cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Indonesian Journal of Human Nutrition
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 24426636     EISSN : 23553987     DOI : https://doi.org/10.21776
Core Subject : Health,
Indonesian Journal of Human Nutrition (IJHN) merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel penelitian di bidang gizi manusia dan di terbitkan oleh Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan terbit dua kali dalam setahun (bulan Mei dan November).
Arjuna Subject : -
Articles 199 Documents
Formulasi Food Bar Tepung Bekatul dan Tepung Jagung sebagai Pangan Darurat Kusumastuty, Inggita; Fandianty, Laily; Julia, Arliek Rio
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.948 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.02.1

Abstract

AbstrakPangan darurat merupakan pangan yang dalam keadaan darurat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sebesar 233-250 kkal/50 gram bahan. Salah satu contoh produk pangan darurat adalah food bar. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan food bar ini berasal dari tepung bekatul dan tepung jagung. Bekatul dan jagung dipilih karena selama ini pemanfaatan bekatul masih terbatas untuk pangan, padahal kandungan gizinya dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan suatu produk food bar. Sementara itu jagung dipilih karena jagung merupakan penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi food bar dari tepung bekatul dan tepung jagung yang sesuai syarat pangan darurat dan daya terima produk. Penelitian ini menggunakan desain true experiment dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perbandingan tepung bekatul dan tepung jagung yang diterapkan adalah 10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50. Uji yang dilakukan adalah uji Kruskall Wallis dan uji Man Whitney dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi food bar berbahan baku tepung bekatul dan tepung jagung tidak berbeda terhadap parameter mutu gizi protein (p=0,187), lemak (p=0,852), karbohidrat (p=0,114), akan tetapi memberikan perbedaan yang signifikan terhadap parameter mutu organoleptik rasa (p=0,004), aroma (p=0,016), tekstur (p=0,005), warna (p=0,004). Maka food bar yang tepat sesuai syarat pangan darurat dan baik daya terimanya adalah food bar dengan tepung bekatul : tepung jagung (10:90) yang mengandung energi 232,43 kkal, protein 6,35 gram, lemak 9,41 gram dan karbohidrat 30,58 gram dalam 50 gram bahan serta memiliki tingkat kesukaan “suka” pada rasa, aroma dan tekstur, dan tingkat kesukaan “sangat suka” pada warna.Kata kunci: pangan darurat, food bar, bekatul, jagung, mutu gizi.  AbstractEmergency food products are food in emergency situation that are expected to meet requirements of 233-250 kcal/50 grams food. One of the forms of emergency food product is food bar. Materials used in this research were rice bran flour and corn flour. This study aims to determine the food bar formulation of rice bran flour and corn flour that is appropriate with emergency food product requirements and product acceptance. True experiment with a completely randomized design (CRD) were used in this study. The independent variables were amount of wheat flour (100%) and amount of rice bran flour: corn flour (10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50), while the dependent variable was the value of macronutrients (protein, fat, carbohydrate) and physical quality (texture, flavor, color, scent). Statistical test used kruskall Wallis and Mann-Whitney with level of credibility 95%. The results showed that the formulation of food bar from rice bran flour and corn flour did not have any difference with nutritional quality parameters of protein (p=0,187), fat (p=0,852), carbohydrate (p=0,114), but had a significant difference with organoleptic quality of taste (p=0,004), aroma (p=0,016), texture (p=0,005), color (p=0,004). In conclusion, the food bar that was suited with food product requirements and product acceptance was food bar with rice bran flour:corn flour (10:90) containing energy 232,43 kcal, 6,35 protein grams, 9,41 fat grams and carbohydrate 30,58 grams in 50 grams of food bar and had preference level "likes" on flavor, scent and texture, and "really like" on color.Keyword : Emergency food product, food bar, rice bran, corn, nutritional quality
Pendidikan Gizi tentang Pengetahuan Pemilihan Jajanan Sehat antara Metode Ceramah dan Metode Komik Hartono, Nur Pratiwi; Wilujeng, Catur Saptaning; Andarini, Sri
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.027 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.02.2

