Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

EKSPANSI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN PERLUNYA PERBAIKAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG/ Palm Oil Expansion and Requirement Spatial Planning Policy Improvement Ishak, Andi; Kinseng, Rilus A.; Sunito, Satyawan; Damanhuri, Didin S
Perspektif Vol 16, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v16n1.2017.%p

Abstract

ABSTRAK Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan komoditas penting bagi perekonomian Indonesia karena menjadi sumber pendapatan negara dan penyedia lapangan kerja yang cukup signifikan. Indonesia menjadi pengekspor minyak sawit terbesar dunia saat ini dengan luas perkebunan lebih dari 10 juta hektar dan melibatkan sekitar 16 juta tenaga kerja. Ekspansi perkebunan kelapa sawit disebabkan oleh kesesuaian agroklimat, permintaan global, dan dukungan kebijakan pemerintah. Kelapa sawit berpotensi dikembangkan pada lahan seluas 51,4 juta hektar dan telah dibudidayakan pada 22 provinsi di Indonesia, terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kelapa sawit mampu menghasilkan minyak nabati 4-23 kali lebih banyak dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya serta dimanfaatkan secara luas untuk bahan baku industri pangan dan non pangan di seluruh dunia. Dukungan kebijakan pemerintah telah mendorong investasi swasta masuk dalam industri kelapa sawit dan melakukan ekspansi perkebunan secara besar-besaran dalam tiga dekade terakhir. Ekspansi perkebunan kelapa sawit berdampak positif pada kondisi sosio-ekonomi masyarakat pedesaan. Pembangunan perkebunan swasta mendorong konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat, perubahan pola nafkah petani, dan migrasi tenaga kerja ke daerah-daerah perkebunan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan mempercepat pembangunan wilayah. Namun ekspansi perkebunan kelapa sawit yang tidak terkendali telah berdampak negatif karena menyebabkan konflik agraria, deforestasi, dan kebakaran hutan yang memicu kabut asap. Kebijakan pemerintah terkait moratorium sawit yang dilakukan secara simultan dengan penataan ruang menjadi relevan untuk mencegah semakin luasnya dampak negatif akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit.Kata kunci: Kelapa sawit, dampak, moratorium, kebijakan spasial. ABSTRACTPalm oil (Elaeis guineensis Jacq) is an important commodity for the Indonesian economy as it becomes a significant source of state income and employment providers. Indonesia is the world's largest palm oil exporter today with a plantation area of more than 10 million hectares and involves about 16 million workers. The expansion of oil palm plantations is due to the suitability of agro-climate, global demand, and government policy support. Oil palm has the potential to be developed on an area of 51.4 million hectares and has been cultivated in 22 provinces in Indonesia, mainly on the islands of Sumatra and Kalimantan. Palm oil is able to produce vegetable oil 4-23 times more than other vegetable-producing crops and widely used for food and non-food industry raw materials worldwide. Government policy support has encouraged private investment into the palm oil industry and expanded large-scale plantations in the past three decades. The expansion of oil palm plantations has a positive impact on the socio-economic conditions of rural communities. The development of private plantations encourages land conversion to smallholder oil palm plantations, changes in farmers' livelihood patterns, and labor migration to plantation areas that increase community incomes and accelerate regional development. But the uncontrolled expansion of oil palm plantations has had a negative impact as it causes agrarian conflicts, deforestation, and forest fires that trigger haze. Government policies related to the palm oil moratorium simultaneously conducted with spatial arrangement become relevant to prevent the increasing extent of the negative impact due to the expansion of oil palm plantations.Keywords: Palm oil, impact, moratorium, spatial policy.
PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN RAWA DENGAN KAPUR DOLOMIT Kusnadi, Harwi; Desayati; Fauzi, Emlan; Ishak, Andi; Firizon, Jhon; Wawan Eka Putra
Jurnal Pertanian Vol. 13 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jp.v13i2.5548

Abstract

Produktivitas tanaman padi di lahan rawa dapat ditingkatkan dengan penambahan kapur dolomit. Penambahan kapur dolomit dapat menurunkan kemasaman tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan produktivitas tanaman padi di lahan rawa dengan penambahan kapur dolomit. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan Desember 2021 di Kelompok Tani Sekap Bumi, Desa Padang Tambak, Kecamatan Pino – Bengkulu Selatan. Penelitian ini menggunakan paket budidaya padi di lahan rawa dengan perlakuan penggunaan kapur dolomit. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Data yang dikumpulkan yaitu produktivitas hasil panen padi pada masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kapur dolomit dapat meningkatkan produktivitas padi di lahan rawa sekitar 10%. Oleh karena itu, petani disarankan memberikan kapur dolomit pada saat membudidayakan padi di lahan rawa.
Peran Modal Sosial dalam Pengembangan Ternak Sapi Potong Rakyat di Bengkulu Ishak, Andi; Ramon, Erpan; Efendi, Zul; Wulandari, Wahyuni Amelia; Kusnadi, Harwi; Fauzi, Emlan; Sastro, Yudi
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 8 No. 3 (2020): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22500/8202034481

