cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Indonesian Journal of Human Nutrition
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 24426636     EISSN : 23553987     DOI : https://doi.org/10.21776
Core Subject : Health,
Indonesian Journal of Human Nutrition (IJHN) merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel penelitian di bidang gizi manusia dan di terbitkan oleh Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan terbit dua kali dalam setahun (bulan Mei dan November).
Arjuna Subject : -
Articles 199 Documents
STATUS GIZI BERDASARKAN POLA MAKAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN RAJEG TANGERANG (NUTRITIONAL STATUS BASED ON PRIMARY SCHOOL STUDENT’S DIETARY INTAKE IN RAJEG DISTRICT TANGERANG CITY) Anzarkusuma, Indah Suci; Mulyani, Erry Yudhya; Jus’at, Idrus; Angkasa, Dudung
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.411 KB)

Abstract

Abstrak Penduduk yang mengkonsumsi makanan dengan nilai gizi di bawah 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) masih tinggi (40,6%) dan banyak dijumpai pada anak usia sekolah (41,2%). Prevalensi anak usia sekolah dengan status gizi kurus di provinsi Banten sebesar 9,5% lebih tinggi dari angka nasional (7,6%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi berdasarkan pola makan anak sekolah di Kecamatan Rajeg Tangerang. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi merupakan anak sekolah dasar di wilayah Kecamatan Rajeg Tangerang. Sampel berjumlah 124 anak. Analisis data dengan menggunakan pengujian statisik dengan uji t tidak berpasangan, one-way ANNOVA dan korelasi Pearson. Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (53.2%) dengan rata-rata umur 10 tahun dan berada pada kelas 4 SD (37.9%). Berdasarkan IMT/U didapatkan rata-rata nilai Z-score (-0.4±1.8). Responden yang memiliki frekuensi makan 3 kali dalam sehari sebanyak 53.2%, memiliki kebiasaan sarapan pagi sebanyak (94.4%) dan tidak memiliki kebiasaan membawa bekal makanan sebanyak (79,0%), dengan rata-rata nominal uang saku sebesar (3200±1.400) rupiah. Ada perbedaan status gizi anak berdasarkan frekuensi makan (p<0,05), tidak ada perbedaan status gizi anak berdasarkan jenis kelamin, umur,  nominal uang saku, kebiasaan sarapan pagi dan kebiasaan membawa bekal makanan (p≥0.05). Perlu dilakukan program pembinaan gizi dan pengetahuan kesehatan seperti diadakannya penyuluhan untuk siswa dan pembinaan UKS tentang pentingnya sarapan dan membawa bekal makanan, sanitasi dan makanan jajanan yang sehat Kata Kunci: Status Gizi, Pola Makan, Anak Sekolah Dasar AbstractRISKESDAS 2010 showed the prevalence of food consumption below 70% of Recommended Daily Intake (RDI) 2004 was 40.6% while among school-age children was about 41.2 %. The prevalence of underweight (Body-Mass-Index for age = BMI/A) was 7.6%; in Banten province was about 9.5%. This study aims to determine the differences of nutritional status among school aged children in relation to their dietary pattern in a primary school, District of Rajeg, Tangerang, Banten. This is a cross-sectional study. The population is a primary school children, with total respondent of 124 children. Dietary patterns and anthropometric measurements were conducted by trained junior nutritionists. Independent t-test, correlation and one-way Anova were employed to answer research questions. Most of respondent are male (53.2 %) with an average 10 years of age and in mostly in 5th grade (62.1 %). Average value of Z –score BMI/Age was (-0.4 ± 1.8). About 53.2% have 3 meals a day, 94.4 % having breakfast, and if there is no breakfast at home (79%) those students get their pocket money about 3200 ± 1400 rupiah/day. There is a difference OF nutritional status based on the frequency of meals (p< 0.05). There were no difference in nutritional status by sex, age, having breakfast at home, and no correlation with nominal allowances (p ≥ 0.05). Intensive counseling and nutrition education for school children should be given by teacher, especially information regarding the importance of breakfast or habit of bringing food or healthy snack, sanitation and personal hygiene. Keywords: Nutritional Status, Dietary Pattern, School Aged-children
SARI BUAH MARKISA UNGU MENCEGAH PENINGKATAN MDA SERUM TIKUS DENGAN DIET ATEROGENIK Kusumastuty, Inggita
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.338 KB)

