Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS DI INSTALASI RAWAT INAP RSPAD GATOT SUBROTO Iyan Hardiana; Dian Ratih Laksmitawati; Hesty Utami Ramadaniati; Sutarno
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 25 No. 1 (2021): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/mff.v25i1.11555

Abstract

Resistensi antibiotik merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuanterapi, meningkatnya efek samping obat, dan pemborosan dari segi ekonomi. Penelitian ini bertujuan untukmengevaluasi penggunaan antibiotika pasien pneumonia komunitas di instalasi rawat inap RSPAD GatotSubroto. Penelitian ini bersifat cross sectional dengan pengambilan data secara prospektif di instalasi rawatinap periode September – November 2019. Penggunaan antibiotika dievaluasi menggunakan metode Gyssensselanjutnya dilakukan analisis korelasi antar kerasionalan dengan outcome terapi menggunakan uji Spearman.Hasil penelitian menunjukkan karakteristik pasien pneumonia komunitas berdasarkan kategori umur yangpaling banyak yaitu > 66 tahun dengan jumlah 23 pasien (53.49%), kategori jenis kelamin yang palingmendominasi laki – laki sebanyak 24 pasien (55.81%) dari jumlah total 43 pasien yang memenuhi kriteriainklusi. Berdasarkan hasil evaluasi penggunaan antibiotik dengan metode Gyssens diperoleh 28 pasienmenggunakan antibiotik dengan tepat (kategori 0) dan 15 pasien menggunakan antibiotik tidak tepat (kategoriI – VI). Antibiotika yang termasuk kategori IVA sebanyak 6 kasus (6.82%), kategori IVC sebanyak 2 kasus(2.27%), kategori IIIA sebanyak 5 kasus (5.68%), dan kategori IIIB sebanyak 9 kasus (10.23%). Analisis statistikmenunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara penggunaan antibiotika yang rasional dalammempengaruhi outcome terapi (r=0.533)
STRUKTUR BIAYA SENDIRI DAN FAKTOR PENENTU KESULITAN EKONOMI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CIBINONG Koswara Rahajeng, Suny; Sarnianto, Prih; Utami Ramadaniati, Hesty
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol. 6 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.622 KB) | DOI: 10.22487/htj.v6i2.89

Abstract

Gagal ginjal kronis (GGK) mengharuskan terapi hemodialisis (HD) 2–3 kali per minggu.Walau biaya medis langsung telah ditanggung BPJS-K, pasien JKN harus mengeluarkan biaya sendiri dan pendapatan yang hilang saat menjalani HD. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui struktur biaya sendiri dan faktor penentu kesulitan ekonomi pasien GGK. Data primer diambil secara potong-lintang melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur terhadap 101 pasien GGK berusia >18 tahun yang telah menjalani HD selama >1 tahun, di RS Sentra Medika Cibinong, pada Desember 2017 sampai Januari 2018. Hasil penelitian menunjukkan biaya sendiri yang ditanggung [keluarga] pasien meliputi biaya transportasi termasuk parkir (rata-rata Rp316.673/bulan) dan konsumsi (Rp168.400/bulan). Sebagian pasien mengeluarkan biaya untuk membeli obat dan suplemen yang tidak dijamin BPJS-K (rata-rata Rp611.000/bulan) dan biaya untuk pendamping (Rp1.066.667/bulan). Terkait biaya intangible, rerata pendapatan [keluarga] pasien yang hilang mencapai Rp905.365/bulan. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan tanggungan keluarga merupakan faktor penentu terjadinya kesulitan ekonomi (p<0,05; OR = 2,74). Pasien dengan tanggungan keluarga, yaitu anak usia <15 tahun dan/atau orang tua usia >65 tahun, memiliki risiko 2,74 kali lebih besar mengalami kesulitan ekonomi dibanding pasien tanpa tanggungan keluarga
Analysis of Health-related Quality of Life Determinants in Adult Ashmatic Patients in a District Hospital in East Jakarta Hesty Utami Ramadaniati; Sesilia Andriani Keban; Christine Meidiawati
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol. 43 No. 1 (2018)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Uncontrolled asthma leads to patients' poor outcomes and decreases health-related quality of life/HRQoL. Little research has been done to analyze the determinants of  HRQoL in asthmatics patients. Objective: To determine asthma control and  patients' compliance levels, and evaluate the appropriateness of medicine use and determinants of HRQoL. Methods: During this prospective study, adult asthmatic patients who currently experienced asthma attack were evaluated in asthma clinic of a district hospital in Jakarta and administered study questionnaires. Demographic variables and data related to asthma control, patients' compliance level and the appropriate use of medications were summarized using descriptive statistics. The determinants of HRQoL were determined using bivariate and multivariate regression analysis. All data were analyzed using SPSS version 22.0. Results: There were 11 males and 43 females aged approximately 45 years old. More than 50% of the patients had uncontrolled asthma and low level compliance to their medications. Nearly all medicines used were inappropriate according to National Asthma Treatment Guideline. Bivariate correlation test revealed four factors which significantly determined the total score of HRQoL, namely asthma duration (P=0.033), asthma control level (p=0.007), asthma severity level (p=0.001) and the presence of smoke exposure in neighbourhood (p=0.032). Further, multivariate analysis showed only the presence of smoke exposure  significantly affecting patients' quality of life. Conclusion: This study uncovered the majority of patients had uncontrolled asthma status and low level of compliance to their medications. In addition, this study highlighted the exposure of smoke exposure as the solely determinant of HRQoL amongst  asthmatic patients.
Pengaruh Faktor Determinan terhadap Hasil Terapi Hipertensi Pasien pada Tiga Puskesmas di Jakarta Pusat Andam Dewi Pertiwi; Prih Sarnianto; Hesty Utami Ramadaniati
Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 13, No 2 (2019): Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Kerja Sama KNPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.337 KB) | DOI: 10.33533/jpm.v13i2.902

