Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Kompres Hangat untuk Mengatasi Masalah Hipertermia pada Penderita Kejang Demam: Warm Compress to Address Hyperthermia in Febrile Seizure Patients Kusuma, Rohmah Dini Nur; Suryani, Roro Lintang; Cahyaningrum, Etika Dewi
Journal of Nursing Education and Practice Vol. 2 No. 3 (2023): Journal of Nursing Education & Practice
Publisher : MPI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53801/jnep.v2i3.142

Abstract

Background: A child is someone who is less than 18 years old in a period of growth and development, with special needs, namely physical, psychological, social and spiritual needs. Children are more susceptible to infections that often cause a high fever. Fever is not a disease but a symptom. Fever often occurs at the age of five, when the increase in body temperature reaches the highest number scale, it will cause seizures in children which are called febrile seizures. One of the nursing problems in patients with febrile seizures that need special treatment is hyperthermia. Management of hyperthermia in febrile seizures can be done non-pharmacologically, namely by giving warm compresses. Purpose: To reduce body temperature in An. S with a diagnosis of febrile seizures in the Ar Rahman Room, RSI Purwokerto. Method: Descriptive research design in the form of a case study with a nursing process approach consisting of assessment, formulating diagnoses, interventions, implementation and evaluation. Data collection techniques using observation, interviews, physical examination and documentation. This case study was conducted on An. S for 3x24 hours. Result: Nursing care is carried out to An. S is 9 months old and has hyperthermia problems carried out in 3x24 hours, the procedures used for the assessment are observation, interviews, physical examination and documentation. Evaluation on the third day of red skin, seizures, and body temperature has resolved. Conclusion: Warm compresses have been shown to be effective in overcoming the problem of hyperthermia in patients with febrile seizures
Edukasi dan Implementasi Aromaterapi Lemon (Cytrus) untuk Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Sectio Caesarea di RSUD Dr. Soedirman Kebumen Hartati, Yuni; Novitasari, Dwi; Suryani, Roro Lintang; Suryono, Agus
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 5 No 3 (2023): Jurnal Peduli Masyarakat: September 2023
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jpm.v5i3.1970

Abstract

Sectio caesarea (SC) dapat menimbulkan nyeri akut dan meningkatkan hormon stres. Respon ini dapat menyebabkan takikardia, hipertensi, perubahan respon imun, hiperglikemia, dan lipolisis, yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas post operasi. Nyeri dapat diatasi dengan menggunakan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi nonfarmakologi menggunakan aromaterapi. Aromaterapi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yaitu lemon (cytrus). Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk mengedukasi dan membantu mengurangi nyeri khususnya pada pasien post SC yang mengalami nyeri, dan menurunkan intensitas nyeri dengan menggunakan aromaterapi lemon (cytrus). Metode pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan cara mengedukasi secara personal satu per satu peserta, melakukan tindakan aroma terapi, dan mengukur nyeri pada 2-3 jam atau pada 6 jam post SC. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan membandingkan skala nyeri sebelum setelah pemberian aromaterapi lemon menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Aromaterapi lemon diberikan dalam waktu 15 menit. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat menunjukkan rata-rata nyeri sebelum dilakukan terapi 6,1 dan setelah dilakukan terapi menjadi 2,7 dan seluruh kegiatan berjalan baik.
Implementasi Komunikasi Terapeutik dalam Penurunan Skala Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Assyifa, Raihan; Novitasari, Dwi; Suryani, Roro Lintang
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 5 No 3 (2023): Jurnal Peduli Masyarakat: September 2023
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jpm.v5i3.2256

