The lack of access to health services in several regions in Indonesia can have an impact on reducing knowledge and public health levels in the management of non-communicable diseases (NCDs). The community service programme through KOLOK (cholesterol, ear, throat, blood glucose) health services aims to provide health services to the people of Bengkala Village, which has a deaf community. The procedures carried out include checking weight and height to determine body mass index (BMI), blood pressure, blood glucose, and cholesterol levels, as well as ear and throat examinations. The subjects in this health service were Bengkala Village residents who were registered at the service location. Based on the evaluation results, the BMI showed obese (12.2%) and very obese (16.3%), hypertension (31.5%), high cholesterol (55.6%), and high blood glucose levels (54.5%). The number of people with ear and throat disorders was 35.9%, with the most common type of disorder being cerumen obturation. Overall, more than 50% of the community had normal BMI, blood pressure, and ear and throat conditions, but more than 50% of the community had high cholesterol and blood glucose levels. The community needs education to understand healthy lifestyle behaviours that impact nutritional, metabolic, and ear and throat health problems. Access to communication and the village’s distance from health facilities such as hospitals, health centres, and specialist services remain challenges. In addition, the development of a community health cadre programme and the integration of technology to improve effective communication to support the education process and the improvement of public health services are also needed by the village. Keterbatasan akses pelayanan kesehatan di beberapa wilayah di Indonesia dapat berdampak pada penurunan pengetahuan dan taraf kesehatan masyarakat dalam penanggulangan penyakit tidak menular (PTM). Program pengabdian masyarakat melalui pelayanan kesehatan KOLOK (kolesterol, telinga, tenggorokan, kadar glukosa darah) bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat Desa Bengkala yang memiliki komunitas bisu-tuli. Prosedur yang dilakukan meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan untuk menentukan indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, kadar glukosa darah, dan kolesterol, serta pemeriksaan telinga dan tenggorokan. Subjek dalam pelayanan kesehatan ini adalah masyarakat Desa Bengkala yang teregistrasi di lokasi pelayanan. Berdasarkan hasil evaluasi, menunjukkan IMT gemuk (12,2%) dan sangat gemuk (16,3%), hipertensi (31,5%), kolesterol tinggi (55,6%), dan kadar glukosa darah tinggi (54,5%). Masyarakat yang mengalami gangguan telinga dan tenggorokan sebanyak 35,9%, dengan jenis gangguan yang banyak ditemukan yaitu serumen obturan. Secara keseluruhan, lebih dari 50% masyarakat memiliki IMT, tekanan darah, dan teling-tenggorokan normal, namun lebih dari 50% masyarakat memiliki kadar kolesterol dan kadar glukosa darah yang tinggi. Masyarakat memerlukan edukasi untuk memahami perilaku gaya hidup sehat yang berdampak pada permasalahan kesehatan gizi, metabolisme, dan gangguan telinga dan tenggorokan. Akses komunikasi, lokasi desa yang jauh dari fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan pelayanan dokter spesialis sangat diperlukan. Selain itu, pengembangan program kader kesehatan masyarakat dan integrasi teknologi dalam meningkatkan komunikasi yang efektif dalam mendukung proses edukasi dan peningkatan layanan kesehatan masyarakat juga sangat diperlukan oleh desa.