Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Identifikasi Taenia solium secara Mikroskopis pada Peternakan Babi Bekti, Heri Setiyo; Habibah, Nur; Rinawati, Luh Putu; Pradnya Yasa, Ni Putu Candra Dewi; Rindi, Oktavelendi Dhaneta Graha; Dewi, Ni Km Ayu Kusuma; Savitri, Ni Putu Ayu Dani; Rakhmawati, Aprilia
Jurnal Kesehatan Vol 12, No 1 (2021): Jurnal Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jk.v12i1.2448

Abstract

Taenia solium is a zoonosis found all over the world, especially in developing countries. T solium can cause taeniasis and cysticercosis in humans. Pigs as intermediate hosts can be infected with T solium which causes porcine cysticercosis. T solium can infect muscle, skin, eye, and brain tissue which can develop into neurocysticercosis. Neurocysticercosis is the cause of 30% of cases of epilepsy in the world. In Denpasar city, pigs are one type of livestock. A large number of pig farms and the Balinese’s people's habit of consuming pork is one of the sources of T solium infection. This research was conducted to determine T solium eggs in pig feces. The study was conducted microscopically on 31 samples with simple random sampling technique. The results showed that of the 31 samples examined, 54.8% (17 samples) were positive for T solium eggs. This indicates that the pig farms in Denpasar city have been infected with T solium. Pig farming in Denpasar city was done traditionally and kept indoors. However, the breeders pay less attention to pig health and environmental sanitation. Also, pigs are slaughtered privately by breeders because there are no slaughterhouses. Lack of supervision of pork circulating in the community is also the cause of T solium infection. Therefore, it is necessary to carry out supervision by the local government on pig farms as well as supervision of pork consumed by the public to prevent and eradicate T solium infection.
Development of a Tuberculosis Vaccine Seed: Construction of Resuscitation-Promoting Factor B DNA Vaccine and its Expression in Vitro and in Vivo Saraswati, Ratih D; Rukmana, Andriansjah; Fithriyah, Fithriyah; Rakhmawati, Aprilia
Makara Journal of Health Research Vol. 22, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Tuberculosis (TB) is a chronic infection disease caused by Mycobacterium tuberculosis (Mtb) and has a high death-rate worldwide. Bacillus Calmette-Guerin is the only TB vaccine which is currently available with several drawbacks, such as its different efficacy for different individuals, lack of protection for lung TB in adults and subsequent reactivation which lead the research for novel TB vaccine approach. Resuscitation-promoting factor (rpf) protein in Mtb is a protein cluster which play a big role in TB dormancy during latent infection. Member from this cluster protein is rpfB which shows the greatest biological and immunological characteristics among other proteins in the rpf family, now is widely explored as novel TB vaccine candidate. Methods: In this study, the rpfB gene of the Mtb Beijing strain was amplified using PCR and then cloned into pcDNA3.1 plasmids. The ability of recombinant pcDNA-rpfB to induce humoral immune response was tested through Balb/C mice immunization. Results: A positive recombinant rpfB protein ~66 kDa was detected through western blot analysis using immunized mice sera. Meanwhile, recombinant pcDNA-rpfB was transfected in to CHO-K1 mammalian cell line and recombinant rpfB antigen expression was confirmed through immunostaining. Conclusions: Therefore, we have succesfully express the recombinant rpfB proten of M.tb strain Beijing in mammalian expression system which proven to be antigenically induced humoral immune response in mice model.
Construction of pcDNA3.1 Vector Encoding RpfD Gene of Mycobacterium tuberculosis Rakhmawati, Aprilia; Rukmana, Andriansjah; Karuniawati, Anis
Makara Journal of Science Vol. 22, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tuberculosis (TB) is an infectious diseasecaused by Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). TB is still a major health problem. The Bacillus Calmette-Guérin (BCG) vaccineis the only one available for TB and is known to confer variable levels of protection. Because of thisvariability, a new vaccine is needed to control TB. Proteins secreted by M.tuberculosisare known to induce protective immunity. Within the genome of M. tuberculosis, there is a family of proteins called resuscitation promoting factor (Rpf), which playsa role in the reactivation of M. tuberculosis. RpfD is amember of the Rpf family that has been shown to be immunogenic, makingitsuitable for use as a TB vaccine. The rpfD gene of the M. tuberculosis Beijing strain from the bacterial stock of the Department of Microbiologyat the Medical Facultyof theUniversitas Indonesia was amplified using polymerase chain reaction (PCR) and then insertedintothemammalian expression vector pcDNA3.1(+). Then, the pcDNA3.1(+)-rpfD vector was transformed to Escherichia coli DH5α. A 465-bp target fragment was obtained, and the accuracy ofthecloning was confirmed using colony PCR, restriction enzyme digestion, and sequencing. We expect that this recombinant plasmid will induce immunity in future animal models and thus will prove itself to be a candidate for an M. tuberculosis vaccine.
Identifikasi Cacing Pita (Taenia solium) dengan Metode Mikroskopis dan Nested PCR Rinawati, Luh Putu; Yanty, Jannah Sofi; Kurniawan, Surya Bayu; Bekti, Heri Setyo; Antarini, Anak Agung Nanak; Puryana, I Gusti Putu Sudita; Dewi, Pande Putu Ayu Patria; Rakhmawati, Aprilia
Jurnal Analis Kesehatan Vol. 13 No. 1 (2024): Jurnal Analis Kesehatan
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jak.v13i1.4531

