cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kampar,
Riau
INDONESIA
JURNAL PETERNAKAN
ISSN : 18298729     EISSN : 23559470     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Peternakan mengakomodir artikel/karya ilmiah meliputi aspek Nutrisi dan Makanan Ternak, Produksi Ternak, Reproduksi dan Pemuliaan Ternak, Teknologi Hasil ternak, dan Sosial Ekonomi Peternakan serta aspek Kesehatan Ternak. Naskah yang dimuat dapat berupa hasil penelitian, telaah/tinjauan literatur, penelitian singkat (short communication) dan gagasan penting dalam bidang peternakan.
Arjuna Subject : -
Articles 265 Documents
Hubungan Bobot Telur dengan Bobot Tetas dan Bobot Tetas dengan Bobot Badan Ayam Merawang G1 sampai Umur 4 Bulan M. Sari; Depison Depison; Gushariyanto Gushariyanto; E. Wiyanto
Jurnal Peternakan Vol 18, No 2 (2021): September 2021
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v18i2.13769

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui hubungan bobot telur dengan bobot tetas dan bobot tetas dengan bobot badan, pertambahan bobot badan dan penciri ukuran dan bentuk tubuh ayam Merawang jantan dan betina (G1) sampai umur 4 bulan. Metode penelitian adalah metode eksperimen. Materi penelitian yaitu telur ayam Merawang sebanyak 315 butir,  menghasilkan    174 ekor ayam Merawang yang terdiri 68 ekor jantan dan 106 ekor betina. Data yang dihimpun meliputi: bobot telur, bobot tetas, bobot badan umur 1-4 bulan serta pertambahan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh. Perbedaan rataan bobot telur, bobot tetas, bobot badan serta pertambahan bobot badan dianalisis menggunakan Uji-t. Analisis Regresi dan Korelasi digunakan untuk melihat hubungan dan keeratan hubungan antara bobot telur dengan bobot tetas dan bobot tetas dengan bobot badan dari umur 1-4 bulan. Analisis komponen utama digunakan untuk mengidentifikasi penciri bentuk dan ukuran tubuh. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak statistika Minitab versi 18. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rataan bobot telur, bobot tetas, bobot badan, pertambahan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh ayam Merawang jantan berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan ayam Merawang betina. Bobot telur berpengaruh nyata terhadap bobot tetas dan bobot tetas berpengaruh nyata terhadap bobot badan umur 1 hari - 4 bulan. Keeratan hubungan bobot telur dengan bobot tetas serta bobot tetas dengan bobot badan umur 1 hari - 4 bulan positif dan signifikan. Penciri ukuran tubuh pada ayam Merawang jantan dan betina yaitu lingkar dada, sedangkan penciri bentuk tubuh yaitu panjang tubuh atas dan panjang dada.The Relationship Between Egg Weight with Hatching Weight and Hatching Weight with Body Weight G1 of Merawang Chicken Aged up to 4 MonthsABSTRACT. This study aims to determine the relationship between egg weight and hatching weight and hatching weight with body weight, body weight gain, and the size and shape of male and female Merawang chickens (G1) until the age of 4 months. The research method is an experimental method. The research material is Merawang chicken eggs as many as 315 eggs were hatched .174 Merawang chickens consisting of 68 males and 106 females. The data collected included: egg weight, hatching weight, bodyweight aged 1-4 months as well as body weight gain and body measurements. Differences in average egg weight, hatching weight, body weight, and body weight gain were analyzed using the t-test. Regression and Correlation Analysis was used to see the relationship and the close relationship between egg weight and hatching weight and hatching weight and body weight from 1-4 months of age, principal component analysis was used to identify body shape and size markers. Data processing used statistical software Minitab version 18. The results of this study showed that the average egg weight, hatching weight, body weight, body weight gain, and body sizes of male Merawang chickens were significantly different (P<0.05) higher than that of male Merawang chickens. Chasing female. Egg weight had a significant effect on hatching weight and hatching weight had a significant effect on body weight at the age of 1-4 months. The close relationship between egg weight and hatching weight and hatching weight with bodyweight at 1-4 months of age were positive and significant. Body size markers in male and female Merawang chickens were chest circumference, while body shape markers were upper body length and chest length.
Peramalan Populasi Sapi di Provinsi Riau dan Indonesia Menggunakan Pendekatan ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) F. Zuhdi; Y. Zurriyati; E. Novriandeni
Jurnal Peternakan Vol 18, No 2 (2021): September 2021
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v18i2.11558

