Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

Kondisi Santriwati Saat Menstruasi Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Dan Korelasinya Dengan Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Personal Hygiene Ulfa Fadilla Rudatiningtyas; Fajar Husen; Nur Aini Hidayah Khasanah; Tanti Fitriyani
Jurnal Bina Cipta Husada Vol 19 No 1 (2023): Jurnal Bina Cipta Husada
Publisher : STIKes Bina Cipta Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.077 KB)

Abstract

Menstruasi atau haid adalah proses perdarahan periodic yang berlangsung pada uterus akibat terlepasnya lapisan endometrium. Saat siklus menstruasi berlangsung, remaja perempuan harus memperhatikan kebersihan diri. Saat menstruasi kebersihan diri memilki peran penting untuk memelihara dan menjaga kebersihan organ intim perempuan. selain iti menjaga kebersihan diri saat menstruasi dapat mencegah munculnya keluhan penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi. Riset dilakukan secara deskriptif analitik dengan desain studi cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 203 orang santriwati. Sample sejumlah 34 (>15%) dengan teknik purposive random sampling. Riset dengan kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan, 7 pertanyaan sikap dan 10 pertanyaan praktik. Analisa data univariat dan bivariat (analisis korelasi). Hasil riset menunjukkan pengetahuan responden sebagaian besar baik, memiliki sikap dan perilaku personal hygiene positif saat menstruasi. Ada hubungan signifikan antara pengetahun (p=0,001) dan sikap (p=0,006) terhadap perilaku menjaga kebersihan saat menstruasi pada responden.
Korelasi Dan Profil Asam Urat, Kadar Kolestrol, Dan Usia Pada Pekerja Fajar Husen; Nuniek Ina Ratnaningtyas; Nur Aini Hidayah Khasanah; Ulfa Fadilla Rudatiningtyas
Jurnal Bina Cipta Husada Vol 19 No 1 (2023): Jurnal Bina Cipta Husada
Publisher : STIKes Bina Cipta Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.792 KB)

Abstract

Penyakit degeneratif yang menyerang orang lanjut usia memberikan kontribusi yang besar terhadap laju mortalitas, seperti hiperkolestrol, serangan jantung dan stroke. Kolestrol dalam tubuh merupakan hasil dari proses metabolisme lemak. Selain faktor tingginya kolestrol, asam urat yang tinggi juga memberikan dampak negatif yang besar. Asam urat yang berlebih dapat membentuk kristal yang berbentuk tajam, terutama terkonsentrasi di sendi dan jaringan di sekitarnya sehingga memberikan efek peradangan/ inflmasi, rasa sakit dan nyeri. Pentingnya evaluasi dan pengukuran level asam urat dan kolestrol pada pekerja yang memiliki aktivitas dan mobilitas yang tinggi perlu dilakukan, sehingga dapat menjadi peringatan awal agar pekerja dapat memperhatikan lebih kesehatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi dan profil antara level asam urat dan kolestrol dengan usia pekerja di Desa Mandiraja Wetan RT 07/RW 02. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik, total sampel adalah 25 dengan 15 perempuan dan 10 laki-laki yang bekerja setiap hari. Pendekatan riset adalah cross-sectional dengan sampling method yang digunakan purposive sampling. Data dianalisis dengan SPPS melalui uji bivariate dan person-correlation versi 26.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24% responden didominasi oleh peternak ikan, dan terendah adalah peternak ayam dengan 8%. Rata-rata kadar kolestrol tertinggi pada responden laki-laki adalah 274 mg/dL, terendah 173 mg/dL sementara pada responden perempuan tertinggi 271 mg/dL dan terendah 156 mg/dL. Kadar asam urat tertinggi dan terendah responden laki-laki adalah7.5 mg/dL dan 5 mg/dL, asam urat perempuan 8.7 mg/dL dan 4.5 mg/dL. Persentase kadar kolestrol dengan status baik yaitu 53.33% pada responden perempuan, dan persentase asam urat tertinggi dengan kategori tinggi pada responden perempuan dengan 53.33%. hasil uji korelasi menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara kadar asam urat, kolestrol dan usia dengan p < 0.05.
Pewarnaan Sediaan Apusan Darah Tepi (SADT) menggunakan Infusa Bunga Telang (Clitorea ternatea) Nur Aini Hidayah Khasanah; Fajar Husen; Nilasari Indah Yuniati
Jurnal Bina Cipta Husada Vol 19 No 1 (2023): Jurnal Bina Cipta Husada
Publisher : STIKes Bina Cipta Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.011 KB)