Abstract

Sectio Caesarea (SC) merupakan suatu metode persalinan yang dilakukan dengan mengeluarkan janin melalui proses sayatan di bagian abdomen. Teknik ini dilakukan pada kondisi gawat janin, letak sungsang dan memiliki riwayat SC. Proses sayatan membuat ibu yang menjalani proses SC mengalami nyeri dengan tingkat sedang hingga berat. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan kepada 30 ibu yang telah menjalani post SC selang 2 jam dan setelah efek anestesi hilang. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan bina hubungan saling percaya, melakukan penilaian nyeri sebelum dan setelah diberikan tindakan, serta memberikan komunikasi terapeutik selama kurang lebih 15 menit per masing-masing ibu. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) untuk melihat penurunan skala nyeri sebelum dan setelah pemberian komunikasi terapeutik. Hasil didapatkan infromasi karakteristik ibu meliputi usia, status pendidikan, riwayat operasi, skala nyeri sebelum di berikan intervensi komunikasi terapeutik 3,07 dan sesudah serta rerata skala nyeri setelah diberikan intervensi komunikasi terapeutik 2,27. Kesimpulan yang didapatkan bahwa pemberian komunikasi terapeutik kepada ibu post SC dapat menurunkan skala nyeri ibu. Kondisi ini menjadi salah satu alternatif tindakan yang dapat dipilih oleh perawat untuk menurunkan skala nyeri pada ibu post SC dan memberikan kenyamanan pada ibu.
Pemberian Aromaterapi Orange untuk Menurunkan Kecemasan Pre Anestesi pada Pasien dengan Anestesi Umum Putra, Muhammad Ilham Bintang; Wibowo, Tophan Heri; Suryani, Roro Lintang
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 6 No 3 (2024): Jurnal Peduli Masyarakat: September 2024
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jpm.v6i3.4345

Abstract

Operasi atau pembedahan merupakan pengalaman traumatik yang menimbulkan suatu ancaman terhadap jiwa tubuh, operasi yang direncanakan menimbulkan respon berbeda pada setiap pasien seperti kecemasan. Salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk menangani kecemasan tersebut yaitu dengan pemberian aromaterapi orange yang bertujuan untuk menurunkan kecemasan pasien dengan anastesi umum. Berdasarkan survey yang telah dilakukan pada tanggal 20 November 2023 menunjukkan bahwa beberapa pasien pre anestesi umum di RSUD Dr. Soedirman Kebumen belum mendapatkan implementasi tentang penanganan kecemasan pre anestesi umum. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien RSUD Dr. Soedirman Kebumen di bulan Juli ada 174 pasien, dari jumlah tersebut ada 30 peserta yang mengalami kecemasan saat akan menjalani anestesi umum. Tujuan pengabdian ini adalah memberikan implementasi pemberian aromaterapi orange untuk menurunkan kecemasan pre anestesi pada pasien dengan anestesi umum di RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Metode yang digunakan yaitu dengan mengimplementasikan pemberian aromaterapi orange kepada pasien yang akan menjalani anestesi umum. Instrumen penelitiannya dengan menggunakan kuesioner VAS. A menggunakan media leaflet dan video animasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pretest kecemasan sebelum pemberian aromaterapi orange, mayoritas peserta mengalami kecemasan kategori sedang, yaitu sebanyak 28 dari 30 peserta (93,3%). Setelah pemberian aromaterapi orange, jumlah peserta dengan kecemasan kategori sedang menurun menjadi 19 peserta (63,3%).
Asuhan Keperawatan Hipertermi pada Anak dengan Dengue Hemoragic Fever di Ruang Ar-Rahman Rumah Sakit Islam Purwokerto Pramudita, Galuh Ageng Pakarti Putri; Triana, Noor Yunida; Suryani, Roro Lintang
Journal of Management Nursing Vol. 3 No. 2 (2024): Journal of Management Nursing
Publisher : Scipro Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53801/jmn.v3i2.170

