Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM PADA ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI INDONESIA Akbar, Muhammad Ali; Mirsal, Ilham
Sasana: Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 1 No 2: Februari 2023
Publisher : PT. Bangun Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.379 KB) | DOI: 10.56854/sasana.v1i2.153

Abstract

Pada hakikatnya pendidikan Islam di Indonesia dipelopori oleh gerakan-gerakan organisasi Islam dari berbagai ormas Islam. Salah satu organisasi Islam di Indonesia terus berkembang terutama dalam bidang pendidikan Islam yaitu Muhammadiyah. Bahkan sebelum adanya kelembagaan pendidikan Islam ini secara formal oleh pemerintah Indonesia, sejak tahun 1912 M, organisasi Muhammadiyah telah menyelenggarakan pendidikan Islam berbasis gerakan keagamaan. Muhammadiyah tumbuh menjadi kekuatan pada bidang pendidikan disebabkan oleh: pertama, pola struktur organisasi yang jelas, sehingga dapat terbina dan terkontrol dengan baik pada sekolah Muhammadiyah. Kedua, Pembuatan nama dan label sekolah yang seragam yaitu “Muhammadiyah”. Ketiga, memiliki sifat yang fleksibel dari kebijaksanaan organisasi pendidikan Muhammadiyah. Filosofi dan tipologi pembaharuan yang didukung oleh tujuan, kurikulum, metode, dan kelembagaan pendidikan serta sumber daya manusia Muhammadiyah. Hal ini membuat organisasi ini terus berkembang.ikan semua simbol yang digunakan dalam abstrak. Menggunakan kata kunci yang terkait dengan topik penelitian direkomendasikan.
Foreign Exchange : An Analysis of the Indonesian Ulema Council The National Sharia Council Fatwa and the Perspective of Lhokseumawe Ulema Consultative Council Members Khadafi, Muammar; Mirsal, Ilham; Rezeki, Gebrina; Yusuf, Nazaruddin
Al-Hiwalah : Journal Syariah Economic Law Vol. 2 No. 2 (2023): Al-Hiwalah : Journal Syariah Economic Law
Publisher : Department of Islamic Economic Law, Faculty of Sharia, State Islamic Institute of Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47766/alhiwalah.v2i2.1947