Abstract

Pewarnaan giemsa merupakan salah satu pewarnaan rutin yang direkomendasikan dalam pembuatan sediaan apusan darah tepi (SADT). Pada penelitian ini diuji bahan alami berupa infusa bunga telang (Clitoria ternatea) untuk tujuan pewarnaan SADT. Kandungan pigmen biru-ungu antosianin C. ternatea berpotensi sebagai pewarna alternatif alami. Studi ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, bertujuan menilai kualitas morfologi sel darah pada SADT yang diberi infusa bunga C. ternatea dengan konsentrasi berbeda serta membandingkan hasil pewarnaan infusa bunga C. ternatea dengan giemsa. Penelitian dilakukan di Laboratorium Hematologi dan Kimia Klinik STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto pada bulan Desember 2022. Sampel diperoleh dari darah kapiler dosen STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto. Dibuat 4 preparat, masing-masing yaitu konsentrasi 25%, 50%, 75% infusa bunga C. ternatea dan pewarnaan giemsa 10%. Parameter pengamatan berupa warna eritrosit, warna dari jenis leukosit dan kontras pewarnaan, diamati dengan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Hasil menunjukkan konsentrasi 25% infusa bunga C. ternatea mewarnai eritrosit dengan intensitas warna biru-ungu dan kontras paling baik dibandingkan konsentrasi 50% dan 75%. Eristrosit cenderung basa sehingga dapat terwarna dengan antosianin yang asam. Semua konsentrasi tidak dapat mewarnai sel leukosit sebagaimana pada pewarna giemsa, namun infusa C. ternatea dapat dijadikan pewarna alternatif alami untuk mengamati eritrosit.
Jamur Non-Dermatofita Pada Kuku Jari Tangan (Finger Nails) Penyebab Onikomikosis Fajar Husen; Nuniek Ina Ratnaningtyas; Nur Aini Hidayah Khasanah; Nilasari Indah Yuniati; Dian Islamiyati
Jurnal Bina Cipta Husada Vol 19 No 1 (2023): Jurnal Bina Cipta Husada
Publisher : STIKes Bina Cipta Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.146 KB)

Abstract

Jamur dermatofita merupakan kelompok jamur patogen yang umum dijumpai di negara tropis seperti Indonesia. Jamur ini seringkali menyebabkan infeksi pada kuku (Tine unguium). Selain disebabkan oleh kelompok jamur dermatofita, penyakit kuku yang masuk ke dalam kelompok penyakit mikosis superfisialis, juga dapat disebabkan oleh jamur non dermatofita serta pada kasus yang cukup jarang disebabkan oleh ragi. Akibat infeksi jamur kuku, bagian kuku yang terinfeksi akan menjadi rapuh, mengelupas dan berubah warna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis jamur non-dermatofita yang menyebabkan penyakit mikosis superfisialis pada kuku, khususnya Onikomikosis. Penelitian ini merupakan riset deskriptif, dimana sampel pedagang ayam yang diambil kukunya kemudian dikultur pada media biakan potato dextrose agar (PDA), kemudian hasil isolasi dan re-kultur diamati dan diidentifikasi secara makromorfologi dan mikromorfologi. Pengamatan mikromorfologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya binokuler dengan perbesaran 400x. Pengamatan makromorfologi meliputi bentuk koloni, tepi koloni, warna koloni, dan permukaan koloni. Data hasil pengamatan kemudian dianalisis secara deskriptif sesuai hasil observasi mikroskopis dan makroskopis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua jenis jamur non-dermatofita yang ditemukan pada sampel kuku pedagang ayam potong di Desa Mandiraja Wetan, Kabupaten Banjarnegara, yaitu Apergillus flavus dan Aspergillus niger.
Perbandingan Senyawa Kuersetin Dan Kaempferol Pada Reseptor COX-2 Sebagai Agen Antikanker Kolorektal Secara In-Silico Nilasari Indah Yuniati; Dian Islamiyati; Nur Aini Hidayah Khasanah; Fajar Husen
Jurnal Bina Cipta Husada Vol 19 No 1 (2023): Jurnal Bina Cipta Husada
Publisher : STIKes Bina Cipta Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.86 KB)

