Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR TERJUN LUBUK TAMPURAUNG DI KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG Zeshasina Rosha; Helmawati Helmawati; Ethika Ethika; Hasnul Fikri
Jurnal Apresiasi Ekonomi Vol 10, No 1 (2022)
Publisher : Institut Teknologi dan Ilmu Sosial Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.62 KB) | DOI: 10.31846/jae.v10i1.450

Abstract

Lubuk Tempurung Waterfall Bathing Attraction is the only tourist attraction in Belimbing Village, Kuranji district, Padang City which is equipped with waterfalls. This tourist attraction has not received guidance yet from the government or investment from the private sector. The purpose of the research is to find out the strengths, weaknesses, opportunities, and threats in the development of Lubuak Tampuruang Waterfall Bathing Attraction. This study uses SWOT analysis, which analyzes internal factors (strengths and weaknesses) and external factors (opportunities and threats). The main data are collected through the questionnaire. The results of the research are, first, the main strength is the water attraction equipped with a waterfall is easy to reach because it is not so far from the center of Padang City. Second, the weakness is the road to the tourist attraction is inadequate. Third, the opportunity is the high desire to travel and recreation. Fourth, the threat that needs to be addressed is the influx of negative cultural influences from outsiders and interactions between local communities and global tourists. The strengths-opportunities strategy suggested in the development of Lubuak Tampuruang Waterfall Bathing Attraction is maximizing the power to achieve opportunities that will make this attraction better than ever.Keywords: external factors, internal factors, tourism, SWOT, Lubuak Tampuruang
VARIASI BAHASA MINANGKABAU DIALEK MASYARAKAT KABUPATEN SIJUNJUNG DENGAN DIALEK MASYARAKAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT Restu Maino; Gusnetti Gusnetti; Hasnul Fikri
JELISA (Jurnal Edukasi dan Literasi Bahasa) Vol 4 No 1 (2023): JELISA (Jurnal Edukasi dan Literasi Bahasa)
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, , Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahaputra Muhammad Yamin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36665/jelisa.v4i1.704

Abstract

Variasi Bahasa Minangkabau Dialek Komunitas Sijunjung Kabupaten dengan Dialek Komunitas Pesisir Selatan di Sumatera Barat. Penelitian dilatarbelakangi oleh perbedaan dialek antar daerah. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan variasi dialek Minangkabau ditinjau dari fonologi berdasarkan fonemik. Dialek yang dipelajari Dialek Komunitas Sijunjung Kabupaten dengan Dialek Komunitas Pesisir Selatan di Sumatera Barat. Jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Objek penelitian adalah komunitas Kabupaten Sijunjung dengan Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik wawancara, dan pencatatan. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan metode pencocokan intra lingual. Hasil penelitian menunjukkan tiga hal: (1) Dari 100 kosakata, terdapat 55 persamaan fonemik pembentuk kosakata. (3) Dari 100 kosakata 51 variasi kosakata fonemik. (2) Dari 100 kosakata, terdapat 100 istilah yang merupakan kosakata istilah dasar yang digunakan untuk tujuan mengatakan sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa dari 100 kosakata yang dipelajari, hanya 51 kosakata yang memiliki variasi fonemik pembentuk kata. Jadi, variasi bahasa merupakan realitas bahasa yang harus dikenali. Variasi bahasa harus selalu dijaga oleh masyarakat, ujarnya. Agar bahasa yang mereka gunakan tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman.
Kalimat Majemuk dalam Novel Cahaya di Bawah Cahaya Karya Helvy Tiana Rosa, Benny Arnas, dan Asma Nadia Vadria Nofrianita; Marsis Marsis; Hasnul Fikri; Yetty Morelent; Ineng Naini
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic Vol. 7 No. 2 (2023): Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36057/jips.v7i2.607

