Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Analysis of Voltage Drop and Power Losses on Medium Voltage 20 KV Distribution System Kotamobagu Area Supplied from PLTD Kotamobagu Yuslizar E.P. Bachari; Yasin Mohamad; Taufiq Ismail Yusuf; Lanto Mohamad Kamil Amali
JEECS (Journal of Electrical Engineering and Computer Sciences) Vol. 9 No. 1 (2024): JEECS (Journal of Electrical Engineering and Computer Sciences)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Bhayangkara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54732/jeecs.v9i1.9

Abstract

Drop voltage and power loss at the distribution system of electricity power in the Kotamobagu Area are caused by several factors, a namely far distance of a place that is distributed by electricity power from the source, imbalance load, equipment age, the diameter of the conductor, a distance of powerhouse to the consumer is too far and connection point are caused for technical loss. If it keeps happening, it will decrease the reliability of the electric power system and the distributed quality of the electricity power as well as it can damage the equipment. Therefore, unbalanced loading should be decreased at the phase, and overloading at the network will cause PT PLN (Persero) loss in the Kotamobagu Area. This research aims to analyze voltage drop, percentage of voltage drop, and power loss at every medium voltage feeder of 20 KV that is supplied from PLTD (Steam Power Plant) Kotamobagu until every transformer of distribution at peak load. After it is analyzed, the feeder OK 1, OK 2, OK 3, OK 4, OK 5 obtain the most significant value of drop voltage for 7.221 KV, 1.94 KV, 6.472 KV, 5.04 KV, 4.878 KV, respectively, with a percentage value of 56.507%, 10.742%, 47.841%, 33.689 %,32.257%. All OK happen at powerhouse K-153 (Kobo Besar), K-158 (RS. Monompia Kotamobagu), K-187 (Poopo I), K-201 (Motoboi Kecil), K-287 (Moyag I), respectively. The most significant power loss of 11.890 KW, 4.820 KW, 9.819 KW, 7.311 KW, 10.533 KW happen at powerhouse K-140 (Matali I), K-158 (RS. Monompia Kotamobagu), K-167 (Bilalang V), K-201 (Motoboi Kecil) and K-287 (Moyag I), respectively.
KARAKTERISTIK TEGANGAN TEMBUS ISOLASI CAIR OLI TIPE 10W-30, SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TRAFO yusran moha; rio matute; lanto mohamad kamil amali
Journal Of Renewable Energy Engineering Vol. 1 No. 1 (2023): Journal Of Renewable Energy Engineering (April)
Publisher : Program Vokasi-Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56190/jree.v1i1.6

Abstract

Pada sistem transmisi, isolator berfungsi sebagai  pemisahkan anatara dua atau lebih konduktor listrik yang bertegangan, agar antara konduktor ke konduktorlainya tidak terjadi hubung singkat atau (Short Sirkuit). Pengujian ini bertujuan untuk menguji kelayakan tegangan tembus pada isolasi Oli Enduro Matic-S 10W-30, Oli Federal Matic 30 10W-30, dan Oli Unioil Power Max Matic 10W-30 diharapkan ke 3 oli tersebut bisa mengganti isolasi minyak trafo apabila nantinya dalam keadaan mendesak tidak mendapatkan minyak trafo jadi salah satu dari ke 3 oli tersebut bisa dipergunakan sebagai pengganti minyak trafo. Peneltiain ini adalah metode eksperimen kami dalam menguji kelayakan Oli 10W-30 sebagai pengganti minyak trafo. Dari hasil pengujian di dapatkan bahwa dari ke 3 oli yang di uji hanya satu oli yang memenuhi standar minyak transformator itu pun hanya dalam kondisi suhu 300C yaitu Oli Enduro Matic-S 10W-30 dengan nilai 36.44 kV. Sedangkan di saat suhu 400C dan 500C tegangan tembus yang di hasilkan menurun drastis sehingga tidak sesuai lagi dengan standar minyak transformator. oleh karena itu dari ke 3 oli yang telah di uji tidak ada yang cocok digunakan sebagai isolator minyak trafo. Karena dari hasil yang didapatkan dari ke 3 oli tidak stabil atau berada di bawah standar minyak transformator, seperti yang kita ketahu bahwa trafo akan berkerja dengan temperature yang berbeda beda karena pengaruh naik turunnya beban transformator
STUDI NILAI RESITENSI ELEKTRODA PENTANAHAN MENGGUNAKAN METODE TIGA KUTUB PADA KONDISI TANAH BERBEDA Kamil Amali, Lanto Mohamad; Mento, Isnain Sarjan; Salim, Sardi; Tolago, Ade Irawati; Ntobuo, Nova Elysia; Utama, Komang Arya
Journal Of Renewable Energy Engineering Vol. 2 No. 2 (2024): Journal Of Renewable Energy Engineering (Oktober)
Publisher : Program Vokasi-Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56190/jree.v2i2.47

