Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Sosialisasi Program Kreatifitas Mahasiswa dalam Meningkatkan Kualitas Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Aceh Hasibuan, Arnawan; Verawaty Siregar, Widyana; Candrasari, Ratri; Andiko, Benny; Sastra Wijaya, Reza; Rozak, Abdul; Desti Sucipto, Fentisari
Mejuajua: Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): Agustus 2024
Publisher : Yayasan Penelitian dan Inovasi Sumatera (YPIS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52622/mejuajuajabdimas.v4i1.139

Abstract

Program Kreatifitas Mahasiswa sebagai bagian integral dari Tridharma Perguruan Tinggi yang diatur oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di bawah naungan Belmawa, bertujuan untuk merangsang kreativitas dan daya imajinasi mahasiswa sambil meningkatkan pencapaian akademik mereka. Kreativitas bukan lagi sekadar keunggulan tambahan, melainkan menjadi kebutuhan yang krusial dan prioritas utama yang harus dimiliki oleh setiap individu sebagai seorang mahasiswa. PKM saat ini menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi di bawah naungan Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas). Mengingat pentingnya program ini, kegiatan positif dan bertujuan peningkatan kreatifitas serta softskill mahasiwa untuk dilakukan secara rutin dan konsisten di kemudian hari. Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi Program Kreativitas Mahasiswa ini merupakan langkah strategis yang penting untuk mendukung pengembangan kualitas mahasiswa ISBI Aceh. Setelah dilaksanakan sosialisasi dan pelatihan pembuatan proposal PKM, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai pedoman PKM. Hal ini terlihat dari penurunan tingkat kesalahan dalam proposal PKM yang dibuat oleh mahasiswa. Kesimpulan ini didapatkan setelah evaluasi dilakukan dengan memeriksa setiap proposal oleh reviewer internal perguruan tinggi.
EKSISTENSI BUDAYA SENI TUTUR ACEH DALAM PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MEDIA; STUDI TERHADAP TRADISI SEUMAPA SEUENG SAMLAKOE DI KABUPATEN ACEH BESAR Arismunandar, Arismunandar; Andiko, Benny
JOURNAL OF EDUCATION SCIENCE Vol 9, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jes.v9i2.3498

Abstract

Kemajuan teknologi tersebut, manusia dituntut untuk mampu secara efektif dan kritis menggunakan serta beradaptasi dengan berbagai kebaharuan yang muncul. Kemajuan teknologi dan informasi saat ini telah membawa perubahan yang positif bagi kehidupan manusia. Namun di saat yang sama, dampak negativ juga muncul sehingga menjadi tantangan baru di berbagai bidang kehidupan manusia, yaitu politik, ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya. Dibidang budaya, perubahan dan tantangan sangat terasa terjadi pada tradisi masyarakat yang telah muncul jauh sebelum perkembangan teknologi dan media itu terjadi. Terutama sekali dibidang seni tutur yang lahir dari masa ketika masyarakat belum menganal aksara. Pada masyarakat telah memiliki banyak altenatif hiburan yang dapat diperoleh di mana saja dan kapan saja, maka salah satunya fungsi, mulai berkurang bahkan menghilang. Akibatnya, satu persatu dari seni tutur itu hilang dari masyarakat. Eksistensi dalam budaya Aceh yang merupakan keanekaragaman tradisi yang berkaitan dengan seni tutur Aceh dalam bentuk kesenian yang disajikan dengan menggunakan lisan, seperti seumapa, hikayat, nazam. Pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik wawancara. Grup Seumapa Seueng Samlakoe serta penonton dan pecandu pertunjukan Seumapa Seueng Samlakoe adalah narasumber-narasumber yang dipilih. Wawancara pun dilakukan seara terbuka dan dapat diarahkan sesuai dengan kondisi di lapangan ketika wawancara berlangsung. Selain itu, pengumpulan data juga dilengkapi dengan penelusuran kepustakaan yang berhubungan dengan tradisi Seumapa Seueng Samlakoe serta perkembangannya. Tahapan penelitian selanjutnya adalah analisis terhadapa data yang diperoleh dari grup Seumapa Seueng Samlakoe. Berdasarkan hasil pemaparan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, eksistensi seumapa semakin berkurang dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan di kabupaten Aceh Besar disebabkan faktor, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap tradisi seumapa. Berkurangnya kepedulian pemerintah dan masyarakat ingin melakukan segala sesuatu secara praktis tanpa memakan waktu lama dalam pelaksanaan suatu tradisi. Keterbatasan para pelaku tradisi seumapa yang sudah lanjut usia sehingga tidak mampu melakukan seumapa.Kata Kunci: Eksistensi Budaya Seni Tutur Aceh, Perkembangan Teknologi Media dan Tradisi Seumapa Seueng SamlakoeWith these technological advancements, humans are required to be able to effectively and critically use and adapt to the various novelties that emerge. Advances in technology and information today have brought positive changes to human life. However, at the same time, negative impacts have also emerged that have become new challenges in various fields of human life, namely politics, economics, socio-culture, and so on. In the field of culture, changes and challenges are felt in the traditions of society that have emerged long before the development of technology and media. Especially in the field of speech art which was born from a time when people did not yet know the script. Society already has many entertainment alternatives that can be obtained anywhere and anytime, then one of the functions begins to decrease and even disappear. As a result, one by one the art of speech disappeared from society. Existence in Acehnese culture which is a diversity of traditions related to Acehnese speech art in the form of art that is presented using orally, such as seumapa, saga, nazam. Data collection was also carried out using interview techniques. The Seumapa Seueng Samlakoe group as well as the audience and fans of the Seumapa Seueng Samlakoe performance were the selected sources. Interviews are also conducted openly and can be directed according to conditions in the field when the interview takes place. In addition, data collection is also equipped with literature searches related to the Seumapa Seueng Samlakoe tradition and its development. The next stage of research is analysis of data obtained from the Seumapa Seueng Samlakoe group. Based on the results of the explanation above, the writer can conclude that the existence of seumapa is decreasing in the implementation of traditional marriage ceremonies in Aceh Besar district due to factors, the lack of public understanding of the seumapa tradition. The government's and society's concern is that they want to do everything practically without taking a long time to carry out a tradition. The limitations of the practitioners of such traditions are that they are elderly so they are unable to carry out such activities.Keywords: The Existence of Acehnese Speech Art Culture, Development of Media Technology and the Seumapa Seueng Samlakoe Tradition
Sosialisasi Penguatan Pemahaman Kampus Merdeka dalam Menyambut Merdeka Belajar-Kampus Merdeka Hasibuan, Arnawan; Siregar, Widyana Verawaty; Candrasari, Ratri; Andiko, Benny; Wijaya, Reza Sastra; Andeska, Niko; Rozak, Abdul; Sucipto, Fentisari Desti
Jurnal Solusi Masyarakat Dikara Vol 4, No 2 (2024): Agustus 2024
Publisher : Yayasan Lembaga Riset dan Inovasi Dikara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.13072720