Abstract

ABSTRAK. Sejak beberapa tahun terakhir, Indonesia selalu melakukan impor daging sapi dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal tersebut dikarenakan stok daging nasional hanya mampu memenuhi permintaan dalam negeri sebanyak 45-70 persen sejak tahun 2018. Salah satu upaya peningkatan produksi daging sapi dapat dilakukan dengan cara melakukan upaya peningkatan populasi sapi dan salah satunya adalah dengan melakukan Program Integrasi Sawit-Sapi. Sebagai provinsi yang memiliki luas areal sawit terbesar di Indonesia, Provinsi Riau menjadi provinsi yang dapat dijadikan percontohan pengembangan program ini sehingga perlu diadakan analisis lebih lanjut untuk mencari target potensial peningkatan populasi sapi yang bisa dicapai di Provinsi Riau dalam lima tahun ke depan (2021-2025). Analisis dengan menggunakan metode ARIMA digunakan untuk memproyeksikan populasi sapi di Provinsi Riau dan populasi nasional dalam jangka waktu tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa proyeksi peningkatan populasi sapi di Provinsi Riau hanya sebesar 0,13 persen dan memiliki potensi peningkatan hingga 5,22 persen. Sementara itu, dalam kurun waktu yang sama, peningkatan populasi sapi nasional sebesar 1,87 persen dengan potensi maksimal hingga 3,74 persen. Berdasarkan hal tersebut, peningkatan populasi sapi di Provinsi Riau dengan mengaplikasikan Program Integrasi Sawit-Sapi layak untuk dilakukan karena memiliki potensi peningkatan yang lebih besar dibandingkan potensi peningkatan populasi sapi secara nasional.The Forecasting of Cow Population in Riau Province with Autoregressive Integrated Moving Average ApproachABSTRACT. Since the last few years, Indonesia always imported beef from abroad to meet domestic needs. This is because the national meat stock is only able to meet 45-70 percent of domestic demand since 2018. One of the efforts to increase beef production can be done by making efforts to increase the population of cattle and one of them is by implementing the Oil-Cattle Integration Program. As a province that has the largest oil palm area in Indonesia, Riau Province has become a pilot province for the development of this program. So further analysis is needed to find potential targets to increasing cattle population that can be achieved in Riau Province in the next five years (2021-2025). Analysis using the ARIMA method is used to predict the cattle population in Riau Province and the national population in time. The results of the analysis show that the forecast of increase in cattle population in Riau Province is only 0.13 percent and has maximum potential up to 5.22 percent. Meanwhile, during the same period, the forecast of increase in the national cattle population was 1.87 percent with a maximum potential up to 3.74 percent. Based on the calculation, increasing the cattle population in Riau Province by applying the Oil Palm-Cattle Integration Program is feasible because it has the potential for an increase which is greater than the potential for increasing the population of cattle nationally.
Pengaruh Persentase Carboxy Methyl Cellulose serta Imbangan Sari Buah Naga Merah dan Pisang Ambon terhadap Karakteristik Fisikokimia Yogurt Aneka Buah S. R. Zulaikhah; I. Sulistiyawati
Jurnal Peternakan Vol 18, No 2 (2021): September 2021
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v18i2.13761