Abstract

Abstrak Markisa ungu merupakan buah tropis yang mengandung antioksidan antara lain vitamin A, vitamin C, β-karoten, komponen flavonoid dan fiber. Dalam 100 ml sari buah markisa ungu terdapat 1070 µg β-karoten. Pemberian sari buah markisa diduga dapat mencegah peningkatan MDA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian sari buah markisa ungu per oral terhadap pencegahan peningkatan kadar MDA serum. Desain penelitian ini adalah Post-test Control Group yang dilakukan pada 30 ekor tikus jantan. Kelompok I adalah tikus yang diberi pakan normal (P0), kelompok II diberi diet aterogenik (P1), kelompok III diberi diet aterogenik dan sari buah markisa ungu 2,3 ml (P2), kelompok IV diberi diet aterogenik dan sari buah markisa ungu 3,3 ml (P3) dan kelompok V diberi diet aterogenik dan sari buah markisa ungu 4,2 ml (P4). Pemberian sari buah markisa ungu dilakukan secara oral melalui sonde setiap hari selama 60 hari. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah kadar MDA serum dengan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pemberian sari buah markisa ungu terhadap penghambatan  peningkatan kadar MDA serum (ANOVA, p=0.000). Uji Post Hoc Tukey menunjukkan ketiga dosis sari markisa ungu yang diberikan dapat mencegah peningkatan kadar MDA serum tikus wistar. Dosis ketiga yaitu 4,2 ml/ hari yang diberikan selama 60 hari bersamaan dengan diet aterogenik secara statistik dapat mengembalikan tikus pada kondisi normal (post hoc tuckey, p=0,115). Kata kunci : sari buah markisa ungu, kadar MDA serum, diet aterogenik   Abstract Purple passion fruit is the one of tropical fruits which is contain of antioxidans such as vitamin A, vitamin C, β-karoten, flavonoid and fiber. One hundred mililitres of purple passion fruit’s juice contain 1070 µg of β-karoten. Purple passion fruit’s juice has been predicted to  inhibit the increase of MDA. The aim of this study was to find the effects of purple passion fruit’s juice in inhibiting the increased of MDA serum level. This study was used control group post-test only design. There were 5 groups containing 30 male rats which were divided into: normal diet group (P0); atherogenic diet group (P1); atherogenic diet and 2,3 ml purple passion fruit’s juice (P2); atherogenic diet and 3,3 ml purple passion fruit’s juice (P3); and atherogenic diet and 4,2 ml purple passion fruit’s juice (P4). Purple passion fruit’s juice was given orally in 60 days. MDA serum level was measured by UV-Vis spectrophotometer instrument. The result showed a significant difference of MDA serum level among all of the purple passion fruit’s juice treatment groups (ANOVA, p = 0.000). Post hoc tuckey test showed that all of dossage of purple passion fruit’s juice can inhibit the increasing of MDA serum level. The best dossage to inhibit the increasing of MDA level was in P4 group. This dossage showed the best ability of purple passion fruit’s juice to inhibit MDA serum level through a normal condition (post hoc tuckey, p=0,115). Keywords : purple passion fruit’s juice, MDA serum level, atherogenic diet
Hambatan Kinerja Konselor Menyusui dalam Meningkatkan Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di Kota Kupang Damanik, Riris Yunita; Rahmawati, Widya; Dini, Soemar
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.189 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.01.1

Abstract

AbstrakProgram penyediaan tenaga konselor menyusui merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan pemberian ASI Eksklusif 6 bulan. Hingga 5 tahun setelah pelaksanaan program konselor menyusui, cakupan ASI eksklusif di Kota Kupang belum mencapai target standar pelayanan minimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat kinerja konselor menyusui dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Kupang. Studi Observasional Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif dilakukan di seluruh Puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Kupang. Informan penelitian ini adalah konselor ASI (n 17) dan penanggung jawab program gizi dan KIA Dinas Kesehatan Kota Kupang (n 1). Penelitian dilakukan dengan metode indepth interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan terbesar yang dimiliki konselor menyusui adalah motivasi dalam melaksanakan tugas sebagai konselor. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan dana tambahan yang belum terpenuhi dan kurangnya pengawasan terhadap kegiatan konseling menyusui. Selain itu, sarana dan prasarana yang kurang optimal juga menjadi hambatan konselor menyusui dalam menjalankan tugas konseling menyusui. Kesimpulan dari penelitian ini, pemberian motivasi, perbaikan sarana prasarana dan monitoring evaluasi secara berkala diperlukan untuk menunjang kegiatan konseling menyusui sehingga dapat membantu menyukseskan program ASI Eksklusif di wilayah Kota Kupang.Kata Kunci : ASI eksklusif, kinerja konselor menyusui, hambatan kinerja AbstrakProvision of breastfeeding counselor program is one of the government's efforts in promoting 6-month exclusive breastfeeding (EBF). About 5 years after the implementation of the breastfeeding counselor program, EBF coverage in Kupang city did not reach the minimum service of standard goal. This study aims to determine the inhibiting factors of breastfeeding counselors’ performance in increasing coverage of EBF in Kupang City. Observational study with qualitative descriptive approach was conducted in all health centers in the working area of Kupang City Health Office. Informants of this study were 17 breastfeeding counselors and one keyperson from Kupang City Health Office. The study was conducted by in-depth interview. The results showed that the biggest obstacle is breastfeeding counselor’s low motivation in carrying out duties as a counselor. This is because they need additional funding and get lack of supervision. In addition, the poor infrastructure is also an obstacle to optimize breastfeeding counselor in breastfeeding counseling duties. In conclusion,  additional motivation, infrastructure and continuing monitoring evaluation were needed to succeed EBF Program  in Kupang District. Keyword: exclusive breastfeeding, breastfed counselor performance, inhibiting factors
Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi, Lemak, Cairan, dan Status Hidrasi Mahasiswa Obesitas dan Non Obesitas Buanasita, Annas; Yanto, Andri; Sulistyowati, Indah
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.869 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.01.2