Abstract

Kanker kolorektal (CRC) merupakan kanker paling umum ke tiga dari seluruh kasus kanker di dunia yang menyumbang 9,4% kasus kematian akibat kanker. Salah satu penyebab CRC yang saat ini mulai banyak diketahui adalah adanya overekspresi pada protein COX-2. Kemampuan penghambatan terhadap ekspresi COX-2 baru-baru ini dijadikan dasar dalam pemilihan obat terapi. Senyawa alami seperti kuersetin (kuer) dan kaempeferol (kaemp) telah diketahui memiliki potensi sebagai antikanker, namun perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui potensinya. Prediksi kemanjuran senyawa kuer dan kaemp sebagai anti-CRC dapat dilakukan dengan menganalisis pola pengikatannya pada COX-2 melalui docking molecular secara in silico. Penelitian ini bertujuan membandingkan aktivitas penghambatan senyawa kuer dan kaemp terhadap overekspresi protein target COX-2. Pengujian dilakukan melalui tahapan preparasi protein dan ligan, validasi metode, molecular docking senyawa kuer dan kaemp dengan COX-2, serta visualisasi ikatan menggunakan aplikasi PyRx. Hasil menunjukkan binding affinity kuer pada COX-2 lebih kecil dibanding kaemp pada COX-2 masing-masing sebesar -7,9 kkal/mol dan -7,4 kkal/mol. Dapat disimpulkan bahwa kuer mampu berikatan lebih kuat dan stabil dengan COX-2 sehingga diprediksi memiliki efek anti-CRC lebih kuat dibanding kaemp.
Anti-inflammatory and immunosuppressant activity of Coprinus comatus ethanol extract in carrageenan-induced rats (Rattus norvegicus) Nuniek Ina Ratnaningtyas; Fajar Husen; Hernayanti Hernayanti; Nuraeni Ekowati; Bambang Heru Budianto
Molekul Vol 17 No 3 (2022)
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jm.2022.17.3.5815