Abstract

The grounding system serves as a safe path for electrical current to flow to the ground, which is important in preventing the risk of equipment damage and safety hazards. One of the critical parameters in this system is the resistance of the ground electrode, which can be measured using the three-point method. Based on PUIL 2000, the recommended grounding resistance value for electrical installations must be less than 5 ohms so that the system can work optimally and safely. The three-pole method is known to be accurate because it minimizes the influence of the environment around the electrode. However, factors such as soil type, humidity, and mineral content greatly influence the resistance of the ground electrode. Therefore, this study aims to evaluate the resistance of grounding electrodes in various types of soil, such as clay, swamp soil, damp sandy soil, dry soil, and rocky soil. Research results: The best grounding electrode resistance values ​​were obtained in clay and moist sandy soil (coastal). Meanwhile, the resistance value of the ground electrode for dry soil, rocky soil, and swamp soil does not meet the standard of ≤ 5 ohms. The factors that cause the resistance value of the ground electrode not to meet the standard are because in swampy soil the soil is dominated by insulating organic material and low content of conductive minerals. Also, moisture imbalance, electrode corrosion, and less-than-optimal electrode installation contribute. At the same time, dry soil and rocky soil are characterized by having a high level of resistivity due to low water and mineral content and a texture that does not support optimal electrical conductivity where field measurement results are not yet available. Meets the standard ≤ 5 Ω
PEMBERDAYAAN REMA MUDA MELALUI PROGRAM RECAK (REMAJA CAKAP) DIGITAL UNTUK MENCEGAH BAHAYA ADIKSI INTERNET PADA ANAK DAN REMAJA (Studi pada Remaja di Desa Pentadu Timur) Amali, Lanto Mohamad Kamil; Yusuf, Muhamad; Ntobuo, Nova Elysia
Jurnal Pengabdian Masyarakat AbdiMas Vol 11, No 2 (2024): Jurnal Pengabdian Masyarakat Abdimas
Publisher : Universitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/abd.v11i2.8698

Abstract

Peningkatan penggunaan internet pada anak dan remaja di era digital membawa risiko bahaya adiksi internet yang dapat berdampak negatif pada perkembangan psikologis, sosial, dan akademis mereka. Program ini bertujuan untuk memberdayakan remaja di desa pentadu timur melalui program RECAK (Remaja Cakap) Digital sebagai langkah preventif dalam mencegah adiksi internet. Program ini juga berhasil mengurangi risiko adiksi internet dengan memberikan pemahaman lebih mendalam tentang penggunaan internet yang sehat dan produktif. Pemberdayaan melalui program RECAK dapat menjadi model bagi upaya pencegahan adiksi internet di kalangan anak dan remaja, khususnya di wilayah pedesaan
Analisis Perbandingan Minyak Kemiri dan Minyak Zaitun sebagai Pengganti Minyak Transformator Djafar, Ariyani; Wijaya, Bagus; A. Bolilio, Moh. Rafli; Tolango, Ade Irawaty; Kamil Amali, Lanto Mohamad
Jurnal Multidisiplin Indonesia Vol. 2 No. 4 (2023): Jurnal Multidisiplin Indonesia
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/jmi.v2i4.231

Abstract

Isolasi cair pada peralatan tegangan tinggi digunakan sebagai media pendingin peralatan listrik. Apabila tegangan yang diterapkan melebihi kekuatan dielektrik isolasi cair maka akan terjadi tegangan tembus yang menandakan kegagalan isolasi. Pengujian tegangan tembus terhadap minyak kemiri dan minyak zaitun dimaksudkan untuk mengetahui peluang minyak kemiri dan minyak zaitun sebagai alternatif pengganti minyak transformator. Pengujian ini berlandaskan standard IEC 156:1995 yaitu menggunakan elektrode setengah bola-setengah bola berukuran 50 mm dengan jarak sela 2,5 mm. Pengujian ini juga dilakukan dengan menggunakan 3 kali percobaan untuk mendapatkan nilai tegangan tembus .Hasil akhirnya nilai tegangan tembus minyak kemiri dan minyak zaitun pada kondisi standar sesuai IEC 156 sebesar 4,08 kV/2,5 mm dan 13,33 kv/2.5 mm Nilai ini belum memenuhi standar SPLN 49-1:1982 yaitu sebesar > 30 kV/2,5 mm. Tetapi masih memiliki peluang jika ditambahkan zat aditif fenol yang dapat menaikkan tegangan tembus minyak isolasi
STUDI RESISTANSI ELEKTRODA PENTANAHAN MENGGUNAKAN METODE TIGA KUTUP: STUDI PENGARUH BENTONIT nain, isnain sarjan mento; Amali, Lanto Mohamad Kamil; Salim, Sardi
Journal Of Renewable Energy Engineering Vol. 3 No. 1 (2025): Journal Of Renewable Energy Engineering
Publisher : Program Vokasi-Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56190/jree.v3i1.44

