Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Kehadiran Allah di Tengah Penderitaan Aceh Singkil Aritonang, Hanna Dewi
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 1 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2021.61.584

Abstract

AbstractThis study is a Christological study on the suff ering of Christians based on the phenomenon of the burning and demolishing of churches in Aceh Singkil by using Choan Seng Song’s perspective as a theoretical framework. This study uses a qualitative approach among others by conducting interviews with several key informants to obtain field data related to violence and a collective dark memory. This study aims to understand the presence of God in the context of the suffering of Christians in Aceh Singkil and seeks a solution to transform the collective dark memory in the prototype memory of the crucified Jesus as a crucified society. AbstrakStudi ini merupakan kajian kristologis tentang penderitaan umat Kristen atas fenomena pembakaran dan penghancuran gereja-gereja di Aceh Singkil dengan menggunakan pemikiran Choan Seng Song sebagai kerangka teori. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara terhadap beberapa informan kunci untuk mendapatkan data lapangan yang berhubungan dengan kekerasan dan memori kelam kolektif. Studi ini bertujuan untuk memahami kehadiran Allah dalam konteks penderitaan umat Kristen di Aceh Singkil dan berupaya menemukan transformasi memori kelam kolektif dalam ingatan prototipe Yesus yang disalibkan sebagai masyarakat tersalib.
PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TIK OLEH GURU TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMP NEGERI SE-KECAMATAN DOLOKSANGGUL Purba, Rugun Nisba; Aritonang, Hanna Dewi; Sihaloho, Martua; Pakpahan, Betty A.S.; Sitorus, Hisardo
JURNAL CURERE Vol 8, No 1 (2024): Vol 8, No 1 Tahun 2024 : (Jurnal Curere)
Publisher : Universitas Quality

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36764/jc.v8i1.1365

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) besaran pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap minat belajar siswa SMP Negeri di kecamatan Doloksanggul; 2) besaran pengaruh pembelajaran berbasis TIK terhadap minat belajar siswa; 3) besaran pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah dan pembelajaran berbasis TIK secara simultan terhadap minat belajar siswa SMP Negeri di kecamatan Doloksanggul. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif inferensial. Populasi adalah seluruh guru di SMP Negeri se-kecamatan Doloksanggul yaitu berjumlah 176 orang dan ditetapkan sampel sebanyak 125 orang menggunakan teknik random sampling. Data dikumpulkan dengan angket tertutup sebanyak 60 item. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: 1) nilai F hitung > F tabel antara kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap minat belajar siswa yaitu 22,682 > 3,07 dengan demikian diketahui bahwa terdapat pengaruh antara kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri Se-Kecamatan Doloksanggul yaitu sebesar 15,6%, 2) nilai F hitung > F tabel antara pembelajaran berbasis TIK terhadap minat belajar siswa yaitu 21,760 > 3,07 dengan demikian diketahui bahwa terdapat pengaruh yang antara pembelajaran berbasis TIK terhadap minat belajar siswa SMP Negeri Se-Kecamatan Doloksanggul yaitu sebesar 15%, 3) nilai F hitung > F tabel antara kompetensi manajerial kepala sekolah dan pembelajaran berbasis TIK terhadap minat belajar siswa yaitu 17,314 > 3,07 dengan demikian diketahui bahwa terdapat pengaruh antara kompetensi manajerial kepala sekolah dan pembelajaran berbasis TIK terhadap minat belajar siswa SMP Negeri Se-Kecamatan Tarutung yaitu sebesar 22,1% dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak.
Peningkatan Kompetensi Penyuluh Agama di Kabupaten Toba Melalui Pelatihan Komunikasi yang Efektif dan Efisien Sari, Agnes Novianti Permata; Simamora, Hermanda Ihut Tua; Aritonang, Hanna Dewi; Karina, Enda Dwi; Sipahutar, Melina Agustina
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Indonesia (JPKMI) Vol. 2 No. 2 (2022): Agustus: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia (JPKMI)
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jpkmi.v2i2.309