Abstract

Taenia solium merupakan parasit yang dapat menimbulkan infeksi taeniasis dan sistisekosis. Di Indonesia terutama di Bali kejadian taeniasis tinggi yang disebabkan kebiasan masyarakatnya mengonsumsi “lawar pork”. Daging babi yang terinfeksi dapat menjadi sumber penularan T. solium. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi T. solium menggunakan metode mikroskopis dan Nested PCR. Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan desain observasional yang dilakukan terhadap 26 sampel yang diperiksa secara mikroskopis dan molekuler menggunakan Nested PCR dengan primer spesifik terhadap gen Tso31. Dari hasil penelitian menggunakan metode mikroskopis diperoleh sebanyak 21 sampel yang positif yang mengandung bagian cacing dan telur cacing, sedangkan dengan metode Nested PCR diperoleh 2 sampel positif yang memiliki berat molekul 234 bp. Identifikasi T. soliumpada manusia penting karena diperlukan untuk memberikan pengobatan tepat waktu pada penderita sekaligus untuk memutus rantai penularan parasit tersebut.
Potensi Sinergitas Esktrak Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) dan Tetrasiklin dalam Menekan Pertumbuhan Staphylococcus aureus Yuniati, Nilasari Indah; Rakhmawati, Aprilia; Oktaviani, Milla
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 6 No 4 (2024): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.bioe.2024.6.4.11262

