Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

HARUN NASUTION (Sebuah Biografi Intelektual) Amin, Saidul
Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid Vol 16, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/tajdid.v16i1.158

Abstract

Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia lazimnya dilakukan oleh organisasi, sepertiMuhammadiyah, NU, Persis, al-Irsyad dan lainnya. Bisa juga melalui kelompok tertentu, sepertiGerakan Kaum Muda di Minangkabau. Namun Harun Nasution tampil berbeda. Dia mampumelukis, mewarnai dan memberi corak baru dalam kanvas perubahan dan pembaharuan pemikiranIslam di Indonesia. Tampil tanpa organisasi dan kelompok namun mampu melahirkan nuansa baruyang signifikan. Siapa sesungguhnya Harun Nasution? Tulisan ini mencoba menapaktilasibiografi inteletual tokoh kontroversi ini.
PETA PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM DI INDIA Amin, Saidul
Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid Vol 21, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/tajdid.v21i1.259

Abstract

Indiaisanimportantlandinthehistory ofreformationofreligious thought.There are manyMoslemscholarswere borninthe “India subcontinent”, for example,Syah Waliullah,AhmadKhan,Amir Ali,Iqbal,Ali Jinnah,Kalam Azadandothers.Every oneofthemactually hasasameobjective,torestorethe glory ofIslaminIndia,butuseddifferentapproaches.Theseconditionsspawned manyIslamic Movements,suchasliberalist,orthodox,reformist,andnationalist. Thisarticlewouldliketohighlighttherootofthehistory ofIslamicReform Movement inIndia.
PERJUANGAN UMAT ISLAM UNTUK INDONESIA ABAD 20 Amin, Saidul
JURNAL AL-AQIDAH Vol 10, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (841.345 KB) | DOI: 10.15548/ja.v10i2.2207

Abstract

Abstrak : Gerakan perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia tidak bisa lepas dari peranan umat Islam, baik pra kemerdekaan, saat kemerdekaan dan pasca kemerdekaan dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari pergerakan yang dilakukan oleh umat Islam baik secara pendekatan politik, organisasi sampai kepada gerakan perlawan terhadap kependudukan penjajah. Lahirnya gerakan tersebut tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendukung yang berkembang pada masa itu, yang telah melahirkan pergerakan di tengah tengah umat Islam, terutama pada abad ke 20.Kata Kunci : pergerakan, Islam, politik, nasionalisme
HUBUNGAN ISLAM, HINDU DAN KRISTEN DI INDIA: Studi Terhadap Pemikiran Keagamaan Syaid Ahmad Khan (1817-1898) Dan Abul Kalam Azad (1888-1958) Saidul Amin
TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama Vol 6, No 2 (2014): Juli - Desember
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/trs.v6i2.905

Abstract

Islam, Hinduism and Christianity played significant role in shaping the history of India. The relationship among these three religions have an important place in the history and the future of India. This article would like to explore about this problem based on two Indian Moslem Intellectuals thought: Ahmad Khan and Abul Kalam Azad. The Objective of this research wants to make deeper understanding and respect among the religious people
FEMINISME DAN ISLAM Saidul Amin
Kafa`ah: Journal of Gender Studies Vol 3, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/jk.v3i2.38

Abstract

This article would like to elucidate the history and the difference betwen the movement  of feminism in west and Islam and the status of woman in Islam. According to western perspective feminism is a history of struggles for women’s rights and freedoms  and emphasizes that religion is one of the chief enemies of its progress. Unfortunately, many of the goals of western feminism are not necessarily relevant across cultural boundaries. On other hand, Islam gives a special rights, freedoms and place to women. So, what is the concept of the feminism is still viable adopted in the Islamic world ?Keywords : Feminism, Islam, west, movement, rights, freedomsCopyright © 2013 by Kafa`ah All right reservedDOI: 10.15548/jk.v3i2.38
Pluralisme dan Implikasinya terhadap Moderasi Beragama: Analisis Tafsir Tematik Nanda Riswanda Pohan; Pohan , Nanda Riswanda; Lukmanul Hakim; Saidul Amin; Jani Arni; Fatmah Taufik Hidayat
Jurnal Semiotika Quran Vol 4 No 1 (2024): Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jsq.v4i1.25977

