Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Pengaruh Gerak Makan Dan Kecepatan Putaran Terhadap Aus Pahat HSS Pada Pengeboran Baja ASTM A1011 Menggunakan Pelumas Minyak Goreng Dodi Wibowo; Gusri Akhyar Ibrahim; Arinal Hamni
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 2, No 2 (2014): Jurnal FEMA Vol.2 No.2 Tanggal 10 April 2014
Publisher : Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pahat HSS yang digunakan dalam proses pengeboran memiliki umur dan tidak dapat digunakan secara terus menerus. Banyak faktor yang mempengaruhi umur pahat diataranya keausan pahat. Untuk menentukan keausan pahat pahat bor biasanya operator mesin hanya melakukan secara visual atau meraba pada bagian ujung mata pahat.  Cara ini yang sering dilakukan pada dunia industri dikarenakan keterbatasan alat dan efisiensi waktu dalam proses produksi. Dalam penelitian ini pengaruh kecepatan putaran (n), gerak makan (f) terhadap terbentuknya keausan tepi pahat HSS, dianalisis dengan dua metode, yaitu  metode kualitatif (grafik) dan metode kuantitatif (statis) dengan metode analisis variasi (ANOVA). Dalam penelitian ini, proses pengeboran menggunakan pahat HSS dan material uji baja ASTM A1011 dengan ketebalan  material 10 mm. Dalam proses pengujian, gerak makan (f) yang digunakan adalah 0,1 mm/rev, 0,18 mm/rev,0,24 mm/rev sedangkan  kecepatan putaran (n) yang digunakan adalah 443 rpm, 635 rpm, 970 rpm. Dari hasil pengujian secara kualitatif didapat bahwa peningkatan gerak makan (f) akan meningkatkan keausan tepi pahat HSS. Begitu pula peningkatan nilai kecepatan putaran (n) akan meningkatkan keauasan tepi pahat HSS. Dari metode ANOVA ( pengujian kuantitatif) dengan menggunakan program diperoleh hasil  bahwa kecepatan putaran (n), dan gerak makan (f) secara bersama-sama mempunyai pengaruh timbulnya keausan pahat, namun secara signifikan hanya gerak makan yang berpengaruh terhadap timbulnya keausan tepi pahat HSS. Pada penelitian ini gerak makan (f) mempunyai pengaruh paling besar terhadap timbulnya keausan tepi yaitu 50,01% sedangkan kecepatan putaran hanya berpengaruh sebesar 37,42% terhadap timbulnya keausan tepi pahat HSS. Kata Kunci : kecepatan putaran (n), gerak makan (f), keausan pahat, baja ASTM A1011,ANNOVA
Aplikasi Cairan Pelumas Untuk Mengurangi Tingkat Keausan Mata Bor Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS Anjar Tri Gunadi; Gusri Akhyar Ibrahim; Arinal Hamni
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 2, No 2 (2014): Jurnal FEMA Vol.2 No.2 Tanggal 10 April 2014
Publisher : Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seiring dengan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan berkembangnya pula bidang-bidang kegiatan manusia. Salah satunya adalah berkembangnya bidang industri permesinan. Proses permesinan yang dilakukan secara terus menerus misalnya pada pengeboran akan menyebabkan aus nya mata bor yang digunakan, karena adanya peningkatan suhu pemesinan. Perlu adanya perlakuan khusus untuk menurunkan suhu pemesinan yang terjadi. Penggunaan beberapa jenis cairan pendingin seperti oli sintetis dan minyak kelapa diharapkan dapat menurunkan suhu permesinan sehingga mengurangi keausan yang terjadi pada mata bor HSS yang digunakan. Diaplikasikan dengan cara menyemprotkan cairan pelumas secara terus-menerus pada permukaan benda kerja yang bersinggungan dengan mata bor pada kecepatan putaran (n) konstan pada 443 rpm, sedangkan variasi pada gerak makan (f) sebesar  0.1 mm/rev, 0.18 mm/rev serta 0.24 mm/rev. Umur pakai mata bor yang didapat pada pengujian tanpa pelumas dengan putaran (n) = 443, gerak makan (f) = 0.1 mm/rev serta nilai keausan mata bor    (vb) = 0.3 mm adalah 2.02 menit. Untuk penggunaan oli sintetis dengan kecepatan putaran dan gerak makan yang sama, didapat umur pakai mata bor selama 4.71 menit atau meningkat sebesar 54%. Peningkatan itu dibandingkan pada proses pengeboran tanpa menggunakan cairan pelumas. Sedangkan dengan penggunaan minyak kelapa, umur pakai mata bor selama 4.05 menit atau meningkat  sebesar 48%. Dengan demikian nampak jelas bahwa penggunaan cairan pelumas mampu menurunkan tingkat keausan mata bor, terutama pada penggunaan oi sintetis. Kata Kunci : keausan mata bor HSS, gerak makan, cairan pelumas.
Pengaruh Parameter Pemotongan Pada Proses Bubut Ulir (Threading) Terhadap Kepresisian Geometri Ulir Magnesium Paduan AZ31 Gusri Akhyar Ibrahim; Alan Suseno; Arinal Hamni
Jurnal Energi Dan Manufaktur Vol 12 No 1 (2019)
Publisher : Department of Mechanical Engineering, University of Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.636 KB) | DOI: 10.24843/JEM.2019.v12.i01.p01

