Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

PROSES TUMBUH KEMBANG PERMUKIMAN PERDESAAN MUARA SUNGAI DI PESISIR BARAT ACEH DAN ADAPTASI BERKELANJUTANNYA Kasus: Gampong Geulanggang Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya Wulandari, Elysa Wulandari; Nasution, Burhan; Djamaludin, Masdar; Sabila, Farisa
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 3 (2020): Vol. 3 No. 3 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Oktober 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i3.27873

Abstract

Abstract: Related research on the growth and development process of rural settlement areas, with a case study in the Geulanggang Batee village area, which is located at the mouth of a river on the west coast of Aceh, is vulnerable to natural hazards. The development of the parts of the area is not the same which can be traced from the time of the Aceh kingdom to the 21st century. The aim of this research is to find out the causes of differences in the development of the region and the patterns of sustainable adaptation in the community. This study is important to carry out to determine the potential sustainability of a rural settlement that is prone to disasters. Qualitative research approach interpretative phenomenology in case studies. Physical data is obtained from satellite imagery looking at the potential location and changes in land use in the area. Non-physical data is obtained by interviewing community leaders about the dynamics of changes that have occurred. The data is analyzed with a dynamic system, looking at the cause and effect of changes. The results of the research are related to two things: a) the part of the area whose development has retreated due to the threat of natural disasters, adapting patterns by moving away from disasters, so that settlements become empty, improving disaster-prone areas by engineering land techniques and modifying livelihoods to survive: b) parts of the area whose development is progressing as a new place for people to live from the coast, modernizing agriculture, seems to have implemented the smart village concept, has high accessibility to the main roads of the area. The conclusion of this research is that the development of a rural area can synergize with geographical conditions, respond to the demands of modern life by transforming knowledge values that are in line with local values. Keywords: Growth and Development, Sustainable Adaptation, Rural Settlements, River Estuaries, Aceh West Coast Abstrak: Penelitian terkait tentang proses tumbuh kembang kawasan permukiman perdesaan, dengan studi kasus pada kawasan gampong Geulanggang Batee, yang berlokasi di muara sungai pesisir Barat Aceh serta rentan terhadap bahaya alam. Perkembangan bagian kawasan permukiman tersebut tidak sama yang dapat ditelusuri sejak masa kerajaan Aceh hingga abad 21. Tujuan kajian untuk menjelaskan sebab perbedaan perkembangan kawasannya dan pola adaptasi berkelanjutan dalam masyarakatnya. Kajian ini penting dilakukan untuk mengetahui potensi keberlanjutan suatu permukiman perdesaan yang rentan bencana. Pendekatan penelitian secara kualitatif fenomenologi interpretative pada studi kasus. Data fisik di peroleh dari citra satelit melihat potensi lokasi dan perubahan penggunaan lahan kawasan. Data non fisik diperoleh dengan wawancara tokoh masyarakat tentang dinamika perubahan yang terjadi. Data di analisa dengan sistem dinamis, melihat sebab akibat perubahan. Hasil penelitian terkait dua hal: a) bagian kawasan yang mundur perkembangannya karena ancaman bencana alam, melakukan pola adaptasi dengan menjauh bencana, perbaikan kawasan rawan bencana dengan rekayasa teknik lahan dan modifikasi sumber kehidupan untuk dapat bertahan: b) bagian kawasan yang maju perkembangannya sebagai tempat bermukim baru masyarakat tersebut, melakukan modernisasi pertanian, tampak telah menerapkan konsep smart village, memiliki  aksesibilitas tinggi ke jalan utama kawasan.  Kesimpulan penelitian bahwa perkembangan suatu kawasan perdesaan dapat bersinergis dengan kondisi geografis, menjawab tuntutan kehidupan modern dengan mentransformasi nilai-nilai pengetahuan yang sejalan dengan nilai setempat. Kata Kunci: tumbuh Kembang, Adaptasi Berkelanjutan, Permukiman Perdesaan Muara Sungai, Pesisir Barat Aceh
Perancangan Oceanarium di Banda Aceh Khairunnisa Khairunnisa; Muslimsyah Muslimsyah; Burhan Nasution
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Vol 5, No 2 (2021): Volume 5, No.2, Mei 2021
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.882 KB)

