Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

ANALISIS KELAYAKAN PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM BARU PERSIAPAN GUNUNG SAHILAN DARUSSALAM KABUPATEN KAMPAR malau, riki hanri; alkadafi, muammar
Jurnal Niara Vol. 10 No. 2 (2018)
Publisher : FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS LANCANG KUNING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.191 KB) | DOI: 10.31849/nia.v10i2.1902

Abstract

The object of this research is the plan for the establishment of a new autonomous region of the preparation of Gunung Sahilan Darussalam from Kampar Regency.. The purpose of this research is to know the technical feasibility of expansion Gunung Sahilan Darussalam based on Government Regulation Number 78 Year 2007 About Procedure of Formation, Elimination and Merger of Region. Research methods; Using secondary data and analyzed quantitatively by determining the scores of each indicator into the eligibility requirements, consisting of 11 detailed factors into 35 indicators, then the data will be analyzed descriptively to explain the research results. The results of the study based on the assessment of indicators as mandated by Government Regulation Number 78 Year 2007. The formation of Gunung Sahilan Darussalam Regency can be said less fortunate as a new autonomous region and included in the category rejected to be done expansion. This is because the total score for the candidate of Gunung Sahilan Darussalam Regency only reaches score 334, while the entry in the category of able and recommended if the score or the value reaches at least 340. However, the total for the remaining regency (Kampar after expansion) reaches 401. This means that number Categorized able, and meaningful of Regency of parent (Kampar after expansion) recommended. Thus, if the formation of Gunung Sahilan Darussalam Regency is realized to be non-lethal of the parent Regency (Kampar after expansion), which leaves 14 (fourteen) subdistricts
Pemberdayaan Sosial Dalam Penanggulangan Kemiskinan Studi Peran Kelembagaan Badan Usaha Milik Desa di Desa Rumbai Jaya, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau Alkadaf, Muammar
Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial
Publisher : Babes Litbang Yankessos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31105/jpks.v20i1.2399

Abstract

abstrakKelembagaan Badan Usaha Milik Desa merupakan salah satu pelaku pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat di tingkat desa. Badan Usaha Milik Desa Lancang Kuning Desa Rumbai Jaya Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau merupakan dikategorikan oleh Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir sebagai Badan Usaha Milik Desa yang berhasil dan dijadikan sebagai Badan Usaha Milik Desa percontohan di Kabupaten Indragiri Hilir. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi, penentuan informan dilakukan secara purposive, dan data dianalisis dengan reduksi data, display/penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian, Badan Usaha Milik Desa Lancang Kuning Desa Rumbai Jaya telah berfungsi dan memberikan kontribusi dalam pemberdayaan sosial dalam bentuk mampu meningkatkan usaha-usaha rumah tangga masyarakat, membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan memberikan kontribusi pada pendapatan asli desa (PADesa). Penelitian ini merekomendasikan, Pemerintahan Desa dan pengelola Badan Usaha Milik Desa diharapkan dapat mengoptimalkan pengelolaan aset-aset desa yang belum terkelola, pemerintah pusat dan daerah perlu melakukan pelatihan pengembangan sumber daya manusia (SDM) kepada pengelola BUM Desa secara terus menerus dan masyarakat terkait dengan kewirausahaan sosial.Kata Kunci: Pemberdayaan,  Sosial, Ekonomi, Kelembagaan, Badan Usaha Milik Desa
Redefinition of Religious Nation-state; Tracing Textual Doctrine and its Impact on Religious Violence in Indonesia Fithriyyah, Mustiqowati Ummul; Umam, Muhammad Saiful; Astuti, Atika Windi; Alkadafi, Muammar
ADDIN Vol 15, No 1 (2021): ADDIN
Publisher : LPPM IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/addin.v15i1.9719

Abstract

This paper elaborates on the roots of textual indoctrination in religious violence. This study is important to redefine the concept of religious nation-state in order to avoid the distortion of religious texts’ understanding that can lead to religious violence. This research uses a literature approach. The results of this study state that 1) religious violence is divided into three, namely: internal violence of religious communities, violence between religions and forces outside of religion such as power regimes, and violence between religious communities, 2) Interpretation of religious texts are often obscured by people who want to use it as a tool to legalize violent acts. The deconstruction of the verses of the Quran against the justification of radicalism is often associated with verses describing warfare, identified with the meaning of jihad in the Way of Allah, which is contained in At-Taubat verse: 24, Al-Hajj verse: 78, Al-Mumtahanah verse: 1, Al-Ankabut verse: 6. Whereas in term of warfare stated in the Al-Baqarah verse: 190, it is clear that the only war that is permitted is only for the purpose of defense, not for offense so let alone to take innocent victims, 3) Interpretation of the meaning of truth often triggers the justification of religious violence. This is because every religion has its own scriptural doctrines which lead their believers into the belief that their religion is the most correct one. However, we must not force other believers into believing what we believe as the truth.
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (P3MD) DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR Basir S.Sos; Muammar Alkadafi; Mustiqowati Ummul Fithriyyah
Jurnal EL-RIYASAH Vol 11, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jel.v11i2.12147