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan imbangan sari buah naga merah dan pisang ambon yang digunakan serta interaksinya terhadap pH, total asam dan viskositas mixed fruit yogurt yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Pola Faktorial (RAK) dengan faktor pertama adalah persentase CMC (0%, 0,5%, 1% dan 1,5% b/v), faktor kedua adalah imbangan sari buah naga merah dan pisang ambon (25:75; 50:50; dan 75:25), dengan ulangan sebanyak 3 kali.   Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah faktor penambahan CMC memberikan pengaruh menaikkan nilai pH dan viskositas mixed fruit yogurt yang dihasilkan, nilai pH berkisar antara 4,15-4,29 dan viskositas 1308,69-3975,82 mPa.s. Faktor imbangan sari buah memberikan pengaruh terhadap total asam yogurt, dengan nilai berkisar antara 1,09 – 0,91 %.  Faktor interaksi antara CMC dan persentase sari  buah yang digunakan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai pH, total asam dan viskositas mixed fruit yogurt yang dihasilkan. Effect of Carboxy Methyl Cellulose Percentage and Ratio of Red Dragon and Ambon Banana Juice to Physicochemical Characteristics on Mixed Fruit YogurtABSTRACT. This study aims to determine the effect of increasing Carboxy Methyl Cellulose (CMC) percentages and ratio of red dragon fruit juice and banana ambon used as well as its interaction to pH, total acid and viscosity of mixed fruit yogurt produced.  This study used a Completely Randomized Block Design (CRBD) factorial Pattern with the first factor  was several the percentages of CMC (0%, 0.5%, 1% and 1.5% (w/v), the second factor was the ratio of red dragon fruit juice and banana ambon (25:75; 50:50; and 75:25), then repeated treatment 3 times. The conclusion of the results of this study is the added factor of CMC has an effect on increasing the value of pH and viscosity of mixed fruit yogurt produced, pH values range from 4.15-4.29 and viscosity 1308.69-3975.82 mPa.s.  . The ratio of juices  have an effect on the total acid of yogurt, with values ranging from 1.09 - 0.91%.  . The interaction factor between CMC and the ratio of juice have no effect on the pH value, total acid and viscosity of mixed fruit yogurt produced. 
Efek Lama Penyimpanan pada Pakan Wafer Limbah Sayuran terhadap Produksi VFA Total dan NH3 Secara In-vitro Neli Definiati; Nurhaita Nurhaita; Wismalinda Rita; Sunaryadi Sunaryadi
Jurnal Peternakan Vol 19, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v19i1.13818

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap produksi VFA Total, pH dan NH3 pada pakan wafer limbah sayuran. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan A = Penyimpanan 0 hari, B = Penyimpanan 7 Hari, C = Penyimpanan 14 Hari, D = Penyimpanan 21 Hari. Parameter yang diamati adalah pH, NH3 dan VFA Total. Data dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pH dan VFA Total berpengaruh sangat nyata, namun NH3  tidak berpengaruh nyata. Kesimpulan dari penelitian ini lama penyimpanan pakan wafer limbah sayuran berpengaruh terhadap pH cairan rumen dan VFA Total. Namun tidak berpengaruh pada NH3. Lama penyimpanan yang terbaik pada hari ke 14. Konsentrasi pH, VFA Total dan NH3 berada pada kondisi optimal untuk pertumbuhan aktivitas mikroba.Kata kunci : Lama penyimpanan, pH, NH3 dan VFA TotalEffect of Storage Duration on In-vitro Total VFA and NH3 Production of Vegetable Waste as Wafer Feed ABSTRACT. This study aims to determine the effect of storage duration on total VFA and NH3 production of vegetable waste as wafer feed. The study used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 4 replications. Treatment A = duration-storage 0 days, B = duration-storage 7 Days, C = duration-storage 14 Days, D = duration-storage 21 Days. This study was observed pH, NH3, and a total of VFA. The data were analyzed by analysis of variance (ANOVA). From the results of the study, it is shown that there are significant differences in the pH of the rumen (P<0.05); the pH value of rumen fluid is still under normal circumstances (6,86-8,91). The duration of storage of the vegetable waste feed had a significant effect on total VFA (P<0.05). Total VFA production ranges from 91.65 – 115.15 mM, which is still the criteria for the optimum level of VFA production. However, in this study, the storage duration of vegetable waste wafer feed had no significant effect on NH3. The NH3 average value of the study was 8.46-9.90 mM, which is still in the optimum condition for microbial protein synthesis. The result implies 14 days of duration storage is the best treatment. The concentration of pH, Total VFA, and NH3 were at the optimal conditions for the growth of microbial activity.
Titer Hemaglutinasi dan Kematian Embrio pada Telur Spesific Antibody Negative (SAN) dengan Usia yang Berbeda Saat Inokulasi Virus Avian Influenza Fauzi Rahmat Kurniawan; I Nyoman Arsana; I Gede Ketut Adiputra
Jurnal Peternakan Vol 19, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v19i1.15101

