Claim Missing Document
Check
Articles

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kemandirian dalam Activity Daily Living pada Pasien Pasca Stroke di Poliklinik Syaraf RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Diana Mayasari; Mukhlis Imanto; TA Larasati; Intan Fajar Ningtyas
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 6 No. 2 (2019): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prevalensi stroke di Lampung berdasarkan yang terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah 5,4% dari 57,9 % kasus stroke di Indonesia. Kejadian stroke dapat menimbulkan kelemahan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dari kelemahannya seperti ketidakmampuan perawatan diri akibat kelemahan pada ekstremitas dan penurunan fungsi mobilitasyang dapat menghambat pemenuhan activity daily living (ADL). Dengan adanya dukungan keluarga dapat membantu dalam kemandirian melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian dalam ADL pada pasien pasca stroke di poliklinik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Rancangan penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi penelitian terdiri dari pasien pasca stroke yang datang ke poliklinik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Sampel berjumlah 43 responden dan diambil dengan teknik consecutive sampling. Variabel independen penelitian ini adalah dukungan keluarga dengan variabel dependen kemandirian dalam ADL. Analisis data menggunakan uji Chi Square dengan nilai α=0,05. Pada 43 responden, yang mendapatkan dukungan keluarga yang baik sebanyak 77% dan dari angka tersebut subjek penelitian paling banyak mengalami tingkat kemandirian dengan kategorimandiri yaitu 48,5%. Hasil Chi Square diperoleh nilai p=0,02, yang artinya dukungan keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat kemandirian dalam ADL pada pasien pasca stroke.Kata kunci: Activity daily living, dukungan keluarga, tingkat kemandirian
Efek Paparan Kronik Pestisida Organofosfat terhadap Sistem Saraf Pusat Wahidatur Rohmah; Ulima Mazaya Ghaisani; Diana Mayasari
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 6 No. 2 (2019): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prevalensi keracunan pestisida organofosfat di dunia mencapai satu juta kasus per tahunnya. Paparan pestisida oganofosfat memiliki efek toksik terhadap berbagai bagian tubuh manusia sehingga dapat terjadi berbagai macam gangguan, diantaranya terjadi gangguan sistem respirasi, hepatik, kardiovaskular, ketidakseimbangan hormonal, kerusakan ginjal, dan neurologis. Cronic organophosphate-induced neuropsychiatric disorders (COPIND) adalah kumpulan gejala neuropsikiatri akibat paparan kronik organofosfat tanpa gejala kolinergik. Efek toksik pestisida organofosfat yang paling sering muncul antara lain gangguan pada memori, konsentrasi, proses belajar, kecemasan, depresi, gejala psikotik, kelelahan kronik, disfungi otonom, dan gejala ekstrapiramidal seperti distonia dan bradikenesia. Paparan kronik pestisida organosfosfat dapat menyebabkan gangguan fungsi memori berupa memori spasial, memorivisual, maupun memori jangka pendek. Mekanisme utama pada gangguan fungsi memori diduga melibatkan inhibisi asetilkolinesterase, inflamasi sel neuron, dan gangguan transport aksonal.Kata Kunci: organofosfat, pestisida, sistem saraf pusat
Faktor-Faktor Individu yang Berhubungan dengan Kejadian Keluhan Muskuloskeletal pada Petani di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Aldo Fatejarum; Fitria Saftarina; Nurul Utami; Diana Mayasari
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 7 No. 1 (2020): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keluhan muskuloskeletal merupakan penyakit akibat kerja yang menyebabkan rasa nyeri pada persendian. Keluhan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu fakor pekerjaan, faktor lingkungan dan faktor individu. Termasuk dalam faktor individu adalah usia, lama kerja, masa kerja, jenis kelamin dan status gizi. Prevalensi tertinggi terjadinya keluhan muskulosketal ini adalah pada petani. Provinsi Lampung, merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani khususnya pada kabupaten Pringsewu Kecamatan Adiluwih di Pekon Srikaton. Desain penelitian ini adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu. Sampel penelitian berjumlah 78 petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan teknik consecutive sampling. Penelitian ini mempunyai nilai α=5%. Hasil penelitian menunjukan petani yang mengalami keluhan muskuloskeletal berjumlah 44 orang (56,4%), terdapat hubungan antara usia dengan keluhan muskuloskeletal (p=0,003), terdapat hubungan antara lama kerja dengan keluhan muskuloskeletal (p=0,000), terdapat hubungan antara masa kerja dengan keluhan muskuloskeletal (p=0,035), terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan muskuloskeletal (p=0,023) dan tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal (p=0.543). Terdapat hubungan antara usia, lama kerja, masa kerja, jenis kelamin dengan keluhan keluhan muskuloskeletal dan tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal.Kata Kunci: faktor individu, keluhan muskulosketal, petani.
