Latar belakang: Pasien lanjut usia (lansia) paska operasi patah tulang pinggul atau Total Hip Arthroplasty (THA) memiliki permasalahan yang menyebabkan proses penyembuhannya menjadi terganggu, seperti dislokasi pinggul yang pada umumnya terjadi dalam kurun tiga bulan pertama setelah operasi THA. Tujuan: untuk mengetahui kualitas hidup lansia yang mengalami dislokasi paska operasi patah tulang pinggul. Metode: scoping review menggunakan Preferred Reportung Items for Systematic review and Meta-Analyses (PRISMA Flowchart), dengan kriteria inclusi (1) Artikel dari tahun 2017-2024, (2) metode Randomize control trial (RCT), (3) Artikel tentang dislokasi dan kualitas hidup lansia operasi patah tulang pinggul. Hasil: Pencarian literatur telah mengidentifikasi 1534 artikel, 198 duplikat artikel yang dikeluarkan dan didapatkan 10 artikel RCT yang memenuhi kriteria untuk direview. Ditemukan dua tema utama yaitu; (1) Risiko dislokasi setelah operasi patah tulang pinggul Lansia; a) penyebab terjadinya dislokasi patah tulang pinggul setelah operasi; b) dislokasi berulang; 3) kualitas hidup pasien pasca operasi patah tulang pinggul. (2) Faktor yang terkait dengan pemulihan fungsional dislokasi patah tulang pinggul lansia; a) meningkatkan mobilitas; b) Terapi hemiarthoplasty; c) Pendekatan anterior mengurangi dislokasi dibandingkan pendekatan posterior. Kesimpulan: Dislokasi paska operasi patah tulang pinggul menyebabkan perburukan qualitas hidup lansia. Program pencegahan dislokasi paska operasi patah tulang pinggul menjadi hal yang penting dalam proses rehabilitasi pasien.