Abstract

Pengembangan peternakan sapi potong rakyat terus diupayakan pemerintah melalui berbagai program untuk mengurangi impor daging sapi dan meningkatkan pendapatan peternak. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan peran modal sosial pada tingkat kelompok tani dalam pengembangan populasi ternak sapi potong rakyat di Bengkulu. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2020 dengan metode wawancara mendalam pada 3 kelompok tani penerima bantuan ternak sapi potong dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu. Identifikasi modal sosial (norma, kepercayaan, dan jaringan) yang mempengaruhi pengembangan populasi ternak dan peningkatan kapasitas kelompok tani dianalisis secara deskriptif menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial memiliki peran penting dalam pengembangan kapasitas kelompok mengelola bantuan ternak dari pemerintah, yaitu: (1) norma penggaduhan ternak dengan sistem bagi hasil menyebabkan peningkatan populasi ternak milik kelompok, (2) kepercayaan anggota kelompok tani dipengaruhi ikatan-ikatan sosial dalam kelompok tani dan peran ketua kelompok, (3) jaringan kerjasama yang baik dalam kelompok tani meningkatkan modal sosial dan pengembangan populasi ternak.
Feasibility Analysis of Handline Fishing Equipment Case Study on Barrang Caddi Island, Sangkarrang District, Makassar City Ishak, Andi; Fakhriyyah, Sitti; Hasani, M. Chasyim
PONGGAWA : Journal of Fisheries Socio-Economic VOLUME 1, NOMOR 1, MAY 2021
Publisher : Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.223 KB) | DOI: 10.35911/ponggawa.v1i1.14219

Abstract

The fisheries sector is a sector that has a contribution to economic development in Indonesia, this can be seen from the increase in fishery production which continues to increase from year to year. One area that has a high level of enthusiasm in fishery economic activity is Barrang Ca'di Island with the traditional system of hand line fishing on Barrang Caddi Island resulting in the inability to access fishing locations due to one of the cruising capabilities of the fleet and production costs that must be incurred by hand line fishermen, the fisherman also still maintains the pattern of economic system patterns in fishing activities as a reference material in living their daily lives, based on this the purpose of this study is to determine the level of income for production activities and the level of business feasibility of hand line fishermen for fishing. developed on Barrang Ca'di Island. The results of the study obtained the amount of income from the fishing line business, which was Rp. 88,358,140, - and showed that the line fishing business carried out by fishermen on Barrang Caddi Island was feasible to be developed with the division between revenue and costs having a value of more than one (>1 ).
Social Changes in the Development of Beef Cattle in Oil Palm Plantation Areas: Case of Jayakarta Village, Central Bengkulu Regency Ishak, Andi; Firison, Jhon; Ramon, Erpan; Efendi, Zul; Hidayat, Taufik; Fauzi, Emlan; Putra, Wawan Eka; Wibowo, Sarwo Ferdi; Rahman, Taupik
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 12 No. 2 (2024): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22500/12202448872

Abstract

The development of beef cattle production requires social interaction in the context of space and time. The development of beef cattle areas cannot be separated from the dynamics of social change that occur at the microlevel in the rural areas, making it interesting to study. This research aims to analyze the factors that played a role in the development of the beef cattle population in Jayakarta Village, Talang Empat Subdistrict, Central Bengkulu Regency, between 1972 and 2022. Data was collected through in-depth interviews involving key informants using the snowball method and then analyzed using an interactive method with a social change theory approach to aspects of structural and cultural change in rural communities. The research results show that the development of beef cattle is caused by the gradual production and reproduction of various cattle-rearing systems. The development of the beef cattle population is encouraged through the Government Livestock Program and the massive expansion of oil palm plantations, especially by private plantations that provide a source of cattle feed in plantation areas. Structural changes led to the formation of a semi-intensive rearing system starting in 2010 and an extensive rearing system that started in 2013, causing a change in the culture of rural community beef cattle rearing system, which was initially only intensive.
Diversification Strategy for Sugar Palm Products in Rejang Lebong Regency, Bengkulu Province Hidayat, Taufik; Ishak, Andi; Emlan Fauzi; Taupik Rahman; Rosbarnawan, Ferdy; Harwindah, Harwindah; Evendi, Yueming; Gultom, Nurdin; Wati, Rahmi; Hakim, Almidianto; Yahumri, Yahumri; Alfayanti, Alfayanti; Rosmanah, Siti; Ramon, Erpan; Firison, Jhon
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 30 No. 2 (2025): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.30.2.233

