Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

POLA PEMANFAATAN RUANG DI AREA JOGGING TRACK KORIDOR JALAN UDAYANA Fitria Agustina Budiono Putri; Wike Adisti Kusumaningthiyas; Guruhsetra Tresna Restu Halik; Baiq Sulistya Arya Ningrum; Jasmine Chanifah Uzdah Bachtiar; Noor Oktova Fajriyah
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 13, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2023.v13i1.003

Abstract

Ruang terbuka publik merupakan suatu ruang yang berfungsi mewadahi beragam aktivitas atau perilaku masyarakat, seperti berolahraga, berekreasi, berkumpul, bersantai, dan berbagai aktivitas sosial lainnya. Perkembangan suatu kota dalam meningkatkan suatu kualitas lingkungan serta sosial masyarakat dapat terlihat dari keberadaan ruang terbuka publik tersebut. Jogging track yang berada di Jalan Udayana Kota Mataram merupakan salah satu fasilitas ruang terbuka publik yang dapat menampung aktivitas masyarakat, terutama sebagai tempat berolahraga. Jogging track yang memiliki kelengkapan public furniture yang memadai serta banyaknya vegetasi, menimbulkan banyaknya pola perilaku yang dapat terbentuk. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pola perilaku masyarakat dan mengidentifikasi kelengkapan public furniture yang tersedia pada area jogging track. Penelitian ini dilakukan di area jogging track Jalan Udayana menggunakan metode place-centered mapping dan person-centered mapping dan dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang didapatkan, yaitu pada pagi hari tingkat keramaian dan keragaman aktivitas cenderung lebih sedikit yaitu hanya aktivitas olahraga. Sedangkan pada waktu sore hari tingkat keramaian lebih tinggi dan aktivitas yang terjadi lebih beragam yaitu berupa aktivitas olahraga, rekreasi, dan perdagangan. Dari penelitian ini diharapkan dapat diberikan beberapa rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan kualitas jogging track di Jalan Udayana. Public open space is a space that functions to accommodate a variety of community activities or behaviors, such as exercising, recreation, gathering, relaxing, and various other social activities. The development of a city in improving the environmental and social quality of society can be seen from the existence of these public open spaces. The jogging track in Jalan Udayana, Mataram City, is a public open space facility that can accommodate community activities, especially as a place to exercise. Jogging tracks that have adequate public furniture and lots of vegetation, of course, lead to many patterns of behavior that can be formed. This writing aims to determine the pattern of community behavior and identify the completeness of public furniture available in the jogging track area. This research was conducted in the jogging track area of Jalan Udayana using place centered mapping and person-centered mapping methods and analyzed using a qualitative descriptive approach. The results of the study were that in the morning the crowd level and activity diversity tended to be less, only sport activity that seen. Meanwhile on the afternoon, the crowd level was higher and the activities that occurred were more diverse from sport, recreation, and shopping activities has seen. From this research, it is hoped that some recommendations for improvement can be given to improve the quality of the jogging track on Jalan Udayana.
Perancangan Area Restoran di Arung Rinjani berbasis Nilai Lokal dan Tanggap Covid-19 Jasmine Chanifah Uzdah Bachtiar; Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari Indriani; Rini Srikus Saptaningtyas; Teti Handayani
SADE : Jurnal Arsitektur, Planologi dan Teknik Sipil Vol 2 No 2 (2023): SADE Oktober 2023
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/sade.v2i2.51

