Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Patin sebagai sumber omega 3 untuk menurunkan faktor resiko terjadinya MAFLD karena DM tipe 2 Rahayu, Indri N.; Kumala, Asami Rietta; Taruna, Dody; Husodo, Stefanus Djoni; Dagradi, Eric Mayo; Sukmana, Judya
Surabaya Biomedical Journal Vol. 3 No. 1 (2023): September 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v3i1.114

Abstract

Diet asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) telah diteliti dan terbukti dapat memodulasi peradangan, namun, hanya sedikit beberapa penelitian yang fokusnya pada patobiologi PUFA dengan menggunakan diet isokalori dan isolipid namun belum dapat dijelaskan apakah patologi terkait tersebut disebabkan oleh komposisi diet PUFA, metabolisme lipid, atau obesitas, karena sebagian besar penelitian membandingkan diet dengan yang diberi makan ad libitum. Stres oksidatif dan mitokondria hati berperan dalam patogenesis penyakit hati berlemak nonalcohol. Omega-3 PUFA memiliki peran protektif yang potensial terhadap kerusakan sel oksidatif yang diinduksi ROS pada tikus organ, terutama di hati. Atenuasi hepatic fibrosis oleh EPA (asam eicosapentaenoic) secara signifikan berhubungan dengan kadar ROS hati. EPA juga menekan peningkatan kadar ROS hati dan penurunan penanda oksidatif serum, seperti 8-isoprostan dan feritin. Ikan patin memiliki kandungan asam lemak tak jenuh ganda omega 3 serta selenium yang merupakan antioksidan sehingga dapat menghambat terjadinya progresifisitas kejadian NAFLD maupun MAFLD. Mekanismenya antara lain melalui jalur penghambatan stress oksidatif yang merupakan patofisiologi terjadinya NAFLD maupun MAFLD.
PENGARUH LATIHAN RENANG INTENSITAS SUBMAKSIMAL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH BETINA KELOMPOK TERLATIH DAN TIDAK TERLATIH Alexander, Michael; Dagradi, Eric Mayo; Andisari, Hendrata Erry
Surabaya Biomedical Journal Vol. 4 No. 1 (2024): September
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v4i1.118

Abstract

Olahraga adalah kegiatan fisik yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Dengan meningkatnya jumlah masyarakat yang berolahraga, penting untuk memahami batasan intensitas olahraga yang dilakukan. Intensitas olahraga yang melampaui kemampuan tubuh akan menyebabkan munculnya stres oksidatif. Stres oksidatif akan menimbulkan berbagai masalah fisiologis tubuh, termasuk metabolisme glukosa. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratoris. Tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Wistar usia 2 bulan dengan berat badan 180-200 gram dikelompokkan ke dalam 5 kelompok melalui teknik random sampling. K1 merupakan kontrol, K2 diberi latihan setiap hari selama 2 minggu, K3 diberi latihan sekali seminggu selama 2 minggu, K4 diberi latihan setiap hari selama 2 minggu, dan K5 diberi latihan sekali seminggu selama 2 minggu. Semua kelompok setelahnya diistirahatkan selama 1 minggu. K1, K2, dan K3 tidak diberi intervensi. K4 dan K5 diberi intervensi latihan submaksimal 85% rerata waktu tenggelam pertama. Penelitian diterminasi dan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian kadar glukosa darah acak. Hasil kadar glukosa darah acak diolah statistik dengan uji parametrik one-way Anova dan uji post hoc LSD. Hasil kadar glukosa darah (K1) 127,8 mg/dL, (K2) 133,4 mg/dL, (K3) 186,4 mg/dL, (K4) 160,6 mg/dL, dan (K5) 140,6 mg/dL. Uji one-way Anova menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05). Uji post hoc LSD menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok terlatih dengan intervensi dan tidak terlatih dengan intervensi (p>0,05). Intervensi latihan submaksimal setelah istirahat satu minggu pada kelompok terlatih dan tidak terlatih dengan latihan submaksimal tidak memiliki pengaruh terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Wistar.
Analisis Aktivitas Quercetin Moringa oleifera terhadap Inhibisi Acetylcholinesterase (AChE) pada Terapi Alzheimer dengan Pendekatan In Silico JULIA ANGELINA SAFITRI; TAMAM JAUHAR; PETER GUNAWAN TANDEAN; ERIC MAYO DAGRADI
Hang Tuah Medical Journal Vol 22 No 2 (2025): Hang Tuah Medical Journal
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/htmj.v22i2.762

Abstract

Many plants contain active compounds that can be used to treat various diseases. One of these plants is Moringa oleifera Lam. (drumstick tree), which is known for its benefits in treating Alzheimer’s disease. The active compound quercetin found in Moringa oleifera has the ability to inhibit acetylcholinesterase (AChE), one of the primary causes of Alzheimer’s disease. Quercetin also has similar potential and functions to donepezil, a drug commonly used in Alzheimer’s therapy. This study aimed to examine the role of quercetin in inhibiting AChE as part of Alzheimer’s therapy using an in silico approach. The research utilized molecular docking, pharmacokinetic ADME predictions, and toxicity predictions to evaluate the active compound quercetin. The results showed that quercetin has similar potential to donepezil in inhibiting AChE, as they both share the same binding sites. Pharmacokinetic predictions revealed that quercetin is well-absorbed in the intestine and has better skin permeability compared to donepezil, although its ability to cross the Blood-Brain Barrier (BBB) is limited. Quercetin has a limited distribution in the body, a high binding affinity to plasma proteins, and acts as an inhibitor of CYP1A2 and CYP2C9 enzymes. Additionally, quercetin is effectively excreted by the body. It is predicted to have potential as an oral medication and is categorized as a class III compound based on its LD50 toxicity value Keywords : Alzheimer’s disease, In silico, Acetylcholinesterase (AChE), Moringa oleifera, Quercetin