Faktor Paparan Sinar Matahari dan Hiperkalsiuria sebagai Faktor Risiko Pembentukan Batu Ginjal pada Pekerja Agrikultur Diana Mayasari; Cakra Wijaya
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 7 No. 1 (2020): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan batu kristal yang terbentuk pada organ ginjal dan terdapat pada hampir 12% populasi dunia dengan jumlah terbanyak pada jenis kelamin laki-laki. Etiologi batu ginjal bervariasi dari tingginya materi mineral terlarut pada urin, infeksi saluran kemih berulang atau kronik hingga obat-obatan. Batu ginjal dibagi berdasarkan kandungan mineral pada batu dan patogenesis pembentukan batu menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin dan batu yang diinduksi obat-obatan. Salah satu faktor risiko terbentuknya batu ginjal adalah paparan sinar matahari yang menyebabkan peningkatan produksi keringat dan dehidrasi, sehingga terjadi penurunan volume urin dan peningkatan konsentrasi urin. Selain itu, paparan sinar matahari juga meningkatkan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D yang menyebabkan peningkatan penyerapan kalsium oleh usus, sehingga meningkatkan ekskresi kalsium oleh ginjal. Kedua hal ini menjadi faktor risiko terjadinya nefrolitiasis, yang juga akan dipengaruhi oleh faktor risiko lain seperti usia, ras, pekerjaan, gaya hidup, dan latar belakang sosial ekonomi. Pekerja agrikultur dan pekerja di luar ruangan lain yang mendapat paparan sinar matahari lebih lama, memiliki risiko nefrolitiasis hingga dua kali lipat dibandingkan pekerja di dalam ruangan.Kata kunci: Batu ginjal, faktor risiko, sinar matahari.
Penatalaksanaan Asma dengan Faktor Risiko Debu Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga Nicholas Alfa; Diana Mayasari
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 7 No. 1 (2020): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

GINA tahun 2011, diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma di seluruh dunia. Terdapat sekitar 250.000 kematian yang disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di negara dengan ekonomi rendah-sedang. Prevalensi asma terus mengalami peningkatan terutama di negara-negara berkembang akibat perubahan gaya hidup dan peningkatan polusi udara. Penerapan pelayanan dokter keluarga berbasis evidence based medicine pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, serta penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka penyelesaian masalah pasien dengan pendekatan patient centered dan family approach, community oriented. Seorang wanita usia 59 tahun mengalami serangan asma. Diagnostik holistik pasien pada aspek personal ditemukan keluhan sesak napas semakin sering timbul dan memberat, serta khawatir tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit. Aspek klinik, pasien mengalami asma eksaserbasi persisten ringan (ICD X: J45.901). Aspek risiko internal pasien terdapat masih kurangnya pengetahuan. Aspek risiko eksternal, lingkungan yang cukup banyak debu yang dapat mencetuskan terjadinya asma. Dilakukan intervensi melalui farmakologis untuk serangan asma dan non farmakologi berupa edukasi dalam mencegah terjadinya serangan asma pada pasien. Intervensi yang diberikan pada pasien telah dilakukan secara holistik dan komprehensif. Telah terdapat perubahan perilaku pasien yang membuat penyakit asma pada pasien menjadi lebih terkontrol.Kata Kunci: asma, debu, pelayanan kedokteran keluarga
Pencegahan Stunting (Literature Review) M. Nabil Sulthoni Eralsyah; Dian Isti Angraini; Diana Mayasari
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 9 No. 1 (2022): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu masalah gizi kronis pada balita adalah stunting. Stunting menjadi salah satu masalah kesehatan Di Indonesia. Angka kejadian stunting di Indonesia masih tinggi, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi stunting. Di Indonesia, stunting disebut kerdil, artinya ada gangguan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan otak pada anak anak. Stunting merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak anak yang dapat mengakibatkan penurunanproduktivitas dan kecerdasan di saat masa dewasa. Stunting pada anak anak masih menjadi masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Asupan zat gizi yang tidak seimbang adalah salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap stunting. Dengan pemenuhan kebutuhan gizi anak anak dan pembiasaan pola hidup bersih sehat, diharapkan akan mencegah stunting bagi anak anak. Metode penelitian ini dimulai dengan melakukan penelusuran artikel di Google Scholar,PubMed dan NCBI dalam rentang tahun yang telah ditentukan oleh peneliti serta menggunakan kata kunci pencegahan stunting, pencegahan, dan stunting. Hasil penelitian menemukan artikel mengenai pencegahan stunting yang menyatakan bahwa, upaya promotif dan preventif dengan berbagai media dan metode dapat berpengaruh pada pengetahuan, sikap,hingga praktik ibu hamil mengenai pencegahan stunting. Upaya pemberian edukasi melalui berbagai metode dan menggunakan berbagai media edukasi dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang pencegahan stunting sejak kehamilan Kata Kunci: Stunting, Pencegahan Stunting, Penyebab Stunting
Batu Saluran Kemih Pada Anak Haninovita Purnamasari; Exsa Hadibrata; Diana Mayasari
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 10 No. 1 (2023): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batu saluran kemih pada anak mengalami peningkatkan secara global pada beberapa dekade terakhir dan masih menjadi masalah kesehatan di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini harus dianggap lebih serius karena angka kejadiannya yang cukup tinggi, sehingga pengetahuan akan penyakit ini diharapkan dapat membantu menurunkan angka kejadian batu saluran kemih. Batu saluran kemih merupakan suatu kondisi pembentukan batu pada saluran kemih, meliputi batu ginjal, ureter, buli atau vesica urinaria dan uretra. Batu saluran kemih pada anak merupakan kejadian multifaktorial mel alui interaksi berbagai faktor yaitu anatomis, epidemiologis, iklim, sosioekonomi, pola makan, gaya hidup, genetik dan metabolisme serta pengaruh obat-obatan tertentu. Diagnosis batu saluran kemih dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan metabolik dan pencitraan. Manajemen penyakit ini dapat dilakukan denganmanajemen akut dengan pengendalian gejala dan pemilihan prosedur eliminasi batu serta manajemen non-akut untuk evaluasikekambuhan. Tindakan pencegahan terbentuknya batu saluran kemih dapat diterapkan dengan menjaga gaya hidup yang sehatseperti asupan cairan yang cukup dan konsumsi makanan sesuai dengan gizi seimbang untuk meningkatkan kualitas hidup anakdi masa depan.Kata Kunci: Batu saluran kemih, anak, urolitiasis 
Holistic Management of A 55-year-old Female Patient with Benign Paroxysmal Positional Vertigo through Family Medicine Approach Avisa Jinan Azura; Diana Mayasari
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 12 No. 1 (2025): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jka.v12i1.pp123-136

Abstract

Vertigo is defined as a postural awareness disorder and can be a feeling of spinning in oneself or the surrounding environment. According to WHO, vertigo often occurs at the age of 18-79 years with a global prevalence of 7.4% and an annual incidence of 1.4%. This study employs a holistic and comprehensive family medicine approach to identify risk factors, clinical issues, and to guide patient management, grounded in evidence-based practices. The approach integrates a family-focused, patient-centered, and community-oriented perspective. The analysis is presented in the form of a case report. Primary data were collected through anamnesis and physical examination, while secondary data were sourced from the patient's medical records at the Health Center. The evaluation was conducted using a holistic diagnostic framework, encompassing the initial, processual, and concluding phases of the study, with both quantitative and qualitative assessments. Patient Mrs. H, 55 years old, has internal risk aspects in the form of gender, age factor >50 years, lack of knowledge about vertigo, curative treatment patterns, fatigue and excessive stress. External risk aspects of the patient are lack of family knowledge about vertigo, curative family treatment patterns, and lack of emotional and practical support from the family for the patient's daily activities. After the intervention, there was improvement in the clinical symptoms of vertigo in patients, increased patient knowledge about vertigo, and changes in patient treatment patterns. Keyword: Benign Paroxysmal Positional Vertigo, Family Medicine