Abstract

The North Lombok District has many fascinating and diverse tourist destination potentials. However, over the past two years, the tourism sector has experienced a decline in income due to the Covid-19 pandemic. Some tourism sectors have started to bounce back this year by designing new projects that can attract and ensure tourists form Covid-19 transmission. To develop that project, the new building attraction will be developed from local value and Covid-19 risk transmission. This research was conducted to find out how the criteria of restaurant area can be designed to support the bounce back of tourism in Arung Rinjani. This area is on the regional route of the Senaru Traditional Village. This region is predicted will be popular after the Covid-19 pandemic due to its traditional values and strategic location. Data were collected through field observations and data literature. All data will be analyzed by qualitative descriptive method to design an adaptive restaurant building criteria. The results show that the restaurant area can be designed by transforming local value and attributes to the physical form of buildings to elevate the value of locality. Meanwhile, responsive design for Covid-19 can be achieved by choosing the right furniture, changing the room layout, maintaining the adequate distance between dining areas, maximizing window openings for passive design, and educating visitors to follow health protocols during traveling. These results are expected to be design ideas and programs to design a restaurant area in Arung Rinjani.
PELIBATAN MASYARAKAT DALAM MERANCANG GERBANG MASUK DI DESA SETANGGOR Jasmine Chanifah Uzdah Bachtiar; Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari Indriani; Rini Srikus Saptaningtyas; Liza Hani Saroya Wardi
Jurnal Abdi Insani Vol 10 No 4 (2023): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v10i4.1177

Abstract

Regional image-forming elements are needed to create a strong image to form branding of a region. These elements have been built in Setanggor Village, but the image you want to show and the impression of the village as a tourism destination is not visible. Village entrance gate designs are also designed with various shapes, designs and colors. This service was carried out as a forum for the community to voice their aspirations in developing the village through involvement in the design of the entrance gate to Setanggor Village. Community involvement was carried out through deliberation by presenting ideas and gate design concepts that had been created by the service team for village development. The results of the discussion showed that the Setanggor Village community agreed to the proposed third alternative (traditional concept) with several additions and changes in design. The addition of the Central Lombok Regency logo, the addition of the phrase 'cultural tourism village', and the beleq drum statue were carried out after the service activities were completed. The results of the third alternative design were sent back as discussion material for the Village Head and the community for budget planning. This service activity has a positive impact on residents because it can increase residents' knowledge about the importance of building an image, help residents discuss village development, and assist in planning the construction of village gates. Service activities in Setanggor Village can be carried out well with several directions from the community to perfect the selected gate design ideas. It is hoped that in the future, service activities like this can be carried out again in Setanggor Village to help the community in planning and developing a cultural tourism village.
STRATEGI RESILIENSI ARSITEKTUR TRADISIONAL YANG BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN TRADISIONAL SADE KABUPATEN LOMBOK TENGAH Saptaningtyas, Rini Srikus; Handayani, Teti; Wardi, Liza Hani Saroya; Bachtiar, Jasmine Chanifah Uzdah; Putra, Pascaghana Jayatri; Pamungkas, Rizky Akbar Satrio; Rahmani, Azra Haedah
Jurnal Pepadu Vol 5 No 4 (2024): Jurnal PEPADU
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v5i4.5888

Abstract

Dusun Sade sebagai desa wisata adalah bagian dari Desa Rembitan, dimana permukiman tradisional wajib untuk dilestarikan. Dusun Sade sebagai tempat tinggal masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang lekat dengan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal. Dimana lingkungan hidup yang bernuansa kearifan lokal memberi peran dalam menjaga kelestarian lingkungan. Seiring waktu, bagaimana budaya luar yang sudah mempengaruhi lingkungan Sade, baik budaya perkotaan, maupun budaya luar/ mancanegara karena arus globalisasi, yang berdampak pada degradasi nilai-nilai budaya daerah. Tetapi dari hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kearifan lokal pada hunian masih terjaga. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan program strategi demi peningkatan resiliensi hunian yang berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam pengabdian dengan cara memberi penyuluhan sekaligus FGD (Focus Group Discussion). Adapun hasil yang diharapkan adalah para pemangku adat, pokdarwis, dan masyarakat Dusun Sade bisa menerima materi dengan baik serta dapat memahami pentingnya resiliensi. Dimana strategi resiliensi pengembangan Dusun Sade di masa yang akan datang adalah dengan menggunakan SWOT analisis yang mengacu pada strategi SO (strength – opportunity). Harapan kedepan bisa dijalankan program – program tersebut agar Dusun Sade sebagai desa wisata semakin resiliens dan berkelanjutan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik di Taman Sangkareang Kota Mataram Indriani, Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari; Bachtiar, Jasmine Chanifah Uzdah; Kamase, Giska Ayu Pradana Putri; Anantama, Aldhi Nugraha; Gazalba, Zaedar
SADE : Jurnal Arsitektur, Planologi dan Teknik Sipil Vol 3 No 2 (2024): SADE Oktober 2024
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/sade.v3i2.86