Abstract

oprinus comatus (O.F. Mull.) is an edible mushroom that is used as an anti-inflammatory agent. Therefore, this study aims to determine the effect of inflammation treatment on symptoms alleviating, function maintenance, and inhibiting the process of tissue damage due to an increase in free radicals using drug formulations with high antioxidant compounds. This is a true experiment conducted using a Completely Randomized Design (CRD) with a post-test and a control group. The rats were divided into 6 categories, which include 1 healthy and 5 groups induced with 1% carrageenan. Out of the treatment groups, 3 were treated with ethanol extract of C. comatus fruiting body at doses of 250 (T1), 500 (T2), and 750 mg/kg BW (T3), 1 received diclofenac sodium (PC) and the other as a negative control (NC), were given extract for 14 days and induced with 0.5 mL carrageenan in paw of rats at day 15. The qualitative identification showed the extracts contains flavonoid, polyphenol, alkaloid, triterpenoid, steroids and saponins, and GC-MS analysis showed 10 putative metabolites compound. T2 group significantly decreased the levels of IL-1β (70.63%), IgE (59.04%), total leukocyte count (31.24%), plantar thickness (12.5%), edema volume (33.3%), and increased endothelial NO levels (48.2%).
KUALITAS RENDAMAN SIMPLISIA RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa) SEBAGAI PEWARNA ALTERNATIF TELUR Ascaris lumbricoides Nur Aini Hidayah Khasanah; Fajar Husen; Nilasari Indah Yuniati; Ulfa Fadilla Rudatiningtyas
Jurnal Bina Cipta Husada Vol 19 No 2 (2023): Jurnal Bina Cipta Husada
Publisher : STIKes Bina Cipta Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ascaris lumbricoides merupakan salah satu spesies Soil Transmitted Helminths (STH) penyebab infeksi kecacingan atau ascariasis. Diagnosa ascariasis ditegakkan melalui pemeriksaan telur secara mikroskopis yang ditunjang dengan pewarnaan. Rimpang kunyit (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.) mengandung senyawa kurkuminoid penghasil pigmen kuning, berpotensi sebagai pewarna telur cacing. Studi ini bertujuan mengetahui kualitas rendaman simplisia rimpang kunyit sebagai pewarna alternatif telur A. lumbricoides dibandingkan eosin 2%, lugol 5% dan tanpa pewarnaan. Pemeriksaan dilakukan menggunakan metode natif. Rendaman simplisia rimpang kunyit diperoleh dengan cara merendam dengan larutan ethanol 96% selama 15 menit. Rendaman simplisia rimpang kunyit memberikan warna telur kekuningan, bentuk telur jelas, dapat dibedakan dengan kotoran dan latar belakang terang. Kontras yang dihasilkan tidak sebaik pada pewarnaan lugol 5%, namun infiltrasi zat warnanya lebih baik. Kontras terbaik didapat pada pewarna eosin 2%. Hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai P 0.024<0.05 artinya kualitas pewarnaan telur A. lumbricoides menggunakan variasi pewarna didapatkan hasil berbeda secara signifikan dimana hasil terbaik secara berurutan yaitu eosin 2% > lugol 5% > rendaman simplisia rimpang kunyit > tanpa pewarnaan. Disimpulkan bahwa pewarna alami rendaman simplisia rimpang kunyit dapat digunakan sebagai alternatif pewarnaan telur A. lumbricoides, dengan latar belakang jernih dan infiltrasi warna yang baik meskipun kontras tidak sebaik eosin 2%.
POTENSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK Moringa oleifera (Lamk.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI SECARA IN SILICO DAN IN VITRO Dian Islamiyati; Fajar Husen; Nuniek Ina Ratnaningtyas
Jurnal Bina Cipta Husada Vol 19 No 2 (2023): Jurnal Bina Cipta Husada
Publisher : STIKes Bina Cipta Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Moringa oleifera (Lamk.) atau daun kelor, adalah salah satu jenis tumbuhan khas di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Daun kelor dikenal sebagai tumbuhan dengan kandungan senyawa bioaktif yang multiaktivitas. Senyawa flavonoid, quercetin, polifenol, tannin, dan saponin pada daun kelor memiliki aktivitas sebagai anti peradangan, antidiabetes, dan antibakteri. Potensi ekstrak daun kelor sebagai antibakteri perlu diuji coba secara in silico dan in vitro untuk mengetahui kecocokan dari senyawa bioaktif spesifik yang memiliki potensi aktivitas antibakteri tertinggi. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik. Percobaan in silico dilakukan dengan menggunakan program software computer untuk senyawa quercetin, dengan kontrol positif adalah antibiotik chloramphenicol. Sementara percobaan in vitro antibakteri ekstrak dilakukan dengan menggunakan metode sumuran. Hasil pengujian in silico menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor memperlihatkan potensi yang baik sebagai antibakteri khusunya E. coli, namun aktivitasnya lebih kecil dibandingkan dengan antibiotik chloramphenicol. Sementara hasil investigasi dan observasi in vitro menunjukkan hasil yang sama, dimana chloramphenicol menunjukkan hasil inhibisi terbaik dengan zona hambat 54 mm, sementara ekstrak M. oleifera memiliki zona hambat 24 mm.
Pengujian Infusa Rebusan Bunga Telang (Clitoria ternatea) Sebagai Pewarna Alami Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) Fajar Husen; Nur Aini Hidayah Khasanah
EduMatSains : Jurnal Pendidikan, Matematika dan Sains Vol. 8 No. 1 (2023): Juli
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/edumatsains.v8i1.4419

