Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK 12-24 BULAN DI POSYANDU DESA CIASEM BARU KECAMATAN CIASEM KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT Rita Rosita; Retno Widowati; Dewi Kurniati
Syntax Idea Vol 2 No 8` (2020): Syntax Idea
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/syntax-idea.v2i8`.501

Abstract

Kemampuan gerak (fisik motorik) individu dipengaruhi oleh status gizi individu itu sendiri. Dimana jika pertumbuhan dan perkembangan itu tidak dibarengi oleh asupan gizi yang cukup, maka akan berpengaruh juga pada kemampuan gerak individu. Prevalensi Balita menurut status gizi di Kabupaten Subang memiliki persentase gizi buruk dan gizi kurang yang masih sangat tinggi yaitu sebesar 5,1% dan 11%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan motorik kasar pada anak usia 12-24 bulan di Posyandu Desa Ciasem Baru Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Desain penelitian ini menggunakan desain observasi cross sectional. Populasi pada penelitian ini balita umur 12-24 bulan di posyandu Desa Ciasem Baru. Perhitungan besar sampel penelitian menggunakan rumus slovin. Teknik sampling menggunakan accidental sampling. Adapun analisis data menggunakan analisis bivariat chi square. Anak usia 12-24 bulan di Posyandu Desa Ciasem baru sebanyak 23 anak mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar. Hasil uji statistik didapatkan nilai status gizi (p=0,000), riwayat BBLR (p=0,000), stimulasi orang tua (p=0,000) dan Tingkat Pendidikan Ibu (p=0,000) maka dapat dikatakan bahwa variabel status gizi, riwayat BBLR, stimulasi orang tua dan tingkat pendidikan ibu memberi dampak terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 12-24 bulan. Sedangkan pada variabel umur (p=0,512) dan jenis kelamin (p=0935) sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara perkembngan motorik kasar anak usia 12-24 bulan dengan variabel tersebut.
HUBUNGAN POLA ASUH, PENYAKIT PENYERTA, DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI POSYANDU TERATAI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIASEM KABUPATEN SUBANG TAHUN 2020 Lina Rosliana; Retno Widowati; Dewi Kurniati
Syntax Idea Vol 2 No 8` (2020): Syntax Idea
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/syntax-idea.v2i8`.499

Abstract

Kekurangan gizi merupakan akibat dari kebiasaan hidup yang kurang memikirkan nilai-nilai gizi karena daya beli yang kurang atau ketidaktahuan mengenai soal gizi. Prevalensi Balita menurut status gizi di Kabupaten Subang memiliki masalah gizi buruk dan gizi kurang yang masih sangat tinggi sebesar 15,1% dan 11, 1%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Hubungan Pola Asuh, Penyakit Penyerta, dan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi pada Anak Usia 12-24 Bulan di Posyandu Teratai Wilayah Kerja Puskesmas Ciasem Kabupaten Subang Tahun 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian observasi cross sectional. Populasi pada penelitian ini balita umur 12-24 bulan di posyandu Teratai Wilayah Kerja Puskesmas Ciasem. Perhitungan besar sampel penelitian menggunakan rumus slovin. Teknik sampling menggunakan accidental sampling. Adapun analisis data menggunakan analisis chi square. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dari 43 anak usia 12-24 bulan di Posyandu Teratai sebanyak 25,6% anak berstatus gizi kurang, hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara adalah pola asuh ibu (p=0,000) dan pengetahuan ibu (p=0,001) terhadap status gizi. Sedangkan penyakit penyerta tidak ada hubungan bermakna (p=1,000). Pola asuh dan pengetahuan ibu merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi. Ibu hendaknya lebih aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu setiap bulannya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan lebih aktif dalam mencari informasi tentang gizi balita melalui penyuluhan oleh tenaga kesehatan, konseling gizi dan melalui sumber informasi lainnya, bagi Puskesmas Ciasem hendaknya meningkatkan pemantauan status gizi dan perkembangan balita di setiap posyandu serta Pemberian Makanan Tambahan yang tepat sasaran.
PENGARUH PEMBERIAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESAREA PADA IBU POSPARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIASEM SUBANG TAHUN 2020 Ade Nurhikmah; Retno Widowati; Dewi Kurniati
Syntax Idea Vol 2 No 8` (2020): Syntax Idea
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/syntax-idea.v2i8`.492

