Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

ENHANCING PRESCHOOL INSTITUTION PERFORMANCE THROUGH STRATEGIC PERSONNEL MANAGEMENT: INSIGHT FROM RA RAHMAH EL YUNUSIYYAH Wahyuni, Sri Intan; Sabila, Tasya; Ramadani, Laili; Qadafi, Muammar
Al Fitrah: Journal Of Early Childhood Islamic Education Vol 7, No 2 (2024): Early Childhood Islamic Education
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/ja.v8i1.4882

Abstract

The management of educators and education personnel is one indicator of the quality of a school. To guarantee the quality of schools, there is a need for the management of educators and education personnel. This research aims to describe the management of educators and education personnel at RA (Raudlatul Athfal) el Yunisiyyah, a part of a formal early childhood education institution (PAUD). This research uses a descriptive qualitative method by collecting data through documentation, interviews, and observation.  The results of the research show that the functions of education management and educational staff carried out at the aspects of planning, organizing, implementing, supervising, and terminating are carried out at RA Rahmah el Yunusiyyah, Padang Panjang. In its implementation, RA Rahmah el Yunusiyyah is assisted by the HR division of Diniyyah Puteri College and the Department of Education.
Kepemimpinan Perempuan dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan di Pondok Pesantren Wahyuni, Sri Intan; Dwi Lestari, Mega Cahya Dwi Lestari; Sartika, Diana Sartika; Sulasmi, Sulasmi
SURAU : Journal of Islamic Education Vol. 1 No. 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/surau.v1i2.7070

Abstract

Abstract Indonesia, which has the largest Muslim population in the world, is half female. The Constitution of the Republic of Indonesia provides equal space for men and women in education. However, the principle of gender equality in Islam is sometimes ignored, and unfair treatment is legitimised by interpretations of religious texts. In fact, leadership in Islam does not distinguish between men and women; however, in the pesantren environment, female leaders are still considered taboo by the local community. The symbol of gender segregation in pesantren is manifested in the strict segregation between male and female santri. Male dormitories are often placed more prominently, while female dormitories are often placed at the back and closed. The leadership of pesantren is generally male, which affects the management of education and the division of roles in it. Women are considered to have a role in the domestic sphere and do not have the same role as men in the public sphere. In addition, the leadership of pesantren tends to be passed down from generation to generation to sons, excluding daughters even though they have the same abilities. Female caregivers in pesantren are only considered as successors, while the power over leaders in pesantren is traditionally only owned by boys. These difficulties hinder women's leadership potential in the pesantren environment, resulting in a gap in the provision of rights and opportunities between men and women in the religious context.AbstrakIndonesia, yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, separuhnya adalah perempuan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia memberikan ruang yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam dunia pendidikan. Namun, prinsip kesetaraan gender dalam Islam terkadang diabaikan, dan perlakuan tidak adil dilegitimasi oleh penafsiran teks agama. Faktanya, kepemimpinan dalam Islam  tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan; Namun di lingkungan pesantren, pemimpin perempuan masih dianggap tabu oleh masyarakat setempat. Simbol segregasi gender di pesantren diwujudkan dalam segregasi yang tegas antara santri laki-laki dan santri perempuan. Asrama laki-laki seringkali ditempatkan lebih menonjol, sedangkan asrama perempuan sering ditempatkan  di bagian belakang dan tertutup. Kepemimpinan pesantren pada umumnya adalah laki-laki, hal ini mempengaruhi pengelolaan pendidikan dan pembagian peran di dalamnya. Perempuan dianggap mempunyai peran di ranah domestik dan tidak mempunyai peran yang sama dengan laki-laki di ranah publik. Selain itu, kepemimpinan pesantren cenderung diwariskan dari generasi ke generasi kepada anak laki-laki, tidak termasuk anak perempuan meskipun mereka memiliki kemampuan yang sama. Pengasuh perempuan di pesantren hanya dianggap sebagai penerus, sedangkan kekuasaan atas pemimpin di pesantren secara tradisional hanya dimiliki oleh anak laki-laki. Kesulitan-kesulitan tersebut menghambat potensi kepemimpinan perempuan di lingkungan pesantren sehingga menimbulkan kesenjangan dalam pemberian hak dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam konteks agama..
Transformasi Karakter Siswa SMK dengan Pendekatan Disiplin Positif Rifki, Ahmad; Haruna, Dennis; Zakir, Supratman; Wahyuni, Sri Intan
Al-Marsus : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 2 No. 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/al-marsus.v2i2.8858

Abstract

Abstrak Pendidikan karakter berperan penting dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki integritas tinggi. Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), pendekatan disiplin konvensional berbasis hukuman kerap memicu dampak negatif, seperti rendahnya motivasi belajar dan hubungan yang kurang harmonis antara guru dan siswa. Hal ini menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan. Sebagai alternatif, pendekatan disiplin positif menawarkan solusi yang lebih efektif dengan fokus pada pembinaan, penghargaan terhadap perilaku baik, serta penerapan konsekuensi yang mendidik. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan rancangan deskriptif kualitatif untuk mengeksplorasi penerapan disiplin positif dan dampaknya terhadap transformasi karakter siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat meningkatkan tanggung jawab, empati, dan kerja sama siswa, menciptakan lingkungan belajar kondusif, serta memperbaiki hubungan antara guru dan siswa. Namun, implementasi efektif membutuhkan pelatihan guru dan waktu untuk hasil optimal. Dengan dukungan dari sekolah, guru, dan orang tua, disiplin positif dapat mencetak lulusan SMK yang tidak hanya terampil, tetapi juga memiliki moralitas dan etika kerja tinggi. Temuan ini memberikan wawasan penting bagi pengembangan strategi pendidikan karakter di SMK.   Abstract Character education plays an important role in shaping a young generation that is not only technically competent, but also has high integrity. In Vocational High Schools (SMK), the conventional discipline approach based on punishment often triggers negative impacts, such as low motivation to learn and less harmonious relationships between teachers and students. This is a serious challenge for education. As an alternative, the positive discipline approach offers a more effective solution by focusing on coaching, rewarding good behavior, and applying educational consequences. This research uses a literature study method and a qualitative descriptive design to explore the application of positive discipline and its impact on students' character transformation. The results show that this approach can increase students' responsibility, empathy, and cooperation, create a conducive learning environment, and improve the relationship between teachers and students. However, effective implementation requires teacher training and time for optimal results. With support from schools, teachers and parents, positive discipline can produce SMK graduates who are not only skilled, but also have high morality and work ethics. These findings provide important insights for the development of character education strategies in SMK.