Abstract

Magnesium telah dikembangkan dalam bidang kedokteran yaitu sebagai material untuk implan dalam tubuh. Hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa faktor utamanya adalah sifat magnesium sangat mirip dengan sifat tulang manusia. Sekrup AZ31 menunjukkan kekuatan tarik keluar yang serupa dengan sekrup stainless steel saat ditarik dari bahan tulang sintetis, dan tingkat degradasi jenis sekrup Mg-alloy di ruang tulang sumsum dan otot lebih cepat daripada di ruang tulang kortikal. Hal ini menunjukan bahwa pembuatan ulir pada magnesium AZ31 sangat mendukung untuk diaplikasikan pada bidang material biomedic. Kepresisian geometri ulir akan memberikan pengaruh terhadap kwalitas ulir, terutama pada saat ulir bekerja bila sudah digunakan sebagai penyambung tulang. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat dilakukan variasi pada parameter proses pemesinan magnesium, yaitu parameter pemotongan pada saat pembubutan ulir untuk mendapatkan hasil yang paling baik akurasinya. Hasil penelitian menunjukan nilai kesalahan tinggi ulir minimum yaitu 0,018188 mm didapatkan pada parameter kecepatan spindel 424 rpm dan kedalaman potong 0,433015. Nilai kesalahan jarak puncak ulir (pitch) minimum yaitu 0,0205 mm didapatkan pada parameter kecepatan spindel 212 rpm dan kedalaman potong 0,649523 mm. Nilai kesalahan sudut minimum yaitu 0,603 didapatkan pada parameter kecepatan spindel 212 rpm dan kedalaman potong 0,324761 mm. Magnesium has been developed in the field of medic as a material for implants. The results of previous studies show that the main factor is the characteristic of magnesium very similar to the characteristic of human bones. AZ31 screws show outward tensile strength similar to stainless steel screws when pulled from synthetic bone material, and the degradation rate of Mg-alloy screw types in the marrow and muscle bone space is faster than in cortical bone space. This shows that the screw making on magnesium AZ31 is very possible to be applied in the biomedical material field.The precision of the screw geometry will have an effect on the quality of the thread, especially when the screw works when it has been used as a bone joint. To overcome this problem, variations in the machining process parameters are carried out, the cutting parameters at the time of screw turning to get the best accuracy results. The results showed that the minimum screw depth error value is 0.018188 mm, obtained at the spindle speed parameter of 424 rpm and depth of cut 0.433015 mm. The minimum pitch error value is 0.0205 mm obtained on the parameters of the spindle speed of 212 rpm and depth of cut 0.649523 mm. The minimum angle error value is 0.603 ° obtained in the parameters of the spindle speed 212 rpm and the depth of cut 0.324761 mm.
Potensi Pengembangan Teknologi Proses Produksi Kopi Lampung Arinal Hamni
JURNAL MECHANICAL Vol 4, No 1 (2013)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractJumlah produksi kopi Lampung semakin hari semakin meningkat sehingga semakin menjadi perhatian di pasar nasional. Hal ini seiring dengan usaha pemerintah dan lembaga penelitian melakukan perbaikan kualitas produksi kopi. Salah satu usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan nilai jual kopi adalah perbaikan terhadap proses pengolahan kopi. Usaha pengolahan kopi secara konvensional dibaiki dengan cara mengimplementasi mesin proses pengolah kopi yang memperhatikan kapasitas, efisiensi dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan kwalitas dan kwantitas kopi Lampung. Pengimplementasian pengering mekanis dengan memanfaat sinar matahari, teknologi gasifikasi dan proses pengolahan menggunakan mesin akan meningkatkan produktivitas baik secara kwalitas maupun kwantitas. Kata kunci:  proses produksi, kopi Lampung, pengembangan, kwalitas,
Analysis of Surface Roughness Value When Drilling Magnesiumaz31 Using Taghuci Method Gusri Akhyar Ibrahim; Arinal Hamni; Sri Maria Puji Lestari
INSIST Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.063 KB) | DOI: 10.23960/ins.v2i2.82