Abstract

AbstrakKebiasaan jajan sangat melekat pada anak sekolah. Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) banyak dijumpai di lingkungan sekitar sekolah dan rutin dikonsumsi sebagian besar anak usia sekolah karena harganya yang terjangkau dan sebagai tambahan asupan energi. Namun, peranan PJAS yang strategis ini belum diimbangi dengan mutu dan nilai gizi yang diharapkan. Metode ceramah merupakan metode yang efisien dan sederhana sedangkan metode komik merupakan metode yang menarik dan disukai anak SD. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perbedaan tingkat pengetahuan siswa kelas 5 SD dalam pemilihan jajanan sehat dengan pembelajaran metode ceramah dan metode komik. Penelitian ini merupakan quasy experimental study dengan pre-test and post-test design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 41 orang, diambil melalui metode total sampling pada seluruh siswa kelas 5A SDN Tumpakrejo 1 dan seluruh siswa kelas 5 SDN Tumpakrejo 2.Variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan pada kelompok ceramah dan kelompok komik berdasarkan nilai pre-test, post-test pertama, dan nilai post-test kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan pada kedua kelompok yang diberi pendidikan gizi tentang jajanan sehat dengan metode ceramah dan metode komik (p<0,05). Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) tentang tingkat pengetahuan pemilihan jajanan sehat antara metode ceramah dan metode komik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian pendidikan gizi pada dua kelompok dengan metode ceramah maupun komik. Namun tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan antara kelompok dengan metode ceramah dan komik.Kata Kunci: komik, ceramah, pengetahuan, jajanan sehatAbstractConsuming snacks is a common habit among kids, usually on elementary school students and consumed regularly by the majority of school-age children because of its affordability and its additional intake of energy. However, these school snacks are often not balanced with food quality and expected nutritional values. Lecture method is efficient and a simple method while the comic method is an interesting and preferred method for elementary school children. The aim of this study was to determine differences about healthy snacks choice knowledge between lecture method and comic method on the fifth grade students in SDN Tumpakrejo 1 and SDN Tumpakrejo 2. This research was quasy experimental study with a pre-test and post-test design. 41 samples were used, which were taken by using total sampling, which selected all students in class 5A at SDN Tumpakrejo 1 and all students in class 5 at SDN Tumpakrejo 2. Research variables were the level of knowledge in both lecture group and comic group based on the value of the pre-test, first post-test and second post-test values. The results showed that there was a significant increase of knowledge in both groups that were given nutritional education of healthy snacks choice using lecture method and comic method (p<0.05). However, there was no significant difference of knowledge on healthy snacks choice on both treatment groups (p>0.05). Finally, nutritional education can improve knowledge of both treatment groups, but there is no difference of knowledge between the lecture methode and comic method.Keywords: comic, lecture, knowledge, healthy snacks.
Pengaruh Pemberian Tepung Daun Katuk terhadap Penebalan Dinding Aorta Tikus Wistar Callista, Olga; Handayani, Dian; Tritisari, Kanthi Permaningtyas
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.749 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.02.3