Abstract

This study discusses how to use compound sentences in the novel “Cahaya di Bawah Cahaya” by Helvy Tiana Rosa, Benny Arnas, and Asma Nadia. The purpose of this research is to describe the use of compound sentences in the novel. The method used in this research is descriptive qualitative method. The data source for this research is the novel “Cahaya di Bawah Cahaya” by Helvy Tiana Rosa, Benny Arnas, and Asma Nadia. Based on the results of data analysis found (1) equivalent compound sentences 64, (2) multilevel compound sentences 21, and (3) mixed compound 32.
VARIASI DIALEK BAHASA MINANG (PASISIA) SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 PAINAN ERMAWENI WENI; Gusnetti Gusnetti; Hasnul Fikri
JELISA (Jurnal Edukasi dan Literasi Bahasa) Vol 4 No 1 (2023): JELISA (Jurnal Edukasi dan Literasi Bahasa)
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, , Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahaputra Muhammad Yamin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36665/jelisa.v4i1.711

Abstract

Penelitian yang berjudul “Variasi Dialek Bahasa Minang (Paisia) Pada Siswa kelas X SMA Negeri 3 Painan Kabupaten Pesisir Selatan” dilatarbelakangi oleh kondisi SMA Negeri 3 Painan sabagai sekolah berasrama. Dimana siswa di sekolah ini merupakan campuran siswa dari seluruh daerah yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan. Di Kabupaten Pesisir Selatan sendiri terdapat beberapa perbedaan dialek antara bagian Utara dan Selatan. Setelah siswa tergabung di asrama ada beberapa dialek yang muncul dalam percakapan dan sering menimbulkan kebingungan di antara siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan dialek bahasa Minang siswa dari Pesisir bagian Utara dengan Pesisir bagian Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan teknik simak catat. Hasil penelitian ini diperoleh beberapa perbedaan dari dialek pasisia bagian utara dengan bagian selatan. Perbedaan ini dilihat dari aspek leksikal misalnya kata biaso (Utara) dan beso (Selatan). Perbedaan dialek ini tidak memberi pengaruh dalam komunikasi siswa di asrama malah menjadi tambahan kosa kata Bahasa Minang bagi siswa.
Mandoa Sambareh Bulan Rajab Sebagai Tradisi Menyambut Bulan Suci Ramadhan di Padang Pariaman Dinda Puspita; Hasnul Fikri; Rahma Zakia; Rilo Gama Fadhli Rohim; Alif Luqmanul Mukmin
Jurnal Ilmiah Langue and Parole Vol. 7 No. 1 (2023): Jurnal Ilmiah Langue and Parole
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36057/jilp.v7i1.612