Abstract

Tempat wisata di Banda Aceh tergolong minim termasuk pengembangan potensi alamnya, dengan adanya tempat rekreasi yang memanfaatkan potensi tersebut bias menunjang sector perekonomian serta pariwisata setempat. Oleh karena itu perancangan Oceanarium di Kota Banda Aceh merupakan salah satu upaya untuk memaksimalkan pengembangan tempat wisata serta memberikan keuntungan bagi daerah melalui bidang pariwisata. Ulee Lheue merupakan site terpilih untuk pengembangan rancangan ini karena lokasinya yang strategis berada di pinggiran laut serta kesesuaian rancangan dengan pembagian kawasan pariwisata menurut RTRW. Tema metafora yang akan diterapkan bermaksud untuk menjadikan rancangan ini sebagai bangunan yang ikonik di Banda Aceh, dengan demikian dapat menarik perhatian para wisatawan serta mewujudkan tujuan utama perancangan Oceanarium ini yaitu mengembangkan tempat wisata sekaligus melestarikan biota laut Indonesia.
Penerapan Konsep Extending Tradition pada Perancangan Taman Wisata Budaya Dan Seni di Banda Aceh Safiatuddin Syah; Mirza Irwansyah; Burhan Nasution
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Vol 6, No 4 (2022): Volume 6, No.4, November 2022
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.061 KB) | DOI: 10.24815/jimap.v6i4.21798

Abstract

Banda Aceh merupakan ibu kota Provinsi Aceh dan salah satu daerah dengan tempat wisata yang indah. Meskipun kota Banda Aceh dilanda tsunami dahsyat pada tahun 2004, namun kota Banda Aceh kembali berkembang sebagai destinasi wisata dengan bertumpu pada destinasi wisata, adat dan budaya. Kota Banda Aceh saat ini sedang mengalami  banyak perubahan dan situasi di lapangan berubah dengan cepat dalam banyak aspek  ekonomi, pendidikan, administrasi dan terutama pariwisata. Seiring berjalannya waktu, tradisi dan budaya daerah yang selama ini dilestarikan dan dibina  oleh setiap daerah dan masyarakat Aceh seakan hampir hilang  di Aceh saat ini. Oleh karena itu, perancangan taman wisata budaya dan seni ini merupakan solusi yang tepat untuk melestarikan budaya dan seni dan dapat menjadi destinasi wisata yang lebih berkembang di Banda Aceh. Berdasarkan potensi dan permasalahan tersebut perancangan taman wisata budaya seni dengan pendekatan konsep Extending Tradition dapat mengeksplorasi keberlanjutan tradisi lokal  di Banda Aceh.
Perancangan Hotel Bintang 4 Berbasis Syariah Islam di Kota Banda Aceh Ainal Yati; Mirza Mirza; Nasution Burhan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Vol 5, No 4 (2021): Volume 5, No.4, November 2021
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (876.883 KB)

Abstract

Aceh adalah provinsi diujung pulau sumatera yang memiliki ibukota provinsi bernama Kota Banda Aceh, Aceh sendiri merupakan kota yang menerapkan sistem Syariah islam dalam peraturan kotanya, yang biasanya disebut dengan Qanun. Aceh pernah merasakan masa kelam pada tahun 2004 karena diterjang bencana Tsunami yang meratakan rumah, kantor, sekolah, sampai dengan rumah ibadah. Namun, walau pernah mengalami bencana yang sangat memilukan tersebut, kini Aceh Kembali berbenah diri dengan mengembangkan pariwisata bersyariah islam yaitu dengan adanya branding pariwisata World Islamic Tourism yang disandang Kota Banda Aceh sejak Tahun 2015. Dengan adanya branding yang telah miliki oleh Kota Banda Aceh, kini pemerintah Kota Banda Aceh lebih memperhatikan konsep wisata bersyariah yang didukung dengan sarana dan prasarana yang meningkat. Hal tersebut juga didukung dengan adanya peraturan Menteri No. 2 Tahun 2014 tentang pedoman atas penyelenggaraan usaha hotel Syariah yang menjadi landasan utama bagi pengusaha hotel yang ingin mendirikan usaha hotel yang menerapkan sistem Syariah islam dalam aspek pengelolaan, produk dan pelayanan.
Penerapan Futuristic Architecture dalam Perancangan Performing Arts Center Kota Banda Aceh Dira Kuntum Chaira; Burhan Nasution; Izziah Izziah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Vol 5, No 4 (2021): Volume 5, No.4, November 2021
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.43 KB)