Abstract

AbstrakDehidrasi merupakan kondisi kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak daripada jumlah cairan yang masuk. Terdapat 37,3% remaja asupan cairannya kurang dari 90% kebutuhannya atau resiko dehidrasi. Dehidrasi dapat menjadi faktor resiko terjadinya obesitas pada anak dan remaja disamping asupan energi dan lemak yang berlebihan. Tujuan penelitian untuk mengetahui  perbedaan tingkat konsumsi energi, lemak dan cairan, serta status hidrasi pada mahasiswa obesitas dan non obesitas di Akademi Gizi Surabaya. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik, dimana mencoba membanding antara kelompok obesitas dan non obesitas atau case control study. Populasi dalam penelitian seluruh mahasiswa Akademi Gizi Surabaya sebanyak 170 mahasiswa baik yang obes maupun normal, dan sampel yang diambil sebanyak 31 mahasiswa obesitas (total population) dan 31 mahasiswa non obesitas (simple random sampling). Pengambilan data asupan energi,lemak dan cairan dilakukan dengan repeated recall dan status hidrasi dilakukan dengan tes urine sedangkan uji statistik yang digunakan untuk melihat perbedaan dua kelompok dengan uji Chai Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat konsumsi lemak, cairan dan  status hidrasi pada mahasiswa obesitas dan non obesitas di Akademi Gizi Surabaya. Mahasiswa yang obesitas memiliki tingkat konsumsi energi dengan kategori di atas normal yang lebih tinggi bandingkan mahasiswa non obesitas. Tingkat konsumsi lemak pada mahasiswa non obesitas dengan kategori defisit berat lebih tinggi (32.3%) dibandingkan kelompok obesitas (3.2%). Tingkat konsumsi cairan pada mahasiswa obesitas dengan kategori defisit berat lebih tinggi (64.5%) dibandingkan non obesitas (19.4%). Pada status hidrasi, mahasiswa obesitas banyak mengalami dehidrasi yaitu 21 responden (67.7%), dibandingkan mahasiswa non obesitas yaitu 6 responden (19.4%). Diharapkan mahasiswa terutama yang obesitas harus mendapatkan cukup informasitentang pola makannya terutama asupan cairan, karena ini akan mempengaruhi konsentrasi belajar. Perlu adanya penelitian lanjutan antara asupan cairan dan status hidrasi dengan status kesehatan pada mahasiswa.Kata kunci : Energi, Lemak, Cairan, Status Hidrasi, Obesitas AbstractDehydration is a condition of the body dehydrated because the amount of fluid comes out more than the amount of fluid intake. There are 37.3% of teens who drink less than 90% of requirements or had dehydration risk. Dehydration could be a risk of obesity besides excessive intake of energy and fat. The purpose of this study is to determine differences in the level of energy, fat and fluids consumption, and hydration status in obese and non-obese students in the Nutrition Academy of Surabaya. This was an analytical observational study which designed tried to find the differences between the two groups (obese and non obese group) or “case control study”. The population was Nutrition Academy of Surabaya, consisting 170 students, and the samples comprised 31 students of obese (total obese students) and 31 students non-obese (simple random sampling). Repeated Food Recall was  used to get energy, fat and fluid consumption. Urine test was used to know the hydration status. Statistical test used Chai Square Test .The results showed that there was a difference in the level of energy consumption, fat and fluids, and hydration status in obese and non-obese students in the Nutrition Academy of Surabaya. Students who are obese have higher percentage of energy consumption whose category more than normal compared to those who are non-obese. The percentage of fat consumption in non-obese students with severe deficiency was higher (90.9%) compared to those with obesity (9.1%). The percentage of fluid intake in obese students with severe deficiency level was higher (76.9%) than those of non-obese students (23.1%). In  hydration status, many obese students were dehydrated, consisting of 21 respondents (77.8%), compared to non-obese students which are 6 respondents (22.2%).  To get better health and students achievements, students have to get enough information about the advantages of fluid consumption., especially those who are obese. It is suggested that further research is conducted to see the relationship between fluids consumption and dehydration with health status of the students.Keywords: Fluids Consumption, Hydration Status, Obese and Non-Obese
Niat dan Perilaku Pemilihan Jajanan Anak Sekolah yang Mendapat Pendidikan Gizi Metode Ceramah dan TGT Maduretno, Ida Sri; Wirawan, Nia Novita; Setijowati, Nanik
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.082 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.01.3