Abstract

The Village Community Development and Empowerment Program (P3MD) is a strategic government program. The implementation of the program in Kualu Nenas Village has not had a significant impact on changing the status of the village, from a developing village to a developed and independent village. The research objective was to determine program implementation and to determine the impact of the program in Kualu Nenas Village. The research method used a qualitative approach, with evaluative research type. Sources of data obtained through observations at the target location of program activities, in-depth interviews, with key informants; Village Head, Village Officials, BPD, LKMD, community leaders and community group representatives, village assistants. Data was also obtained through distributing questionnaires to 30 informants who were selected by purposive sampling. Research result. The implementation of the Program covers 4 (four) areas of activity, namely activities of village administration, village development, village community empowerment, village communities. The implementation of activities has not been fully carried out properly, not all program activities are carried out in accordance with the activity items, according to the program implementation instructions and the specific objectives of the program. There has been no innovation (change) that has led to the achievement of a change in the status of the village from being left behind to becoming a developed and independent village. The programs that have been implemented have not been fully felt by the community, especially in the aspect of developing community productive economic facilities in the agricultural and plantation sectors, and increasing community capacity.
Problematika Transformasi Implementasi Otonomi Desa Baru Dalam Spirit Undang-Undang Desa (Studi Kasus Desa Rimbo Panjang Provinsi Riau) Muhammad April; Muammar alkadafi; Rodi Wahyudi
Jurnal EL-RIYASAH Vol 12, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sultan Syarif Kasim State Islamic University, Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jel.v12i1.13254

Abstract

Otonomi desa di Indonesia secara regulasi semakin disempurnakan oleh pemerintah pusat dengan istilah transformasi dari desa lama menjadi desa baru sesuai dengan spirit Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Namun pada realitasnya implementasi otonomi desa baru pada operasionalisasinya masih menghadapi berbagai masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui problematika transformasi implementasi otonomi desa di Desa Rimbo Panjang, Provinsi Riau. Penelitian menggunakan kaedah deskriptif kualitatif. Sumber data diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Key informan penelitian ini ialah Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, LKMD, tokoh masyarakat dan perwakilan kelompok masyarakat Desa Rimbo Panjang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen dan arsip desa yang ada di kantor Desa Rimbo Panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan desa di Desa Rimbo Panjang belum mengarah kepada spirit kemandirian, hal tersebut ditandai dari data sumber pendapatan APBDes hanya bersumber dari dana transfer, tidak ada dari kontribusi pendapatan asli desa (PADesa). Kepemimpinan desa sebagai baris terdepan, masih bekerja apa adanya (taken for granted), merealisasikan alokasi dana transfer (Dana Desa) yang berasal dari APBN dan (Alokasi Dana Desa) yang berasal dari APBD. Program pembangunan desa dilaksanakan sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) setiap tahunnya dengan target dana tersebut habis pada akhir tahun. Kemudian, membuat RKPDes tahun baru dan menunggu kembali alokasi dana transfer tanpa ada upaya melakukan inovasi (perubahan) mendasar yang mengarah kepada penciptaan pelayanan kebutuhan masyarakat setempat, dan membangun gerakan ekonomi desa sesuai potensi yang dimiliki. Minimnya ruang partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa, rendahnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa. BUMDes yang terbentuk di Desa Rimbo Panjang tidak berfungsi sebagai pilar kelembagaan bisnis ekonomi desa yang mampu menawarkan barang dan jasa kepada masyarakat, dengan menggali potensi desa yang ada. Pemerintah Desa Rimbo panjang masih perlu bimbingan dan pengarahan dari pihak pemerintah daerah agar dana desa yang ada bisa mewujudkan desa mandiri dan mampu mengurangi ketergantungan dana dari pemerintah.
KEBIJAKAN PENETAPAN PEMERINTAHAN KAMPUNG ADAT DI KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU MUAMMAR AMMAR ALKADAFI; Rusdi Rusdi; Fitria Ramadhani Agusti; Muhammad April
Jurnal EL-RIYASAH Vol 10, No 1 (2019): Kebijakan Publik
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jel.v10i1.7445