Abstract

Magnesium alloy is one of super alloys material which wide used in manufacturing of automotive, biomedic, sport and electronic components. It was due to very light and resistent to corrosion. Surface roughness value has an important role to estabilish the quality of components. To produce a good surface roughness of machined surface, one of the important thing depends on the friction between the cutting tool and workpiece material when cutting process occurred. The aim of this paper is to analyse the surface roughness values of machined surface when drilling of magnesium alloy AZ31 using design of experiment of Taguchi Method. The experimental trials took place at cutting rotation of 635, 970 and 1420 rpm, feed rate of 0.10, 0.18 and 0.24 mm/rev, diameter tool of 10, 12 and 14 mm. The cutting of magnesium alloy was done by using a convensional drilling machine with TCA –35Erlo. Analysis of variance on the data of surface roughness value was done to get which factor is the most significant. The result shows that the feed rate is the most significant factor that contributed on the surface rougness value of machined surface. The minimum surface roughness value was attained at cutting rotation of 970 rpm, feed rate of 0.10 mm/rev and diameter of tool of 14 mm. Therefore, it can be stated that selecting the low feed rate factor produced low surface roughness value. Another hand, using high cutting rotation resulted low surface roughness value.Keywords—drilling, surface roughness, magnesiun AZ31,Taguchi Method
Surface Roughness Values of Magnesium Alloy AZ31 When Turning by Using Rotary Cutting Tool Gusri Akhyar; Suryadiwansa Harun; Arinal Hamni
INSIST Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.09 KB) | DOI: 10.23960/ins.v1i1.20

Abstract

Abstract - Magnesium and magnesium alloys is one of materials that worldwide used on automotive components due to very good  strength to weight ratio, resistant to corrosion, lighter compare to steel materials. Other than that magnesium has an advantage in easy to form and good machinability.  Nevertheless, magnesium known as metal which is easy to burned because of magnesium has low melting point. To maintain magnesium from burning quickly when proses machining, it needs to use coolant or lubricant to reduce temperature. Using of coolant when machining process can reduce temperature on cutting tool and work piece material, while using of lubricant can reduce friction between the cutting tool and work piece mateial. However, using of coolant and lubricant can harm for the environment and also coolant difficult to destroyed. Therefore, an alternative method to reduce the temperature when machining of magnesium alloy is using  the rotary cutting tool system. In the rotary cutting tool system, the cutting tool has a time to experience cooling in the period time. Other than aspect of temperature, surface roughness values are representative of surface of quality of produced componens. In this research, surface roughness value of magnesium alloy of AZ31 observed in ranges of work piece cutting speed of  (Vw) 25, 50, 120, 160, 200 m/min, rotary cutting speed of (Vt) 25, 50, 75 m/min, feed rate of (f) 0,05  and 0,10 mm/rev, and depth of cut of 0.2 mm. The turning process was done by using two kinds of diameter of rotary cutting tools are 16 and 20 mm, and without applying of coolant. The results of the research showed that the minimum surface roughness value of machined surface was 0,62????m by using insert with diameter of 16 mm, while the maximum surface roughness value of machined surface was 2,86 ????m by using insert with diameter of 20 mm. This result stated that the increase in the diameter of rotary cutting tool gives a significant effect on the produced surface roughness value. Factor of feed rate also gives a significant contribution on the surface roughness value of machined magnesium surface.  The increase in feed rate generated significantly surface roughness value as long as the trials experiments. The produced surface roughness values inversely proportional to the cutting speed of rotary cutting tool.Keywords - magnesium, rotary tool, surface roughness, turning. 
Pembuatan dan Pengujian Mesin Pemotong Lidi Tusuk Sate Gusri Akhyar Ibrahim; Arinal Hamni; Wahyu Budiono
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 4 No 4 (2019)
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.161 KB) | DOI: 10.30653/002.201944.207