Abstract

Komunikasi dalam kegiatan penyuluhan agama sangat diperlukan dikarenakan penyuluhan membutuhkan orang-orang dengan kemampuan komunikasi yang baik. Dalam hal ini, ketika penyuluhan agama di lakukan oleh penyuluh yang mampu berkomunikasi dengan baik maka tujuan dari penyuluhan tersebut akan tersalurkan ke masyarakat dengan baik. Komunikasi adalah suatu proses ketika seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah memberikan pemaparan materi kepada para penyuluh agama Kristen di Kabupaten Toba. Kegiatan dilakukan oleh Prodi Pendidikan Penyuluh Agama (PPA) IAKN Tarutung guna meningkatkan kompetensi komunikasi Penyuluh Agama Kristen di Kabupaten Toba. Diharapkan hasil dari kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan penyuluh dalam setiap kegiatan penyuluhan kepada masyarakat binaan mereka masing-masing. Communication in religious counseling activities is very necessary because counseling requires people with good communication skills. In this case, when religious counseling is carried out by extension workers who are able to communicate well, the purpose of the counseling will be transfered to the community well. Communication is a process when a person or people, groups, organizations, and society create and use information to connect with environment and other people. The method which is used in this activity was to explain material exposure to Christian religious educators in Toba Regency. The activity was carried out by Pendidikan Penyuluh Agama (PPA) of IAKN Tarutung in order to improve the communication competence of Christian Religion Counselors in Toba Regency. It is hoped that the results of this activity can increase the knowledge of religion counselors in their activity to educate the society.
Mengasihi Sesama sebagai Inspirasi Teologis Penguatan Moderasi Beragama Aritonang, Hanna Dewi; Simangunsong, Bestian; Sibarani, Robert; Saragih, Orde Koria
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 9 No. 2 (2024): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2024.92.1208

Abstract

AbstractThe purpose of this writing is to promote the commandment of loving others as the theological foundation underlying the praxis of religious moderation. The method used is library research, with a descriptive analysis approach to various reference sources. This research resulted in findings on the importance of living the commandment “love your neighbor as yourself” and making it a lifestyle or lifestyle (daily action). This study confirms that the implementation of religious moderation can begin with a correct theological understanding of moderation, because a correct understanding of the theological basis of religious moderation will encourage moderate behavior. Christianity teaches the law of love which emphasizes the balance of people’s relationships with God and others. Loving God is proven by loving other to the same standard as loving himself. This balance is the basic principle of religious moderation. The teaching of love is also emphasized in the golden rules of love with the principle of solidarity. AbstrakTujuan penulisan ini adalah untuk mengedepankan perintah mengasihi sesama sebagai landasan teologis yang melandasi praksis moderasi beragama. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah penelitian kepustakaan, dengan pendekatan analisis deskriptif terhadap berbagai sumber referensi. Penelitian ini menghasilkan temuan tentang pentingnya menjalankan perintah “mengasihhi sesama seperti diri sendiri” dan menjadikannya sebagai gaya hidup atau lifestyle (tindakan sehari-hari). Kajian ini menegaskan bahwa penerapan moderasi beragama dapat dimulai dari pemahaman teologis moderasi beragama dengan benar, sebab pemahaman yang benar terhadap landasan teologis moderasi beragama akan mendorong perilaku moderat. Agama Kristen mengajarkan hukum kasih yang menekankan pada keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama. Mencintai Tuhan dibuktikan dengan mencintai sesama sama seperti mencintai diri sendiri. Keseimbangan inilah yang menjadiprinsip dasar moderasi beragama. Ajaran cinta juga ditekankan pada hukum emas dengan prinsip solidaritas.
Menggali Makna Simbolik Peletakan Tanduk Kerbau Dalam Kematian Saur Matua Sesuai Adat Batak Toba Purba, Helen Angelita; Aritonang, Hanna Dewi; Gea, Ibelala
Areopagus : Jurnal Pendidikan Dan Teologi Kristen Vol 22, No 2 (2024): September
Publisher : IAKN Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/ja.v22i2.2560

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna peletakan tanduk kerbau pada kuburan dalam kematian saur matua adat Batak Toba di Desa Lumban Purba Sosorgonting, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan empiris-analisis-reflektif melalui wawancara terbuka. Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat desa Lumban Purba yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan, dengan sampel yang dipakai dalam penelitian ini yakni 10 orang tokoh dan tetua adat di daerah Lumban Purba Sosorgonting dan beberapa desa lainnya yang terdapat pada daerah Humbang Hasundutan yang dipilih secara selektif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perubahan makna terhadap peletakan tanduk kerbau sebelum dan sesudah kekristenan. 1. Sebelum masuknya kekristenan makna peletakan tanduk kerbau pada kuburan yaitu: a. Sebagai pertanda bahwa yang meninggal tersebut sudah menyelesaikan adat saur matua. b. Sebagai pertanda bagi orang yang melihat kuburan tersebut bahwa orang yang meninggal tersebut adalah orang saur matua (orang tua yang memiliki umur yang panjang dan sudah memiliki keturunan dari anaknya yang laki-laki dan perempuan) dalam adat Batak. 2. Namun setelah masuknya ajaran kekristenan yang ditinjau dalam perspektif Richard niebuhr kemudian sedikit berubah makna. Sekarang peletakan tanduk kerbau pada kuburan mulai dipahami sebagai simbolis jalan untuk menyampaikan persembahan sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan karena sudah memberikan kelancaran pada saat menyelesaikan adat saur matua dan sudah mencapai tingkatan kematian tertinggi dalam adat Batak yakni memberikan umur panjang sampai melihat keturunan dari anaknya laki-laki dan perempuan. Dari perspektif Richard Niebuhr hasil penelitian mengemukakan bahwa relasi agama dan budaya di Desa Lumban Purba Sosorgonting lebih tepatnya ialah agama akan selalu sejalan dengan adat dan agama telah mentransformasikan budaya. Hal ini dapat dilihat dengan mentransformasikan yang artinya mengubah sedikit pemaknaan upacara tersebut dimana kita semula hanya sebagai pertanda sudah saur matua dan sudah menyelesaikan adat saur matua, sekarang kita mengucapkan rasa syukur kita sudah boleh mencapai tingkatan kematian tertinggi dalam adat Batak (saur matua).
Ritual 'Erpangir Ku Lau' Berdasarkan Perspektif Teologi Kesucian Diri (Studi Etnografi Terhadap Tradisi Lokal di Desa Semangat Gunung) Ginting, Tasya Salonika; Aritonang, Hanna Dewi; Sihombing, Warseto Freddy
NABISUK : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol. 1 No. 2 (2023): Desember
Publisher : Prodi Teologi IAKN Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jn.v1i2.17