Abstract

ABSTRAK. Penyakit Avian Influenza (AI) tidak hanya menginfeksi berbagai spesies unggas tetapi juga dapat menular ke manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji titer hemaglutinasi dan kematian embrio pada telur Spesific Antibody Negative (SAN) dengan usia yang berbeda saat inokulasi virus Avian Influenza (AI). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan yaitu telur SAN usia 7 hari, 9 hari, 11 hari dan 13 hari. Perlakuan diulang sebanyak 6 kali sehingga total sampel telur SAN yang digunakan adalah sebanyak 24 telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia telur SAN berpengaruh secara signifikan terhadap titer hemaglutinasi dan waktu kematian embrio ayam. Rerata titer hemaglutinasi telur SAN usia 9; 11, dan 13 hari berturut-turut adalah 597,33 ± 85,33 HAU/25µl; 1.322,67 ± 339,73 HAU/25μl, dan 256 ± 85,86 HAU/25µl. Pada telur SAN usia 7 hari tidak ada titer hemaglutinasi pascainokulasi virus. Waktu kematian embrio pada telur SAN usia 7 terjadi satu hari pascainokulasi virus AI, sedangkan usia 9; 11, dan 13 hari terjadi dua hari pascainokulasi virus AI. Kesimpulan, titer hemaglutinasi dan kematian embrio telur SAN berbeda tergantung pada usia telur SAN, dan usia telur SAN yang paling baik digunakan untuk inokulasi virus AI adalah usia 11 hari. Kata kunci: Avian influenza, kematian embrio, titer hemaglutinasi, telur SAN. Hemagglutination Titers and Embryonic Death in Specific Antibody Negative (SAN) Eggs with Different Ages at The Time of Avian Influenza (AI) Virus Inoculation ABSTRACT. Avian influenza (AI) not only infects various species of aves but also can be transmitted to humans. This study was aim to examine hemagglutination titers and embryonic death in Specific Antibody Negative (SAN) eggs with different ages at the time of Avian Influenza (AI) virus inoculation. The study used a completely randomized design with four treatment groups, namely SAN eggs 7 days old, 9 days, 11 days, and 13 days. The treatment was repeated 6 times so the total sample of SAN eggs used was 24 eggs. The results showed that the age of SAN eggs had a significant effect on the hemagglutination titer and the time of death of chicken embryos. Average hemagglutination titer SAN eggs age 9; 11, and 13 days respectively were 597.33 ± 85.33 HAU/25µl; 1,322.67 ± 339.73 HAU/25μl, and 256 ± 85.86 HAU/25µl. There was no hemagglutination titer in SAN eggs aged 7 days post-inoculation AI virus. The time of embryonic death in SAN eggs aged 7 occurred one-day post-inoculation AI virus, while age 9; 11, and 13 days occurred two days post-inoculation AI virus. In conclusion, hemagglutination titers and embryonic mortality differed depending on the age of the SAN eggs, and the best age to be used for AI virus inoculation was 11 days.
Peranan Kelembagaan Peternakan, Sebuah Eksistensi Bukan Hanya Mimpi: Ulasan dengan Metode Systematic Literature Review (SLR) Amam Amam; Supardi Rusdiana
Jurnal Peternakan Vol 19, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v19i1.14244

Abstract

ABSTRAK. Kelembagaan peternakan memiliki peranan penting terhadap keberlanjutan usaha ternak skala rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengulas peranan kelembagaan peternakan sapi perah. Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR). Data penelitian berasal dari berbagai jurnal nasional terakreditasi Sinta yang mengkaji tentang kelembagaan peternakan sapi perah. Hasil penelitian ditemukan terdapat 12 jurnal nasional terindeks Sinta yang mengulas peranan kelembagaan peternakan sapi perah rakyat. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa kelembagaan peternakan berperan dalam meminimalkan risiko bisnis, berperan dalam upaya pengembangan usaha ternak, dan dapat meningkatkan akses peternak terhadap sumber daya. Manfaat kelembagaan peternakan bagi peternak sapi perah ialah sebagai wadah organisasi peternak yang kreatif dan inovatif, jaminan konsentrat, jaminan kesehatan ternak dan Inseminasi Buatan (IB), serta jaminan kestabilan harga jual susu segar dan pemasaran. Penelitian ini merekomendasikan bahwa eksistensi kelembagaan peternakan sebagai wadah usaha ternak sapi perah skala rumah tangga layak untuk diperhatikan.Kata kunci: Kelompok ternak, sapi perah, usaha ternak, studi literatur, penelitian kualitatif.The Role of Animal Husbandry Institutions, An Existence Not Just a Dream: A Review Using the Systematic Literature Review (SLR) MethodABSTRACT. Animal husbandry institutions have an important role in the sustainability of household-scale (smallholder) livestock businesses. This study aims to review the role of dairy farming institutions. This study uses the Systematic Literature Review (SLR) method. The research data comes from various Sinta accredited national journals that examine dairy farming institutions. The results of the study found that there were 12 Journals of national Sinta indexed that reviewed the institutional role of farmer's dairy farming. The conclusion of this study shows that livestock institutions play a role in minimizing business risk, play a role in efforts to develop livestock business, and can increase farmer access to resources. The benefits of animal husbandry institutions for dairy farmers are as a forum for creative and innovative dairy farmer organizations, concentrate guarantees, livestock health insurance and Artificial Insemination (AI), as well as guarantees for the stability of selling prices of fresh milk and marketing. This study recommends that the existence of livestock institutions as a forum for household-scale (smallholder) dairy cattle business deserves attention.
Optimalisasi Performa Produksi Broiler yang Dipelihara dalam Kondisi Heat Stress Menggunakan Antioksidan Alami ‘Kalincuang’ Akhis Soleh Ismail; Yose Rizal; Armenia Armenia; Anwar Kasim
Jurnal Peternakan Vol 19, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v19i1.15051