Abstract

Indonesia memiliki banyak sekali warisan kesenian dan budaya yang beraneka ragam, namun di Kota Banda Aceh hanya sedikit bisnis yang memanfaatkan potensi tersebut, khususnya yang bergerak di bidang kesenian dan budaya. Sehingga dengan pengadaan Gedung Performing Arts Center akan menjadi peluang bisnis yang positif, dapat meningkatkan pelestarian nilai budaya, seni, dan film, serta dapat menciptakan tempat hiburan yang positif untuk memenuhi kebutuhan sekunder masyarakat yang terus meningkat. Gedung Performing Arts Center akan belokasi di Jalan Medan-Banda Aceh, Kecamatan Meuraxa, Blang Oi, Kota Banda Aceh. Lokasi ini akan sangat mendukung fungsi Gedung karena mudah di akses dan masih berdekatan dengan berbagai objek pariwisata. Perancangan Gedung Performing Arts Center menggunakan tema futuristic architecture dengan penerapan karakteristiknya berupa bentuk dinamis yang mencerminkan kebebasan berekspresi dari pegiat seni, multi-purpose pada fungsi ruangnya, serta material dan teknologi yang mendukung fungsi bangunan. 
Penerapan Konsep Biofilik Arsitektur Pada Rancangan Gedung Parkir di Kota Bukittinggi Nikita Yunaz; Husnus Sawab; Burhan Nasution
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Vol 7, No 1 (2023): Volume 7, No.1, Februari 2023
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.229 KB) | DOI: 10.24815/jimap.v7i1.22708

Abstract

 Industri pariwisata merupakan salah satu sektor andalan Kota Bukittinggi. Banyaknya objek wisata yang menarik, menjadikan kota ini dijuluki sebagai "kota wisata". Menurut data BPS Kota Bukittinggi, Pada tahun 2016-2019, jumlah wisatawan lokal maupun mancanegara selalu meningkat. Dengan banyaknya wisatawan yang datang ke Kota Bukittinggi, berdampak pada masalah tempat parkir, yang menyebabkan munculnya banyak parkir liar sehingga menyebabkan kemacetan. Gedung parkir adalah gedung yang khusus dibangun untuk tempat parkir kendaraan, dengan demikian pemakaian lahan terutama di kawasan pusat kota dapat dilakukan secara efisien. Gedung parkir dapat dikombinasikan dengan pusat kegiatan seperti pertokoan, perkantoran dan kegiatan lainnya. Kota Bukittinggi memiliki pemandangan alam yang tersebar dimana-mana maka konsep biofilik cocok diterapkan pada perancangan gedung parkir. Hal ini dikarenakan konsep biofilik berhubungan dengan alam yang mana tujuan akhirnya untuk mendapatkan kenyamanan dan kesehatan. Oleh karena itu, rancangan gedung parkir dengan tema biofilik tidak hanya memenuhi kebutuhan parkir dan pertokoan tapi juga mampu menyelaraskan kepentingan manusia dengan alam.
Penerapan Tema Arsitektur Simbolik pada Perancangan Wedding Center di Banda Aceh Zakia, Jihan Aprillia; Mufiaty, Hilda; Nasution, Burhan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Vol 8, No 3 (2024): Volume 8, No. 3, Agustus 2024
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimap.v8i3.27346

Abstract

Kota Banda Aceh adalah sebuah kotamadya dan ibu kota Provinsi Aceh, provinsi paling utara di pulau Sumatera, Indonesia. Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh merupakan pusat kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota Banda Aceh juga merupakan pusat perekonomian dan komersial yang dinamis. Pada Perancangan Wedding Center di Banda Aceh ini Menerapkan Tema Arsitektur Simbolik. Aspek Simbolik dalam Arsitektuk hal tersebut dapat dilihat secara langsung melalui bentuk bangunan, fasad bangunan, atau secara tidak langsung melalui konsep dan ide bentuk bangunan. Tanda dan simbol sering digunakan dalam karya arsitektur baik secara harfiah, tergantung bentuknya, maupun secara implisit atau mewakili makna tertentu. Bangunan ini pengguna nya yaitu calon pengantin Wanita dan calon pengantin Pria. Dengan adanya rancangan ini akan menjadi salah satu fasilitas publik yang berfungsi sebagai pelaksanaan resepsi pernikahan dan juga menyediakan semua fasilitas pernikahan yang kompleks dan lengkap. Dengan adanya fasillitas dan jasa yang lengkap dapat menyediakan acara pernikahan yang kompleks baik itu Pre-wedding (sebelum pernikahan), Wedding (sewaktu acara pernikahan dilaksanakan), dan After Wedding (sesudah acara pernikahan dilaksanakan) secara mudah, lengkap, dan terpusat.
Perancangan Hotel Syariah Bintang 4 di Kota Banda Aceh, Tema: Arsitektur Modern Rahman, Muhammad Alif; Irzaidi, Irzaidi; Nasution, Burhan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Vol 7, No 3 (2023): Volume 7, No.3, Agustus 2023
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimap.v7i3.24873

