Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH KETEBALAN IRISAN CHIPS SINGKONG DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA TEPUNG MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) Sohib Assalam; Novian Wely Asmoro; A. Intan Niken Tari; Sri Hartati
AGRISAINTIFIKA: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol 3, No 1 (2019): Agrisaintifika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/ags.v3i1.554

Abstract

Modified cassava flour or mocaf is cassava flour which has been modified using the principle of lactic acid bacteria fermentation. One factor that needs to be observed is the fermentation process which will affect the quality of the mocaf flour produced. This study aims to determine the effect of cassava chip slice thickness and fermentation time in the process of making mocaf flour on physico-chemical quality of mocaf flour. The research method used Factorial RAL with 2 treatment variables, namely the thickness of cassava chips slices (0.5 cm, 1 cm, 1.5 cm) and fermentation time (24 hours and 48 hours), resulting in 6 treatment combinations and repeated 3 replications , so there are 18 experimental units. The data obtained was processed by Analysis of Variance (ANOVA) using SPSS 22 software. If the ANOVA test results stated that the samples tested were significantly different, then DMRT (Duncan Multiple Range Test) was carried out at the 0.05 confidence level. Based on statistical analysis shows that there is no interaction between the thickness treatment of cassava chips and the length of fermentation. Meanwhile, the slice thickness had a significant effect (P˂0.05) on water content and swelling power of mocaf flour, but did not significantly influence (P0.05) on the solubility index in mocaf flour water. The duration of fermentation had a significant effect (P˂0.05) on moisture content and swelling power of mocaf flour, but had no significant effect (P˃0.05) on the solubility index in mocaf flour water. The yield of mocaf flour obtained ranged from 30.47% - 32.98% with the lowest moisture content of 10.31%. The average swelling power of mocaf flour is 12.24 g / g and the average water solubility index is 5.29%.Keywords: Chips, Thickness, Fermentation Time, Mocaf Flour
Pendugaan Umur Simpan Sirup Buah Semu Jambu Mete (Anacardium occidentale, L) dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) Afriyanti Afriyanti; Novian Wely Asmoro
AGRISAINTIFIKA: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol 1, No 2 (2017): Agrisaintifika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/ags.v1i2.42

Abstract

Sirup buah semu jambu mete merupakan salah satu alternatif pengolahan buah semu jambu mete yang selama ini masih belum dimanfaatkan secara optimal.  Umur simpan dari sirup ini belum diketahui dengan jelas sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa lama umur simpan produk sirup buah semu jambu mete yang selama ini diproduksi oleh produsen sirup dengan metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT).  Pembuatan sirup dalam penelitian ini mengikuti prosedur yang biasa dilakukan oleh masyarakat.  Sirup dikemas dalam botol-botol dengan volume 150 ml kemudian disimpan pada suhu 50C, 270C, dan 500C.  Analisis dilakukan setiap 7 hari sekali terhadap warna, pH, dan total koloni.  Hasil penelitian menunjukkan umur simpan sirup buah jambu mete berdasarkan parameter perubahan jumlah koloni mikrobia adalah 48 hari.
KARAKTERISTIK SIFAT KIMIAWI DAN ORGANOLEPTIK FRUIT LEATHER DENGAN VARIASI PERBANDINGAN PEPAYA (Carica papaya L.) DAN DAUN KELOR (Moringa oleifera L.) Atik Puji Lestari; Agustina Intan Niken Tari; Novian Wely Asmoro
AGRISAINTIFIKA: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol 4, No 2 (2020): Agrisaintifika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/ags.v4i2.702

Abstract

ABSTRAKFruit leather adalah suatu produk olahan buah yang dikonsumsi sebagai kudapan (snack food). Fruit leather terbuat dari satu jenis atau campuran beberapa macam buah yang dihancurkan dan dikeringkan menjadi lembaran tipis. Pada penelitian ini dipilih buah pepaya dan daun kelor sebagai bahan baku pembuatan fruit leather. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui formulasi fruit leather buah pepaya dan daun kelor yang baik, karakteristik kimia dan sifat organoleptik. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktor yang terdiri dari 5 variasi formula, setiap perlakuan diulang 3 kali dan 2 ulangan analisis atau duplo, sehingga diperoleh 30 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variasi fruit leather pepaya dan tepung daun kelor berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar abu, vitamin C, aktioksidan, organoleptik rasa dan overall tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap organoleptik aroma. Pemilihan formulasi terbaik fruit leather pepaya dan tepung daun kelor didapatkan pada perlakuan F1 (99 gr pepaya + 1 gr tepung daun kelor) dengan kadar air sebesar 18,72 %, kadar abu sebesar 2,43 %, vitamin C sebesar 0,28 mg/gr, antioksidan sebesar 20,07 %, organoleptik rasa sebesar 3,23 %; aroma sebesar 2,57 % dan overall sebesar 3,27 %.Kata kunci : Daun kelor, Fruit leather, Pepaya, Sifat kimia, Sifat Organoleptik  
VARIASI PENAMBAHAN SERBUK DAUN KELOR (Moringa Oleifera) TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIAWI FRUIT LEATHER NANAS (Ananas Comosus (L.)Merr.) Rahmat Budi Purnomo; Agustina Intan Niken Tari; Novian Wely Asmoro
AGRISAINTIFIKA: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol 4, No 1 (2020): Agrisaintifika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/ags.v4i1.845