Abstract

AbstrakKejadian aterosklerosis biasa diawali dengan cedera sel endotel yang menyebabkan peningkatan permeabilitas sel sehingga komponen plasma dapat masuk ke dalam dinding arteri, termasuk asam lemak. Akumulasi asam lemak dalam arteri dapat teroksidasi dan membentuk lapisan lemak di dinding arteri sehingga mengakibatkan penebalan dinding arteri dan penyempitan pembuluh darah. Salah satu terapi yang dapat mencegah peningkatan kadar lipid dalam darah adalah pemberian fitosterol. Daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr) merupakan salah satu tanaman yang mengandung tinggi fitosterol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun katuk berbagai dosis terhadap penebalan dinding aorta tikus putih Wistar yang diberi diet aterogenik. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan Post Test Control Group Design yang dilakukan pada 30 ekor tikus Wistar jantan. Sampel dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu Kelompok Negatif (diet normal), Kelompok Positif (diet aterogenik), Kelompok P1, P2, dan P3 yang diberi diet aterogenik dengan substitusi tepung daun katuk 6%, 9%, dan 12%. Pemberian tepung daun katuk diberikan setiap hari secara peroral melalui pakan selama 60 hari. Parameter yang diukur adalah tebal dinding aorta. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok (p>0,05). Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian tepung daun katuk belum memberikan pengaruh terhadap penurunan ketebalan dinding aorta, sehingga disarankan untuk meningkatkan jangka waktu intervensi penelitian.Kata kunci: penebalan dinding aorta, tepung daun katuk, diet aterogenik  AbstractAtherosclerosis usually begins with endothelial cell injury which causes increased cell permeability. This injury will affect plasma component so that it can get into the arteries wall, that includes fatty acids. Accumulation of fatty acids in arteries can be oxidized and forms a layer of fat in the arterial wall that leads to thickening of the artery walls and narrowing of blood vessels. One of the therapies that can prevent the elevation of plasma level is phytosterols therapy. Katuk leaf (Sauropus androgynus L. Merr) is a plant that contains high phytosterols. This study aims to determine the effect of various doses of katuk leaf powder on the aortic wall thickening of Wistar rats fed atherogenic diet. This study used a completely randomized design with post-test control group design on 30 male Wistar rats. The samples were divided into 5 groups, namely control negative group (normal diet), control positive group (atherogenic diet), P1, P2, and P3 groups were given atherogenic diet with katuk leaf powder substitution 6%, 9%, and 12% respectively. Katuk leaf powder was given orally every day for 60 days through feeding. The measured parameter was the aortic wall thickness. Statistical test results showed that there was no significant difference among the groups (p> 0.05). This study concludes that the administration of katuk leaf powder had no effects on decreasing the aortic wall thickness. Thus, it is advised to increase the duration of intervention.Keyword: aortic wall thickness, katuk leaf powder, atherogenic diet 
Kadar NF- Kβ Pankreas Tikus Model Type 2 Diabetes Mellitus dengan Pemberian Tepung Susu Sapi Nugroho, Fajar Ari; Ginting, Rizka Mayang Saputri; Diana, Nur
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.489 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.02.4

Abstract

AbstrakType 2 Diabetes Mellitus dihubungkan dengan kerusakan sel pankreas yang mempengaruhi jumlah dan fungsi insulin penderitanya. NF-Kb merupakan golongan protein dalam faktor transkripsi yang diduga memiliki peran penting dalam pro-apoptosis sel pankreas. NF-Kb merupakan pemicu pro- dan anti-apotosis sel beta pankreas dengan kecenderungan pro-apoptosis lebih besar dibandingkan peran anti-apoptosisnya. Vitamin D dari susu sapi bubuk adalah vitamin dengan kemampuan menghambat aktifitas NF-Kβ, melalui proses perbaikan sensitivitas dan produksi insulin, serta peningkatan pertahanan sel pankreas. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kekuatan efek pemberian susu sapi bubuk terhadap penurunan NF-Kb pankreas tikus model type 2 diabetes. Selama 90 hari penelitian, tikus dibagi menjadi 5 kelompok, terdiri dari 2 kelompok kontrol (negative = non-diabetic rat dan positive = diabetic rat) dan 3 kelompok perlakuan (P1, P2 dan P3) dengan dosis pemberian tepung susu sapi adalah 0,9 g/hr, 1,8 g/hr dan 2,7 g/hr. Pada akhir penelitian kadar NF-Kb pankreas tikus diukur menggunakan metode Elisa. Hasil uji Mann Whitney U terhadap kadar NF-Kb kelompok perlakuan dibandingkan kontrol positif  menunjukkan tidak ditemukan perbedaan (p value = 1,000; 0,086; 0,248). Efek penurunan kadar NF-Kb yang diharapkan dari pemberian susu sapi bubuk pada keadaan diabetes tidak terbukti. Sehingga disimpulkan pemberian susu sapi bubuk tidak dapat digunakan untuk mencegah kerusakan sel pankreas melalui mekanisme penurunan NF-Kb.Kata Kunci: Type 2 Diabetes Mellitus, NF-Kβ, vitamin D, susu sapi bubuk AbstractType 2 Diabetes mellitus starts with the damage of pancreas cells and the loss of insulin sensitivity. Furthermore, it will lead to continuously progressive damage of pancreatic cells and worsening loss of insulin sensitivity. NF-Kb is discovered as protein transcription marker that is assumed to have a vital role in pancreatic cell apoptosis. NF-Kb has two different functions in apoptosis process. However, despite its anti-apoptosis function that it could protect the pancreas damage, NF-Kb tends to lead pancreas’s cells death. On the other hand, vitamin D from cow’s milk powder is known as a substance that can inhibit NF-Kb activity by improving insulin sensitivity, and it can rise the protection of pancreatic cells from death. This research aims to know the effect of cow’s milk powder vitamin D to NF-Kb rate on type 2 diabetes rat models. For 90 days, the rats were divided into 5 groups of experiment, two groups of control, (negative = non diabetic non treatment rats and positive = diabetic non treatment rats) and three groups of treatment that they were administrated cow’s milk powder with different doses (0,9 g/day, 1,8 g/day and 2,7 g/day). At the end, all groups were measured to know the rate of NF-Kb by Elisa method. The final result showed that there was no difference of NF-Kb rates between positive control and treatment groups (p value = 1,000; 0,086; 0,248). The reduction NF-Kb effect expected from cow’s milk powder administration was not proven. The conclusion was that cow’s milk powder could not be used to protect pancreatic damage by the mechanism of lowering NF-Kb rates.Keywords: type 2 diabetes mellitus, NF-Kβ, vitamin D, cow’s milk powder
Densitas Energi dan Sajian Karbohidrat Makanan Tradisional dan Modern di Kota Malang (Energy Density and Carbohydrate Serving on Traditional and Modern Food in Malang) Handayani, Dian; Azizah, Nurrika; Setiyawan, Hanifa; Rahmawati, Widya
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.604 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.01.2