Abstract

Banyaknya wisatawan muslim yang berkunjung ke Provinsi Aceh terutama di Kota Banda Aceh yang merupakan sebuah kota Provinsi Aceh yang menjadi pusat Perekonomian, Pariwisata, Pendidikan,Pusat Budaya dan lain-lain Juga adanya program wisata halal yang sedang di lakukan oleh pemerintah Banda Aceh  Sehingga menarik minat saya untuk membangun sebuah Hotel Syariah dengan menggabungkan konsep arsitektur modern yang sesuai dengan jaman yang akan memberikan ikon sebagai sebuah kota dengan menerapkan prinsip syariah pada pelayanan utama berupa penginapan, juga sebagai sarana untuk mengenal budaya dan lingkungan masyarakat Aceh bagi para wisatawan yang berkunjung. Hotel Syariah direncanakan karena sangat sesuai dengan budaya lokal masyarakat aceh yang bermayoritas muslim juga memberikan rasa aman kepada wisatawan yang beragama muslim dan dapat juga dipakai oleh wisatawan non muslim sebagai cara mengenal syariat islam. Perancangan Hotel Syariah ini menggunakan tema Modern, yaitu suatu gaya bangunan Arsitektur yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan menghapus segala macam ornamen hal ini sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh agama islam untuk tidak mengagungkan simbol-simbol tertentu yang dapat melanggar syariah islam sehingga konsep Arsitektur Modern sangat layak untuk diterapkan agar bangunan yang dirancang tidak bertentangan dengan syariat islam. Konsep bangunan yang akan dirancang menekankan pada banyaknya pengguna  material kaca, baja, dan struktur yang kokoh. Konsep ini diharapkan dapat mengekspresikan kesederhanaan bangunan itu sendiri tanpa menggunakan ornamen yang berlebihan, Sehingga dapat memaksimalkan fungsi bangunan itu sendiri. 
Perancangan Hotel Resort Danau Laut Tawar di Aceh Tengah (Tema: Arsitektur Neo Vernakular) Alfini, Putri; Sari, Laina Hilma; Nasution, Burhan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Vol 8, No 3 (2024): Volume 8, No. 3, Agustus 2024
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimap.v8i3.24879

Abstract

Indonesia memiliki banyak tempat tujuan wisata yang memiliki potensi yang sangat besar. Salah satu daerah di Indonesia yang sangat menarik potensi indusri pariwisatanya adalah Aceh, terutama Aceh Tengah dilihat dengan banyaknya wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Aceh Tengah terus meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk berlibur atau untuk tujuan bisnis. Aceh Tengah menawarkan pesona alam yang cukup. Jika dilihat dari meningkatnya wisatawan yang datang ke Aceh Tengah, sarana yang mendukung peningkatan jumlah wisatawan seperti hotel masih kurang mencukupi. Pemilihan Perancangan Hotel Resort didasarkan oleh potensi alam yang dimiliki Aceh Tengah dimana salah satunya adalah danau, yang dapat digunakan sebagai view utama pembagunan Hotel Resort di Aceh Tengah. Pilihan yang tepat Hotel Resort dengan bintang empat untuk di bangun dikawasan ini. Pada Perancangan Hotel Resort menggunakan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular karena bangunan ini akan berusaha menampilkan dan mencerminkan tradisi lokal tetapi juga tetap modern.
Perancangan Galeri Fotografi di Banda Aceh dengan Pendekatan Arsitektur Futuristik Zilfahera, Zilfahera; Nasution, Burhan; Edytia, Muhammad Heru Arie
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Vol 8, No 1 (2024): Volume 8, No.1, Februari 2024
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimap.v8i1.26829

Abstract

Seiring berjalannya waktu perkembangan teknologi semakin maju, khususnya dalam dunia fotografi dimana minat masyarakat terhadap fotografi semakin tinggi diiringi dengan terbentuknya komunitaskomunitas fotografi dan dilengkapi dengan fasilitas untuk mendukung kagiatan fotografi seperti toko kamera dan alat fotografi. Sehingga dibutuhkan sebuah tempat yang mampu mewadahi semua kegiatan fotografi yang ada. Galeri fotografi adalah suatu bentuk dari tempat untuk mewadahi semua kegiatan fotografi seperti pameran, studio foto, kelas fotografi, community space untuk para pecinta fotografer melakukan kegiatan sharing dan gathering serta sebagai pusat rekreasi dan edukasi yang dapat digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat. Metode perancangan yang dilakukan dalam proses perancangan ini adalah dengan melakukan analisis pengguna, analisis besaran ruang serta analisis tapak. Arsitektur futristik adalah suatu paham kebebasan dalam mengekspresikan ide dengan cara inovatif dan dinamis. Tema arsitektur futuristic diterapkan pada ide bangunan, fasad bangunan, interior bangunan dan kecanggihan teknologi pada bangunan. Rancangan yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi wujud nyata dukungan terhadap perkembangan fotografi di Banda Aceh dan menjadikan rancangan sebagai pusat rekreasi dan edukasi.