Abstract

AbstrakSiswa sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan terhadap keracunan makanan. Metode ceramah merupakan metode sederhana dan sering digunakan dalam pendidikan gizi, tetapi responden cenderung pasif sedangkan metode Team Game Tournament (TGT) merupakan metode berbasis permainan menarik dan disukai anak SD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan niat dan perilaku pemilihan jajanan sehat pada siswa kelas 5 SDN Tumpakrejo 1 dan 2 menggunakan metode ceramah dan metode TGT. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experimental study dengan pre-test and post-test design. Jumlah sampel adalah 42 orang, yang diambil dengan cara total sampling yaitu memilih seluruh siswa kelas 5B SDN Tumpakrejo 1 sebagai kelompok TGT dan seluruh siswa kelas 5 SDN Tumpakrejo 2 sebagai kelompok ceramah. Variabel yang diteliti adalah niat, perilaku di sekolah dan rumah terkait pemilihan jajanan pada kedua kelompok berdasarkan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan niat yang signifikan pada kedua kelompok (p&lt;0,05) tetapi tidak ada perbedaan niat yang signifikan antara kedua kelompok setelah diberi pendidikan gizi. Perilaku di sekolah menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok dan juga antara kedua kelompok setelah diberi pendidikan gizi. Tidak terdapat perbedaan perilaku di rumah yang signifikan pada kedua kelompok dan juga antara kedua kelompok setelah diberi pendidikan gizi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode ceramah lebih baik dalam meningkatkan niat sedangkan TGT lebih baik dalam meningkatkan perilaku di sekolah walaupun kedua metode tersebut cukup efektif meningkatkan niat dan perilaku di sekolah. Namun kedua metode kurang efektif dalam meningkatkan perilaku jajanan di rumah.Kata Kunci: pendidikan gizi; niat; perilaku; jajanan Abstract Elementary school students is a group that is suspectible to suffer from food poisoning. Lecture is a simple method and frequently used in nutritional education, but respondent is passive when this method is used while Team Game Tournament (TGT) is an interesting playing-based method and preferred by elementary school children. The aim of this study was to determine the differences of snacking intention and behaviour of the fifth grade students in SDN Tumpakrejo 1 and 2 using lecture and TGT method. This research was a quasy experimental study with pre-test and post-test design. Forty two samples were recruited, by using total sampling, from all students in 5B at SDN Tumpakrejo 1 as TGT group and all fifth grade students at SDN Tumpakrejo 2 as lecture group. This research variables were snacking intention, behaviour in the school and home in both groups based on before-after measurements. The results showed that there was a significant improvement of intention in both groups (p&lt;0,05) but no significant difference of intention between groups after nutritional education was given. Snacking behaviour in the school had a significant difference in both groups and also between groups. But snacking behaviour in the home had no significant difference in both groups and also between groups. Based on the study finding, it was concluded that lecture improves intention more than TGT while TGT improves more snacking behaviour in the school although both methods were effective in improving snacking intention and behaviour in the school. Both were not effective in improving snacking behaviour in the home. Keywords: nutrition education, intention, behaviour, snacks
Daya Simpan Susu Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) dengan Persentase Penambahan Sari Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) Andrestian, Meilla Dwi; Hatimah, Husnul
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.379 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.01.4