Abstract

Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang seringkali menjadi penyebab infeksi pada manusia, seperti infeksi kulit hingga infeksi sistemik. Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spektrum luas yang diketahui efektif menghambat pertumbuhan Gram positif maupun Gram negatif. Namun, akhir-akhir ini banyak ditemukan kasus resistensi tetrasiklin, salah satunya pada S. aureus yang berpotensi mempersulit terapi pengobatan penyakit akibat infeksi bakteri. Penggunaan bahan alam. Pendekatan kombinasi antara senyawa alami seperti ekstrak nanas dengan tetrasiklin dapat menjadi strategi potensial untuk meningkatkan efektivitas terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi sinergitas antara ekstrak nanas dan tetrasiklin dalam menekan pertumbuhan S. aureus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, terdiri atas tiga kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol, masing-masing dengan lima kali ulangan. Data zona hambat yang diperoleh dianalisis menggunakan One Way ANOVA, dilanjutkan dengan uji Duncan’s untuk mengetahui perlakuan terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak nanas memberikan kemampuan penghambatan kurang baik terhadap S. aureus ketika diberikan dalam dosis tunggal. Kombinasi ekstrak kulit nanas dengan tetrasiklin meningkatkan kemampuan penghambatan tetrasiklin dari kategori intermediet menjadi sensitif, dengan rata-rata zona hambat sebesar 25,4 mm. Persentase penghambatan kombinasi ekstrak kulit nanas dan tetrasiklin terhadap S. aureus 80% sensitif dan 20% intermediet, mengalami peningkatan jika dibandingkan pemberian tetrasiklin tunggal, yaitu 40% sensitif, 40% intermediet, dan 20% resisten.
Primers application with the Tso31 gene target in the molecular identification of Taenia solium Habibah, Nur; Bekti, Heri Setiyo; Kumara Dewi, Ni Wayan Rika; Rinawati, Luh Putu; Burhannuddin, Burhannuddin; Rakhmawati, Aprilia
Muhammadiyah Medical Journal Vol 2, No 1 (2021): Muhammadiyah Medical Journal (MMJ)
Publisher : Faculty of Medicine and Health Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.651 KB) | DOI: 10.24853/mmj.2.1.35-40

Abstract

Background: taeniasis is a zoonotic disease caused by Taenia spp. Human taeniasis caused by Taenia solium can be acquired after consumption of raw insufficiently cooked infected pork meat. Pigs are intermediate host for T.solium. Pigs acquired this infection by eating human feces that contained T.solium eggs. Pigs infected with T.solium can be transmitted to humans. Purposes: identification of T.solium in pig is important because it is indicator of T.solium transmission. Microscopic examination of T.solium eggs is considered less effective and efficient so that many other methods are developed for T.solium detection such as molecular and immunology. Method: This method used specific primer which can detect the Tso31 gene in T.solium. Tso31 gene is one of the most promising antigens to differentiate T.solium from T.saginata. Pig feces samples were taken by random sampling technique from 7 pig farms in Denpasar. Result: from the 30 samples, we found one sample that which gave a single amplification product of 234 bp. This indicates that the pig farms in Denpasar have been infected with T.solium. Conclusion: it is necessary to do meat inspection properly in the market as well as health education about the dangers and impacts of T.solium infection in the community.
Profil Asam Urat Pada Ibu Rumah Tangga Di Purwokerto Selatan Rakhmawati, Aprilia; Khasanah, Nur Aini Hidayah; Yuniati, Nilasari Indah; Wulansari, Keke Putri
Jurnal Bina Cipta Husada Vol 21 No 1 (2025): Jurnal Bina Cipta Husada
Publisher : STIKes Bina Cipta Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Asam urat adalah produk utama dari metabolisme purin yang kadarnya dipengaruhi oleh asupan makanan yang mengandung purin dan fruktosa yang tinggi. Produksi asam urat yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya hiperurisemia dan gout. Ibu rumah tangga memiliki metabolisme yang lebih lambat yang berpengaruh terhadap kadar asam urat dan sering kali menjadi populasi yang terabaikan dalam penelitian kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kadar asam urat pada ibu rumah tangga di Purwokerto Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dengan total sampel sebanyak 170. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar asam urat ibu rumah tangga di Purwokerto Selatan. Dari 170 sampel ditemukan sebanyak 20 sampel memiliki kadar asam urat yang tinggi dengan rata-rata sebesar 7.81 mg/dL. Kadar asam urat tertinggi yang ditemukan adalah 10.2 mg/dL. Sebanyak 3 sampel memiliki kadar asam urat yang rendah dengan rata-rata 2,23 mg/dL. Sisanya memiliki kadar yang normal. Kadar asam urat tinggi ditemukan pada rentang usia 41 – 60 tahun. Pada usia tersebut wanita akan mengalami menopause. Kadar asam urat ditemukan lebih tinggi pada wanita menopause. Hal ini dikarenakan pada wanita menopause produksi hormon estrogen menurun sehingga ekskresi asam urat menjadi tidak maksimal dan menumpuk di ginjal. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam urat pada ibu rumah tangga.
Profil Nilai Tekanan Darah Penderita Diabetes Melitus dengan Kadar Glukosa Darah yang Tidak Terkontrol Rakhmawati, Aprilia
Jurnal Bina Cipta Husada Vol 21 No 2 (2025): Jurnal Bina Cipta Husada
Publisher : STIKes Bina Cipta Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan adanya gangguan pada metabolisme, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat gangguan pada sekresi insulin, fungsi insulin, atau bahkan keduanya. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan meningkatkan risiko hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan profil  nilai tekanan darah pada penderita DM dengan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol. Metode penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan di Posbindu Masjid As-Sakinah Grendeng, Banyumas pada Mei 2025. Total sebanyak 30 responden yang menderita DM dengan kadar glukosa darah >200 mg/dL. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden mengalami hiperglikemia. Sebanyak 27% responden berada dalam kategori prahipertensi, 30% hipertensi tahap I, 10% tergolong hipertensi tahap II, dan hanya 33% yang memiliki tekanan darah dalam batas normal. Berdasarkan analisis menggunakan uji Spearman, tidak ditemukan hubungan signifikan antara kadar glukosa darah dan tekanan darah sistolik (r=0,239;p=0,204) maupun diastolik (r=0,150;p=0,428). Walaupun sebagian besar penderita DM dengan glukosa darah tidak terkontrol menunjukkan peningkatan tekanan darah, secara statistik tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kedua variabel. Oleh karena itu, pemantauan tekanan darah dan kadar glukosa secara berkala tetap menjadi langkah penting dalam upaya pencegahan komplikasi lebih lanjut.
PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL MELALUI PEMBERDAYAAN DAN DETEKSI DINI PADA REMAJA KARANG TARUNA Yuniati, Nilasari Indah; Khasanah, Nur Aini Hidayah; Rakhmawati, Aprilia; Wulansari, Keke Putri; Asryadin, Asryadin
JPMA - Jurnal Pengabdian Masyarakat As-Salam Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal Pengabdian Masyarakat As-Salam (JPMA)
Publisher : Asosiasi Dosen Perguruan Tinggi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37249/jpma.v5i1.880