Abstract

Pendidikan merupakan faktor utama dalam menentukan kemajuan suatu negara. Negara yang maju pasti memiliki sistem pendidikan yang unggul serta strategi yang baik dalam mempersiapkan generasi penerusnya. Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, serta mempersiapkan mereka menjadi pemimpin masa depan yang unggul dan berkepribadian. kegiatan pengabdian ini mencakup seminar, berbagi pengalaman, dan pendampingan. Materi yang disampaikan tentang kampus merdeka-merdeka belajar, berbagi pengalaman dari fakultas pemateri dalam menyiapkan dan merumuskan kurikulum kampus merdeka, serta memberikan pendampingan dalam penyusunan kurikulum. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini berlangsung pada 22 November 2023 di ruang Aula Institut Seni Budaya Indonesia Aceh. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh dosen di Institut Seni Budaya Indonesia Aceh. Kegiatan ini berhasil berjalan dengan lancar dan sukses. Para peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dan memahami dengan baik materi yang disampaikan oleh pemateri, serta berpartisipasi dalam sharing pengalaman dan pendampingan dalam merumuskan kurikulum untuk program kampus merdeka-merdeka belajar.
ANALISIS MUSIK CANDENG DI DESA PANGKALAN KECAMATAN KEJURUAN MUDA KABUPATEN ACEH TAMIANG rizal, maysyah; Denada, Berlian; Andiko, Benny
Jurnal Musik Nusantara Vol 4, No 2 (2024): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v4i2.4491

Abstract

Candeng merupakan seni tutur berbentuk syair dan mengandung kata-kata pujian, rayuan dan bujukan sekaligus perintah halus agar alam dan "penjaga alam" memberi izin dalam prosesi pengambilan madu hutan pada masyarakat Melayu di Aceh Tamiang. Prosesi pengambilan madu hutan tidak diiringi oleh instrument, melainkan hanya menggunakan musik vokal. Proses pengambilan madu dilaksanakan pada malam hari dan dilakukan oleh Pawang Tuhe (pawang tua/kepala pawang) dan dibantu oleh Pawang Mude. Pelafalan Candeng dilakukan ketika memanjat pohon sambil menancapkan pating pada batang pohon tualang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk dan struktur susunan musik candeng di Desa Pangkalan Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang, menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori bentuk dan struktur menurut Pradopo dan Endaswara untuk mendukung teori bentuk dan struktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik Candeng Desa Pangkalan Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari 2 bentuk.
Revitalizing local wisdom values in Nandong Smong musical: Strengthening educational materials in Gen Z Hakim, Putri Rahmah Nur; Pabbajah, Mustaqim; Wisetrotomo, Suwarno; Andiko, Benny; Sari, Intan Permata
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan Vol 26, No 1 (2025): April 2025
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v26i1.15451

Abstract

This study explores the cultural and educational significance of Nandong Smong, a traditional oral literature form from Simeulue Island, Indonesia, which functions as both a disaster narrative and a medium of intergenerational knowledge transfer. The objective of this research is to analyze the lyrical content and sociocultural meaning embedded in the Smong song to understand its role in tsunami preparedness and collective memory among Simeulue communities. The study employed a qualitative approach, with data collected through direct observation in Simeulue and in-depth interviews with several local elders, who were asked to interpret the meanings and messages of the Smong lyrics. These primary data sources were supported by secondary data obtained from YouTube, where Smong songs were transcribed and examined word-by-word for textual analysis. The results reveal that Nandong Smong is not merely an artistic expression but a crucial oral tradition rooted in the island’s historical experience of the 1907 tsunami. The lyrics contain warnings, survival strategies, and moral teachings that emphasize local wisdom, memory, and collective responsibility. Furthermore, the discussion highlights the effectiveness of oral literature in shaping communal resilience and transmitting indigenous knowledge through non-formal education. The conclusion emphasizes the need to preserve Nandong Smong as both an intangible cultural heritage and an alternative model for disaster education. This research implies that integrating local narratives into disaster risk reduction strategies may enhance community preparedness in disaster-prone areas. Therefore, it is recommended that policymakers and educators consider incorporating oral traditions such as Nandong Smong into formal educational curricula and community-based disaster awareness programs.