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah (1) Tradisi Mandoa sambareh di Padang Pariaman dan proses pembuatan sambareh dalam tradisi Mandoa sambareh di Padang Pariaman untuk meningkatkan minat generasi muda dalam menyantap makanan tradisional sambareh. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. metode sastra, yaitu dengan mengumpulkan berbagai bacaan dari sumber-sumber yang ada, kemudian dianalisis dan dipadukan dengan permasalahan yang dipertimbangkan. Bagi sebagian masyarakat setempat, bulan Rajab atau Sambareh juga mempunyai nama lain yaitu “bulan anak”, karena tujuan mereka melaksanakan tradisi ini adalah untuk mendoakan arwah orang yang meninggal seperti orang tua atau anak. Di Padang Pariaman, para pendeta yang mengaji diberi gelar Tuanku, Tuanku adalah orang yang memimpin salat atas nama orang yang mengamalkan tradisi tersebut. Tuanku ini biasanya ada di setiap desa dan diundang ke rumah-rumah penduduk untuk melakukan sambareh mula. Di Sambareh müla terdapat kitab doa khusus yang dibaca pada saat acara müla. Tidak seperti doa-doa kebanyakan karena di dalam buku ini terdapat bacaan khusus untuk berdoa dengan makanan sumbareh. Eksekusi Sambareh müla sendiri biasanya dilakukan pada malam hari, namun ada juga yang sore hari. Biasanya orang yang ingin salat terlebih dahulu menyiapkan sambareh di rumah. Setelah itu warga memanggil Tuanku untuk membacakan doa. Saat tuanku memasuki rumah warga, doa pun dipanjatkan. Sebelum mula tentu ada tujuannya, yang disebut “kaba”. Ka'bah sendiri biasanya merupakan ucapan kepada orang yang telah meninggal, kepada ladang kebaikan, untuk memperlancar rezeki seseorang, tentunya doa bulan kanak-kanak ini tidak luput dari doa ka'bah ini. Setelah selesai salat, tuan rumah mempersembahkan makanan seperti yang biasa dilakukan bagal, yaitu. nasi dan sambal. Ketika makan selesai, sambaraeh disajikan kepada Tuhan. Sambareh ini disajikan dengan saus cocolan. Setelah Sang Guru makan, Sang Guru mencicipi sambareh tersebut, Setelah itu Sang Guru pulang ke rumah, namun sebelum kembali Sang Guru juga menerima sedekah. Menurut kepercayaan masyarakat, sedekah bermanfaat untuk tabungan akhirat dan juga agar doa kita sampai dan diterima oleh Yang Maha Kuasa. Selain sedekah, Tuanku juga diberi sebungkus sambareh untuk dibawa pulang. Begitulah pelaksanaan tradisi sambareh müla yang masih eksis hingga saat ini. Tradisi ini terus berkembang di masyarakat. Karena masyarakat umum mengimani sambareh mula di bulan Rajab, hal ini dikaitkan dengan peristiwa penting bagi umat Islam yang juga terjadi di bulan tersebut. Walaupun bulan Rajab telah digantikan dengan bulan anak-anak atau Sambareh, namun bulan ini merupakan bulan yang dimuliakan, sehingga Padang Pariaman khususnya Padang Pariaman mempunyai tradisi tersendiri di bulan ini. Menurut mereka, Sunnah Nabi bisa kita penuhi dengan makanan, dan makanan tersebut merupakan simbol dalam tradisi. Kalau sekedar bagal, hari-hari biasa juga bisa, namun dengan semaraknya bulan Sambareh, masyarakat pun turut menghormatinya dengan menambahkan sambareh sebagai simbol datangnya bulan Rajab. Generasi muda kita kedepannya diharapkan tetap menjaga tradisi yang ada, karena tradisi seperti müla sambareh mempunyai arti tersendiri bagi masyarakat. Generasi penerus kita hendaknya lebih memperhatikan tradisi karena tradisi bagal merupakan identitas Minangakabau dan Padang Pariaman, khususnya daerah Padang Pariaman. Tradisi ini harus selalu dilestarikan agar tidak punah.Bulan Rajab merupakan bulan ketujuh diantara 12 bulan penanggalan Hijriah. Sering dikatakan bahwa bulan ini adalah bulan kebaikan, “bulan Allah” dan seterusnya. Keutamaan bulan Rajab yang sering disebutkan yaitu puasa 7 hari di bulan Rajab menutup pintu neraka dan puasa 8 hari membuka 8 pintu surga. Di daerah Padang Pariaman, bulan Rajab sering disebut dengan bulan Sambareh. Sambareh adalah makanan yang terbuat dari tepung beras atau disebut juga serabi. Bagi sebagian masyarakat setempat, Bulan Rajab atau Bulan Sambareh juga disebut dengan nama lain “Anak Kanak Bulan” karena tujuan mereka melaksanakan tradisi ini adalah untuk mendoakan mereka. arwah yang telah meninggal seperti orang tua atau anak yang telah meninggal.
The Response Forms of Students toward the Integration of Minangkabau Local Wisdom Values Fikri, Hasnul; Syofiani, Syofiani; Isnanda , Romi; Morelent, Yetty
Indonesian Research Journal in Education |IRJE| Vol. 7 No. 1 (2023): IRJE |Indonesian Research Journal in Education|
Publisher : Universitas Jambi, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/irje.v7i1.28205