Abstract

ABSTRAK Devisa adalah pertukaran dua jenis barang berharga atau jual beli uang dengan uang atau jual beli antar barang sejenis secara tunai, jual beli atau penukaran mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain, misalnya rupiah dengan dollar dan lain sebagainya. Rumusannya adalah 1) Apa prinsip ideal dalam transaksi valuta asing dan relevansi fatwa Dewan Syariah Nasional. 2) Bagaimana ketentuan devisa menurut pandangan anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Lhokseumawe. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan yang bersifat deskriptif dan menggunakan data kualitatif. Hasil penelitian mengenai transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Bukan untuk spekulasi. B.Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga. C. Jika transaksi dilakukan dalam mata uang yang sama, maka nilainya harus sama dan sama dengan uang tunai. D. jika jenisnya berbeda, maka harus dilakukan dengan kurs (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.Kedua, ketentuan devisa menurut pandangan anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Lhokseumawe yaitu akad Al-Sharf diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut: pertama, tidak untuk berspekulasi, kedua, untuk keperluan transaksi atau untuk berjaga-jaga, ketiga , jika transaksi dilakukan dengan mata uang yang sama maka Karena harus sama dan tunai sebelum kedua belah pihak berpisah dan tidak ada syarat khiyar, keempat, jika berbeda jenis maka harus dilakukan dengan kurs di berlaku pada saat transaksi dilakukan secara tunai. nilainya harus sama dan sama dengan uang tunai. D. jika jenisnya berbeda, maka harus dilakukan dengan kurs (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.Kedua, ketentuan devisa menurut pandangan anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Lhokseumawe yaitu akad Al-Sharf diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut: pertama, tidak untuk berspekulasi, kedua, untuk keperluan transaksi atau untuk berjaga-jaga, ketiga , jika transaksi dilakukan dengan mata uang yang sama maka Karena harus sama dan tunai sebelum kedua belah pihak berpisah dan tidak ada syarat khiyar, keempat, jika berbeda jenis maka harus dilakukan dengan kurs di berlaku pada saat transaksi dilakukan secara tunai. nilainya harus sama dan sama dengan uang tunai. D. jika jenisnya berbeda, maka harus dilakukan dengan kurs (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.Kedua, ketentuan devisa menurut pandangan anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Lhokseumawe yaitu akad Al-Sharf diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut: pertama, tidak untuk berspekulasi, kedua, untuk keperluan transaksi atau untuk berjaga-jaga, ketiga , jika transaksi dilakukan dengan mata uang yang sama maka Karena harus sama dan tunai sebelum kedua belah pihak berpisah dan tidak ada syarat khiyar, keempat, jika berbeda jenis maka harus dilakukan dengan kurs di berlaku pada saat transaksi dilakukan secara tunai. itu harus dilakukan dengan kurs (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.Kedua, ketentuan devisa menurut pandangan anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Lhokseumawe yaitu akad Al-Sharf diperbolehkan dengan syarat: pertama, tidak untuk spekulasi, kedua, untuk keperluan transaksi atau untuk berjaga-jaga, ketiga , jika transaksi dilakukan dengan mata uang yang sama maka nilainya harus sama dan tunai sebelum kedua belah pihak berpisah dan tidak ada syarat khiyar, keempat, jika berbeda jenis maka harus dilakukan dengan kurs di berlaku pada saat transaksi dilakukan secara tunai. itu harus dilakukan dengan kurs (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai. Kedua, ketentuan devisa menurut pandangan anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Lhokseumawe yaitu akad Al-Sharf diperbolehkan dengan syarat: pertama, tidak untuk berspekulasi, kedua, untuk keperluan transaksi atau untuk berjaga-jaga, ketiga , jika transaksi dilakukan dengan mata uang yang sama maka nilainya harus sama dan tunai sebelum kedua belah pihak berpisah dan tidak ada syarat khiyar, keempat, jika berbeda jenis maka harus dilakukan dengan kurs di berlaku pada saat transaksi dilakukan secara tunai.
Implementasi Akreditasi Dayah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Aceh (Studi Kasus Dayah Darul Wustha Labuhan Haji Aceh Selatan) Mirsal, Ilham; Fuadi, Anwar; Rani, Samsul; Nuwairah, Nahed
Jurnal Pendidikan Indonesia : Teori, Penelitian, dan Inovasi Vol 5, No 2 (2025): Jurnal pendidikan Indonesia: Teori, Penelitian, dan Inovasi
Publisher : Penerbit Widina, Widina Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59818/jpi.v5i2.1433

Abstract

Dayah / boarding school accreditation in Aceh is a comprehensive assessment process of the feasibility of dayah education units based on 8 standards set by the Aceh Dayah Accreditation Board (BADA), in order to realize the form of recognition and feasibility rating (typology) of dayah issued by the Aceh Government. This research was conducted to find out and describe the implementation of Aceh Dayah Accreditation in improving the quality of dayah education by using the system and mechanism of dayah accreditation in 2022-2023. The method used is descriptive qualitative with interview, observation, and documentation techniques. The results show that the implementation of accreditation is in accordance with the SOP, with the acquisition of typology A+ at Dayah Darul Wustha Labuhaji.ABSTRAKAkreditasi dayah/pesantren di Aceh merupakan suatu proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan pendidikan dayah berdasarkan 8 standar yang telah ditetapkan oleh Badan Akreditasi Dayah Aceh (BADA), guna mewujudkan bentuk pengakuan dan peringkat kelayakan (tipologi) dayah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Aceh. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan Akreditasi Dayah Aceh dalam meningkatkan mutu pendidikan dayah dengan menggunakan sistem dan mekanisme akreditasi dayah tahun 2022-2023. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil menunjukkan bahwa pelaksanaan akreditasi sesuai dengan SOP, dengan perolehan tipologi A+ pada Dayah Darul Wustha Labuhaji.
Evaluasi Kinerja Lembaga Akreditasi Dayah di Aceh: Studi terhadap Efektivitas dan Dampaknya Mirsal, Ilham; AS, Adnin; Sartina, Karnita; Irwansuri, Zulfan; Rusdi, Muhammad; Noviyani, Rafiqa; Akbar, Muhammad Ali
ITQAN: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan Vol. 16 No. 1 (2025): ITQAN: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47766/itqan.v16i1.6076