Abstract

Telang flower (Clitorea ternatea) is a flower that belongs to the endemic plants that are often found in Ternate. C. ternatea belongs to the Fabaceae family of leguminous plants and is the world's most prominent family of flowering plants. C. ternatea contains a lot of blue pigments or cyanos known as anthocyanins. These dyes have great potential as alternative dyes to replace methylene blue and are potential blood cell dyes. This study aimed to examine the potential of the anthocyanin content in the butterfly pea flower infusion as a natural differential dye for erythrocytes and leukocytes. This research method is descriptive in nature, in which the results of making cytological preparations in the form of capillary smears of human blood are stained with butterfly pea flower infusion at a concentration of 10%. The stained spots were then observed using a light microscope at 400x magnification. The colouring results of butterfly pea flowers were compared with a standard dye, Giemsa dye. The results showed that a 10% concentration of butterfly pea flowers stained erythrocytes but did not stain leukocytes well, while Giemsa's staining significantly stained well. The results also showed that butterfly pea flower infusion could only differentiate stained erythrocytes and unstained leukocytes but could not differentiate the types of leukocytes. Further research can be carried out by extracting anthocyanins from butterfly pea flowers and fractionating them to isolate single anthocyanin compounds that can potentially be dyed.
Soybean Selection Against Cercospora Leaf Blight Disease Caused By Cercospora kikuchii Based on Anatomical Resistance Fajar Husen; Nuniek Ina Ratnaningtyas; Siti Samiyarsih; Juni Safitri Muljowati; Nur Fitrianto
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 14, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/biosaintifika.v14i1.34865

Abstract

Soybean (Glycine max L. Merr.) is the third food crop commodity after rice and maize in Indonesia. This plant is also known as the most important source of vegetable protein, which is relatively inexpensive, but a decrease in soybean productivity can occur due to infection with disease-causing pathogens, one of is Cercospora kikuchii which causes Cercospora leaf blight (CLB). The research objectives were to determine the anatomical resistance and disease severity of soybean cultivars against CLB. The method was an experiment with a completely randomized design (CRD) factorial pattern; factor 1 being soybean cultivars (Dering, Slamet, Grobogan, Wilis) and factor 2, namely pathogen inoculation (0 conidiospores/mL and 105 conidiospores/mL). Anatomical method preparations using paraffin, staining with 1% safranin. Disease criteria are based on the council of scientific and industrial research (CSIR) assessment method. Data were analysis used analysis of variance (p0.05) and the least significance difference (LSD). The results showed that Dering and Slamet cultivars had the largest cuticle, epidermis, and palisade ratios and the smallest stomata length and width with the largest number of stomata and trichomes compared to Grobogan and Wilis. The disease severity (DS) of the cultivars Dering 14.6%, Slamet 24.64%, Grobogan 24.80% (classified as a resistant with low infection), while Wilis cultivar was 31.08% as a moderately susceptible cultivar with moderate infection. The novelty of soybean cultivar selection against CLB is important and its effectiveness for increasing soybean productivity. Dering, Slamet and Grobogan are likely to be further developed with their resistance to CLB disease.