Abstract

Fruit leather merupakan produk manisan buah kering yang berbentuk lembaran dan dapat digulung yang dapat dikonsumsi secara langsung. Salah satu buah yang dapat digunakan adalah buah nanas. Fruit leather dapat dipadukan dengan sayur-sayuran seperti daun kelor yang terdapat meningkatkan kandungan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan formulasi terbaik penambahan serbuk daun kelor terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin Cdan aktivitas antioksidan. Parameter penelitian meliputi kadar air (thermogravimetri), kadar abu (tanur), kadar vitamin C (metode titrasi), dan aktifitas antioksidan (metode DPPH). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor perlakuan yaitu penambahan serbuk daun kelor yaitu A = variasi penambahan serbuk daun kelor 0%, B = variasi penambahan serbuk daun kelor 2,5%, C = variasi penambahan serbuk daun kelor 5%, dan D = variasi penambahan serbuk daun kelor 7,5%, setiap perlakuan diulang 4 kali dan di duplo. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode Anova dan apabila terdapat beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf signifikansi 5% dan ditentukan perlakuan terbaiknya dengan uji pembobotan (De Garmo). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variasii penambahan serbuk daun kelor berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, dan aktivitas antioksidan fruit leather nanas. Perlakuan terbaik pada penelitian ini yaitu perlakuan D (variasii penambahan serbuk daun kelor 7,5%) dengan nilai kadar air sebesar 19,15%, kadar abu 4,36%, kadar vitamin C 0,50 mg/100gr dan aktivitas antioksidan 71,78% dengan total nilai uji pembobotan 0,6961.Kata kunci: Daun Kelor, Fruit Leather, Nanas, Sifat Kimiawi.
Karakteristik Biskuit Tersubstitusi Tepung Millet (Setaria italica L.) Retno Widyastuti; Afriyanti Afriyanti; Novian Wely Asmoro; Aninda Nurul Aini
AGRISAINTIFIKA: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol 3, No 2 (2019): Agrisaintifika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/ags.v3i2.544

Abstract

Salah satu jenis serealia non-beras yang berpotensi dikembangkan sebagai pendukung ketahanan pangan nasional adalah millet. Biji millet mengandung karbohidrat mirip dengan beras dan memiliki kadar protein dan lemak lebih tinggi, millet juga mengandung komponen bioaktif yang bersifat antioksidan. Pemanfaatan millet masih sangat terbatas, salah satu alternatif pemanfaatannya dapat dilakukan pembuatan biskuit. Usaha ini belum pernah dilakukan sebelumnya, penelitian mengenai millet terbatas pada sifat fisikokimia tepung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa formulasi substitusi tepung millet pada pembuatan biskuit terbaik berdasarkan karakter kimia dan sifat organoleptik. Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor yaitu proporsi tepung millet : tepung terigu (40:60); (50:50) dan (60:40). Sifat organoleptik diuji berdasarkan warna, aroma, tekstur, rasa dan tingkat kesukaan keseluruhan sedangkan karakteristik kimia biskuit millet dianalisis berdasarkan kadar air dan asam lemak bebas. Hasil menunjukan bahwa tepung millet dapat digunakan sebagai bahan substitusi tepung terigu dalam pembuatan biscuit. Standar mutu kadar air dan asam lemak bebas berdasarkan SNI 2973-2011 adalah maksimal 5% dan maksimal 1%. Kadar air biskuit tersubstutisi tepung millet berkisar antara 1,95-3,95% sedangkan kadar asam lemak bebas berkisar 0,043-0,063%. Formulasi biskuit tersubstitusi yang paling disukai adalah penambahan 40% tepung millet berdasarkan rasa, aroma, warna dan tekstur biskuit.Kata kunci : biskuit, formulasi, millet, substitusi
IbM Diversifikasi Pangan “Pemanfaatan Pangan Lokal” bagi Siswa SMK N 2 Sukoharjo Afriyanti Afriyanti; Sri Hartati; Catur Budi Handayani; Novian Wely Asmoro; Febbi Nurahmawati
IJECS: Indonesian Journal of Empowerment and Community Services Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/ijecs.v1i1.777