Abstract

This study aims to evaluate the effectiveness and impact of dayah accreditation bodies in Aceh as instruments for improving the quality of Islamic religious education. The study employs a library research approach with content analysis of scholarly articles, research reports, local regulations such as the Qanun Dayah, and other supporting documents. The findings reveal that the accreditation process has significantly improved dayah management, including the implementation of more systematic documentation, data digitalization, and increased transparency and accountability. Accreditation has also strengthened teachers’ professional competencies through training and fostered a culture of continuous evaluation. However, challenges remain, such as limited human resources, internal resistance to change, administrative burdens, and potential biases that emphasize document completeness over substantive educational quality. Public and stakeholder perceptions of the performance of dayah accreditation bodies are generally positive, as accreditation is viewed as enhancing public trust and the reputation of dayah institutions. Nevertheless, criticisms arise concerning insufficient public dissemination, limited transparency of accreditation results, and concerns that uniform national standards might diminish local cultural identity. The study concludes that dayah accreditation should not be merely an administrative formality but can serve as a transformative strategy for educational quality improvement, if supported by substantive evaluations, harmonization of national standards with local values through the Qanun Dayah, education-based public communication, and active engagement of strategic stakeholders.
Inovasi Kurikulum Dayah Berbasis Standar Akreditasi Bada di Aceh Nurainiah, Nurainiah; Oktarina, Mikyal; Khafidah, Wahyu; Mirsal, Ilham
Jurnal Pendidikan Indonesia : Teori, Penelitian, dan Inovasi Vol 5, No 4 (2025): Jurnal Pendidikan Indonesia : Teori, Penelitian, dan Inovasi
Publisher : Penerbit Widina, Widina Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59818/jpi.v5i4.1851