Abstract

Kelompok usia remaja tergolong rentan terhadap penularan infeksi menular seksual (IMS) akibat rendahnya literasi kesehatan reproduksi, perilaku seksual beresiko, dan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan yang ramah remaja. Program pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran remaja Karang Taruna di Kelurahan Karang Sentul melalui penyuluhan dan skrining IMS, khususnya HIV dan sifilis. Metode kegiatan meliputi penyuluhan edukatif dengan pendekatan interaktif. Pelaksanaan pre-test dan post-test dilakukan untuk mengukur kenaikan tingkat pengetahuan peserta tentang IMS. Selain itu, dilakukan skrining IMS menggunakan tes cepat (rapid diagnostic test). Sebanyak 20 peserta mengikuti kegiatan ini, terdiri dari 18 laki-laki dan 2 perempuan. Data pre-test memperlihatkan bahwa 60% peserta memiliki pemahaman kurang, yang kemudian meningkat menjadi 70% dengan kategori pemahaman baik setelah penyuluhan. Dari 18 peserta yang bersedia menjalani tes skrining, seluruhnya menunjukkan hasil negatif terhadap HIV dan sifilis. Kegiatan ini membuktikan bahwa edukasi yang tepat dan layanan skrining yang mudah diakses dapat meningkatkan kesadaran remaja terhadap IMS. Diperlukan kolaborasi berkelanjutan dengan lembaga terkait guna memperluas cakupan dan dampak kegiatan serupa.