Abstract

ABSTRAK. ‘Kalincuang’ adalah limbah cair yang dihasilkan dari proses pembuatan gambir (Uncaria gambir). Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran ‘kalincuang’ sebagai antioksidan alami untuk mengoptimalkan performa produksi broiler yang dipelihara dalam kondisi heat stress. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari P1: 0 ppm ‘kalincuang’ (kontrol negatif), P2: 250 ppm vitamin C (kontrol positif), P3, P4, P5, dan P6 adalah pemberian ‘kalincuang’ dengan kadar 125, 250, 500, dan 1000 ppm. Ayam yang digunakan adalah broiler pejantan CP 707 berumur 21 hari. Ayam dipelihara dalam kandang baterai yang terbuat dari besi dan seng. Untuk membuat kondisi heat stress digunakan suhu kandang 36oC selama 8 jam/hari. Pakan dan air minum diberikan secara adlibitum dan pemberian ‘kalincuang’ maupun vitamin C dilakukan melalui air minum. Ayam dipelihara selama 2 minggu (21-35 hari). Mingu pertama adalah masa adaptasi dan minggu kedua adalah masa koleksi. Parameter yang diamati terdiri atas konsumsi pakan, konsumsi air minum, pertambahan berat badan (PBB), FCR (Feed convertion ratio), berat hidup, dan mortalitas. Rataan berat badan umur 35 hari tertinggi pada P5 sebesar 1602,5 g, PBB tertinggi pada P5 sebesar 375 g, total konsumsi pakan tertinggi pada P3 sebesar 863 g, konsumsi air minum terendah pada P6 sebesar 241 mL, FCR terendah pada P6 sebesar 1,95 dan mortalitas terendah terdapat pada P2, P5 dan P6 dengan mortalitas sebesar 0%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa ‘kalincuang’ dapat digunakan untuk mengoptimalkan performa produksi broiler yang dipelihara dalam kondisi heat stress dengan kadar pemberian 500 ppm.Kata kunci: Antioksidan, broiler, gambir, heat stress, ‘kalincuang’, performaOptimization of Broiler Production Performance Reared Under Heat Stress Conditions Using Natural Antioxidants 'Kalincuang' ABSTRACT. 'Kalincuang' is a liquid by-product from the process of making gambier (Uncaria gambir). This study aims to look at the role of 'kalincuang' as a natural antioxidant to optimize the production performance of broilers maintained in heat stress conditions. The design used is a completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 4 repeats. The treatment used consisting of P1: 0 ppm 'kalincuang' (negative control), P2: 250 ppm vitamin C (positive control), P3, P4, P5, and P6 is the administration of 'kalincuang' with levels of 125, 250, 500, and 1000 ppm. The chicken used is a 21-day-old CP 707 male broiler. Broilers are kept in battery cages made of iron and zinc. To make heat stress conditions used cage temperature 36oC for 8 hours/day. Feed and drinking water are given ad-libitum and the administration of 'kalincuang' and vitamin C is done through drinking water. Broilers are kept for 2 weeks (21-35 days). The first week is the adaptation period and the second week is the collection time. The observed parameters consisted of feed consumption, drinking water consumption, weight gain, Feed conversion ratio (FCR), life weight, and mortality. The highest average body weight at 35 days of age was at P5 at 1602.5 g, the highest PBB was at P5 at 375 g, the highest total feed intake was at P3 at 863 g, the lowest water intake at P6 was 241 mL, the lowest FCR at P6 was 1, 95 and the lowest mortality was in P2, P5 and P6 with a mortality of 0%. These results it can be concluded that 'kalincuang' can be used to optimize the production performance of broilers maintained in heat stress conditions with a given level of 1000 ppm.
Konversi Produksi Daging Sapi Potong Terhadap Emisi Metana Di Kabupaten Semarang Vita Restitrisnani; Ari Prima; Amalia Puji Rahayu
Jurnal Peternakan Vol 19, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v19i1.15580