Abstract

MAKING AND TESTING OF SKEWERS CUTTING MACHINES. In Indonesia there are more than 100 types of bamboo that can be used by craftsmen, one of which is skewers. Skewers are promising commodities for business opportunities. The process of producing skewers are started from cutting down the bamboo, cutting bamboo, splitting bamboo, shriveling bamboo to become a stick skewer after that is done cutting the skewer sticks, drying sticks, polishing the sticks skewers and chopping sticks. The process of cutting a stick skewer which is done at this time is still using a simple tool, so the results are bad and the cutting time is very long. To maintain the quality of the results of a good stick skewer sticks and to increase the productivity of the stick skewers, the process of producing and testing of a skewer stick cutting machine is done. The method to produce a skewer stick cutting machine is done by designing the tool, determining the material to be used then making it. This skewer stick cutting machine is made with a press system and vertical cutting directions. From the results of testing the skewer stick cutting machine obtained that the quality of skewer cutting is good and the time required to cut is only 10 seconds. the difference is about 50 seconds faster than the hand saws used, so as to increase the productivity of the skewer sticks. The cutting machine was impelemented at home industry at Sidomulyo of South Lampung. Using the machine has increased productity and also quality of skewers.
MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS KERAJINAN ASESORIS BERBAHAN BATOK KELAPA SEBAGAI PRODUK UNGGULAN DESA PALEMBAPANG KECAMATAN KALIANDA LAMPUNG SELATAN Arinal Hamni; Gusri Akhiyar Ibrahim; M. Ridho Ulya
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Ungu( ABDI KE UNGU) Vol. 4 No. 1 (2022): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Ungu ( ABDI KE UNGU)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30604/abdi.v4i1.454

Abstract

ABSTRAK Palembapang mempunyai produk unggulan berupa asesoris cui, cincin dan produk rumah tangga berbahan batok kelapa. Usaha Kerajinan asesoris Batok kelapa yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang saat ini sedang mendapat perhatiaan dari pemerintah Daerah Lampung Selatan , namun masalah yang dihadapi adalah kualitas produk kerajinan kurang bagus, biaya produksi tinggi, jumlah produksi sedikit, proses produksi yang dilakukan tidak efisien, pemasaran belum berkembang dan menejemen pengelolaan belum effesien. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha perbaikan dalam rangka peningkatan pengetahuan kelompok usaha kreatif ini. Permasalahan utama adalah 1) kualitas dan kapasitas produksi yang rendah, sehingga biaya produksi tinggi, 2) alat produksi yang masih sederhana, yaitu sebagian besar dikerjakan dengan manual, hal ini tidak efisien dan efektif. Pemasaran yang masih kurang berkembang. Metode yang digunakan adalah metode transfer teknologi Four in one untuk produksi asesoris, pelatihan dan pendampingan yang berguna untuk perbaikan mutu proses produksi, peningkatan pengelolaan dan penangan produk serta peningkatan pasar produk kreatif yang dapat memberikan pengetahuan untuk memperbaikan produk kerajinan batok kelapa. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan introduksi/pengenalan dan cara menggunakan serta maintenens alat produksi Four in one yaitu alat potong, alat gerinda dan alat pengamplas yang dibuat dalam satu rangkaian alat. Begitu pula dengan proses perbaikan manejemen pemasaran. Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk meningkatkan profit dan memanfaatkan peluang usaha baru bagi kelompok pemuda di desa Pelembapang. Jumlah peserta yang ikut adalah 10 orang yang berasal dari kelompok Pemuda. Pelatihan dianggap berhasil jika 95 % peserta dapat menyelesaikan seluruh program pelatihan. Luaran yang dihasilkan adalah menghasilkan 1 unit rangkaian teknologi produksi four in one untuk membuat kerajianan asesoris, peningkatan daya saing (kualitas, kuantitas, nilai tambah produk dan SDM, serta peningkatan penerapan IPTEK, dan perbaikan tata nilai masyarakat (Sosial). Hasil yang diperoleh adalah pelatihan diikuti lebih dari 10 orang, ketercapaian keberhasilan program hanya 85%, penyerapan pembelajaran belum maksimal. Hal ini disebabkan karena pandemi dan diberlakukannya PPKM di Palembapang. Kata kunci: Proses, Produksi, kreatif, Effisien
Implementasi Minimum Quantity Lubrication (MQL) Pada Pembuatan Ulir Luar Material Magnesium Arinal Hamni; Aditya Pratama; Gusri Akhyar Ibrahim
Manutech : Jurnal Teknologi Manufaktur Vol. 14 No. 01 (2022): Manutech: Jurnal Teknologi Manufaktur
Publisher : Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33504/manutech.v14i01.160