Abstract

AbstrakSusu kacang hijau adalah salah satu diversifikasi pangan hasil olahan kacang hijau. Proses pembuatan susu kacang hijau dengan menggunakan teknik Ultra High Temperature (UHT) banyak dijual di pasaran. Sebagai alternatif lain agar susu kacang hijau memiliki daya simpan yang tinggi tanpa memerlukan peralatan dan biaya yang besar, maka perlu adanya penambahan bahan pengawet alami seperti jahe merah pada produk susu kacang hijau. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase penambahan sari jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) terhadap daya simpan susu kacang hijau (Phaseolus radiatus, L.). Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui daya terima (organoleptik) yang terbaik dari beberapa variasi sembilan perlakuan penambahan sari jahe merah. Setelah penelitian pendahuluan dilakukan dan diperoleh hasil perlakuan terbaik yang disukai panelis, dilanjutkan dengan penelitian utama untuk mengetahui daya simpan susu kacang hijau. Hasil dari penelitian pendahuluan didapat tiga perlakuan yang disukai panelis yaitu P3 (0,75%), P5 (1,25%) dan P6 (1,5%). Tiga perlakuan tersebut kemudian diujikan daya simpannya pada penelitian utama. Didapatkan hasil bahwa Q0 (perlakuan kontrol) dapat bertahan selama 0 hari, perlakuan Q1 dengan penambahan sari jahe merah 0,75% dan Q2 (1,25%) memiliki daya simpan selama 1 hari dan Q3 (1,5%) merupakan perlakuan yang terbaik yang memiliki daya simpan terlama yaitu selama 2 hari. Semakin banyak penambahan sari jahe merah, maka semakin lama daya simpan susu kacang hijau. Susu kacang hijau terbaik yang disukai dan memiliki daya simpan yang lama adalah dengan penambahan sari jahe merah sebanyak 1,5%.Kata kunci : Susu Kacang Hijau, Daya Simpan, Jahe MerahAbstrakMung bean milk is one of the diversification of processed mung beans. The process of making mung bean milk using Ultra High Temperature (UHT) is abundantly sold in the market. As another alternative to have a high shelf life, it needs the addition of natural preservatives such as red ginger. In general, this research aim was to determine the effect of addition of the percentage of red ginger extract (Zingiber officinale var. Rubrum) on storability of green beans milk (Phaseolus radiatus L.). This research consisted of two phases, preliminary research and main research. The former stage was conducted to determine the best acceptability of nine treatment variations of red ginger extract addition. After preliminary research was made and it obtained the best results preferred by panelist, it was then followed by main research to determine the storability of green beans milk. From preliminary research, theres were three treatment preferred by panelists, namely P3 (0.75%), P5 (1.25%) and P6 (1.5%). After that, those  treatments were tested for their storability in main research. From main research it showed that Q0 (control treatment) can last for 0 day, Q1 treatment with the addition of red ginger extract 0,75% and Q2 (1.25%) having storability for 1 day and Q3 (1.5%) having the best treatment that had the longest storability (for 2 days). The more addition of red ginger extract, the longer storability of green beans milk. The best favored and longest storability of green beans milk was one added with red ginger extract of 1.5%.Keywords: Green Bean Milk, Storability, Red ginger
Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Trigliserida dan Kadar Glukosa Darah pada Vegetarian Siahaan, Ginta; Nainggolan, Effendi; Lestrina, Dini
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.371 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.01.5