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konversi produksi daging sapi potong terhadap emisi metana di Kabupaten Semarang berdasarkan data populasi dan produksi daging. Emisi metana dihitung menggunakan metode tier 1. Data populasi sapi potong dan produksi daging sapi di Kabupaten Semarang dari tahun 2015-2019 digunakan untuk menghitung konversi produksi daging dari sapi potong terhadap emisi metana. Populasi sapi potong jantan dewasa di Kabupaten Semarang dari tahun 2015-2018 mengalami penurunan secara berurutan menurun sebanyak 10,3%, 1,3%, 1,8% dan meningkat Kembali tahun 2019. Produksi daging menurun pada tahun 2016-2018, secara berurutan menurun sebesar 11,42%, 0,30% dan 1,95%. Pada tahun 2019 produksi daging meningkat sebesar 7,04%. Produktivitas tertinggi terdapat pada tahun 2015 (163,86 kg/ekor). Emisi metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran ternak pada tahun 2015-2018 menunjukkan penurunan, danmeningkat pada tahun 2019. Rata-rata emisi metana dari fermentasi enterik yaitu 0,466 Gg CH4/tahun, sedangkan dari pengelolaan limbah kotoran yaitu 0,009917 Gg CH4/tahun.Rata-rata produksi daging sapi potong per cemaran metana yang dihasikan di Kabupaten Semarang sebesar 1,94-7.Angka konversi terbaik di tunjukkan pada tahun 2018 adalah sebesar 1,42-7.Dapat disimpulkan,meskipun jumlah populasi ternak menurun sedangkan produktivitas ternak ditingkatkan maka produksi daging akan meningkat, sehingga emisi metan per produksi daging dapat diturunkan.
Karakteristik Suara kokok Ayam Burgo Jantan Kota Bengkulu Muhamad Iqbal Safitra; Heri Dwi Putranto; Bieng Brata
Jurnal Peternakan Vol 19, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v19i1.15047

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik suara kokok ayam Burgo di Kota Bengkulu. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Pagar Dewa, Kecamatan Slebar, Kota Bengkulu. Sampel dipilih dengan purposive sampling dengan kriteria 10 ekor ayam Burgo jantan umur 6 bulan ke atas. Instrumen yang digunakan adalah handphone android, perekam suara dan Software Cool Edit-Pro. Variabel yang diamati meliputi jumlah suara kokok, durasi kokok dan frekuensi kokok. Data yang terkumpul ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kokok ayam Burgo di Kota Bengkulu pada pagi hari (05.00-07.00 WIB) sebanyak 120 kali, siang hari (11.00-13.00 WIB) sebanyak 50 kali, dan pada sore hari (15.00–17.00 WIB) adalah 57 kali. Durasi kokok ayam Burgo adalah 1,51 detik pada pagi hari, 1,86 detik pada siang hari, dan 1,61 detik pada sore hari. Frekuensi kokok ayam jantan Burgo peliharaan di Kota Bengkulu adalah 19,03   kali/10 menit. Disimpulkan bahwa puncak aktivitas waktu berkokok ayam Burgo jantan di Kota Bengkulu terjadi di pagi hari (05.00–07.00 WIB) dengan rata-rata 1,51 detik dengan durasi terpanjang selama 1,86 detik dan rata-rata frekuensi 120,9 kali. Rata-rata frekuensi kokok ayam Burgo secara keseluruhan mencapai 19,03 kali/10 menit.Kata Kunci: Ayam jantan burgo, karakteristik suara kokok. Crowing Characteristic of Bengkulu’s Burgo RoosterABSTRACT. This study aims to analyze the characteristics of the crowing of the Burgo chicken in Bengkulu City. The research was conducted at Pagar Dewa Village, Slebar District, Bengkulu City. The samples selected using purposive sampling with the criteria of 10  Burgo chickens aged 6 months and over. The instruments used are android handphone, voice recorders and cool edit-pro software. The variables observed included the crowing number, crowing duration and crowing frequency. The data collected were tabulated and analyzed descriptively. The result showed that the crowing number of the Burgo roosters in Bengkulu City in the morning (05.00-07.00 a.m) was 120 times, noon (11.00 a.m-01.00 p.m) was 50 times, and in the afternoon (03.00 - 05.00 p.m) was 57 times. The crowing durations of the Burgo rooster were 1.51 seconds in the morning, 1.86 seconds in the noon and 1.61 seconds in the afternoon. The crowing frequency of domesticated Burgo rooster in Bengkulu City was 19,03 times/10 minutes. It can be concluded that the crowing peak of the Burgo rooster in Bengkulu City occurred in the morning (05.00 – 07.00 a.m) with an averge of 1, 51seconds and the longest duration was 1.86 seconds per crowing with the average frequency of 120,9 times per crowing and the total average frequency of the crowing was 19 times/10 minutes.
Penambahan Tepung Daun Pepaya Dalam Pakan terhadap Komsumsi, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot Burung Puyuh Fajar Syadik; Henrik Henrik; Marhayani Marhayani
Jurnal Peternakan Vol 19, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v19i1.14098