Abstract

Development of technology, has been to use of metal as the main material in industrial manufacture. In the machining, material of magnesium has excellent and beneficial characteristics, but it also has some disadvantages, one of them is very flammable because it has a low flash point. High generated temperatures can cause tool wear and contribute to thread accuuracy. Geometry errors in threading when cutting by lathe machine is influenced by diameter of cutting tool, depth of cut, and spindle speed. This study aims to analyze errors of response such as pitch errors, high thread errors, and thread angle errors. The machining trials of magnesium alloy AZ31 used by using Minimum Quantity Lubrication (MQL) method with lubricant of coconut oil. Diameter of threaded of 10, and 14 mm, depth of cut of 0.46 0.23, 0.3067, mm and a spindle speed of 424, 212, 424 rpm. The result shows that the Minimum Quantity Lubrication (MQL) technique with a diameter of 10 mm, a depth of cut of 0.46 mm and spindle speed of 424 rpm generated the best condition, in which pitch error of 0.012 mm and height thread error of 0.011533 mm.  Meanwhile the best result for thread angle error of 0.3866° in which reached at diameter of 10 mm, spindle speed of 212 rpm, and a depth of cut of 0.23 mm. Lubrication with implementing MQL technique has given real contribution to reduce the errors or increase the threaded precision.
Pembuatan Mesin Cetak Pelet Pakan Ternak Berbahan Baku Onggok Untuk Kelompok Peternak Sapi di Terbanggi Subing Lampung Tengah Gusri Akhyar Ibrahim; Arinal Hamni; Lusmelia Afriani
DHARMA RAFLESIA Vol 18, No 2 (2020): DESEMBER (ACCREDITED SINTA 5)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/dr.v18i2.12949

Abstract

Desa Terbanggi Subing merupakan salah satu desa yang di Kecamatan Gunung Sugih, yang mana sebagian besar penduduknya bertani dan berternak sapi dengan beberapa kelompok peternak.  Sementara itu UMKM produksi pakan ternak dan kelompok peternak yang bergerak dibidang penggemukan sapi. Tujuan kegiatan ini adalah membuat mesin pencetak pelet pakan sapi menggunakan bahan baku onggok sehingga memudahkan peternak dalam menjalan usaha ternak sapi dengan pola dikandangkan. Pembuatan mesin cetak pelet menggunakan metode ekstruder menggunakan poros berulir dengan kecepatan tertentu. Pencampuran dilakukan sebelum masuk ke ekstruder. Kemudian poros berulir digerakan menggunakan mesin diesel 10 PK guna menghasilkan daya torsi yang besar.  Daya motor direduksi menggunakan sistem gearbox sehingga mendapatkan kecepatan putaran lebih rendah dengan torsi yang lebih besar. Mesin yang dibuat memiliki kapasitas produk hingga mencapai 100 kg/jam. Dengan demikian produksi mesin cetak pelet mampu memproduksi hingga 800 kg setiap harinya.