Abstract

Latar Belakang: Dengue Hemoragic Fever (DHF) atau biasa dikenal dengan demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh satu dari 4 virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk terutama nyamuk Ades aegypti dan Aedes albopictus yang bisa ditemukan di daerah  tropis dan subtropis seperti di Indonesia hingga bagian utara Australia.   Salah satu masalah keperawatan yang ada di kasus DHF adalah hipertermi. Hipertermia yaitu dimana suhu tubuh mengalami peningkatan mencapai 40 ℃ yang akan  menyebabkan kondisi lain akibat hipertermi. Tujuan: Untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasein demam hemoragic fever yang mengalami hipertermi. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif berbentuk studi kasus. Asuhan keperawatan diberikan kepada An. L selama 3 hari. Teknik pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Tahapan intervensi yang dilakukan diantaranya melakukan pengkajian, pemeriksaan fisik, menetapkan diagnosis keperawatan dengan SDKI menggunakan diagonsa hipertermia (D.0130), menyusun rencana keperawatan dengan tujuan (SIKI) menggunakan intervensi manajemen hipertermi (I.15506), Impelementasi keperawatan dan proses evaluasi. Hasil: Hasil pengkajian pada An. L di dapatkan bahwa pasien An. L yang berusia 12 tahun, di diagnosa mengalami dengue hemoraghic fever dengan hasil lab Dengue Ag NS1 Rapid positif. Saat dilakukan pengkajian An. L  mengeluh badannya terasa panas dan lemas, didukung dengan pernyataan orang tuanya demam An. L belum reda sejak 4 hari yang lalu.  Pemeriksaan fisik meliputi kesadaran composmentis, tanda-tanda vital dengan tekanan darah 110/ 80mmHg, suhu 38 ℃, nadi 112x/menit, pernafasan 22x/menit. Status gizi pasien buruk dengan berat badan 21 kg, tinggi badan 130 cm dan indeks masa tubuh -4,11 yaitu berat badan kurang dari batas normal. Keadaan umum pasien baik hanya saja untuk beraktivitas pasien mengatakan lemas dan ditemukan bintik merah di tangan pasien. Kesimpulan: Setelah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi untuk mengetahui dan memantau perkembangan dan menilai seberapa tingkat keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada An R. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 3 hari nyeri akut berhubungan dengan pencedera biologis sudah teratasi.    
GAMBARAN KEJADIAN POST OPERATIVE NAUSEA AND VOMITING (PONV) PADA PASIEN PASCA OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD CILACAP Gisbella, Choirunisa; Susanto, Amin; Suryani, Roro Lintang
Scientica: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi Vol. 2 No. 12 (2024): Scientica: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi
Publisher : Komunitas Menulis dan Meneliti (Kolibi)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Operasi Sectio Caesarea (SC) merupakan tindakan untuk membantu persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat masalah kesehatan ibu atau kondisi janin. Umumnya tindakan SC dilakukan teknik anestesi spinal yang merupakan pilihan utama dalam tindakan SC, tetapi karena kerja anestesi spinal menekan saraf simpatis sehingga terjadi peningkatan kontraksi dan Post-Operative Nausea & Vomiting (PONV). PONV dapat terjadi karena berbagai faktor resiko yang berhubungan dengan pasien diantaranya karena faktor umur, berat badan/obesitas, riwayat PONV, lama operasi dan jenis anestesi. Tahun 2023 terdapat 339 tindakan SC dengan 35 pasien yang mengalami PONV di RSUD Cilacap. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kejadian PONV berdasarkan umur, berat badan, riwayat PONV, lama operasi dan jenis anestesi. Penelitian menggunakan metode deskriptif observasional dengan pendekatan cross- sectional, populasinya adalah pasien pasca SC yang mengalami PONV. Pengambilan sampel dengan tehnik total sampling sebanyak 35 sampel pasien yang mengalami PONV. Pengolahan data sekunder yang bersumber dari rekam medis dengan analisis data univariate secara distribusi frekuensi. Gambaran kejadian PONV pada pasien pasca operasi SC berdasarkan umur diketahui bahwa sebagian besar (45,71%) pada tingkatan umur 36 – 45 tahun kategori reproduksi tua, berdasarkan berat badan pasien dalam IMT diketahui bahwa sebagian besar (40,00%) pada tingkatan IMT >27kg/m2 kategori berat badan obesitas, berdasarkan riwayat PONV sebelumnya diketahui sebagian besar (85,71%) pada kategori tidak ada riwayat PONV sebelumnya, berdasarkan lama operasi diketahui bahwa sebagian besar (54,29%) pada tingkatan waktu >1 jam kategori beresiko, dan berdasarkan jenis anestesi diketahui bahwa secara keseluruhan (100%) diberikan jenis anestesi regional.
Studi Kelengkapan Dokumentasi Pra Intra dan Pasca Anestesi di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang Susilawati, Evawani; Handayani, Rahmaya Nova; Suryani, Roro Lintang
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 9 (2024): September
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.13823202