Abstract

Dayah as traditional Islamic educational institutions in Aceh play a crucial role in preserving classical Islamic scholarship (turath). Facing contemporary challenges in education quality assurance, the Aceh Government through the Dayah Accreditation Board of Aceh (BADA) has established accreditation standards as a curriculum development framework. This study aims to analyze BADA standard-based curriculum innovation strategies in dayah and their impact on improving education quality. Using a descriptive qualitative approach, the research was conducted through document analysis of accreditation materials, in-depth interviews with 25 informants (consisting of dayah leaders, teachers, and senior students), and participant observation in five accredited dayah with different rankings (excellent, good, and fair). The findings reveal that BADA standards emphasize three main aspects: (1) availability of written curriculum documents, (2) integration of turath with contemporary competencies such as digital literacy and civic education, and (3) implementation of structured competency-based learning. Several identified curriculum innovations include the development of outcome-based curriculum frameworks, hybrid syllabi combining classical Islamic texts (kitab kuning) with 21st-century skills, and portfolio-based assessment systems. Accreditation data shows that dayah implementing comprehensive innovations achieved 15-20% improvement in curriculum-related accreditation scores. Furthermore, 80% of respondents reported increased community trust in dayah education quality post-accreditation. This study concludes that the BADA standard-based curriculum innovation model successfully creates synergy between preserving traditional values and meeting modern education quality standards. To ensure innovation sustainability, the study recommends three strategic policies: hybrid curriculum development training for teachers, regular mentoring programs by BADA, and special funding allocation for learning innovations. These findings significantly contribute to developing Islamic education curriculum theory that responds to quality demands while maintaining its traditional roots.ABSTRAKDayah sebagai institusi pendidikan Islam tradisional di Aceh memiliki peran krusial dalam menjaga kelestarian khazanah keilmuan klasik (turats). Dalam menghadapi tantangan penjaminan mutu pendidikan era kontemporer, Pemerintah Aceh melalui Badan Akreditasi Dayah Aceh (BADA) telah menetapkan standar akreditasi sebagai kerangka pengembangan kurikulum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi inovasi kurikulum dayah berbasis standar BADA dan dampaknya terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian dilakukan melalui telaah dokumen akreditasi, wawancara mendalam terhadap 25 informan (terdiri dari pimpinan dayah, guru, dan santri), serta observasi partisipan di lima dayah terakreditasi dengan peringkat berbeda (unggul, baik, dan cukup). Temuan penelitian mengungkapkan bahwa standar BADA menekankan tiga aspek utama: (1) ketersediaan dokumen kurikulum tertulis, (2) integrasi antara turats dengan kompetensi kontemporer seperti literasi digital dan pendidikan kewargaan, serta (3) implementasi pembelajaran terstruktur berbasis kompetensi. Beberapa bentuk inovasi kurikulum yang berhasil diidentifikasi meliputi penyusunan kurikulum berorientasi outcome-based, pengembangan silabus hybrid yang memadukan kitab kuning dengan keterampilan abad 21, serta penerapan sistem penilaian berbasis portofolio. Data akreditasi menunjukkan bahwa dayah yang mengimplementasikan inovasi secara komprehensif mengalami peningkatan skor akreditasi sebesar 15-20% pada indikator kurikulum. Selain itu, 80% responden menyatakan adanya peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pendidikan dayah pasca-akreditasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model inovasi kurikulum berbasis standar BADA berhasil menciptakan sinergi antara pelestarian nilai-nilai tradisional dengan pemenuhan standar mutu pendidikan modern. Untuk memastikan keberlanjutan inovasi, penelitian merekomendasikan tiga kebijakan strategis: penyelenggaraan pelatihan pengembangan kurikulum hybrid bagi guru, program pendampingan berkala oleh BADA, serta pengalokasian dana khusus untuk inovasi pembelajaran. Temuan ini memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan teori kurikulum pendidikan Islam yang responsif terhadap tuntutan mutu tanpa mengabaikan akar tradisionalnya.
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Mirsal, Ilham; Sardi, Marisa
FITRA Vol 7, No 1 (2025): Vol 7, No 1 (2025): Vol. 7 No. 1 Januari - Juni 2025
Publisher : STAI Tapaktuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian kualitatif ini bertujuan mendeskripsikan pengembangan metode ajar di SMAN 1 Pasie Raja, Aceh Selatan, serta relevansinya. Data diperoleh melalui wawancara, sumber data, dan telaah dokumen, kemudian diolah secara induktif. Hasil penelitian menunjukkan dua poin utama. Pertama, penggunaan metode ajar oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) cenderung pasif. Dari berbagai metode yang ada, guru hanya menggunakan lima jenis: ceramah, praktik, tanya jawab, hafalan, dan pemberian tugas. Ini mengindikasikan minimnya variasi metode yang diterapkan dalam pembelajaran PAI. Kedua, meskipun cenderung pasif, penggunaan metode ini terbukti maksimal dalam menunjang prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari tingkat kelulusan siswa yang mencapai 98% dan perkembangan signifikan dalam sikap harian siswa, seperti kesantunan, ketertiban, dan kemampuan mengimplementasikan hasil belajar PAI dalam kehidupan sehari-hari. Upaya pengembangan metode ajar ini didukung oleh kebijakan pimpinan sekolah dan tradisi kegiatan keagamaan rutin. Lingkungan sekolah yang dikelilingi banyak pesantren dan TPA juga sangat mendukung peningkatan pendidikan PAI. Secara struktural dan fungsional, guru dan sekolah telah berupaya mengembangkan metode ajar sesuai kebutuhan pembelajaran PAI. Diharapkan guru dan sekolah dapat lebih mengembangkan penggunaan metode ajar untuk memaksimalkan pembelajaran PAI agar tidak terkesan pasif dan konvensional. Penggunaan metode yang maksimal adalah kunci efektivitas pembelajaran dan optimalisasi prestasi siswa.