Abstract

This research aimed to describe the integration of kato nan ampek into the learning process for religion, citizenship, and indonesian language courses at one private. This research collected data through the forms of student responses to lecturers’ verbal communication which were collected via online questionnaires. The research subjects were lecturers and students who took these three courses. The questionnaire was analyzed using by using simple statistical techniques. The results showed that the lecturer had integrated kato nan ampek into learning. Students were placed in a position that was close or equal to the lecturer, not at a distance or lower, by addressing greeting Ananda or Saudara. This message of appreciation and closeness reached students. It was also reflected in the RAL [Respondent's Achievement Level] results, which showed that responses were in good qualifications. Based on subjects, the highest average RAL was found in Religion courses, while based on learning activities, the highest RAL was in the opening aspect of learning.
Citra Perempuan dan Ketidakadilan Gender dalam Novel Tempurung Karya Oka Rusmini dan Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam  Karya Dian Purnomo Gusti Permata Sari; Gusnetti Gusnetti; Hasnul Fikri
CENDEKIA : Jurnal Penelitian dan Pengkajian Ilmiah Vol. 1 No. 11 (2024): CENDEKIA : Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmiah, November 2024
Publisher : Lembaga Pendidikan dan Penelitian Manggala Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62335/sy0es181

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan citra perempuan dan ketidakadilan gender pada novel Tempurung karya Oka Rusmini dan novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam  karya Dian Purnomo. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan metode deskriptif, sedangkan sumber data adalah novel Tempurung karya Oka Rusmini dan novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam  karya Dian Purnomo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra tokoh perempuan kedua novel berkaitan dengan citra fisik, psikis, dan sosial. Ketiga citra ini dihadirkan oleh pengarang untuk menggambarkan wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian pada  tokoh perempuan. Citra psikis dan sosial pada kedua novel memiliki persamaan yaitu pada aspek psikis, tokoh Sipleg pada novel Tempurung karya Oka Rusmini dan Magi Diela pada novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam  karya Dian Purnomo sama-sama menyimpan dendam terhadap orang-orang yang telah memperlakukan mereka dengan tidak adil, sedangkan pada aspek sosial kedua tokoh tersebut sama-sama mencintai orang-orang terdekatnya. Ketidakadilan gender yang dialami tokoh perempuan pada kedua novel adalah dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotipe, dan kekerasan, sedangkan bentuk beban kerja tidak ditemukan pada novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam  karya Dian Purnomo. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa citra perempuan dan ketidakadilan gender pada kedua novel sama-sama dipengaruhi oleh unsur ekstrinsik budaya patriarki. Pada novel Tempurung karya Oka Rusmini yang berlatar budaya Bali yang memiliki tradisi Mecaru Manca yaitu upacara pembersihan ke segala penjuru mata angin. Di sisi lain novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam  karya Dian Purnomo berlatar budaya Sumba, Nusa Tenggara Timur yang memiliki tradisi Yappa Mawine yaitu tradisi kawin tangkap.
The Role of Increasing Indonesian Literacy in Building Effective Communication Skills in the Digital Era Febriana, Chintiya; Fikri, Hasnul
Jurnal Pendidikan Indonesia Vol. 2 No. 02 (2024): Jurnal Pendidikan Indonesia (Ju-Pendi), June 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58471/ju-pendi.v2i02.476