Abstract

Hypertension has been known as risk factor of cardiovascular diseases necessitating the good control of blood pressure. The evident also shows the increased number of uncontrolled hypertensive patients. This study aimed to identify the determinants of controlled blood pressure in primary health centre hypertensive patients. The benefits of this research is to educated to public about factors that influence hypertension controlled. This research lasted for five months was conducted through patient interview of respondents meeting inclusion criteria in three primary health centres/PHC (PHC Menteng, PHC Tanah Abang, and PHC Johar Baru). Some data of the interview were validated by reviewing patient’s medical record. There were 26 factors used to analyse the determinants which included sociodemographic, biophysiology, dietary consumption patterns, use of hormonal contraceptives, physical activity, and stress). The result of multivariate regression analysis revealed two significant determinants, namely the presence of cardiovascular diseases (odd ratio/OR = 0,091, P-value = 0,004) and physical activity (OR = 10,647, P-value = 0,002). Patients with history of cardiovascular disease had 10,99 times risk to experience uncontrolled hypertension compared with those with no history of the disease. In addition, patients with routine physical activity at least 5 days/week (150 minutes/week) were 10,647 times to have controlled blood pressured as opposed to their counterpants.
ANALISIS PROFIL PENGOBATAN, BIAYA PERSPEKTIF RUMAH SAKIT DAN HROQoL PADA PASIEN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP FATMAWATI JAKARTA Neni Rahmani; Prih Sarnianto; Hesty Utami Ramadaniati
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 9, No 2 (2022): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v9i1.2022.38-46