Abstract

Infeksi pada masa nifas bisa terjadi karena kurangnya gizi pada ibu nifas yang tidak terpenuhi sehingga dapat menghambat proses penyembuhan luka sectio caesarea (SC). Permasalahan ibu nifas dengan luka SC karena kurangnya protein yang bisa menghambat proses penyembuhan luka SC, di wilayah Kerja Puskesmas Ciasem terutama ibu melahirkan sangat percaya bahwa pasca tindakan SC, luka bekas melahirkan tersebut akan cepat mengering dengan banyaknya mengkonsumsi ikan gabus terutama yang direbus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ikan gabus terhadap kecepatan luka SC pada ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Ciasem Subang Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy Experiment design yang bersifat Post test With Control Group. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 ibu melahirkan dengan SC, yang terdiri dari 16 kelompok perlakuan dan 16 kelompok kontrol, Pemberian ikan gabus rebus pada kelompok perlakuan minimal 1 kali sehari dalam waktu 7 hari dengan berat ikan gabus lebih kurang 250 gr, pengukuran tingkat kecepatan kesembuhan luka SC menggunakan skala REEDA dengan statistik uji U-Mann Whitney.Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan (p<0,05) pemberian ikan gabus rebus terhadap penyembuhan luka sectio caesarea antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Ciasem Tahun 2020. Hasil uji statistik di dapatkan skor percepatan luka SC kelompok perlakuan hari ke 7 rata-rata adalah 2,25; sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata adalah 3,69; maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan lama proses percepatan luka pada kelompok yang diberi perlakuan ikan gabus dengan kelompok kontrol. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap penyembuhan luka pada kelompok yang diberi perlakuan ikan gabus dan tidak, sehingga dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah wawasan terhadap penyembuhan luka operasi sectio caesarea pada ibu nifas dan dapat dilestarikan sebagai kearifan lokal yang bermanfaat bagi tenaga kesehatan terutama dalam rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas dalam hal penyembuhan luka operasi SC dengan pemberian ikan gabus.
KEBERADAAN BAKTERI Vibrio parahaemolyticus PADA UDANG YANG DIJUAL DI RUMAH MAKAN KAWASAN PANTAI PANGANDARAN Retno Widowati
VIS VITALIS Jurnal Ilmiah Biologi Vol 1, No 1 (2008): VIS VITALIS
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.538 KB)

Abstract

Vibrio parahaemolyticus is a bacterium in the same family as those that cause cholera. It lives in brackish saltwater and cause gastrointestinal in human. When ingested, V. parahaemolyticus causes watery diarrhea with abdominal cramping and vomiting fever. Most people become infected by eating raw or undercooked sea food i.e. shrimps. This organism can cause an infection in the skin when an open wound is exposed to warm seawater. This research investigated V. parahaemolyticus in frozen raw shrimps   which sold at sea food restorants at Pangandaran Beach area. The results showed that no one of frozen raw shripms sample were contaminated by V. parahaemolyticus. But 16 of 20 frozen raw shrimps sample were contaminated by halophilic Vibrio. More attention should be paid to food sanitation at the market place, especially during handling, preparation, and cooking of the oysters.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK NILAM (Pogostemon cablin) TERHADAP BEBERAPA SPESIES BAKTERI UJI Retno Widowati; Sri Handayani; Iqba Lasdi
Jurnal Pro-Life Vol. 6 No. 3 (2019): November
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/jpvol6Iss2pp102