Abstract

Medical records have a function to maintain and provide information for all parties involved in providing health services to patients. Completeness of anesthesia medical records is an important key element of good and quality anesthesia service practice. The study aims to determine the completeness of pre, intra, and post-anesthesia documentation at RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. This research method is descriptive quantitative with a sample of 93 medical record documents taken with probability sampling technique. Data was collected by observing medical record documents then recording the completeness of documentation using a checklist. The results showed that the completeness of pre-anesthesia medical record documentation was 94.6% on the pre-anesthesia assessment form and 91.4% on the pre-induction assessment form. The completeness of intra-anesthesia medical record documentation was 96.8% on the anesthesia report form and 93.5% on the intra-anesthesia monitoring form. The completeness of post-anesthesia medical record documentation was 91.4% on the post-anesthesia documentation form. This means that the completeness of pre-, intra- and post-anesthesia medical record documentation at RSUD Dr. M. Ashari Pemalang has not reached the hospital’s minimum service standard of 100%. It is necessary to monitor and evaluate the implementation of anesthesia medical record documentation so that the achievement results are in accordance with hospital service standards.
Implementasi Aromaterapi Chamomile Untuk Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Dengan Anestesi Spinal di RSUD Dr. Soedirman Kebumen Ratri, Hong Nuring Madyo; Suryani, Roro Lintang; Yudha, Magenda Bisma
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 9 (2024): September
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.13730076

Abstract

Background. Sectio caesarea is a surgical process to deliver a fetus through an incision in the abdominal wall and uterine wall. Mechanical incision or treatment that is offered to nociceptor impulses through the process of transduction, transmission, modulation, and perception causes pain in post sectio caesarea patients. One of the non-pharmacological pain treatments is the administration of chamomile aromatherapy. Chamomile can provide anti-inflammatory, antioxidant, and analgesic effects so that it can reduce the pain felt by the mother. Objective. This PkM activity aims to help reduce the pain scale for post sectio caesarea mothers using chamomile aromatherapy. Methods. The method used was patient identification according to PkM characteristics, pre-test to measure the pain scale using a Visual Analog Scale (VAS), and then giving chamomile aromatherapy as much as 2 drops (0.2 ml) on a cotton ball for 15 minutes at a distance of 5 cm, and post-test to measure the pain scale again. Results. The results showed that before the intervention, most of the pain scale experienced moderate pain as many as 23 respondents (76.7%). After the intervention the pain scale decreased to mild pain as many as 20 respondents (66.7%). Conclusion. Chamomile aromatherapy can be applied to reduce the intensity of the pain scale in post sectio caesarea patients. Outputs. The output produced is a pocket book that can be used as a medium for learning nonpharmacological therapy using chamomile aromatherapy as an intervention in reducing pain patients in post sectio caesarea patients. The results of the activity can be published in a Scientific Journal.
Penerapan Teknik Relaksasi Benson Untuk Menurunkan Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea di RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Ismayani, Novita; Wibowo, Tophan Heri; Suryani, Roro Lintang
Kolaborasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4 No 5 (2024): Kolaborasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/kolaborasi.v4i5.406