Abstract

Latar belakang  :Hemodialisis adalah suatu cara untuk memperbaiki kelainan fungsi ginjal,  dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis. Terapi hemodialisis membutuhkan waktu yang lama dan biaya mahal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup.Tujuan Penelitian Mengetahui manajemen profil pengobatan Eritropetin, biaya perspektif rumah sakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis rawat jalan di RSUP Fatmawati.Metode Penelitian : Metode yang digunakan adalah analisis Cross-Sectional  dengan rentang penelitian 2 bulan, pada pasien dewasa yang minimal 12-36 bulan menjalani hemodialisis Pengumpulan data dilakukan dengan retrospektif dari dokumen, untuk menilai kesesuaian manajemen profil pengobatan Eritropoetin dan secara prospektif dari pengisian kuesioner EQ-5D-5L dan VAS (Visual Analogue Scale) kemudian dilakukan analisis data secara deskriptif dan menggunakan analisis Regresi linier berganda untuk mendapatkan korelasi antara karakteristik terhadap kualitas hidup (VAS dan Utility).Hasil Penelitian : Selama periode 2 bulan jumlah pasien sebanyak 100 orang. Jumlah laki-laki lebih banyak (57 pasien), usia 50-59 tahun sebanyak 30%, 55% bekerja sebagai karyawan, 50% pendidikan SMA, 54% pendapatan kurang Rp 2.000.000,-. Hasil kesesuaian terapi Eritropoetin sudah 100% sesuai menurut pernefri. Biaya riil untuk tindakan hemodialisis sebesar Rp910.570,- lebih kecil dibanding biaya INA-CBGs Rp 982.400,- . Analisis regresi linier VAS menunjukan 3 variabel yang signifikan : depresi (p= 0,003), jenis kelamin (p=0,028), lama hemodialisis (p=0,035). Analisis regresi linier utility ada 1 variabel yang signifikan yaitu pendapatan tiap bulan (p = 0,023).Kesimpulan  : kesesuaian terapi untuk menejemen anemia di sesuai dengan standar terapi menurut pernefri. Biaya persepektif rumah sakit lebih kecil daripada biaya INA-CBGs. Ada tiga variabel yang mempengaruhi kualitas hidup VAS yaitu depresi, jenis kelamin dan lama hemodialisis sedangkan kualitas hidup dari aspek utility hanyak dipengaruhi faktor pendapatan per bulan.  
Parental Use of Internet to Navigate Online Health Information for Their Children: An Indonesian Context Hesty Utami Ramadaniati; Nurita Andayani; Zata Yumni Azizah
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 11, No 4
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.64781

Abstract

Internet-resourced health information becomes increasingly common amongst parents before doctor consultation. This study aimed to explore the demographics of online health information-seeking parents and the type of information on children’s healthcare needs and the relationship between the demographics and the online sources. A cross-sectional study was conducted at two Primary Health Centers (PHC) in Jakarta. The respondents were parents of acutely ill children seeking online health information before visiting PHC. A validated questionnaire was distributed to the respondents. Parents’ demographics and type of information were analyzed descriptively. The relationship between the demographics and the information source was tested using the Chi-Square test. 478 respondents were participating in this study where most of the respondents were mothers (75.1%), aged 26-35 years (57.7%), and had 1-2 children (70.7%). Most of them were high-school graduates (64.9%) and unemployed (49.6%). Google (61.5%) was predominantly the most frequently used digital media, followed by websites run by doctors (21.9%). The most sought information included illness causes, transmission probability, treatment, and medicines’ side effects. There was no significant relationship between any demographics and the types of online sources. In conclusion, illness-related basic information is used by most parents to be informed before seeing doctors. The link between parents’ characteristics and the selection of digital media could not be determined.
Pengaruh Ketersediaan Obat Hipertensi Terhadap Rujukan Pasien Hipertensi Ringan Dan Sedang Di Puskesmas Dwi Oktiano; Prih Sarnianto; Hesty Utami Ramadaniati
Journals of Ners Community Vol 13 No 6 (2022): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i6.2284