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan persepsi masyarakat mengenai ritual erpangir ku lau, membersihkan diri dengan menggunakan media air dan ritual erpangir ku lau berdasarkan perspektif Teologi Kesucian Diri. Penelitian ini menggunakan metode kulitatif etnografi yaitu pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan dengan menghasilkan data informan tertulis maupun lisan dari objek yang diamati. Persepsi masyarakat terhadap ritual erpangir ku lau yaitu suatu ritual membersihkan diri dengan menggunakan media air, masyarakat Karo yang melakukan ritual erpangir ku lau mempercayai bahwa ritual ini dapat membersihkan diri yang bertujuan untuk meminta berkat, meminta hasil panen yang melimpah, dan dapat menyembuhkan penyakit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa air memiliki sifat eliminatoris, retoratoris, kreatoris yang bersifat mencuci, membersihkan, memurnikan kotoran, noda dan juga mengusir bala dan penyakit, termasuk roh-roh jahat yang artinya mengeliminasi kejahatan dan menyembuhkan tatanan. Memulihkan atau mengembalikan apa yang sudah hilang dari hidup sempurna sediakala. Pengutuhan lewat air akan sanggup memulihkan hidup sempurna menjadi bahagia. Oleh kekuatan dari iblis, hidup dilemahkan, digerogoti dan akhirnya, setelah layu akan menjadi mati. Daya ajaib air akan meresapkan dan dengan itu memulihkan hidup semula (sembuh) dalam keselarasan hubungan dengan Allah. Air sanggup melahirkan pengada dan status mengada yang baru. Air bukan saja menyucikan, tetapi juga mengandung potensialitas, yang dikomunikasikannya. Ini menjadi air kehidupan. Perlambangan air adalah statusnya yang tetap pada potensi dan berlaku bagi setiap ritus air, baik percikan, penyentuhan, pencelupan, maupun pembasuhan, pemandian dan penceburan.
REFLEKSI TEOLOGIS KERUKUNAN BERDASARKAN MAZMUR 133 DALAM BINGKAI DALIHAN NA TOLU DI TAPANULI UTARA: - Aritonang, Hanna Dewi; Silitonga, Firman; Girsang, Lewi; Ludji, Daud Saleh
Manna Rafflesia Vol. 11 No. 2 (2025): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38091/man_raf.v11i2.426

Abstract

This study reveals that the theology of harmony based on Psalm 133 is part of a change in the local wisdom values ​​of the Dalihan Na Tolu philosophy. The purpose of writing this article is to explore the values ​​contained in the Dalihan Na Tolu philosophy as the local wisdom of the Batak Community in an effort to maintain mutualistic, symbiotic and transformative interfaith and fraternal relations in the midst of plural society in North Tapanuli. The research method used is qualitative with an appreciative inquiry approach towards the internalization of Dalihan Na Tolu values ​​that have been implemented by the community in daily life interactions. The results of this research are that the implementation of these philosophical values ​​has been realized in the practice of kinship, equality, balance and tolerance which results in harmonious interactions between religious communities. That is why this study is very important to promote the values ​​contained in Dalihan Na Tolu as social glue in an effort to maintain brotherhood and live out the theology of harmony in the context of religious and cultural pluralism.
Menghidupi Spiritualitas Ekologis: Sebuah Panggilan Kristen di Tengah Krisis Lingkungan Hidup Simangunsong, Bestian; Aritonang, Hanna Dewi; Tambunan, Mega Intan
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 10, No 1 (2025): Oktober 2025 (In Progress)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v10i1.1637