Abstract

In the current 4.0 revolution, the digitalization of information and communication which continues to develop massively and dynamically is both an opportunity and a challenge in empowering Indonesia's young generation as national assets. Digital technology is widespread, but not yet used effectively and meaningfully. Misuse of digital technology can occur and can endanger all aspects of life. As a result, digital literacy needs to be improved in every aspect of life, especially in the field of education. Digital education has great potential to increase digital literacy as a means of improving reading and writing skills. Apart from that, digital literacy plays an active role in strengthening national identity through mastery of science and technology and extensive use of the Indonesian language. Digital literacy refers to the knowledge and skills of using digital media to obtain information and express ideas in a legitimate way. Therefore, digital literacy must be used and incorporated into the learning process. The goal of learning Indonesian in schools and the National Literacy Movement is to be fully achieved because the use of digital literacy will enable creative, innovative and fun learning innovations. The purpose of this article is to discuss the role of literacy in learning Indonesian in the digital era. This article discusses how the development of literacy skills in Indonesian language learning changes with the development of digital technology. In addition, the main challenges in building effective literacy skills when learning Indonesian in the digital era are also discussed. This article also explores how the role of literacy in Indonesian language learning impacts students' reading, writing and critical thinking abilities in the digital era.
BENTUK, FUNGSI DAN MAKN A REGISTER KOMUNITAS PECINTA AQUASCAPE DI ROKAN HULU Nuratika Nuratika; Hasnul Fikri
Akrab Juara : Jurnal Ilmu-ilmu Sosial Vol. 7 No. 1 (2022): Februari
Publisher : Yayasan Azam Kemajuan Rantau Anak Bengkalis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58487/akrabjuara.v7i1.1752

Abstract

The diversity of language use in a heterogeneous society gives rise to language variations, including registers. The Aquascape Lovers Community in Rokan Hulu uses a separate register. This study aims to describe the form, function, and meaning of the limited and open circle register in the Aquascape Lovers Community in Rokan Hulu. This research is quantitative research with a descriptive method. Listening and recording methods were used in data collection. The informant is a Community of Aquascape Lovers in Rokan Hulu. The data were analyzed qualitatively by referring to the concept of form, function, and meaning of closed registers and closed registers proposed by Halliday. The results of the study are as follows. First, the limited circle register of the Aquascape Lovers Community in Rokan Hulu at the level of words and phrases in the form of abbreviations and the use of foreign words such as WC, kebo, and sticky rice with interactional and personal functions. Each word and phrase has a specific meaning. Second, the open circle register of the aquascape lover community in Rokan Hulu at the word and phrase-level in the form of abbreviations and the use of foreign words such as PH, lily pipe, and surface scum with interactional, heuristic, and regulatory functions. Each word and phrase has a specific meaning. It can be concluded that some of the registers used by this community can only be understood by community members and some can also be understood by people outside the community.
Nilai Moral dalam Novel Jangan Salahkan Aku SelingkuhKarya Renita April Rahmaizar; Fikri, Hasnul; Syofiani, Syofiani
CENDEKIA : Jurnal Penelitian dan Pengkajian Ilmiah Vol. 2 No. 8 (2025): CENDEKIA : Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmiah, Agustus 2025
Publisher : Lembaga Pendidikan dan Penelitian Manggala Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62335/cendekia.v2i8.1599

Abstract

The title of this research is Moral Values ​​in the Novel Jangan Blame Aku Selingkuh by Renita April. The main objective of the research is to explain the moral values ​​contained in the Novel Jangan Blame Aku Selingkuh written by Renita April. and The theories used in this research include theories from Nurgiyantoro (2012), Wicaksomo (2017), Aeni (2018). The methodology applied in this research is a descriptive method with data sources from the novel Jangan Blame Aku Selingkuh by Renita April. Data collection techniques used in this research include library study techniques, recording techniques, and analysis techniques. The conclusion of the research on moral values ​​in the novel Don't Blame Me for Cheating by Renita April is as follows: (1) The relationship between individuals and themselves includes a) responsibility, b) self-esteem, c) courage, d) emotional control, e) honesty, f) patience and steadfastness, h) regret and i) injustice. (2) The relationship between individuals and others in a social context consists of a) helping each other, b) respecting others, c) affection, d) friendship, e) humility, f) honesty, g) caring, h) empathy, i) loyalty. (3) The relationship between individuals and God includes a) gratitude, b) surrender and c) obedience to God.