Abstract

DKI Jakarta masuk dalam 10 besar Provinsi dengan tingkat prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia. Tinggi nya prevalensi penyakit hipertensi diiringi dengan meningkatnya ketidak terkendalian hipertensi. Obat sebagai salah satu komponen dalam pelayanan kesehatan memiliki fungsi sosial. Permasalahan terkait akses obat adalah belum optimalnya pengelolaan obat pada fasilitas kesehatan , yang ditandai dengan tingkat ketersediaan obat yang masih rendah. Ketidaktersediaan obat dapat memperburuk kesehatan pasien, membuat rancu pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan dan menyebabkan pemindahan pasien ke fasilitas kesehatan lain. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara ketersediaan obat hipertensi terhadap rujukan pasien hipertensi ringan dan sedang di Puskesmas Kecamatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2019. Penelitian dilakukan selama 3 bulan, dari Oktober sampai Desember 2020, menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif melalui pengambilan data kuantitatif dan kualitatif, dengan lokasi penelitian di 20 puskesmas. Data kuantitatif dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer berupa data ketersediaan obat, data kunjungan hipertensi, data rujukan hipertensi. Data sekunder berupa hasil wawancara mendalam. Sampel penelitian adalah 20 Puskesmas Kecamatan dengan pembagian dari masing masing wilayah kota administrasi sebanyak 4 Puskesmas Kecamatan, Hasil Penelitian menunjukan pada tahun 2019 sebanyak 10 Puskesmas memiliki ketersediaan obat hipertensi ≥1 bulan (kriteria “aman”), 8 Puskesmas memiliki ketersediaan obat ≤0,5 - <1 bulan (kriteria “kurang aman”), dan 2 Puskesmas memiliki ketersediaan < 0,5 bulan (kriteria “bahaya”, dimana pada puskesmas dengan kriteria “aman” memiliki persentase rujukan rata-rata sebesar 6,03%, sedangkan puskesmas dengan kriteria “kurang aman” memiliki persentase rujukan rata -rata sebesar 8,68%, dan puskesmas dengan kriteria “bahaya” memiliki persentase rujukan rata-rata sebesar 12,06 %. Puskesmas Taman Sari dengan kriteria ketersediaan obat “kurang aman” pada amlodipin 10 mg berdampak meningkatkan rujukan hipertensi sebesar 0,49 %-0,69% dari rata- rata rujukan perbulan sebesar 0,88 %, dan peningkatan kunjungan hipertensi sebesar 0,66 % - 5,22% dari rata-rata kunjungan perbulan sebesar 12,05%. Puskesmas Makasar dengan kriteria ketersediaan obat “bahaya” pada amlodipin 10 mg berdampak meningkatkan rujukan hipertensi sebesar 0,8% dari rata- rata rujukan perbulan sebesar 1,05 %, dan peningkatan kunjungan hipertensi sebesar 6,83 % dari rata-rata kunjungan perbulan sebesar 28,38 % . Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketidaktersediaan obat hipertensi di Puskesmas Kecamatan Provinsi DKI Jakarta masih terjadi dengan hambatan terbesar disebabkan ketidak mampuan suplai oleh penyedia, berdampak pada ketidaktersediaan obat dan meningkatkan persentase rujukan dan kunjungan hipertensi
Analisis Efektivitas Biaya Seftriakson sebagai Antibiotik Profilaksis Pada Seksio Sesarea: Dosis Tunggal Versus Dosis Berulang Bayu Pertiwi; Hesty Utami Ramadaniati; Prih Sarnianto; Dwirani Amelia
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 20 No 2 (2022): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/jifi.v20i2.1084

Abstract

The provision of single-dose prophylactic antibiotics within 30 to 60 minutes before caesarean has been highly recommended, yet its implementation in hospitals varies considerably. This research aimed to analyze the cost-effectiveness of prophylactic antibiotics given a single dose versus multiple doses during caesarean section surgery. A retrospective observational study with a crosssectional design involved pregnant women undergoing caesarean section and receiving a ceftriaxone single dose before surgery (Group 1) versus those receiving multiple ceftriaxone doses (Group 2). The study calculated direct medical costs (hospital perspective), with surgical site infection (SSI) as the effectiveness parameter. The chi-square test was used to compare SSI between the two groups. There were 806 patients (group 1) and A total of 250 patients (Group 2) met the inclusion criteria. Analysis of total cost revealed no significant difference between both groups (approximately IDR 13,000,000/patient), yet patients receiving prolonged Ceftriaxone were associated with significantly higher antibiotic costs (p-0.000). The study documented 1.2% SSI in Group 1 and 0.8% in Group 2 (p=0.742). Calculation of the incremental cost-effectiveness ratio found that an extra IDR 3,278,000 was needed to provide additional success to prevent SSI by administering multiple doses of ceftriaxone. In conclusion, a single dose prophylactic antibiotic provides comparable efficacy to a multiple-dose regimen, but at a lower cost.
Analisis Profil Pengobatan, Biaya Medis Langsung dan Kualitas Hidup pada Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta Amaliyah Amaliyah; Prih Sarnianto; Hesty Utami Ramadaniati
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i5.7268