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pluralisme dan implikasinya terhadap moderasi beragama berdasarkan berbagai sudut pandang mufasir terkemuka di dunia penafsiran al-Qur’an, diantaranya yaitu Zamakhsari dengan tafsirnya al-Kasyaf, Wahbah Zuhaili dengan tafsirnya al-Munir, buya Hamka dengan tafsrinya al-Azhar, Quraiys Shihab dengan tafsirnya al-Misbah dan Hasbi as-Shiddiqy dengan tafsirnya an-Nur. Untuk memaksimalkan hasil penelitian maka tulisan ini akan mengunakan metode deskriptif-intepretatif, yaitu dengan mencari data yang akurat dari berbagai tafsir, buku, artikel dan literatur yang bersangkutan dengan judul tulisan kemudian menjelaskanya secara sistematis dan faktual. Ayat yang dipakai dalam penelitian ini adalah QS. al-Baqarah: 256, al-Hujurat: 13 dan al-Mumtahanah: 8-9. Setelah melakukan analisis, dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat al-Qur’an tersebut para mufasir lebih cenderung menyatakan bahwa dalam ajaran agama Islam unsur-unsur pluralisme sangat diakui akan eksistensinya dalam menggapai toleransi beragama, serta Islam adalah agama dengan misi perdamaian sepanjang masa. Dalam konteks keberagaman dari berbagai macam sisi Islam hadir melalui al-Qur’an sebagai acuan untuk terus merawat dan menjaga keberagaman dengan baik. Maka dari itu jika pluralisme ini dimplementasikan oleh seluruh pemeluk agama akan sangat berdampak positif bagi moderasi dan kerukunan beragama.   
Penguatan Psikologis Penyandang Disabilitas melalui Pemberdayaan Komunitas: Studi pada Himpunan Disabilitas Muhammadiyah Winarso, Doni; Santoso; Mizan Asnawi; Saidul Amin; Hendri Sayuti
Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI Vol. 9 No. 1 (2025): Pengabdian Untuk Mu negeRI
Publisher : LPPM UMRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37859/jpumri.v9i1.9029

Abstract

Program penguatan psikologis ini bertujuan untuk meningkatkan interaksi sosial peserta melalui metode interaktif dan dukungan emosional. Kegiatan ini melibatkan diskusi kelompok, dan simulasi sosial yang dirancang untuk membangun kepercayaan diri peserta dalam berkomunikasi. Selain itu, fasilitator dan peserta lainnya memberikan lingkungan yang suportif, sehingga peserta merasa lebih nyaman dalam mengekspresikan diri. Pelatihan pengelolaan emosi dan teknik komunikasi yang diberikan membantu peserta dalam memahami serta mengontrol emosi mereka, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas interaksi sosial mereka. Hasil dari program ini menunjukkan adanya peningkatan dalam partisipasi aktif, keberanian dalam berbicara, serta keterlibatan peserta dalam kegiatan sosial. Keberlanjutan program serupa dan dukungan dari lingkungan sosial diperlukan agar dampak positif ini dapat bertahan dalam jangka panjang.
Islam dan Kepemimpinan Perempuan: Prototipe Leadership Ratu Balqis Perspektif Tafsir Al-Azhar Setiawati, Poppy; Nur, Afrizal; Khairiah, Khairiah; Amin, Saidul
Al-Qudwah Vol 2, No 2 (2024): December
Publisher : UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/alqudwah.v2i2.27172

Abstract

Women's leadership remains a subject of debate within the Islamic world, leading to various movements advocating for women's rights to be equal to men's. On the other hand, the perception that women prioritize emotions over logic has contributed to the notion that women are unsuitable for leadership roles. However, in reality, many women have proven themselves capable of leading institutions, organizations, and even nations. The Qur'an narrates a story of female leadership through the figure of Queen Balqis, who ruled the kingdom of Saba'. The purpose of this article is to explore the leadership prototype of Queen Balqis as depicted in Buya Hamka's Tafsir Al-Azhar. This research is a library-based study, with the primary data source being the Tafsir Al-Azhar, as well as secondary sources, including books and articles relevant to the research. The results of this study reveal that, from Hamka's perspective, Queen Balqis' leadership prototype embodies several key characteristics that are both relevant and valuable in the context of modern leadership. Analysis of Hamka's works, particularly Tafsir Al-Azhar, reveals that Queen Balqis possessed the following leadership qualities: first, wisdom and democracy. Hamka highlights how Queen Balqis demonstrated intelligence and wisdom in leading her people. Her decision to test the wisdom of Prophet Solomon by sending gifts reflects her ability to think democratically. Second, a diplomatic and peace-loving leader, Hamka, emphasizes that diplomacy is evident when a leader skillfully influences their followers to accept desired agreements and negotiations. Third, an intelligent and meticulous leader: Queen Balqis is portrayed as a smart, quick-thinking, cautious, and meticulous leader in making decisions. These three qualities in Queen Balqis make her a worthy role model for female leaders today.Abstrak: Kepemimpinan wanita masih menjadi suatu perdebatan dalam dunia Islam, akibatnya banyak timbul gerakan-gerakan yang menjunjung hak-hak wanita agar bisa disetarakan dengan laki-laki. Di sisi lain karakter wanita yang mengedepankan rasa dari pada logika membuat wanita seakan tidak layak menjadi pemimpin. Padahal kenyataannya banyak perempuan mampu menjadi pemimpin di suatu lembaga, organisasi bahkan negara. Di dalam Al-Qur’an terdapat kisah tentang kepemimpinan wanita yaitu kepemimpinan Ratu Balqis yang memimpin sebuah negeri bernama Saba’. Tujuan artikel ini untuk mengetahui prototipe leadership Ratu Balqis dalam Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pustaka, data primer dalam penelitian ini adalah kitab Tafsir Al-Azhar, sedangkan data sekunder adalah buku-buku dan artikel yang relevan dengan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prototipe kepemimpinan Ratu Balqis dalam perspektif Hamka mencerminkan beberapa karakteristik utama yang relevan dan berharga dalam konteks kepemimpinan modern. Analisis terhadap karya-karya Hamka, terutama tafsir Al-Azhar, mengungkapkan bahwa Ratu Balqis memiliki sifat-sifat kepemimpinan berikut: pertama, kebijaksanaan dan demokratis: Hamka menyoroti bagaimana Ratu Balqis menunjukkan kecerdasan dan kebijaksanaan dalam memimpin rakyatnya. Keputusan Balqis untuk menguji kebijaksanaan Nabi Sulaiman dengan mengirimkan hadiah menunjukkan kemampuannya untuk berpikir demokratis. Kedua, pemimpin yang diplomatis dan cinta damai, diplomasi seorang pemimpin dapat dilihat ketika ia pandai mempengaruhi orang-orang yang dipimpin supaya bisa menerima suatu kesepakatan dan perundingan yang diinginkan. Ketiga, pemimpin yang cerdas dan teliti, Ratu Balqis adalah pemimpin yang cerdas, berpikir cepat, bersikap hati-hati dan teliti dalam memutuskan suatu perkara. Tiga kriteria tersebut ada dalam diri Ratu Balqis yang layak dijadikan role model oleh para pemimpin perempuan saat ini.
From Normative to Rational: The Reorientation of Rashid Rida’s Interpretive Paradigm Regarding the Prohibition of Khamr Rahman, Syahrul; Putra, Aldomi; Putra, Masyhuri; Amin, Saidul
An-Nida' Vol 49, No 2 (2025): December
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v49i2.38266