Abstract

Introduction: The number of SC deliveries in recent times has increased tremendously. This is a variable phenomenon related to social, economic and cultural levels SC has become a very safe procedure in many parts of the world so it is considered almost perfect. Procedures, operations may cause discomfort and alter tissue continuity. (Number, 2022). Objective: Based on this PkM, namely to determine the results of the application of benson therapy to reduce pain levels in post SC patients. Methods: The upcoming PKM method applies the benson relaxation technique as a nursing care approach to post SC surgery patients who experience pain. After being given benson relaxation therapy there was a decrease in the pain scale from 6 to scale 3. Community service activities are carried out by implementing directly by applying the Benson Relaxation technique. The target audience of this PkM is pregnant women who have undergone labor through the SC technique at RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Results: The results that have been carried out participants experienced an increase in pain before being given the application of benson relaxation techniques as many as 27 participants (90%) experienced moderate pain (4-7), after being given benson relaxation participants experienced a decrease in pain levels, namely 25 participants (83%) experienced a decrease to mild pain (<4). Outputs: The output of the activity used is a publication article that is expected to be able to hunt down Objective: This community service activity aims to help reduce post-SC pain with benson relaxation, patients can overcome it with non-pharmacological therapy independently. Method: This community service activity is carried out directly by providing the application of the benson relaxation technique, then continuing to evaluate so that the giver of the application of the benson relaxation technique can find out whether the target has decreased pain or not. The activity of applying the benson relaxation technique was carried out for 1 day for 10-15 minutes in the afternoon. The activity measures the patient's pain intensity using the VAS (Visual Analog Scale) measuring instrument. this activity is implemented directly to reduce pain in post SC patients at Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Hospital in the Bougenvile Room from July 15-28, 2024. Result: Participants experienced an increase in pain before being given the application of benson relaxation techniques as many as 27 participants (90%) experienced moderate pain (4-7), after being given benson relaxation participants experienced a decrease in pain levels, namely 25 participants (83%) experienced a decrease to mild pain (<4). Conclusion: Community Service participants in the application of benson relaxation techniques to reduce pain in SC patients in the Bougenvile Ward Room of RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga as a whole amounted to 30 participants, most in the age range 21-35 as many as 22 participants (73%), and the highest level of education is high school education as many as 14 participants (46.7%), with the most history of previous operations there has never been a history of previous operations as many as 21 participants (70%). Participants experienced increased pain before being given the application of benson relaxation techniques as many as 27 participants (90%) experienced moderate pain (4-7), after being given benson relaxation participants experienced a decrease in pain levels, namely 25 participants (83%) experienced a decrease to mild pain (<4).
Implementasi Latihan Batuk Efektif Dalam Upaya Pembersihan Jalan Nafas Pada Pasien Pasca Anestesi Umum Di Ruang Pemulihan Rachmasari, Astry; Suryani, Roro Lintang; Nur Adriyani, Fauziah Hanum
Kolaborasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4 No 5 (2024): Kolaborasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/kolaborasi.v4i5.407

Abstract

Introduction: Common side effects of general anesthesia, particularly when administered by inhalation, include sore throat, coughing, and hoarseness after surgery. An effective cough is an attempt to alleviate sore throat, cough, and hoarseness in individuals who have had general anesthesia. In order to keep the lungs clean, it is important to cough properly so that secretions may be removed swiftly and efficiently. Objective: At Jatiwinangun Surgical Specialty Hospital, we aim to teach our patients how to cough effectively so that they can reopen their airways following general anesthesia. Method: After one round of general anesthesia, 30 participants will undergo effective coughing activities as part of this activity's methodology. One technique to evaluate a cougher's ability to clear their airways is with the use of a checklist and an observation sheet for airway clearing. This method takes into account the cougher's breathing rate, the noises they make when coughing, the strength of their breathing muscles, and how easily they clear their airways. Result: Ten participants (or 33.3% of the total) fell within the 26–35 age bracket, while nineteen (or 63.3% of the total) were female, fourteen (or 46.7% of the total) had only completed high school, and ten (or 33.3% of the total) were housewives. At least 21 participants (70.0%) had more knowledge regarding how to effectively apply cough training after receiving good-quality education, whereas 6 participants (20.0%) had adequate knowledge and 3 participants (10.0%) had less. After undergoing general anesthesia, 24 subjects (80.0%) had effective coughing abilities, whereas 6 people (20%) shown less competence. When it came time to observe airway clearance, the results showed that 93.3% of participants breathed normally, 83.3% did not make any extra ronchi breath sounds, 90.0% did not use any additional breathing muscles, and 80.0% of participants had no trouble clearing their airways. Conclusion: From the results of PkM it can be concluded that effective cough training can clear the airway in patients after general anesthesia.