Abstract

AbstrakObesitas dan diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan yang berhubungan erat dengan asupan makanan terutama energi dan karbohidrat. Tingginya prevalensi obesitas dan diabetes mellitus di Jawa Timur, terutama di Kota Malang, tidak diimbangi dengan ketersediaan informasi tentang kandungan energi dan zat gizi pada makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan densitas energi dan sajian karbohidrat pada makanan tradisional dan modern di Kota Malang. Kandungan energi dan karbohidrat dalam tiap bahan makanan dianalisis menggunakan software Nutrisurvey. Densitas energi dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan total energi pada makanan dibagi berat total makanan. Sajian karbohidrat dihitung dengan membagi total karbohidrat pada makanan dengan konstanta carbohydrate counting yaitu 15. Analisis statistik menggunakan SPSS 16 dengan independent t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa densitas energi pada makanan modern secara signifikan lebih tinggi dibanding makanan tradisional (1,87 ± 0,63 vs 1,46 ± 0,43, p=0,004). Untuk sajian karbohidrat pada makanan modern dan tradisional tidak terdapat perbedaan yang signifikan (3,53 ± 2,28 vs 4,54 ± 2,28, p=0,093). Namun, terdapat tren bahwa sajian karbohidrat makanan tradisional lebih tinggi daripada makanan modern. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berharga bagi masyarakat.Kata kunci: Densitas energi, sajian karbohidrat, carbohydrate counting, makanan tradisional, makanan modern. AbstractObesity and diabetes mellitus are health problems related to food intake, especially energy and carbohydrates. The high prevalence of obesity and diabetes mellitus in East Java, even in Malang is not properly balanced with the availability of information about the energy and nutrient on food. This study aims to determine differences of energy density and carbohydrate served in traditional and modern food in Malang. Energy and carbohydrate content in each food material was analyzed using software Nutrisurvey. Energy density is calculated using the formula of calculating the total amount of energy in food divided by the total weight of the food. Carbohydrate serving is calculated by dividing the total carbohydrate on food with carbohydrate counting constant of 15. Statistical analysis used SPSS 16 with Independent T-Test. The results of this study show that the energy density in the modern food was significantly higher than that of traditional food (1,87±0,63 vs 1,46±0,43, p=0,004). There is no significant difference on carbohydrate serving between modern and traditional food (3,53±2,28 vs 4,54±2,28, p=0,093). But, the trend of carbohydrate serving shows that the traditional food is higher than modern food. It is expected that this research finding is highly valuable for it provides the information regarding food energy density and carbohydrate content for obese and diabetic patients.Keywords: Energy density, carbohydrate serving, carbohydrate counting, traditional food, modern food
Perbedaan Kekuatan Genggam Berdasarkan Status Gizi pada Pasien DM Tipe 2 (Handgrip Strength Difference based on Nutritional Status in Type 2 Diabetic Patients) Rohimah, Banun; Sugiarto, Sugiarto; Probandari, Ari; Wiboworini, Budiyanti
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016): Suplemen "Malang Current Issues On Nutrition (MCION)"
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.308 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.Suplemen.2