Abstract

AbstrakSaat ini semakin berkembangnya penduduk di dunia dan Indonesia yang menjadi vegetarian, dimana hasil survey yang dilakukan oleh American Dietetic Association (ADA) menunjukkan jumlah vegetarian pada tahun 2006, sekitar 4,9 juta (2,3%) penduduk dewasa di Amerika menjadi vegetarian dan sekitar 1,4 % menjadi vegetarian vegan sedangkan di Kanada sekitar 900 orang penduduk dewasanya menjadi vegetarian. Jumlah vegetarian di Indonesia yang terdaftar pada Indonesia Vegetarian Society (IVS) saat berdiri pada tahun 1998 sekitar 5.000 anggota dan meningkat menjadi 60.000 anggota pada tahun 2000.  Sedangkan jumlah IVS di kota Medan pada tahun 2013 sebanyak 2000 orang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 49 orang penganut vegetarian di Maha Vihara Maitreya pada tanggal 26 Oktober 2013, terdapat sekitar 32% mempunyai kadar kolesterol darah diatas normal. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan energi, karbohidrat dan serat dengan  kadar trigliserida dan glukosa darah (KGD)  pada komunitas vegetarian IVS di Maha Vihara Maitreya Cemara Asri Medan tahun 2014. Metode Penelitian ini bersifat Observasional dengan desain cross sectional. Penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, sedangkan untuk menganalisis data dilakukan uji Korelasi Pearson. Dengan mengambil kesimpulan, jika p<0,05 maka Ho ditolak dan jika p>0,05 maka Ho diterima. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara asupan energi, karbohidrat dan serat dengan  kadar trigliserida dan glukosa darah (KGD) sampel komunitas vegetarian, dimana hubungan tersebut memiliki keeratan pada tingkat sedang dan kuat. Untuk itu perlu disarankan agar penganut vegetarian tetap menjaga keseimbangan komsumsi antara energi, KH, dan serat.Kata kunci : Asupan zat gizi, KGD, Trigliserida Darah, Vegetarian AbstrakCurrently, there has been a growing number of people in the world and in Indonesia that becomes vegetarian, where the survey conducted by American Dietetic Asscociation (ADA) shows the number of vegetarians in 2006 is around 4,9 billion (2,3%) adult in American becoming vegetarian and  1,4 % becoming vegan vegetarian while in Canada, 900 adult population becomes vegetarian. The number of Vegetarians in Indonesia which is  listed in IVS that was established in 1998  was around 5000 members and increased to 6000 members in 2000 while the number of IVSs in Medan city in 2013 was 2000 people.For the first/preliminary study done by researcher of 49 vegetarians in Maha Vihara Maitreya 26 October 2013, there was 32% of vegetarians having blood cholesterol levels more than normal. The purpose of the research was to know the relationship between energy intake, carbohydrate and fiber with triglycerides and blood glucose levels on vegetarian. This study was an observational method and used cross sectional design. Sample collected used purposive sampling method, while to analyze the data,  Pearson correlation was used. The Conclusion is if p<0,05, then H0 is rejected, and p>0,05 H0 is then accepted. The results showed the correlation between energy intake of carbohydrates and fiber with triglycerides and blood glucose level sample of vegetarian community, where the relation has a closeness to moderate and strong level. For it is suggested that vegetarians need to keep a balance between energy consumption, carbohydrate and fiber.Key word : nutrition intake, blood sugar levels, blood triglycerides levels, vegetarian
Status Gizi sebagai Prediktor Kualitas Hidup Pasien Kanker Kepala dan Leher Kurniasari, Fuadiyah Nila; Surono, Agus; Pangastuti, Retno
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.669 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.01.6

Abstract

AbstrakPrevalensi kanker kepala leher (KKL) di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 4,7 per 100.000 penduduk. Pasien kanker berisiko tinggi terhadap gizi kurang, dimana status gizi berpengaruh terhadap kualitas hidup dan perasaan nyaman pada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai indikator status gizi yang dapat digunakan untuk memprediksi kualitas hidup pasien KKL. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan potong lintang yang dilakukan di RS Saiful Anwar Malang selama bulan Nopember 2010 – Januari 2011. Subjek yang diteliti adalah pasien KKL yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 45 subjek. Status gizi ditentukan melalui 3 metode, yaitu indeks massa tubuh (IMT), Subjective Global Assessment (SGA), dan asupan makanan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan pemeriksaan. Analisis bivariat menggunakan Chi Square dan multivariat menggunakan regresi linier ganda. Terdapat hubungan yang signifikan antara SGA kategori A (β1=30,631; p=0,001), asupan protein (β2=0,344; p=0,009), IMT (β3=-1,533; p=0,028), dan SGA kategori B (β4=13,353; p=0,039) dengan kualitas hidup pasien KKL dengan konstanta multivariat sebesar 47,086. Asupan energi terwakili oleh asupan protein, dimana hubungan keduanya adalah sinergis. Tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin A dengan kualitas hidup (β5=0,000; p=0,907). Sehingga status gizi dapat digunakan sebagai prediktor untuk menentukan skor kualitas hidup pasien KKL yaitu dengan formula: kualitas hidup pasien KKL = 47,1 + 30,6 (jika SGA A) + 0,3 (asupan protein (g)) – 1,5 (IMT (kg/m2)) + 13,3 (jika SGA B).  Status gizi yang dinilai dengan IMT, asupan protein, dan SGA dapat digunakan untuk memprediksi besarnya skor kualitas hidup pasien KKL, dimana SGA merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan kualitas hidup pasien KKL.Kata Kunci: indeks massa tubuh, asupan energi, protein, vitamin A, subjective global assessment (SGA), kualitas hidup, kanker kepala dan leher AbstrakIn Indonesia cancer is the seventh cause of mortality. The prevalence of the Head and Neck Cancer (HNC) in Indonesia is high (4,7/100.000). Cancer patients have high risk for weight loss and malnutrition, where nutritional status affects quality of life and comfortable feeling in cancer patients. Determining the nutritional status indicators can be used to predict the quality of life of patients with head and neck cancer. The study was observational with cross sectional design in Saiful Anwar Hospital, Malang in November 2010 – January 2011. Subjects were HNC patients that met inclusion criteria (n=45). Nutritional status was determined with 3 methods, which are body mass index (BMI), subjective global assessment (SGA), and dietary intake assessment. Interview, weight and height measurement and physical examination were held to collect data. Chi square and linier regression analysis were used to get data analysis. There was a significant correlation between SGA of category A (β1=30,631; p=0.001), intake of protein (β2=0,344; p=0.009), body mass index (β3=-1,533; p=0.028), and SGA of category B (β4=13,353; p=0.039) with quality of life of head and neck in cancer patients. Intake of energy was represented from intake of protein whereby both were mutually supportive. There was no correlation between intake of vitamin A and quality of life (β5=0,000; p=0.907).The nutritional status can be used as a predictor for determining the quality of life scores of head and neck cancer patients, with the formula is: quality of life of HNC patients =47.1+30.6(if SGAA) +0.3(protein intake (g)) -1.5(BMI (kg/m2)) +13.3(if SGAB). Nutritional status was assessed by BMI, intake of protein, and SGA can be used to predict the quality of life scores in head and neck of cancer patients, where SGA is the most influential factor in determining the quality of life of patients with head and neck cancer. Keywords: body mass index, intake of energy, protein, vitamin A, subjective global assessment, quality of life, head and neck cancer
Peningkatan Kadar Kalsium dengan Penambahan Tepung Wijen pada Cake Ampas Tahu Wani, Yudi Arimba; Farina, Amelia; Wahyuni, Endang Sri
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.088 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.02.5