Abstract

Hemodialisis adalah suatu cara untuk memperbaiki kelainan fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis. Terapi hemodialisis membutuhkan waktu yang lama dan biaya mahal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Metode yang digunakan adalah analisis Cross-Sectional dengan rentang penelitian 2 bulan, pada pasien dewasa yang minimal 12-36 bulan menjalani hemodialisis Pengumpulan data dilakukan dengan retrospektif dari dokumen, untuk menilai kesesuaian manajemen profil pengobatan Eritropoetin dan secara prospektif dari pengisian kuesioner EQ-5D-5L dan VAS (Visual Analogue Scale) kemudian dilakukan analisis data secara deskriptif dan menggunakan analisis Regresi linier berganda untuk mendapatkan korelasi antara karakteristik terhadap kualitas hidup (VAS dan Utility). Terdapat 50 pria dan 50 wanita dengan rentang usia terbanyak >50 tahun, tidak bekerja dan pendidikan SMP/SMA. Status perkawinan terbanyak adalah kawin. Tingkat ekonomi terbanyak berpenghasilan dibawah 4 juta perbulan dengan persepsi kondisi ekonomi merasa miskin. Profil pengobatan memperlihatkan terjadi ketidaksesuaian terapi EPO dengan Hb < 8 g/dL karena pasien mengalami transfusi darah. Perhitungan biaya medis langsung sebesar Rp.1.344.840 lebih besar dibanding tarif INA-CBGs yaitu Rp. 923.100. Berdasarkan analisis regresi linier ada 3 faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis yaitu status perkawinan, lama menjalani hemodialisis dan kemampuan mobilitas. Profil pengobatan pasien HD mengalami ketidaksesuaian terapi, baik pada pemberian obat HD dan obat penyakit penyerta. Biaya medis langsung lebih besar dari tarif standar INA_CBGs yang ditetapkan. Sementara itu, kualitas hidup sebagian besar pasien PGK yang menjalani hemodialisis memiliki tingkatan kualitas hidup yang sangat baik.
Pengaruh Penerapan Clinical Pathway pada Peresepan Antibiotik Pasien Tifoid Anak di Rumah Sakit Swasta X Kota Bogor Oriza Safrini; Dian Ratih Laksmitawati; Hesty Utami Ramadaniati
JURNAL KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG Vol 10, No 2 (2022): JKP Desember 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32922/jkp.v10i2.580

Abstract

Latar belakang: Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang terpenting. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tifoid terjadi hampir di seluruh dunia. Angka kejadian demam tifoid di Indonesia paling tinggi pada usia 6 sampai 10 tahun sebesar 91%; Clinical pathway (CP) dibuat untuk mengurangi variasi antibiotik di rumah sakit terutama pada pasien rawat inap.Tujuan: Mengetahui pengaruh implementasi clinical pathway terhadap peresepan antibiotik untuk pasien Tifoid anak di ruang rawat inap Rumah Sakit Swasta X di BogorMetode: Penelitian ini bersifat observasional comparative study membandingkan peresepan antibiotik sebelum penerapan CP dan setelah penerapan CP. Kami menilai profil antibiotik, lama rawat dan kesesuaian pilihan antibiotik dengan pedoman yang digunakan kemudian membandingkan sebelum dan setelah penerapan clinical pathway. Uji Chi square digunakan untuk membandingkan rasionalitas penggunaan antibiotik, lama rawat dan kesesuaian pilihan antibiotik dengan pedoman.Hasil: Diperoleh sampel sebanyak 81 orang sebelum penerapan CP dan 78 orang setelah penerapan CP. Sebelum penerapan CP penggunaan antibiotik rasional sebanyak 48.88% dan setelah penerapan CP meningkat menjadi 67.05%. (p = 0,016). Berdasarkan hasil uji statistik menujukkan pasien yang memiliki lama rawat ≤ 5 hari sebelum penerapan clinical pathway sebanyak 52 pasien (64.19%) dan sebelum penerapan clinical pathway sebanyak 68 pasien (87.17%) (p = 0,001). Sebanyak 68,89% pemilihan antibiotik sebelum penerapan clinical pathway telah sesuai dengan pedoman tata laksana dan setelah penerapan clinical pathway meningkat menjadi 88.64%. (p = 0,001)Kesimpulan: Implementasi clinical pathway di Rumah Sakit X di kota Bogor telah meningkatkan rasionalitas penggunaan antibiotik