Abstract

Patchouli (Pogostemon cablin) is a plant that has the potential as a medicinal ingredient. Patchouli contained a lot of essential oils and called patchouli oil. Patchouli oil is commonly used as traditional medicine and aromatherapy. For industries, it is used in the manufacture of pharmaceutical and cosmetic products. Patchouli oil was the result of traditionally distillation of patchouli leaves in Province of Jambi and Aceh. This study aims to determine the antibacterial activity of patchouli oil from Jambi and Aceh, against several pathogenic bacteria. Phytochemical test results showed that the both of patchouli oils contained active compounds, in the form of alkaloids, saponins, phenolics, flavonoids, triterpenoids, and glycosides.The bacteria used in this study were Escherichia coli ATCC 8739, Salmonela typhi ATCC 14028, Staphylococcus aureus ATCC 6539, Staphylococcus epidermidis ATCC 12228, and Pseudomonas aeruginosa ATCC 9027. The methods used in this study were well diffusion and inhibition zones. The results showed that patchouli oil was able to inhibit two of the five bacteria i.e. S. aureus and P. aeruginosa. Jambi patchouli oil was better in inhibiting S. aureus and P. aeruginosa compared to Aceh patchouli oil. The six active compounds in patchouli oil have the potential to inhibit growth or kill bacteria. Key words: Antibacterials, Phytochemical Compounds, Pogostemon cablin, Patchouli Oil
HUBUNGAN DURASI PARKIR DENGAN KARAKTERISTIK OPERASIONAL ANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI LINEAR (STUDI KASUS : JALAN KI MANGUN SARKORO - JALAN SUMPAH PEMUDA - JALAN RING ROAD SURAKARTA) Dewi Handayani; Retno Widowati; Amirotul M.H Mahmudah
Matriks Teknik Sipil Vol 3, No 4 (2015): Desember 2015
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.407 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v3i4.37255

Abstract

Angkutan barang memiliki perananan penting dalam hal distribusi barang untuk memenuhi kebutuhan. Dalam operasionalnya, pengemudi angkutan barang akan parkir untuk beristirahat maupun untuk mengecek kondisi kendaraannya. Kebutuhan waktu parkir dapat dipengaruhi oleh operasional kendaraannya, antara lain usia sisa ban, jarak tempuh dari lokasi terakhir parkir serta rasio muatan dengan kapasitas kendaraannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara durasi parkir dengan karakteristik operasional angkutan barang yang parkir di pinggir jalan pada ruas Jalan Ki Mangun Sarkoro, Jalan Sumpah Pemuda, dan Jalan Ring Road Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan cara pengisian kuesioner yang diperoleh dari wawancara terhadap pengemudi angkutan barang yang parkir di pinggir jalan pada ruas Jalan Ki Mangun Sarkoro, Jalan Sumpah Pemuda, dan Jalan Ring Road Surakarta. Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan durasi parkir (Y, menit) sebagai variabel terikat dan variabel bebas antara lain usia sisa ban (X1, bulan), jarak tempuh dari lokasi terakhir parkir ke lokasi penelitian (X2, km) serta rasio muatan dengan kapasitas (X3). Model persamaan hubungan antara durasi parkir dengan karakteristik operasional angkutan barang yang dihasilkan adalah Y= 177,781 - 13,104X1 + 0,195X2 + 28,092X3, dengan nilai koefisien korelasi masing-masing varibel bebas dengan variabel terikat (r) < 0,25 dan nilai koefisien determinasi (r2) = 0,029. Dari model yang diperoleh diketahui bahwa karakteristik operasional angkutan barang tidak berpengaruh signifikan terhadap durasi parkir.
KOMPRES JAHE PADA VAGINA TERHADAP IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATOKBEUSI KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT TAHUN 2020 Ria Fitriani; Retno Widowati; Dewi Kurniati