Abstract

AbstrakTiga puluh persen lebih anak di Indonesia memiliki rata-rata konsumsi energi dan protein di bawah 70% Angka Kecukupan Gizi (AKG). Selain itu, asupan kalsium anak usia sekolah masih rendah yaitu 246,5 mg dari 1000 mg per hari. Maka, diperlukan upaya perbaikan dengan pembuatan produk pangan yang difortifikasi bahan makanan tinggi kalsium. Salah satu bahan makanan tinggi kalsium yang mudah didapatkan di Indonesia adalah wijen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kadar kalsium dan mutu organoleptik cake ampas tahu dengan penambahan tepung wijen. Penelitian ini merupakan True Experimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang dilakukan dengan 4 perlakuan dan 6 replikasi. Perlakuan yang diterapkan berdasarkan proporsi penambahan tepung wijen, yaitu P0 (tanpa penambahan), P1 (penambahan 30 g), P2 (penambahan 40 g), P3 (penambahan 50 g). Kadar kalsium cake diukur dengan metode spectrophotometri. Pengujian mutu organoleptik cake menggunakan Hedonic Scale Test, dengan 50 orang panelis dari siswa kelas 5 Sekolah Dasar, untuk melihat atribut rasa, aroma, warna, dan tekstur. Penelitian ini membuktikan perbedaan signifikan kadar kalsium pada semua perlakuan (p < 0,001), disertai tren peningkatan kadar kalsium seiring penambahan konsentrasi tepung wijen. Hasil uji mutu organoleptik menunjukkan perbedaan signifikan tingkat kesukaan pada variabel rasa, aroma, dan tekstur cake ampas tahu dengan penambahan tepung wijen (p < 0,05), namun tidak pada variabel warna (p > 0,05). Produk yang paling disukai adalah P2 berkadar kalsium 415,54 mg, memenuhi 41,5% AKG/100 g. Sehingga, penambahan tepung wijen pada cake ampas tahu memberikan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kadar kalsium dan mutu organoleptik (rasa, aroma, tekstur) cake ampas tahu.Kata kunci: kalsium, cake ampas tahu, tepung wijen, mutu organoleptik  AbstractMore than one third of Indonesian children lacked their intake of energy and protein which is less than 70% of nutritional adequacy level. Besides, they have low calcium intake which accounts for 246,5 mg of 1000 mg daily. Thus, it’s necessary to make a product which is fortified by calcium rich foods. Sesame is one of them that is easily obtained in Indonesia. This study aimed to find out the difference of increased level of calcium content and organoleptic qualities of product. this study was conducted using true experimental design with completely randomized design which was done in 4 groups and 6 repetition. The groups were distinguished based on the proportion of sesame flour addition: P0 (0 g), P1 (30 g), P2 (40 g), P3 (50 g). Calcium content was determined by spectrophotometry method. Organoleptic qualities was determined using Hedonic Scale Test in 50 panelists of the fifth grade elementary school children to assess their experiences of sensory attributes of products as taste, aroma, colour, and texture. This study showed the addition of sesame flour to cake with tofu waste had a significant difference on the calcium level (p<0,001) and underwent an increasing trend with the rise of calsium level. This study also found out significant differences for organoleptic quality especially on taste, aroma, and texture (p<0,05) but not in its colour (p>0,05). The most preferred product of this study was P2 that contained 415,54 mg of calcium and met 41,5% of nutritional adequacy rate per 100 g of cake. Finally, the addition of sesame flour on cake with tofu waste had a significant difference to the rise of calcium level and organoleptic qualities (taste, aroma, and texture).Key words: calcium, cake with tofu waste, sesame flour, organoleptic qualities
Pemberian Tepung Daun Kelor terhadap Kadar Transferin Darah Tikus Putih Model KEP Sulistyowati, Etik; Julia, Arlik Rio; Mudita, Dhaniar
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.283 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2015.002.02.6