Abstract

Berdasarkan penelitian pengukuran resistansi elektroda pentanahan pada kondisi tanah berbeda dengan pengukuran normal (metode tiga kutub) dengan panjang batang elektroda tembaga dan besi 90 cm, diameter 10 mm dan kedalaman 0,4 meter dan 0,7 meter maka dapat disimpulkan: Tahanan jenis tanah berpengaruh pada nilai pentanahan. Nilai tahanan pentanahan terbaik diperoleh pada jenis tanah liat dan tanah lembab berpasir (pantai). Sedangkan nilai tahanan tanah kering dan berbatu dibutuhkan panjang dan kedalaman pada saat penelitian pengukuran tahanan pentanahan. Kedalaman penanaman batang elektroda berpengaruh pada nilai tahanan pentanahan, semakin dalam penanaman semakin kecil nilai tahanan pentanahan. Hasil pengukuran pada jenis tanah liat dan tanah lembab berpasir (pantai) mendapatkan hasil yang telah memenuhi standar ( PUIL 2000) yang menerapkan besar nilai tahanan sebesar ≤ 5 Ω. Hal ini terjadi karena pada lapisan tanah liat dan tanah berpasir (pantai) memiliki konduktivitas baik yang mampu mengalirkan arus listrik kedalam tanah dengan baik.
Tegangan Tembus STUDI TEGANGAN TEMBUS MATERIAL ELEKTRODA DALAM MEDAN LISTRIK SERAGAM PADA MEDIUM ISOLASI UDARA: STUDI TEGANGAN TEMBUS MATERIAL ELEKTRODA DALAM MEDAN LISTRIK SERAGAM PADA MEDIUM ISOLASI UDARA Karim, Aco; Amali, Lanto Mohamad Kamil; Yasin Mohamad; Ilham, Jumiati; Ntobuo, Nova Elysia
Journal Of Renewable Energy Engineering Vol. 3 No. 1 (2025): Journal Of Renewable Energy Engineering
Publisher : Program Vokasi-Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56190/jree.v3i1.55

Abstract

Tegangan tembus merupakan salah satu parameter penting dalam sistem isolasi listrik yang menentukan batas kemampuan suatu medium dalam menahan medan listrik sebelum terjadi pelepasan muatan listrik (breakdown). Material elektroda yang digunakan dalam sistem bertegangan tinggi sangat mempengaruhi distribusi medan listrik dan nilai tegangan tembus yang dihasilkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji karakteristik tegangan tembus dari berbagai jenis material elektroda dalam medan listrik seragam. Studi ini secara khusus membandingkan empat jenis logam, yaitu stainless steel, aluminium, tembaga, dan kuningan, yang umum digunakan dalam aplikasi kelistrikan. Pengujian dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Tegangan Tinggi dengan menggunakan konfigurasi elektroda bola-bola, jarum-jarum, dan pelat-pelat pada medium udara. Hasil pengujian menunjukkan bahwa material elektroda memiliki pengaruh signifikan terhadap besar tegangan tembus. Stainless steel secara konsisten menunjukkan performa terbaik dengan nilai tegangan tembus tertinggi pada semua konfigurasi, yakni 8,07 kV (bola-bola), 8,21 kV (jarum-jarum), dan 6,37 kV (pelat-pelat). Sebaliknya, tembaga menghasilkan tegangan tembus terendah, khususnya pada konfigurasi pelat-pelat sebesar 3,27 kV. Aluminium dan kuningan menunjukkan hasil yang bervariasi, namun masih di bawah performa stainless steel
PENGARUH CAMPURAN CULLET DAN GYPSUM TERHADAP KEMAMPUAN ISOLASI DIELEKTRIK TANAH LIAT SEBAGAI BAHAN ISOLATOR LISTRIK Djafar, Moh. Wahyu; Amali, Lanto Mohamad Kamil; Yusuf, Taufiq Ismail; Ntobuo, Nova Elysia
Journal Of Renewable Energy Engineering Vol. 3 No. 1 (2025): Journal Of Renewable Energy Engineering
Publisher : Program Vokasi-Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56190/jree.v3i1.56