Abstract

Ruang terbuka publik merupakan elemen penting dalam perancangan kota yang mewadahi ruang gerak dan aktifitas masyarakat kota. Penataan ruang terbuka publik perlu menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan menjadi ruang yang ramah untuk beragam aktivitas dan interaksi sosial. Taman Sangkareang menjadi sentral ruang publik bagi masyarakat Kota Mataram dan mewadahi beragam aktifitas masyarakat. Aktifitas yang terjadi berulang pada ruang publik membentuk pola perilaku spasial dalam pemanfaatan ruang publik. Pemanfaatan ruang publik yang tidak sesuai setting fisik dapat mengganggu kenyamanan dalam beraktifitas sehingga perlu adanya evaluasi maupun penyesuaian antara pola pemanfaatan ruang dengan setting fisik ruang publik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola perilaku keruangan (spasial) pengunjung Taman Sangkareang berdasarkan perilaku pemanfaatan ruang pada setiap setting fisik sehingga dapat dijadikan acuan dalam penataan ruang publik kedepannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik pemetaan perilaku. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola pemanfaatan ruang di Taman Sangkareang cenderung menyesuaikan dengan setting fisik, dapat meluas pada kondisi tertentu yang dipengaruhi waktu dan kegiatan yang berlangsung, serta beberapa kegiatan terbentuk tidak sesuai fungsi dan setting ruang. Selain itu, ditemukan juga beberapa atribut yang muncul akibat adanya interaksi manusia dengan lingkungan pada ruang publik.
KAJIAN TERITORIALITAS PADA RUANG TERBUKA PUBLIK (STUDI KASUS: TAMAN SANGKAREANG KOTA MATARAM) Indriani, N.K.A. Intan Putri Mentari; Bachtiar, Jasmine Chanifah Uzdah; Kamase, Giska Ayu Pradana Putri; Anantama, Aldhi Nugraha; Gazalba, Zaedar
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 14, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2024.v14i3.005

Abstract

Ruang-ruang publik kerap mengalami pergeseran fungsi karena banyak aktivitas yang bersifat pribadi membentuk zona-zona privat pada ruang yang seharusnya digunakan bersama. Hal ini merupakan salah satu bagian dari perilaku spasial individu dalam merespons lingkungannya. Salah satu bentuk dari perilaku spasial yang dilakukan seseorang dengan melakukan klaim terhadap ruang yang dianggap sebagai bagian dari kepemilikannya disebut sebagai teritorialitas. Hubungan timbal balik antara lingkungan dan perilaku yang terbentuk pada Taman Sangkareang ini tidak dapat dihindari karena keberadaan setting ruang publik yang mengundang kedatangan orang untuk beraktivitas. Penelitian ini difokuskan untuk mengidentifikasi pola teritorialitas yang terbentuk pada Taman Sangkareang guna mengetahui kesesuaian antara penataan setting fisik ruang publik dengan pemanfaatan ruang yang dilakukan pengunjung atau pengguna taman. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan metode pemetaan perilaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola teritorialitas yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh durasi dan waktu pemanfaatan ruang, jenis kegiatan, juga ketersediaan fasilitas atau setting fisik yang tersedia.
IDENTIFIKASI POLA PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN PENGELOMPOKAN USIA INDIVIDU (STUDI KASUS: TAMAN UDAYANA) Mardhotillah, Diaz Orchida; Perwira, Muhammad Afyadi; Maulana, Sutan Fajri; Mahdani, Alif Rizaldy; Bachtiar, Jasmine Chanifah Uzdah; Indriani, Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 14, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2024.v14i3.001