Abstract

AbstrakDiabetes melitus (DM) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Kondisi malnutrisi dapat terjadi pada pasien DM. Malnutrisi menyebabkan kelainan sensorimotor dan pengecilan otot yang bervariasi pada tiap tahapannya. Penilaian penurunan kekuatan genggam disarankan sebagai metode untuk mendeteksi kekurangan gizi di bidang klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan genggam berdasarkan status gizi IMT pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel adalah 153 pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Semua sampel diukur kekuatan genggam menggunakan handgrip dynamometer dan untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan penimbangan berat badan menggunakan timbangan digital dan pengukuran tinggi badan menggunaan microtoise kemudian dimasukkan rumus IMT. Analisis yang digunakan yaitu uji t independen untuk mengetahui perbedaan nilai rerata kekuatan genggam, perhitungan koefisien korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan kekuatan genggam dengan IMT, dan model regresi linear untuk prediksi skor dari karakteristik ke variabel kekuatan genggam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 153 subjek memiliki rentang usia 38-68 tahun dengan rata-rata 56±7,13 tahun. Terdapat perbedaan kekuatan genggam berdasar jenis kelamin dan pekerjaan pada status gizi baik dan kurang, sedangkan perbedaan kekuatan genggam berdasar pendidikan hanya pada status gizi baik. Nilai kekuatan genggam antara status gizi kurang vs. status gizi baik = 22,28±9,69 kg vs. 22,98±8,27 kg (p=0,807). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kekuatan genggam antara status gizi kurang dan status gizi baik berdasarkan IMT pada pasien DM tipe 2.Kata kunci : Kekuatan genggam, IMT, DM Tipe 2 AbstractDiabetes mellitus is a major health problem. Malnutrition is common among diabetic patients. Malnutrition may cause sensory motor disorders and muscle wasting in varying degrees. Handgrip strength (HGS) asessment is recommended to detect undernutrition in clinical practice. The aim of this study was to determine the HGS in type 2 diabetic patients. This was an observational study with cross sectional design. 153 type 2 diabetes outpatients of internal medicine clinic in Dr Moewardi Hospital, Surakarta were recruited using purposive sampling technique. HGS level was measured using handgrip dynamometer. The bodyweight and height were measured using digital weight scale and microtoise, respectively. The body mass index (BMI) was determined from body weight in kilograms divided by the square of height in meters. Independent sample t test was used to determine the difference of HGS level based of BMI index; Pearson correlation coefficient  measures the correlation between HGS and BMI while linear regression models were used to predict score from characteristic to HGS variable. Overall, 153 type 2 diabetes patients aged 38-68 year-old were participated in this study. The mean level of age was 56±7,13 year-old. The difference of HGS level was found based on gender and type of jobs, both normoweight and underweight group while HGS difference based on educational level was only found in normoweight group. HGS between underweight vs. normoweight group was 22,28±9,69 vs 22,98±8,27 kgs (p=0,807). There was no significant difference of HGS in type 2 diabetic patients with underweight and normoweight status.Keywords: Handgrip Strength, BMI, Type 2 Diabetes.
Potensi “Khimelor” sebagai Tepung Komposit Tinggi Energi Tinggi Protein Berbasis Pangan Lokal (Health Potential of “Khimelor” as Composite Fluor Having Both High Energy and High Protein Level Based on Local Food) Tanuwijaya, Laksmi Karunia; Gita, Amanda Putri; Ummi, Ismi Indah; kusuma, titis sari; Ruhana, Amalia
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016): Suplemen "Malang Current Issues On Nutrition (MCION)"
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.529 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.Suplemen.8