JURNAL AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA Vol 6, No 2 (2020): JAKHKJ November 2020
Publisher : Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Budaya nifas di Indonesia ada yang masih melekat erat sampai saat ini yaitu budaya penggunaan jahe pada vagina terhadap ibu nifas yang melahirkan normal. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah budaya ini memberikan manfaat secara nyata terhadap kesehatan wanita di masa nifas. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, desain penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian studi kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 62 orang, dengan sampel kelompok kasus sebanyak 30 orang, dan kelompok kontrol sebanyak 30 orang. Uji statistik yang digunakan adalah chi square. Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian kompres jahe dan minum herbal terhadap pengeluaran lochea (pvalue 0,253), mobilisasi (pvalue 0,614), pola buang air kecil (pvalue 0,694), infeksi (pvalue 0,119) pada ibu nifas hari ke-7. Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan penggunaan jahe terhadap ibu nifas.
ANALISIS KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE REMAJA AWAL DI SDN JAKASAMPURNA X KOTA BEKASI TAHUN 2022 Zeni Herliasari; Triana Indrayani; Retno Widowati
JURNAL AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA Vol 8, No 1 (2022): JAKHKJ Maret 2022
Publisher : Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa remaja seorang perempuan akan menstruasi pertama (menarche). Setiap remaja harus mempersiapkan diri dalam menghadapi menarche, beberapa faktor yang harus dipersiapkan diantaranya yaitu remaja harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai menarche,  sikap yang positif, pola asuh ibu yang baik, pendidikan ibu, serta pemberian informasi yang tepat dan jelas. Jika tidak persiapkan dengan baik maka akan cenderung membuat remaja memiliki sikap yang negatif sehingga tidak siap dalam menghadapi menarche.Metodologi: Penelitian menggunakan desain penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui analisis faktor kesiapan menghadapi menarche. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner terdiri dari kuesioner pengetahuan, sikap, pola asuh ibu, sumber informasi, pendidikan ibu dan kesiapan menghadapi menarche. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis bivariat mengguankan uji statistik Chi Square dengan SPSS.Hasil Penelitian: Hasil penelitian didapatkan 63,3% siswi siap menghadapi menarche, terdapat 78,3,6% memiliki pengetahuan yang baik, terdapat 63,3% memiliki peran positif, terdapat 66,7% siswi memiliki pola asuh yang baik, terdapat 38,3% pendidikan ibu di tingkat tinggi dan 71,2% siswi tidak terpapar informasi. Hasil uji Chi Square pengetahuan p-value 0,005, sikap p-value = 0,045, pola asuh ibu p-value = 0,037, pendidikan ibu p-value 0,000, sumber informasi p-value 0,024.Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, pola asuh ibu, sumber informasi dan pendidikan ibu dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi sekolah dasar di SDN Jakasampurna X Kota BekasiKata Kunci: Kesiapan Menarche, Pengetahuan, Sikap, Pola Asuh Ibu, Pendidikan Ibu, Sumber Informasi.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawatan Kaki terhadap Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru , Jakarta Selatan Dina Rova Rasyidah; Rizki Hidayat; Retno Widowati
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 7 (2023): Volume 5 Nomor 7 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i7.9032