Abstract

Separuh populasi dunia tinggal di lingkungan perkotaan, di mana interaksi manusia dengan alam terjadi hanya di taman, dan kualitas hidup sangat dipengaruhi oleh keberadaannya di sebuah kota. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah salah satu elemen penting di kawasan perkotaan yang menawarkan berbagai manfaat bagi masyarakat. Di Kota Mataram, salah satu RTH yang populer adalah Taman Udayana. Namun, RTH tersebut belum didesain berdasarkan demografis pengguna terutama pada kelompok usia. Penelitian ini mengeksplorasi pola penggunaan RTH berdasarkan usia pengguna, dengan tujuan memahami perilaku manusia di RTH dan pengaruh perbedaan usia terhadap penggunaan fasilitas. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif ini melibatkan wawancara mendalam dan observasi langsung di Taman Udayana, Mataram, yang melibatkan kelompok usia anak-anak, remaja, dewasa, lansia, dan manula. Hasil akhir merupakan output diagram zoning yang menunjukkan bahwa setiap kelompok usia mempunyai preferensi sendiri terhadap tempat yang dituju saat di RTH. Empat hal utama yang mempengaruhi preferensi tempat dan perbedaannya dari setiap kalangan usia adalah lokasi dari tempat, suasana di tempat dan sekelilingnya, fasilitas, dan motivasi untuk mengunjung tempat tersebut. Manfaat dari penelitian ini adalah menyediakan data yang mendukung pengembangan desain RTH berdasarkan demografi pengguna.
KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN KANTOR PEMERINTAHAN PADA KORIDOR JALAN UTAMA (LANGKO, PEJANGGIK) DI KOTA MATARAM: Facades Characteristics of Government Office Buildings on the Main Road Corridor (Langko, Pejanggik) in Mataram City Jayatri Putra, Pascaghana; Handayani, Teti; Intan Putri Mentari Indriani, Ni Ketut Ayu; Bachtiar, Jasmine Chanifah Uzdah; Raissilski, Muhammad Iqbal
Spektrum Sipil Vol 11 No 2 (2024): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/spektrum.v11i2.375

Abstract

Pola pengembangan pembangunan di Kota Mataram cenderung linier mengikuti pola    jaringan  jalan utama pada sisi kiri dan kanan jalan. Jalan langko dan Jalan Pejanggik di Kota Mataram merupakan salah satu koridor jalan utama yang membelah pusat kota dengan peruntukan fungsi bangunan pada petak lahan sepanjang sisi kanan dan kiri jalan sebagai bangunan pemerintahan,  perkantoran, perdagangan barang dan jasa. Renovasi dan pembangunan baru pada bangunan utama sepanjang koridor ini banyak dilakukan terkait dengan umur layanan bangunan, perubahan fungsi bangunan, penambahan kapasitas ruang dan jumlah lantai, dan perubahan tampilan bangunan, yang secara bertahap merubah citra kawasan pada koridor tersebut dan turut berpengaruh terhadap perubahan citra Kota Mataram kedepannya. Arah perkembangan terkait tampilan bangunan yang membentuk citra kawasan dapat dibentuk dengan regulasi yang mengatur ketentuan fasad bangunan dapat dimulai dari bangunan pemerintahan, sehingga perlu di lakukan identifikasi pada tahap awal terhadap karakteristik fasad Bangunan Kantor Pemerintahan. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana karakteristik fasad bangunan kantor pemerintahan dan bagaimana identitas lokal berpengaruh pada tampilan fasad bangunan pada koridor jalan utama di Kota Mataram. Metode yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif, dengan sumber data survei lapangan, dilakukan identifikasi dan analisis pada tampilan bangunan kantor pemerintahan terhadap 6 komponen fasad bangunan meliputi komposisi, geometri, skala dan proporsi, irama, warna, dan ornamen. Hasil yang didapatkan adalah bangunan kantor pemerintahan di Kota Mataram memiliki karakteristik komposisi yang seimbang dan simetris; geometri bentuk atap pada entrance bangunan yang khas dan unik mengadopsi bentuk gunungan atap lumbung lokal; skala dan proporsi bawah-tengah-atap bangunan ideal; irama berpola pada kolom dan jendela; penggunaan warna cenderung netral atau mewakili instansi tertentu; serta ornamen pada fasad bangunan dengan pola mengarah pada motif-motif lokal.
Components and Development of Tourism in South Lembar Mangrove Forest Ecotourism Qoula Sadida; Jasmine C. U. Bachtiar
Media for Empowerment, Mobilization, and Innovation in Research & Community Vol. 1 No. 1 (2025): January-June
Publisher : Future Tecno-Science Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59535/48pfds32