Abstract

ABSTRAK. Daun pepaya mengandung protein yang tinggi, kalsium, fosfor, gross energi dan enzim papain, yang berguna untuk meningkatkan palatabilitas dan kecernaan pakan, selain itu daun pepaya juga mengandung papain, flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, yang berguna untuk meningkatkan kesehatan, sehingga daun pepaya layak menjadi salah satu sumber bahan pakan alternatif bagi ternak puyuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung daun pepaya dalam pakan terhadap konsumsi, konversi, pertambahan bobot badan dan mortalitas burung puyuh selama 5 minggu pemeliharaan. Penelitian ini dilakukan di Tuweley Tolitoli Sulawesi Tengah pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2019, bahan penelitian menggunakan 100 ekor burung puyuh berumur 10 hari, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 taraf perlakuan diulang 5 kali. Susunan perlakuan percobaan yakni: F0 tanpa daun pepaya, F1 5% tepung daun pepaya, F2 10% tepung daun pepaya, dan F3 15% tepung daun pepaya dalam pakan, sebelum perlakuan dilakukan adaptasi pakan selama 7 hari, data hasil penelitian dianalisis menggunakan anova dan uji lanjut BNJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung daun pepaya hingga 15% tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan tapi berpengaruh nyata terhadap konversi pakan (1,86 – 2,44) dan pertambahan bobot badan (64,27 – 72,74 g) P>0,05. Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan F3 (penambahan 15% daun pepaya) dalam pakan. Kata Kunci: Performans, puyuh, tepung daun pepaya. Effect of Adding Papaya Leaf Flour in Feed on Consumption Feed, Feed Convertion Ratio and Body Weight Gain of QuailABSTRACT. Papaya leaves contain high protein, calcium, phosphorus, gross energy and papain enzymes, which are useful for increasing palatability and digestibility of feed, beside Papaya leaves also contain papain, flavonoids, saponins, alkaloids, tannins, which are useful for improving health, so that the leaves Papaya deserves to be a source of alternative feed ingredients for quail. This study aims to determine the effect of using papaya leaf flour in feed on consumption, conversion, body weight gain and quail mortality during 5 weeks of rearing. This research was conducted in Tuweley Tolitoli, Central Sulawesi from October to December 2019, the research material used 100 quails aged 10 days, using a completely randomized design (CRD) 4 treatment levels repeated 5 times. The arrangement of the experimental treatments were: F0 without papaya leaves, F1, 5% papaya leaf flour, F2 10% papaya leaf flour, F3, 15% papaya leaf flour, before the treatment was adapted to feed for 7 days, the research data were analyzed using ANOVA  and a follow-up test with an honest real difference (HRD). The results showed that the addition of papaya leaf flour up to 15% had no significant effect (5%) on feed consumption and mortality but significantly effect on feed conversion ratio 1.86-2.44 and body weight gain 64.27–72.74g) P>0.05. The best treatment was obtained in the F3 treatment (Addition of 15% papaya leaves) in the feed.

Filter by Year

2004 2025