Abstract

This study aims to re-examine the rationalistic dimension of Tafsīr al-Manār by focusing on Rashid Rida’s exegesis of Qur’anic verses pertaining to the prohibition of khamr, specifically Q. al-Baqarah 2:219, Q. al-Nisā’ 4:43, and Q. al-Mā’idah 5:90–91. Employing a qualitative methodology with a content-analytic approach, the research primarily utilizes Tafsīr al-Manār as its principal source, supplemented by pertinent secondary literature. The findings demonstrate that Rida’s interpretation transcends a purely normative-theological framework by integrating rational and empirical arguments that possess universal validity. Rida contends that the Qur’anic prohibition of khamr is not solely a divine injunction to be obeyed but is underpinned by logical, moral, and practical considerations. His exegesis elucidates four dimensions of rationality: First, khamr inflicts physiological harm detrimental to human health; Second, khamr impairs cognitive clarity and diminishes self-control; Third, khamr undermines economic stability through wastefulness, reduced productivity, and dependency; and Fourth, khamr fosters social disintegration manifested in conflict, criminality, and moral decline. These results suggest that Rida endeavors to reconcile revelation with reason, affirming that Qur’anic ethics are founded upon a rational basis consonant with universal human understanding. Accordingly, Tafsīr al-Manār can be situated as a rational and contextual interpretive model pertinent to the advancement of contemporary intellectual discourse, ethics, and social responsibility.Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengkaji kembali dimensi rasionalitas dalam Tafsir al-Manār dengan menyoroti penafsiran Rashid Rida terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tentang larangan khamr, yaitu Q.S. al-Baqarah: 219, Q.S. al-Nisā’: 43, dan Q.S. al-Mā’idah: 90–91. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan konten-analitis yang menjadikan Tafsir al-Manār sebagai sumber utama dan didukung literatur sekunder yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penafsiran Rida tidak berhenti pada kerangka normatif-teologis, tetapi memperluasnya dengan mempertimbangkan argumentasi rasional dan empiris yang dapat diterima secara universal. Rida menegaskan bahwa larangan Al-Qur’an terhadap khamr bukan semata-mata ketetapan ilahi yang harus ditaati, melainkan memiliki dasar logis, moral, dan praktis. Dari penafsirannya, teridentifikasi empat dimensi rasionalitas: Pertama, khamr menimbulkan kerusakan fisiologis yang membahayakan kesehatan; Kedua, khamr melemahkan kejernihan berpikir dan mengurangi kemampuan kendali diri; Ketiga, khamr mengganggu stabilitas ekonomi melalui pemborosan, penurunan produktivitas, dan ketergantungan; serta Keempat, khamr berkontribusi terhadap disintegrasi sosial melalui konflik, kriminalitas, dan kerusakan moral. Temuan ini mengindikasikan bahwa Rida berupaya mengharmonikan wahyu dengan akal, menegaskan bahwa etika Al-Qur’an memiliki basis rasional yang sejalan dengan pemahaman manusia universal. Implikasinya, Tafsir al-Manār dapat diposisikan sebagai model penafsiran yang rasional dan kontekstual, yang relevan bagi pengembangan wacana intelektual, etika, dan tanggung jawab sosial dalam konteks kontemporer.