Abstract

Tourism, as defined by the World Tourism Organization (WTO), involves activities where individuals travel or stay outside their usual environment for purposes such as leisure or business, for less than one year. Ecotourism emphasizes the use of natural tourism potential for conservation and development while minimizing ecological and cultural harm. This study explores sustainable mangrove ecotourism development in South Lembar, aiming to involve the community and support local economic growth. The study employs a qualitative descriptive method, collecting data through observation, interviews, documentation, and literature. The focus is on the local community as the subject and tourism potential as the object. Primary data is gathered from field surveys conducted on September 21, 2024, while secondary data is derived from academic references. South Lembar Mangrove Forest Ecotourism, managed by the local community, attracts domestic visitors with its natural appeal, including mangrove forests, river estuaries, and scenic sunsets. Advantages include diverse flora and fauna habitats and facilities like gazebos and small boats. However, challenges persist, such as poor road conditions, under-maintained infrastructure, non-permanent parking areas, and limited hygiene facilities. Although ecotourism principles are not yet fully implemented, the site has significant potential. Improved government and community support could enhance accessibility, infrastructure, and visitor experience, attracting more tourists and benefiting the local economy. Sustainable development of this destination can promote ecological conservation while fostering economic and social well-being.
A Post-Pandemic Architecture: Mandalika Bus Terminal Design with Locality Approaches Kusumaningthiyas, Wike Adisti; Gazalba, Zaedar; Bachtiar, Jasmine Chanifah Uzdah
Journal of Architectural Design and Urbanism Vol 7, No 2 (2025): Volume 7 No 2, 2025
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, Universitas Diponegoro, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jadu.v7i2.26702

Abstract

The spread of the COVID-19 virus since it first appeared in Wuhan (2019) to all regions of the world has had implications in various sectors and endangered people's lives. As a result, the entire world is under lockdown and travel is prohibited. Public transport as community commuting could increase the risk of virus transmission widely. Therefore, some new design ideas are approached to facilitate people mobility and to mitigate and hinder the spread of virus. This study aims to address the ongoing public health problem posed by the COVID-19 outbreak by designing a post-pandemic bus terminal in Mataram City, Indonesia, incorporating health protocols and physical distancing to prevent COVID cases. The study used architecture design methods by collecting some data onsite and offsite, analysing the data through site analysis and programming, and then proposing design concepts for the bus terminal. The results show a bus terminal building design that incorporates green elements, flexible furniture, signage to promote physical distancing and minimize the spread of COVID-19 and incorporates Sasak Architecture concepts, creating a distinctive, and visually appealing appearance. This study concludes that the design of a bus terminal building can play a crucial role in promoting physical distancing and minimizing the spread of COVID-19.