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sifat isolasi dielektrik material isolator berbahan dasar tanah liat melalui penambahan cullet dan gypsum, hal ini menjadi upaya penting bagi pengembangan material isolator yang efisien. Tanah liat, sebagai sumber daya melimpah, memiliki potensi besar namun membutuhkan peningkatan performa dielektrik. Metode eksperimental digunakan untuk membuat tujuh variasi sampel berbentuk persegi (40 mm×40 mm×10 mm) dengan proporsi cullet (5%, 10%), gypsum (5%, 10%), dan kombinasinya. Sampel diuji tegangan tembus menggunakan tegangan tinggi AC. Hasil menunjukkan bahwa penambahan cullet dan gypsum secara konsisten meningkatkan tegangan tembus, dengan kombinasi 10% cullet + 10% gypsum mencapai nilai tertinggi 43,78 kV (4,38 kV/mm). Meskipun belum memenuhi standar PLN (9,85 kV/mm), penelitian ini menginformasikan potensi aditif dalam meningkatkan performa isolasi khususnya berbahan dasar tanah liat
EFFECTS OF FLY ASH CONTAMINATION ON THE ELECTRICAL PROPERTIES OF CERAMIC INSULATOR SURFACES Moh. Rafli A. Bolilio; Lanto Mohamad Kamil Amali; Yasin Mohamad
TESLA: Jurnal Teknik Elektro Vol 27 No 1 (2025): TESLA: Jurnal Teknik Elektro
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tesla.v27i1.34086

Abstract

The decrease in insulator performance due to environmental pollution, especially by fly ash produced from Steam Power Plants (PLTU). Fly ash contains conductive elements that have the potential to reduce the surface resistivity of insulators, so that it can accelerate insulation failure, especially in humid or wet conditions. Therefore, it is important to study in depth the effect of fly ash on the electrical parameters of insulators, such as surface conductivity and breakdown voltage. The main objective of this study was to determine how much impact the content of conductive elements in fly ash has on the decrease in surface resistivity of insulators. The methods used include analysis of chemical elements in fly ash, simulation of variations in pollutant solution concentration, and testing of leakage current and breakdown voltage in an AC high voltage laboratory. The results showed that fly ash from PLTU Anggrek contains conductive elements of Iron (Fe) of 1.595%, Magnesium (Mg) 0.44%, Sodium (Na) 1.45%, Calcium (Ca) 1.60%, and Sulfur (S) 0.085%. In addition, increasing the concentration of fly ash has been shown to increase the conductivity of the solution on the insulator surface and reduce the breakdown voltage, with the fastest breakdown voltage value being 38.45 kV and the leakage current reaching 0.318 mA on the wet polluted insulator surface. Abstrak Penurunan kinerja isolator akibat polusi lingkungan, khususnya oleh fly ash yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Fly ash mengandung unsur-unsur konduktif yang berpotensi menurunkan resistivitas permukaan isolator, sehingga dapat mempercepat kegagalan isolasi, terutama dalam kondisi lembap atau basah. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji secara mendalam pengaruh fly ash terhadap parameter kelistrikan isolator, seperti konduktivitas permukaan dan tegangan tembus. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar dampak kandungan unsur konduktif fly ash terhadap penurunan resistivitas permukaan isolator. Metode yang digunakan meliputi analisis unsur kimia fly ash, simulasi variasi konsentrasi larutan polutan, serta pengujian arus bocor dan tegangan tembus pada laboratorium tegangan tinggi AC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fly ash dari PLTU Anggrek mengandung unsur konduktif Besi (Fe) sebesar 1,595%, Magnesium (Mg) 0,44%, Natrium (Na) 1,45%, Kalsium (Ca) 1,60%, dan Sulfur (S) 0,085%. Selain itu, peningkatan konsentrasi fly ash terbukti meningkatkan konduktivitas larutan pada permukaan isolator serta menurunkan tegangan tembus, dengan nilai tegangan tembus tercepat sebesar 38,45 kV dan arus bocor mencapai 0,318 mA pada kondisi permukaan isolator yang terpolusi basah