Abstract

AbstrakPenggunaan tepung terigu sebagai bahan dasar produk makanan untuk diet tinggi energi tinggi protein masih cukup besar. Kedelai, kacang hijau, bayam merah dan daun kelor merupakan bahan pangan lokal sumber zat gizi yang potensial untuk diolah menjadi tepung komposit pengganti tepung terigu, yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai produk makanan jadi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi kedelai, kacang hijau, bayam merah dan daun kelor (KhiMeLor) terhadap mutu gizi, mutu protein dan organoleptik tepung komposit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Taraf perlakuan berupa perbedaan komposisi tepung terigu dibanding tepung komposit (kedelai, kacang hijau, bayam merah, dan daun kelor) yaitu P0 (100% : 0%); P1 (75% : 25%); P2 (50% : 50%); P3 (25% : 75%); dan P4 (0% : 100%). Kandungan karbohidrat, protein, dan lemak diuji menggunakan uji proksimat sedangkan kandungan zat besi dan beta karoten diuji dengan metode Spektrofotometri.  Mutu protein ditinjau dari asam amino pembatas dan mutu cerna protein. Mutu organoleptik diuji menggunakan hedonic scale scoring pada 20 panelis agak terlatih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P4 memiliki kandungan energi (393,80 ± 2,46 kkal/100g), protein (32,85 ± 0,52%), dan lemak (9,12 ± 0,37%), tertinggi dibanding 4 perlakuan lain dengan perbedaan yang signifikan (p&lt;0,05). Kandungan zat besi dan beta karoten tertinggi pada P3 yaitu 15,02 ± 0,80 mg/kg dan 5816,9 ± 289,1 µg/100g. Asam amino pembatas pada P4 adalah metionin dan sistein, dengan mutu cerna 88,21%. P2 memiliki tingkat kesukaan tertinggi terhadap warna dan tekstur, namun semakin banyak penambahan tepung komposit semakin rendah penerimaan panelis terhadap parameter aroma (p&lt;0,05).Kata kunci : tepung komposit, pangan lokal, KHiMeLor AbstractThe use of wheat flour as the basic ingredients of food products for high energy high protein diet is considerably high. Soybeans, mung beans, red leaf spinach and moringa leaf is local food sources of nutrients that are potential to be processed into a composite flour substituting wheat flour, which can be utilized for a variety of food products. The research was aimed to know the influence of proportion of soybeans, mung beans, red leaf spinach and moringa leaf (KhiMeLor) on the quality of nutrition, protein and organoleptik quality of composite flour. This was experimental research with a complete random design. The treatment were several composition mixtures of wheat and composite flour, consisting of soybean, mung bean, red leaf spinach and moringa leaf ) P0 (100% : 0%); P1 (75% : 25%); P2 (50% : 50%); P3 (25% : 75%); P4 (0% : 100%). The content of carbohydrate, protein and fat was analyzed using proximate analysis. The quality of protein was examined from limiting amino acid and protein digestibility score. The sensory test was used to examine the costumer acceptance on sensory parameters. Statistical analysis used One Way Anova which  showed that substitution of  soy bean, mung bean,  moringaleaf and red spinach significantly (p=0,000) increases protein level. The limiting amino acid of P0,P1 and P2 was Lysine, but P3 and P4 was methionine. Protein digestibility of composite fluor was less than P0 (96%). The result of sensory evaluation showed that there was significant difference in aroma (p=0,000) and texture (p=0,029) which decreases as there is an increase of proportion composite flour. The conclusion was different proportion of soy bean, mung bean, moringa leaf and red spinach  influences the nutrition quality and sensory evaluation of composite flour.Keyword : composite flour, local food, KHiMelor
Asupan Protein dan Kalium Berhubungan dengan Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Rawat Jalan (Protein and Potassium Intake Related to Decreased Blood Pressure in Outclinic Hypertensive Patients) Kusumastuty, Inggita; Widyani, Desty; Wahyuni, Endang Sri
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.641 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.01.3

