Olahraga adalah kegiatan fisik yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Dengan meningkatnya jumlah masyarakat yang berolahraga, penting untuk memahami batasan intensitas olahraga yang dilakukan. Intensitas olahraga yang melampaui kemampuan tubuh akan menyebabkan munculnya stres oksidatif. Stres oksidatif akan menimbulkan berbagai masalah fisiologis tubuh, termasuk metabolisme glukosa. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratoris. Tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Wistar usia 2 bulan dengan berat badan 180-200 gram dikelompokkan ke dalam 5 kelompok melalui teknik random sampling. K1 merupakan kontrol, K2 diberi latihan setiap hari selama 2 minggu, K3 diberi latihan sekali seminggu selama 2 minggu, K4 diberi latihan setiap hari selama 2 minggu, dan K5 diberi latihan sekali seminggu selama 2 minggu. Semua kelompok setelahnya diistirahatkan selama 1 minggu. K1, K2, dan K3 tidak diberi intervensi. K4 dan K5 diberi intervensi latihan submaksimal 85% rerata waktu tenggelam pertama. Penelitian diterminasi dan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian kadar glukosa darah acak. Hasil kadar glukosa darah acak diolah statistik dengan uji parametrik one-way Anova dan uji post hoc LSD. Hasil kadar glukosa darah (K1) 127,8 mg/dL, (K2) 133,4 mg/dL, (K3) 186,4 mg/dL, (K4) 160,6 mg/dL, dan (K5) 140,6 mg/dL. Uji one-way Anova menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05). Uji post hoc LSD menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok terlatih dengan intervensi dan tidak terlatih dengan intervensi (p>0,05). Intervensi latihan submaksimal setelah istirahat satu minggu pada kelompok terlatih dan tidak terlatih dengan latihan submaksimal tidak memiliki pengaruh terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Wistar.