Abstract

Abstract. Increasingly severe environmental damage to be a global concern. Reducing the environmental carrying capacity for the survival of all creation is a crucial problem. The purpose of this study is to explore the church's responsibility in living out ecological spirituality as an answer to its calling on earth. Ecological spirituality is reconstructed based on David G. Hallman's ideas about the spirituality of the earth community which is encountered with the ecological context in Indonesia, specifically North Sumatra. This study conducted by a qualitative method with an appreciative inquiry approach. The research result showed the importance of living ecological spirituality as a fulfillment of the church's call to care for and preserve the earth as a common home for all creation.Abstrak. Kerusakan lingkungan yang semakin parah menjadi keprihatinan global. Penurunan daya dukung lingkungan terhadap kelangsungan hidup seluruh ciptaan merupakan masalah krusial. Tujuan kajian ini adalah mengeksplorasi tanggung jawab gereja dalam menghidupi spiritualitas ekologis sebagai jawaban atas panggilannya di bumi. Spiritualitas ekologis direkonstruksi berdasarkan gagasan David G. Hallman tentang spiritualitas komunitas bumi yang dipertemukan dengan konteks ekologis di Indonesia, secara khusus Sumatera Utara. Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan apresiatif inquiry. Hasil penelitian menunjukkan pentingnya menghidupi spiritualitas ekologis sebagai pemenuhan panggilan gereja dalam merawat dan melestarikan bumi sebagai rumah bersama bagi seluruh ciptaan.
Penerapan Kearifan Lokal Poda Na Lima Melalui Pelatihan Eco-Brick Di SMK Swasta Karya Tarutung, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara Lumbantobing, Roida; Sembiring, Feriel Amelia; Purba, Omta; Sitindaon, Wensdy; Aritonang, Hanna Dewi
Journal Of Human And Education (JAHE) Vol. 3 No. 3 (2023): Journal Of Human And Education (JAHE)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jh.v3i3.369

Abstract

Permasalahan sampah dari tahun ke tahun menjadikan Indonesia adalah negara dengan tingkat kecemarannya tinggi, terutama dari sampah plastik bekas yang proses terurainya begitu lama bahkan sampai ratusan tahun lamanya. Sampah-sampah plastik dapat dikurangi dengan memanfaatkan sampah tersebut menjadi barang bernilai manfaat dan juga sebagai penghias lingkungan. Pemanfaatan sampah plastik dalam pembuatan beberapa barang atau yang dikenal dengan istilah ecobrick memberikan makna kearifan lokal bagi masyarakat terkhususnya suku Batak yakni poda na lima di mana salah satunya adalah paias pakaranganmu (bersihkan lingkunganmu). Metode yang dilakukan adalah observasi dan wawancara guna eksplorasi lapangan. Tahapan kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pembukaan, pemaparan materi dan pelatihan ecobrick. Hasil dari pengabdian ini adalah meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang pemanfaatan sampah plastik oleh siswa-siswi SMK Karya Tarutung dan meningkatkan ketrampilan menjadi furniture berupa kursi sofa dan meja kecil yang bermanfaat dan bernilai ekonomis..
EDUKASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN BIJAK DI SMA NEGERI 1 PARANGINAN Silalahi, Haposan; Siagian, Albiner; Aritonang, Hanna Dewi; Limbong, Nurelni; Pardede, Boho
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): Volume 5 No 1 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i1.25219

Abstract

Di era digital, penggunaan internet sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Berbagai aktivitas seperti bekerja, belajar, berkomunikasi, berbelanja, dan lain sebagainya telah memanfaatkan teknologi sebagai alatnya. Artinya, aturan-aturan hidup yang berlaku di dunia nyata, seperti norma dan peraturan etika, juga harus dialihkan ke dunia digital. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengumumkan jumlah pengguna internet di Indonesia kini mencapai 63 juta. 95% dari mereka menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Hal ini dirasa sangat perlu dalam memberikan pengetahuan dan informasi terhadap manfaat, ancaman dan aturan dalam memanfaatkan teknologi khususnya media sosial. Memanfaatkan media sosial seluas-luasnya untuk ekspresi diri dan memenuhi kebutuhan pengguna pasti akan mempengaruhi pengguna lainnya. Selain itu, generasi muda yang sedang mencari jati diri harus dididik untuk mengenal diri sendiri dan memanfaatkan media sosial secara positif dan bermakna. Prosesnya dilakukan dalam bentuk seminar dan kegiatan ini memberikan gambaran tentang media sosial, dampak negatif dan manfaatnya, ancaman yang ada di media sosial, cara menggunakan media sosial yang benar, dan yang terakhir adalah UU ITE. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu masyarakat menjadi lebih cerdas dalam menggunakan media sosial.