Abstract

ABSTRACT Non Communicable Disease (NCD) is the cause of the death for almost 70% in the world. One of NCD which indicates the presence of increasing every year is Diabetes Mellitus (DM). one of the complication over a long period of DM is diabetic ulcer, which infection, ulceration below the ankle because of the capillary circulation or significance and abnormalities of the form of a foot. The care of the feet improper is one of factor the diabetic ulcer. Highest prevalence of ulcer ketoacidosis reported in North America (13%), Africa 7,2% and Asia 5,5% with mortality rate 32%. Ulcher ketoacidosis in Indonesia reached 25%. Knowledge on the care of the feet can prevent the ulcer ketoacidosis where the age, education, work, information and experience are very influental for the knowledge of the DM patients. Analyze the behaviour of the care of the feet of prevention of diabetic  ulcer in patients Diabetes Mellitus Type II in Kebayoran Baru Public Health Center, South Jakarta. Descriptive correlative with design study cross sectional analyzing the relation between variables free (knowledge) with variable bound (behaviour) who carried simultaneously. The research sample are the diabetes mellitus patients who come to Kebayoran Baru public health center as many as 89 patients. The analyze is using SPSS 25 application with the Rank Spearmen test. The statistical test result are 78,7% respondent who have good knowledge, 19,1% respondents who have moderate knowledge and 2,2% respondents who lacking knowledge. On the behaviour prevention ulcher ketoacidosis variable found that 89,9% respondents behave well and 10,1% respondents behave less. The Rank Spearmen test result p value 0,000 means that there was significant association between the level of knowledge and the behaviour of the prevention of diabetic ulcer. R value 0,724 means that the knowledge has a high correlation with the behaviour of diabetic ulcer prevention. The level of knowledge has strong correlation to behaviour of diabetic ulcer prevention. Keywords: Knowledge, Behavior, Diabetic Ulcer  ABSTRAK Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab kematian hampir 70% di dunia, salah satu PTM yang menunjukkan adanya peningkatan setiap tahun adalah Diabetes Melitus (DM). Salah satu komplikasi jangka panjang dari DM adalah ulkus diabetikum, dimana infeksi, ulserasi di bawah pergelangan kaki karena berkurangnya sirkulasi kapiler atau arti dan kelainan bentuk kaki. Perawatan kaki yang tidak tepat merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya ulkus diabetikum. Prevalensi ulkus diabetikum tertinggi dilaporkan di Amerika Utara (13%), Benua Afrika 7,2% dan Benua Asia 5,5% dengan tingkat mortalitas di dunia seluruh dunia sebesar 32%. Kejadian Ulkus diabetikum di Indonesia mencapai 25%. Pengetahuan yang baik tentang perawatan kaki dapat mencegah terjadinya ulkus diabetikum pada pasien DM dimana faktor umur, pendidikan, pekerjaan, informasi dan pengalaman yang diperoleh pasien sejak menderita sakit sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan pasien. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan perawatan kaki terhadap perilaku pencegahan ulkus diabetikum pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Deskriptif korelatif dengan desain studi cross sectional yang menganalisis hubungan antara variabel bebas (tingkat pengetahuan) dengan variabel terikat (perilaku) yang dilakukan bersamaan. Sampel penelitian ini adalah pasien Diabetes Melitus yang berobat ke Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru pada bulan Januari 2023 sebanyak 89 pasien. Uji penelitian menggunakan teknik Rank Spearman pada aplikasi SPSS.Hasil uji statistik terdapat 78,7% responden yang berpengetahuan baik, 19,1% pengetahuan cukup dan 2,2% pengetahuan kurang. Pada variabel perilaku pencegahan ulkus diabetikum terdapat 89,9% responden berperilaku baik dan 10,1% berperilaku kurang. Hasil uji Rank Spearman didapatkan p-value 0,000 sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap pencegahan ulkus diabetikum. Nilai R sebesar 0,724 yang dapat diartikan bahwa tingkat pengetahuan memiliki tingkat korelasi yang tinggi dengan perilaku pencegahan ulkus diabetikum. Tingkat pengetahuan memiliki tingkat korelasi yang tinggi terhadap perilaku pencegahan ulkus diabetikum. Kata Kunci: Pengetahuan, Perilaku, Ulkus Diabetikum.
Perbedaan Efek Madu Akasia dengan Madu Multiflora terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Remaja Putri Rejeki Ratri Rahayu; Retno Widowati; Febry Mutiariami Dahlan
Citra Delima Scientific journal of Citra Internasional Institute Vol 7 No 1 (2023): Citra Delima Scientific journal of Citra Internasional Institute
Publisher : Ilmiah Institut Citra Internasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.308 KB) | DOI: 10.33862/citradelima.v7i1.344

Abstract

Adolescent girls’ anemia due to iron deficiency results in decreased learning achievement. Food intake is needed high in iron such as vegetables, animal protein, vegetable protein and honey. Honey is known to contain complete nutrition and can overcome anemia. Objective: To determine the differences between the provision of acacia honey and multiflora honey on the increasing of hemoglobin levels of adolescent girls at Posyandu Remaja Cetar Nusa Jaya subdistrict, Tangerang City in 2023. Methodology: The research design is quasy experiment. This research had been conducted during November 2022 - January 2023 at Posyandu Remaja Cetar with a population of 49 adolescent girls who experienced anemia. The techniques of sampling is purposive sampling and 40 people were recruited. The intervention group was given acacia honey while the control group was given multiflora honey for 14 days at a dose of 2x10 ml and keep drinking fe tablets once a week. Results: the average hemoglobin levels before and after provision akasia honey was 11.5 mg/dl and 12.46 mg/dl respectively. The average hemoglobin level before and after the administration of multiflora honey was11.39 mg/dl and 12.46 mg/dl respectively. Mann Whitney test was used to see the differences and shows the p value was 0.567 thatv > 0.05, so there was no difference of hemoglobin levels of adolescent girls after between acacia honey group and multiflora honey group after test. Conclusion: There is no difference of the increasing of hemoglobin levels among adolescent girls.