Abstract

Keberadaan pemerintahan desa, desa adat atau nama lain, melalui konstitusi dan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 memberikan pengakuan dan jaminan terhadap keberadaan kesatuan masyarakat hukum dan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya.  Pemerintahan Kampung adat yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Siak merupakan perwujudan dari pengakuan tersebut, tujuan penetapan kampung adat di kabupaten siak ialah untuk menghidupkan kembali peranan tokoh adat dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Tujuan penelitian. Untuk mengetahui proses penetapan, pelaksanaan asal usul dalam penyelenggaraan pemerintahan dan faktor penghambat. Metode penelitian. lokasi dan fokus pada Kampung Adat Kampung Tengah, Lubuk Jering, Kuala Gasib dan Sakai Bekalar. Sumber data ialah  data primer dan sekunder, diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, studi kepusatakaan. Selanjutnya, data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, dan diuji dengan triangulasi untuk mengambil suatu kesimpulan.Hasil penelitian mengungkapkan, proses kebijakan penetapan perubahan status Kampung menjadi kampung adat di Kabupaten Siak belum dilakukan kajian secara komprehensif,  sehingga secara prosedur dalam penetapan kebijakan belum memenuhi beberapa aspek yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-udangan. Penetapan peraturan daerah kabupaten siak nomor 2 tahun 2015 tentang kampung adat secara administratif belum terpenuhi, nomor registrasi dari gubernur riau tentang kampung adat belum dikeluarkan dan kode kampung adat dari kementerian dalam negeri juga belum dikeluarkan. Dengan demikian, pelaksanaan asal usul dan adat  istiadat dalam penyelenggaraan pemerintahan belum terlaksana, dikarenakan masih dibutuhkan regulasi lanjutan untuk mengimplementasikannya, Peraturan Daerah Provinsi Riau tentang pangaturan susunan kelembagaan dan pengisian jabatan perangkat kampung adat belum dikeluarkan. Faktor penghambat dalam pelaksanaan ialah kampung adat yang ditetapkan belum memenuhi keseluruhan syarat administrasi dalam penetapannya, regulasi pendukung untuk mengoperasionalkan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan hukum adat dan susunan asli belum ada. Adat istiadat tidak lagi terpelihara dengan baik, tokoh-tokoh adat di Masyarakat sudah berkurang, eksistensi kelembagaan adat tidak berfungsi di masing-masing Kampung Adat yang telah ditetapkan .
PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN KELEMBAGAAN BADAN USAHA MILIK DESA MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Muammar Alkadafi
Jurnal EL-RIYASAH Vol 5, No 1 (2014): Juni
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jel.v5i1.656

Abstract

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution), BUM Desa sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar. Pembentukan BUM Desa di desa Selensen mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor  09 Tahun 2009 tentang Pedoman Pembentukan Badan Usaha Milik Desa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan fokus penelitian: (1) prosess pembentukan dan pelaksanaan kegiatan kelembagaan Badan Usaha Milik Desa (2) peran kelembagaan Badan Usaha Milik Desa dalam pengembangan ekonomi pedesaan. Hasil penelitian ini ialah, pelaksanaan kegiatan Badan Usaha Milik Desa di Desa Selensen sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan pendirian kelembagaan, dan dapat dikatakan cukup berhasil. Kemudian, kelembagaan BUM Desa telah memberikan kontribusi positif bagi penguatan ekonomi di pedesaan dalam mengembangkan perekonomian masyarakat.
Analisis Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Pengelolaan Desa (Studi Kasus Kampung Berumbung Baru Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Provinsi Riau MUAMMAR AMMAR ALKADAFI; Safiah Safiah; Devi Desmiwar
Jurnal EL-RIYASAH Vol 9, No 2 (2018): Kepemimpinan
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jel.v9i2.6784