Abstract

Nasi beras masih menjadi makanan pokok favorit untuk masyarakat Indonesia.  Jika belum mengkonsumsi nasi serasa belum makan.  Salah satu program yang dicetuskan oleh pemerintah untuk mengubah pola pikir tersebut adalah dengan adanya program diversifikasi pangan yaitu pola penganekaragaman konsumsi pangan.  SMK Negeri 2 Sukoharjo merupakan salah satu sekolah kejuruan yang memiliki jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP).  Jurusan ini sangat berkaitan dengan program diversifikasi pangan sebagai salah satu cara meningkatkan ketahanan pangan.  Oleh karena itu, siswa di jurusan ini perlu dibekali dengan pemahaman dan keterampilan tentang diversifikasi pangan pemanfaatan pangan lokal, terutama Kabupaten Sukoharjo.  Metode kegiatan yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :  pertama, penyuluhan dan pemberian materi terkait diversifikasi pangan dan pengolahan pangan lokal; kedua, pelatihan dan praktek pembuatan tepung mocaf; ketiga, evaluasi kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang telah dilakukan melalui pembandingan hasil pretest dan postest. Apabila terjadi peningkatan pemahaman peserta, yaitu peningkatan nilai menjadi ≥ 70  maka kegiatan ini dikatakan berhasil. Hasil menunjukkan nilai rata-rata pretest 60 dan nilai akhir postest 85,5.  Hal ini menunjukkan program ini berhasil karena mengalami peningkatan nilai > 70.
INTRODUKSI MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) SEBAGAI PENDUKUNG DIVERSIFIKASI DAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT DAWIS 1 RT 03/24 JEBRES Novian Wely Asmoro; Sri Hartati; Catur Budi Handayani
Dharmakarya Vol 10, No 4 (2021): Desember, 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v10i4.35495

Abstract

Pemahaman dan kepedulian masyarakat terkait diversifikasi pangan sangat penting dan memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan masyarakat khususnya keluarga dalam lingkup kecil, terlebih lagi pada kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini. Dasawisma 1 (Dawis 1) RT 03/24 Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Surakarta merupakan lingkup organisasi kecil tingkat RT yang menjadi mitra kegiatan pengabdian masyarakat. Tujuan kegiatan pengabdian adalah pengenalan tepung Mocaf sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai diversifikasi dan ketahanan pangan. Metode kegiatan yang dilakukan melalui empat tahap antara lain: (1). sosialisasi diversifikasi pangan dan ketahanan pangan; (2). penyuluhan dan pemberian materi tepung Mocaf dan olahannya; (3). introduksi praktek mandiri olahan produk mocaf; (4). evaluasi kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang telah dilakukan melalui pembandingan hasil pretest dan postest. Kegiatan dinyatakan berhasil apabila terjadi peningkatan pemahaman peserta sebesar >75%. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat telah berjalan dengan baik dan diikuti 80% mitra yang menjadi sasaran. Berdasarkan evaluasi hasil kegiatan menunjukan adanya peningkatan pengetahuan bagi masyarakat mitra yaitu rata-rata peningkatan pemahanan sebesar 77,5%.
Chemical Quality of Chicken Bone Waste Gelatin Extracted using Chloride Acid Ludfia Windyasmara; Ambar Pertiwiningrum; Novian Wely Asmoro; Afriyanti Afriyanti
Buletin Peternakan Vol 42, No 4 (2018): BULETIN PETERNAKAN VOL. 42 (4) NOVEMBER 2018
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v42i4.29104