Abstract

The sugar palm is one of the most important commodities in the Rejang Lebong Regency. Sugar palms have not been widely processed into value-added products because the community solely produces brown sugar. The goal of this study is to identify potential challenges and propose product diversification strategies that will boost the value added and sustainability of sugar palm firms in the Rejang Lebong Regency. This study was carried out in the Rejang Lebong Regency during August to October 2023. Data were gathered through observations, focus group discussions, and in-depth interviews. A fishbone diagram was used to identify potential and map product diversification challenges, while palm product diversification plans were developed using a strengths, weaknesses, opportunities, and threats (SWOT) matrix. The research results indicated that the diversification of sugar palm products is hindered by limited human resources in using technological innovations, restricted use of agricultural machinery, insufficient business partnerships, and local government programs that are not yet integrated into the development of product diversification. The strategy for sugar palm product diversification can be implemented by developing market alliances and improving processing technologies for MSMEs, with government program assistance and access to funding. This technique is expected to improve the quality and pricing of sugar palm products at the farmer level. Keywords: added value, aren palm, Arenga pinnata Merr, diversification strategy
Faktor Penghambat Keberlanjutan Penggunaan Solid Limbah Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong Di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu (Studi Kasus) Firison, Jhon; Ishak, Andi; Efendi, Zul; Ramon, Erpan; Afrizon, Afrizon
Buletin Peternakan Tropis Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : BPFP Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/bpt.2.1.30-38

Abstract

Peternak pada wilayah perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Seluma telah banyak memanfaatkan potensi solid limbah sawit sebagai sumber pakan sapi potong. Kelompok Ternak Tunas Harapan, Desa Sumber Arum, Kecamatan Sukaraja, mulai menggunakan pakan solid pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2017, namun saat ini sudah banyak peternak yang tidak lagi menggunakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penghambat penggunaan solid pada Kelompok Ternak Tunas Harapan. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2020. Pengumpulan data melalui wawancara (FGD) melibatkan empat orang informan, yaitu tiga orang pengurus kelompok tani dan penyuluh pertanian lapangan. Data yang dikumpulkan adalah hasil identifikasi faktor-faktor teknis, ekonomi, dan sosial terkait dengan pemeliharaan sapi potong. Data dianalisis dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor teknis menjadi penghambat utama penggunaan solid dengan nilai sebesar 63,7%, diikuti oleh faktor ekonomi (25,8%), dan faktor sosial (10,5%). Penurunan skala pemeliharaan ternak dari 4-5 ekor menjadi 1-2 ekor merupakan faktor teknis yang dominan menghambat keberlanjutan penggunaan solid di lapangan. 
PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN PADA SAAT WABAH PANDEMI COVID-19 Sudarmansyah, Sudarmansyah; Ruswendi, Ruswendi; Ishak, Andi; Fauzi, Emlan; Yuliasari, Shannora; Firison, Jhon
Jurnal AGRIBIS Vol. 14 No. 1 (2021): Jurnal Agribis
Publisher : Program Studi Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.051 KB) | DOI: 10.36085/agribis.v14i1.1265

Abstract

Peran Penyuluh Pertanian sangat ditentukan oleh situasi yang dihadapi di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Penyuluh Pertanian dalam mendukung ketahanan pangan pada saat wabah pandemi covid 19. Data dikumpulkan dari hasil penelusuran informasi berita media online sejak bulan Maret – Juli 2020. Informasi yang dikumpulkan berupa konten kegiatan penyuluhan yang terkait dengan ketahanan pangan dari sumber media online yaitu situs berita online dan situs pemerintah tentang peran penyuluh dalam mendukung ketahanan pangan pada saat wabah pandemi covid 19. Informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis menunjukan bahwa peran penyuluh dalam melakukan kegiatan Penyuluhan pada saat wabah pandemi covid 19 yaitu peran penyuluh sebagai pendukung kebijakan program pemerintah, motivator bagi petani dan fasilitator dalam mendukung kegiatan usahatani. Secara khusus, peran penyuluh lebih banyak di arahkan pada upaya dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan (71.15%) terutama untuk komoditas padi yakni sebesar 54 % dengan cara metode penyuluhan langsung menggunakan protokol covid 19 sebanyak 79 %. Kata kunci : peran penyuluh, ketahanan pangan, pandemi covid 19, media online.