Abstract

AbstrakHipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang prevalensinya semakin meningkat setiap tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi adalah asupan protein dan kalium. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan protein dan asupan kalium terhadap tekanan darah pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas Bareng Kota Malang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Sampel dipilih dengan cara purposive sampling sebanyak 60 orang pasien hipertensi yang ada diwilayah kerja Puskesmas Bareng dan sudah memenuhi kriteria inklusi. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman dengan variabel yang diukur yaitu asupan protein, asupan kalium, tekanan darah sistolik, dan tekanan darah diastolik. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan tekanan darah sistolik (rs= -0,407, p=0,001) dan tekanan darah diastolik (rs = -0,519, p=0,000) dengan arah korelasi negatif. Asupan kalium berhubungan dengan tekanan darah sistolik (rs= -0,518, p=0,000) dan tekanan darah diastolik (rs= -0,419, p=0,000) dengan arah korelasi negatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah asupan protein dan asupan kalium berhubungan signifikan dengan penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.Kata kunci: protein, kalium, tekanan darah, hipertensi. AbstractHypertension is one of the degenerative diseases whose prevalence experiences an increase every year. One of the factors that influence blood pressure in hypertensive patients is protein and potassium intake. The purpose of this study was to determine the relationship of protein intake and potassium intake on blood pressure in hypertensive outpatient in community health centers of Bareng Malang. The method of this study was cross – sectional study. Samples were selected by purposive sampling with 60 hypertensive patients who have already met the inclusion criteria. Statistical test used Spearman correlation test with a variable that measured protein intake, potassium intake, systolic and diastolic blood pressure. Bivariate test indicates that a protein intake was related significantly associated to systolic blood pressure (rs = -0,407, p = 0,001) and diastolic blood pressure (rs = -0,519, p = 0,000) leading to negative correlation. Potassium intake had a significant correlation to systolic blood pressure (rs = -0518, p=0,000) and diastolic blood pressure (rs= -0419, p=0.000) leading to negative correlation. It was then concluded from thisresearch that protein and potassium intake was associated with systolic and diastolic blood pressure.Keywords: protein, potassium, blood pressure, hypertension.
Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota dan Kabupaten Malang (Illustration of Nutritional Problem in the First 1000 Days of Life in Both City and District of Malang, Indonesia) Rahmawati, Widya; Wirawan, Nia Novita; Wilujeng, Catur Saptaning; Fadhilah, Eriza; Nugroho, Fajar Ari; Habibie, Intan Yusuf; Fahmi, Ilmia; Ventyaningsih, Agustiana Dwi Indiah
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016): Suplemen "Malang Current Issues On Nutrition (MCION)"
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.412 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.Suplemen.3

Abstract

AbstrakMasa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) merupakan masa terpenting dalam daur kehidupan manusia.  Status gizi pada 1000 HPK akan mempengaruhi terhadap  kualitas kesehatan, intelektual dan produktivitas pada masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gambaran status gizi pada 1000 HPK di wilayah Kota dan Kabupaten Malang. Penelitian ini menganalisis database dan laporan kegiatan survey gizi (Pre Dietetics Internship, Program Studi Ilmu Gizi-Universitas Brawijaya) di wilayah Kota dan Kabupaten Malang dalam kurun waktu Februari 2012-Februari 2016 dengan sasaran ibu hamil (n 777), ibu menyusui (n 718), bayi (n 638) dan baduta (n 554). Status gizi diukur menggunakan metode antropometri, indikator status gizi ibu hamil: IMT sebelum hamil, LILA dan peningkatan BB/minggu; ibu menyusui: IMT dan LILA; bayi dan baduta: z-score BB/PB, PB/U dan BB/U. Asupan zat gizi diperoleh melalui metode 24h recall. Pola pemberian ASI, MP ASI dan faktor yang mempengaruhi status gizi dikaji menggunakan kuesioner terstruktur. Seluruh data disajikan dalam statistik deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi masalah gizi pada subyek ibu hamil, menyusui, bayi dan baduta masih tergolong tinggi dan sedang. Sebanyak 18,9% ibu hamil kurus dan 30,3% gemuk di awal kehamilan, serta penambahan BB/minggu kurang=49,3%. Status gizi kurang pada ibu menyusui=8,4%. Kurus dan pendek termasuk kategori “masalah sedang” pada bayi dan baduta (kurus: 7,5% vs. 7,8%; pendek: 21,0% vs. 21,2%). Prosentase pemberian ASI termasuk tinggi (94,4%), namun pemberian prelakteal dan MP ASI dini tinggi (52,8% dan 66,5%), dan ASI Eksklusif rendah (28,8%). Masalah gizi di Kota dan Kabupaten Malang masih merupakan tantangan untuk diatasi.Kata Kunci: status gizi, ibu hamil, ibu menyusui, baduta, ASI Eksklusif AbstractThe first 1000 day of life is the most important period in human life. Nutritional status during this period highly influences the quality of health, cognitive and productivity in the future. This research aims to assess the nutritional status of the first 1000 days in City and District of Malang. This research analyses the database and report of nutritional survey (Pre Dietetics Internship, Nutritional Study Program University of Brawijaya) in area of City and District Malang from February 2012-February 2016. The research subjects included pregnant women (n 777), lactating mother (n 718), infant (n 638) and children under two year (n 554). Nutritional status was measured by using anthropometry method, with indicators for pregnant women: BMI pre pregnancy, MUAC and pregnancy weight gain; for lactating mother: BMI and MUAC; infant and under two year children: z-score weight-for-length, length-for-age dan weight-for-age. Nutrient intake was obtained by using 24h recall. Breastfeeding pattern, complementary feeding practice, and factors associated with nutritional status were collected by using structured questionnaire. All data was presented using descriptive statistics. Result shows that nutritional problem among pregnant women, lactating mother, infant and children under two year children was categorized into high and medium. There were 18,9% and 30,3% of pregnant women entering their pregnancy with underweight and overweight problem; and 49,3% low pregnancy weight gain. The percentage of underweight in lactating mother was  8,4%. Wasting and stunting in infant and children under two year were categorized as “medium problem” (wasting: 7,5% vs. 7,8%; stunting: 21,0% vs. 21.2%). There was 94,4% of infant receiving breastmilk. However exclussive breastfeeding practice only accounted for  28,8%, since there were 52,8% dan 66,5% of them received prelacteal and early complementary food. Nutritional problems in City and District Malang are still a challange and need to resolve.Keyword:  nutritional status, pregnant women, lactating mother, children under two year old, exclusive brestfeeding 
Karakteristik Organoleptik Formulasi Biskuit Berbasis Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata), Tepung Kacang Koro (Mucuna prurien), dan Tepung Sagu (Metroxilon sago) (The Organoleptic Characteristics of Biscuit Formulation with Curcubita moschata, Mucuna prurien, and Metroxilon sago Based Wati, Rachma; Novita, Rosi; Miko, Ampera
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016): Suplemen "Malang Current Issues On Nutrition (MCION)"
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.548 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.Suplemen.10