Abstract

AbstrakKurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang merupakan faktor utama (60%) penyebab kematian anak di bawah lima tahun (balita) di daerah tropis dan subtropis. KEP disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi dan protein. Pada kondisi KEP konsentrasi transferin darah berkurang dan kadar Fe bebas di dalam plasma meningkat sehingga memicu produksi radikal bebas yang bersifat toksik dan menimbulkan kematian. Daun kelor memiliki kandungan zat besi dan protein tinggi yang memiliki potensi terapi suplementasi untuk anak-anak KEP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pem­berian tepung daun kelor varietas Nusa Tenggara Timur terhadap kadar transferin darah tikus putih model KEP. Desain penelitian yang digunakan adalah Post Test Only Control Group. Penelitian dilakukan selama 93 hari dengan menggunakan 6 kelompok, yaitu K(-) (diet normal), K(+) (diet non protein dilanjutkan diet normal), P1, P2, P3, dan P4 (diet non protein dilanjutkan diet normal + tepung daun kelor 180 mg, 360 mg, 720 mg, 1440 mg). Variabel yang diukur adalah kadar transferin darah dengan menggunakan metode ELISAkelor 1440epung daun kelor non protein),iberi diet non protein.. Analisis data menggunakan Oneway ANOVA dilanjutkan dengan Post Hoc Duncan. Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung daun kelor varietas NTT per oral sebesar 360 mg (P2) pada diet normal tikus yang KEP memberikan pengaruh terbaik bagi kadar transferin darah tikus (0,23 ± 0,17 g/dl) sebab mendekati kadar transferin darah kelompok tikus non KEP/ kontrol negatif (0,22 ± 0,01 g/dl) (p= 0,000). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji toksisitas dan formulasi enteral tepung daun kelor varietas NTT pada hewan coba sehingga bisa menjadi pertimbangan alternatif makanan tambahan untuk penanganan anak dibawah lima tahun dengan KEP.Kata kunci: tepung daun kelor, kadar transferin darah, diet non protein  AbstractProtein Energy Malnutrition (PEM) is a major factor of child mortality under five years old in the tropics and subtropics. PEM results from lack of food sources of energy and protein. in PEM conditions, serum transferrin concentration decreases, resulting in increased free Fe in the plasma. This circumstance leads to increased production of free radicals that are toxic and cause death. Moringa leaves contain iron and high protein that have therapeutic supplements potential for PEM children. The purpose of this study is to determine the effect of Nusa Tenggara Timur (NTT)’s varieties of moringa leaf powder on serum transferrin in white rats fed non-protein diet. The study design used was the post-test only control group. Research was conducted over 93 days using six groups: K (-) (normal diet), K (+) (non-protein diet, followed by normal diet), P1, P2, P3, and P4 (non protein diet, followed by normal diet + moringa leaf powder 180 mg, 360 mg, 720 mg, dan 1440 mg). The variables measured were serum transferrin levels by using ELISA. Data analysis used Oneway ANOVA followed by Post-Hoc Duncan. Results showed the addition of NTT varieties of moringa leaf powder orally at 360 mg (P2) on the normal diet gives the best effect for rat serum transferrin levels (0,23 ± 0,17 g/dl) approaching non-PEM groups of rats/ negative control (0,22±0,01 g/dl) (p=0,000). Further research needs conducting on the toxicity test and enteral formulations of Moringa leaf powder NTT varieties in experimental animals that could be considered an alternative supplementary food for child under five years old with PEM.Keywords: moringa leaf powder, serum transferrin level, non-protein diet.

Page 2 of 20 | Total Record : 199