Abstract

This study aims to isolate and extract the chicken bone gelatin through hydrolysis process and was analyzed chemically the extracted gelatin product. Research activities included several stages: (1) chicken bone waste preparation (2) ossein extraction (3) gelatin production (4) gelatin chemical analysis. The extraction time was 60 minutes with 5 treatment levels of HCl concentration ie K1 = 2%, K2 = 3%, K3 = 4%, K4 = 5% and K5 = 6%. Each treatment was repeated three times. Gelatin analysis consists of water content, ash content, protein content, pH value, viscosity, and gel strength. The highest water content was 15,76% at 2% HCl concentration, the highest ash content was 44,40% at 2% HCl concentration, and the highest protein content was 23,23% at 3% HCl concentration. The highest pH value was 4.14 produced by gelatin at 2% HCl concentration, viscosity was 5,13 cP and gel strength of 252,43, the best bloom was produced by gelatin at 6% concentration level. The conclusion of this research is the best quality of gelatin is obtained by using chicken bones and the use of chloride acid for 24 hours and 6% HCl concentration level.
IbM PENGOLAHAN JAGUNG IBU-IBU PKK DESA TAMBAKMERANG GIRIMARTO WONOGIRI Afriyanti -; Novian Wely Asmoro; Salman Faris Insani
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2017: Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (548.833 KB)

Abstract

Jagung merupakan komoditas pertanian yang banyak ditanam di Desa Tambakmerang. Hasil panen jagung yang melimpah saat panen raya menyebabkan harga jual jagung menurun. Kondisi tersebut mendorong tim Pengabdian pada Masyarakat melaksanakan program IbM pengolahan jagung kepada mitra Anggota PKK Desa Tambakmerang, Girimarto Kabupaten Wonogiri. Pemahaman pengetahuan dan teknologi pasca panen jagung pada petani di Desa Tambakmerang Kecamatan Girimarto Wonogiri perlu ditingkatkan melalui penyuluhan dan pelatihan pasca panen jagung serta produk olahannya untuk mendapatkan nilai tambah bagi komoditas jagung. Metode kegiatan yang dilakukan melalu beberapa tahap yaitu : pertama, sosialisasi dan inventarisasi potensi jagung; kedua : penyuluhan dan pemberian materi terkait pasca panen jagung; ketiga, pelatihan dan praktek produkolahan jagung; keempat, evaluasi kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang telah dilakukan melalui pembandingan hasil pretest dan posttest, keberhasilan penyuluhan dan pelatihan apabila skor nilai lebih dari 75 atau terjadi peningkatan nilai pretest dan postest ¬>15%.. Hasil kegiatan pengabdian yang telah dilaksanakan mampu meningkatkan pemahaman mitra terkait pengelolaan pengolahan jagung menjadi produk tortilla chips, dengan indikator peningkatan skor nilai pretest dan posttest mencapai 19%. Telah dihasilkan pula produk tortilla chips yang siap jual. Keywords: Jagung, Pascapanen, Penyuluhan, Pelatihan, Produk
PENGARUH BLANCHING NATRIUM METABISULFIT (Na2 S2 O5 ) TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK MANISAN KERING BUAH SEMU JAMBU METE (ANACARDIUM OCCIDENTALE L) Novian Wely Asmoro
Jurnal Ilmiah Teknosains Vol 3, No 1/ Mei (2017): JiTek
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.399 KB) | DOI: 10.26877/jitek.v3i1/ Mei.1386

Abstract

Buah semu jambu mete merupakan salah satu hasil samping dari pengolahan  kacang  mete. Tujuan penelitian ini adalah untukmempelajari pengaruh konsentrasi Na-Metabisulfit (Na2S2O5) dan lama waktu blanching pada proses pembuatan manisan kering buah jambu mete terhadap sifat fisik dan organoleptik. Metode penelitian diawali dengan proses blanching Na2S2O5, perendaman dengan larutan gula, dan pengeringan. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap dengan dua faktor perlakuan dan dua ulangan. Lama waktu (T) dengan 3 taraf perlakuan, yaitu: T1= 5 menit, T2= 10 menit, T3= 15 menit dan Konsentrasi Na2S2O5 (K) dengan 4 taraf perlakuan yaitu K1= 0% (kontrol), K2= 0,05%, K3=0,1% dan K4= 0,15%. Masing-masing perlakuan diulang dua kali. Sehingga diperoleh unit percobaan  3x4x2 = 24 unit percobaan. Analisis produk meliputi pengukuran kadar air, tekstur dan uji organoleptik terhadap (aroma, rasa, warna, tekstur, dan keseluruhan). Hasil analisis Kadar air pada produk manisan rata-rata sebesar 11%. Semakin lama waktu blanching menyebabkan nilai tekstur manisan kering jambu mete semakin keras. Semakin tinggi konsentrasi Na-Metabisulfit yang ditambahkan pada blanching menyebabkan nilai tekstur semakin lunak. Perlakuan blanching selama 10 dan 15 menit menggunakan larutan Na-Metabisulfit 0,05% memiliki penerimaan organoleptik secara keseluruhan (overall) dengan skor tertinggi sebesar 3,6 artinya produk tersebut lebih disukai panelis.