilakukan tanpa ada tebang pilih antara satu dengan lainnya. Jika dua wilayah dapat pula diterapkan di Indonesia, selain lembaga peradilan yang telah ada di bawah Mahkamah Agung, yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara, maka carut marut penegakan hukum dan keadilan dapat teratasi sesuai harapan masyarakat. ---------------------------- Islamic constitution context recognizes three agencies of state power, namely: the executive power (sulthah tanfiziyah), the legislative power (sulthah tasyri `iyah), and the judicial power (sulthah qadha` iyah). During the Rasulullah periods, all three agencies concetrated on one region of power; but during the Khalifah Umar Bin Khattab, the judicial power begin separate caused the Islamic region extends out Arabiah peninsula. Furthermore during the Umar bin Abdul Aziz regime, judicial power especially al-hisbah and al-mazalim can really be enforced in accordance with good public sense of justice. It happened because the law enforcement wer implemented without any selective with each other. Therefore, if the two kind of agencies can also be applied in Indonesia, besides the existing judicial institutions under the Supreme Court that the General Court, the Religious Courts, Military Justice, and State Administrative Court, then the problem of law enforcement and justice can be resolved according to expectations of society.
PEMBENTUKKAN DAN PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM KEPEMIMPINAN Muda, Lisdawati
Al-Ulum Vol 14, No 1 (2014): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.093 KB)

Abstract

Pemimpin merupakan individu yang memimpin melalui kegiatan sosial. Pemimpin mempunyai fungsi mengatur, mengarahkan, mengorganisir, mengawasi dan mengevaluasi orang lain. Pelaksanaan kepemimpinan tersebut memperoleh pengakuan serta dukungan dari bawahannya. Mempengaruhi bawahan seorang pemimpin diharapkan memiliki pribadi dan karakter yang baik yaitu, memahami dan menyadari eksistensi diri sendiri, menghargai orang lain, memiliki etika dan moralitas, serta senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT. Untuk mengembangkan kepemimpinan yang baik hendaknya juga memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual serta mengembangkannya secara terus menerus sehingga terbentuk menjadi suatu karakter yang bermanfaat bagi organisasi maupun masyarakat luas. ------------------Leaders are individuals who led a social activity.  They should regulate, lead, organize, manage and evaluating people. Therefore, leadership should have a legitimate acknowledgment and support from his followers. In order to have a great deal of influence from his/her followers, a leader should have good personality and good character; that is, understand and aware his/her own existences, respect to others, have good morality and also devout to Allah SWT. To develop a good and strong leadership, a leader should have spiritual and emotional intelligence and develop these intelligences continually, so his/her good character eventually will be built and it will be useful for his/her organization and community.
HUKUM DOMESTIKASI DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA Ibrahim, Sulaiman
Al-Ulum Vol 13, No 2 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.014 KB)

Abstract

Tulisan ini mempertegas bahwa kepemimpinan laki-laki dalam keluarga tidak bersifat mutlak. Ia diikat dengan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Kepemimpinan itu pun lebih bernuansa fungsional, bukan struktural. Kepemimpinan laki-laki tidak sampai memutlakkan seorang isteri tunduk sepenuhnya. Isteri tetap masih mempunyai hak untuk bermusyawarah dan melakukan tawar-menawar keinginan dengan suami berdasarkan argumen yang rasional-kondisional. Peran domestikasi perempuan adalah suatu kondisi dimana perempuan melaksanakan tugas-tugas domestik sekaligus peran publik. Tugas-tugas ini harus diposisikan sebagai alternatif yang dapat dipilih berdasarkan kesepakatan antara suami dan isteri, sehingga ketika kondisi menghendaki, keduanya dapat bertukar tugas berdasarkan prinsip kerjasama.This paper emphasizes that male headship in the family is not absolute. He was tied with the requirements that must be met. Leadership that was more nuanced functional, not structural. Male leadership not to comply fully absolutize wife. Wife still has the right to deliberation and bargaining with the desire of the husband based on rational argument-conditional. Domestication role of women is a condition in which women perform domestic duties as well as public role. These tasks should be positioned as an alternative that can be selected by agreement between the husband and wife, so that when the conditions require, they can exchange assignments based on the principle of cooperation.Tulisan ini mempertegas bahwa kepemimpinan laki-laki dalam keluarga tidak bersifat mutlak. Ia diikat dengan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Kepemimpinan itu pun lebih bernuansa fungsional, bukan struktural. Kepemimpinan laki-laki tidak sampai memutlakkan seorang isteri tunduk sepenuhnya. Isteri tetap masih mempunyai hak untuk bermusyawarah dan melakukan tawar-menawar keinginan dengan suami berdasarkan argumen yang rasional-kondisional. Peran domestikasi perempuan adalah suatu kondisi dimana perempuan melaksanakan tugas-tugas domestik sekaligus peran publik. Tugas-tugas ini harus diposisikan sebagai alternatif yang dapat dipilih berdasarkan kesepakatan antara suami dan isteri, sehingga ketika kondisi menghendaki, keduanya dapat bertukar tugas berdasarkan prinsip kerjasama.------------------------This paper emphasizes that male headship in the family is not absolute. He was tied with the requirements that must be met. Leadership that was more nuanced functional, not structural. Male leadership not to comply fully absolutize wife. Wife still has the right to deliberation and bargaining with the desire of the husband based on rational argument-conditional. Domestication role of women is a condition in which women perform domestic duties as well as public role. These tasks should be positioned as an alternative that can be selected by agreement between the husband and wife, so that when the conditions require, they can exchange assignments based on the principle of cooperation.
“NUR MUHAMMAD” DALAM NASKAH KLASIK GORONTALO Kau, Sofyan Abdurrahim P.
Al-Ulum Vol 11, No 2 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

“Nur Muhammad” merupakan konsep yang tidak asing dalam wacana tasawuf falsafati. Demikian pula di Gorontalo, teks-teks “Nur Muhammad” juga dikenal luas. Teks-teks tersebut, sabahagian penulis temukan terkumpul di sebuah koleksi naskah dengan tema “Isra’ Mi’raj). Mungkin ini dikarenakan naskah tentang “Nur Muhammad” dibacakan setiap bulan, biasanya tanggal 27 bulan Rajab, yakni acara peringatan Isra’ dan Mi’raj. Artikel ini menunjukkan bahwa naskah “Nur Muhammad” di Gorontalo bukan karya asli sarjana local Gorontalo, tetapi merupakan re-adaptasi dan salinan teks dari “Nur Muhammad” Melayu klasik. Asumsi ini didasarkan pada analisa teks, perbadingan dengan naskah-naskah lainnya, serta analisa kehidupan social-budaya komnitas Muslim Gorontalo yang mentradisikan membaca naskah-naskah sesuai hari besar Islam.  ----------------“Nur Muhammad” is a popular concept in the discourse of Sufism falsafati. In Gorontalo, texts of Muhammad Nur iw widely known. The texts, as the author of the findings gathered in a collection of manuscripts under the theme "Isra’ Mi’raj". Because it is a manuscript on Nur Muhammad is a commonly red each month of Rajab, exactly 27 Rajab regarding event-Isra Miraj. This paper shows that the manuscript Gorontalo Nur Muhammad is not the original work of local scholars Gorontalo, but it is a re-adaptation and copy the text of Nur Muhammad Classical Malay. This assumption is based on text analysis, and comparison with historical texts (manuscripts) others, as well as socio-cultural analysis of the Muslim community that mentradisikan Gorontalo reading the manuscripts on Islamic day events.

Page 8 of 49 | Total Record : 481