Abstract

 Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa prevalensi status gizi anak balita di Provinsi Aceh berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB diatas prevalensi nasional, yaitu berturut-turut 25%, 40% dan 15%. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah gizi adalah pemberian makanan tambahan pada anak balita.  Pengembangan produk biskuit dari bahan pangan lokal dapat dijadikan salah satu alternatif makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi anak balita. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik organoleptik formulasi biskuit berbasis pangan lokal dari tepung labu kuning (Cucurbita moschata), tepung kacang koro (Mucuna prurient) dan tepung sagu (Metroxilon sago). Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu kombinasi penggunaan tepung labu kuning, kacang koro dan sagu dalam formulasi biskuit. Pengujian sifat organoleptik metode hedonik merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan formulasi biskuit yang paling disukai. Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih sebanyak 30 orang. Hasil analisis sidik ragam ketiga formulasi biskuit terhadap parameter warna dan rasa biskuit menunjukkan hasil berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05), sedangkan untuk parameter aroma dan tekstur tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Berdasarkan karakteristik organoleptik, formulasi biskuit yang lebih disukai oleh panelis adalah biskuit dengan kombinasi tepung labu kuning 20 gram, tepung kacang koro 10 gram dan tepung sagu 20 gram.Kata kunci : biskuit, tepung labu kuning, tepung kacang koro, tepung sagu, organoleptik  Riskesdas (2013) shows that prevelance of children under nutrition in Aceh province based on index weight for age, height for age, and weight for height are above National prevalency, comprising 25%, 40%, and 15% respectively. One of the efforts conducted to reduce nutrition problem is the adminstration of supplementary food for children. Development of biscuit from local food can be used as supplemetary food to help the unfortunate children. This research was aimed to study the  organoleptic characteristic of biscuit formulation based on local food pumpkin flour (Cucurbita moschata), koro bean flour (mucuna prurien) and sago flour (Metroxilon sago). The research design used was one factor complete randomized design, with  the combination of pumpkin flour, koro bean and sago in biscuit combination. The quality of the biscuits was assessed organolepticaly using 30 semi trained panelists.  The result of the analysis of variance of colours and flavour paramaters showed a significant difference at  95% confident interval. The analysis of variance resulted in confident interval 95% (α=0,05), while from the smell and texture parameter it does not show a significantly different result. Based on the characteristic of organoleptics, the preferrred biscuit formulation chosen by panelists is biscuit with the combination of 20 g pumpkin flour, 10 g koro bean flour and 20 g sago flour.Keywords : biscuit, pumpkin flour, koro bean flour, sago flour, organoleptic

Page 3 of 20 | Total Record : 199