Abstract

AbstrakPengelolaan desa sebagaiaman yang diatur dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dalam implementasinya tidak terlepas dari aspek kepemimpinan desa itu sendiri. Kepemimpinan Desa/Kampung Berumbung Baru dalam Pengelolaan Kampung dapat menghantarkan Keberhasilan Kampung Berumbung Baru dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tipe kepemimpinan kampung berumbung baru dalam pelaksanaan kewenangan lokal berskala desa/kampung, musyawarah desa/kampung dan gerakan usaha ekonomi desa/kampung. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala Penghulu Kampung Berumbung Baru dalam pengelolaan Kampung dapat dikatakan berhasil mewujudkan desa/kampung yang maju dan mandiri sesuai dengan tujuan otonomi desa, tipe Kepemimpinan yang inovatif-progresif diterapkan oleh kepala penghulu kampung, baik dalam kepemimpinan pelaksanaan kewenangan lokal berskala desa/kampung, kepemimpinan dalam musyawarah desa/kampung sebagai mekanisme dalam pengambilan keputusan,  dimana dalam musyawarah-musyawarah yang dilaksanakan mengedepankan aspek partisipasi masyarakat, demokratis, transparansi dan akuntabilitas. Begitu juga halnya, dengan Kepemimpinan Kepala Penghulu Kampung Berumbung Baru dalam usaha gerakan ekonomi desa/kampung terlihat dari pengelolaan aset-aset desa/kampung, pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik desa/Kampung yang di kelola dengan baik dan memberikan kontribusi terhadap pergerakan ekonomi masyarakat dan berkontribusi terhadap pendapat asli desa/kampung. Kata Kunci: Tipe Kepemimpinan, Kepala Desa, Pengelolaan Desa Village Chief Leadership Analysis in Village Management (Case Study of New Berumbung Village, Dayun District, Siak Regency, Riau ProvinceAbstract Village management as stipulated in the provisions of Law Number 6 of 2014 concerning Villages in its implementation cannot be separated from the aspects of village leadership itself. New Village / Village Leadership in Village Management can deliver the success of New Village in the administration of government, implementation of development, community development and community empowerment. The purpose of this study was to determine the new type of village leadership in the implementation of local authority at the village / village level, village / village meetings and village / village economic business movements. The results of the study can be concluded that the leadership of the Head of Kampung Berumbung Baru Head in the management of the village can be said to succeed in creating an independent and independent village / village in accordance with the objectives of village autonomy, the type of innovative-progressive leadership applied by the head of the village head, both in the leadership of the implementation of local scale authority village / village, leadership in village / village meetings as a mechanism for decision making, where in the deliberations carried out prioritizing aspects of community participation, democracy, transparency and accountability. Likewise, the Head of Kampung Berumbung Baru's Head of Leadership in the village / village economic movement is seen from the management of village / village assets, the establishment and management of village / village-owned enterprises that are well managed and contribute to the economic movement of the community and contribute to the original opinion of the village / village.Keywords : Leadership Type, Village Head, Village Management 
Kolaborasi Petani dengan Badan Usaha Milik Desa dalam Pemasaran Gula Merah di Desa Rumbai Jaya Muammar Amar Alkadafi; Muh. Said HM; Muhammad April; Fitria Ramadhani Agusti NST
MENARA RIAU Vol 14, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1119.484 KB) | DOI: 10.24014/menara.v14i1.12484

Abstract

One of the economic potentials of the community of Rumbai Jaya Village, Kempas District, Indragiri Hilir Regency is the production of local coconut derivatives. The problem is large production, but it does not have a wider market reach. The purpose of service is to create cooperation or collaboration between farmers and village-owned enterprises in marketing brown sugar products. Service Method, the service team provides assistance in the form of facilitating farmers to institutionalize farmers to work together with the Village-Owned Enterprises in marketing brown sugar to a wider market reach. The result of dedication is the collaboration between the farmers of Village Owned Enterprises, to market brown sugar products to a wider market reach. The collaboration resulted in an agreement and commitment between the village government and the Village Owned Enterprises, to form an integrated business unit for managing coconut derivatives. 
REFORMASI PROMOSI APARATUR SIPIL NEGARA Muammar Alkadafi; Rusdi Rusdi; Muhammad April
Jurnal Kebijakan Publik Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46730/jkp.9.1.p.1-10

Abstract

 Reform of the Promotion of Civil State Apparatus. The position of High Leader (JPT) Pratama is a position that equaled with the structural position of echelon II. b and a. in its filling, the Regional Government of Kabupaten Kampar through the Regional Personnel Board has carried out an open promotion reform of the position on the filling of the Primary Leadership Office. The purpose of this research is to know the promotion of ASN Promotion in the implementation of open selection of filling of Position of High Leader in Kampar Regency Government, and to know the method and activity stages conducted by assessment center of State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau in selecting competence of candidate of high leadership officer in Pratama Environment of Kampar Regency Government in 2015. The research method used qualitative research with phenomenological approach, qualitative data analysis using Huberman Interactive Model Of Analysis namely; data reduction, data presentation and conclusions. The results of this research can be found in the promotion of ASN in the open selection of high leadership positions in Kampar Regency in 2015, in terms of preparation, implementation and monitoring and evaluation as stipulated in Permanpan-RB Regulation no. 13 Year 2014, procedurally has been implemented in accordance with the provisions. From the result of data analysis of implementation and re- commendation from KASN to the selection implementation process, implicitly it can be concluded that the implementation process contains the principles of objectivity, competitive, transparencyand accountability in every stage process performed by selection committee to 14 (fourteen) selected.