The literacy movement is an individual's active activity so that they are more fond of reading to broaden their horizons. Generally, literacy activities are implemented in educational institutions only. Even though this literacy movement should be carried out on an ongoing basis. Apart from educational institutions, literacy is also implemented in the smallest environment such as villages. The Village Literacy Movement is a community movement to foster an interest in reading, develop village potential, and improve the skills of village communities. This village literacy movement is to prepare the golden generation of 2045, so that they are ready to face demographic phenomena, accept the challenges of globalization, and prepare literate generations with quality human resources. The golden generation of 2045 is a manifestation of the peak of the demographic bonus in which the productive age is greater than the non-productive age. This is in line with Indonesia's vision to welcome a superior, quality generation. Therefore, the government always strives to realize this big vision. So that there is a policy that every village must have a literacy movement. One area that supports every village is required to have a library, namely Sidoarjo Regency. It has been proven that since 2020 there have been ten pilot villages for the literacy movement. The hope of the Sidoarjo Regency government with this literacy movement is to increase quality human resources. Apart from that, the existence of this village literacy movement can grow the village economy, teach the community to develop creativity, and make literate people. Gerakan literasi adalah kegiatan aktif individu agar lebih gemar membaca untuk menambah wawasannya. Umumnya kegiatan literasi diberlakukan di lembaga pendidikan saja. Padahal gerakan literasi ini sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan. Selain di lembaga pendidikan, literasi juga diterapkan dalam lingkungan terkecil seperti desa. Gerakan Literasi Desa yaitu gerakan masyarakat untuk menumbuhkan minat membaca, pengembangan potensi desa, serta peningkatan keterampilan masyarakat desa. Gerakan literasi desa ini untuk menyiapkan generasi emas 2045, agar siap menghadapi fenomena demografi, menerima tantangan globalisasi, serta menyiapkan generasi yang literat dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Generasi emas 2045 merupakan salah satu wujud puncak bonus demografi yang mana usia produktif lebih besar dibanding usia nonproduktif. Hal tersebut sejalan dengan visi Indonesia untuk menyongsong generasi unggul yang berkualitas. Oleh karena itu, pemerintah selalu berupaya agar dapat mewujudkan visi yang besar tersebut. Sehingga adanya kebijakan setiap desa wajib mempunyai gerakan literasi. Salah satu wilayah yang mendukung setiap desa wajib memiliki perpustakaan yaitu Kabupaten Sidoarjo. Terbukti sejak 2020 terdapat sepuluh desa percontohan gerakan literasi. Harapan pemerintah Kabupaten Sidoarjo dengan adanya gerakan literasi ini yaitu untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Selain itu, dengan adanya gerakan literasi desa ini dapat menumbuhkan perekonomian desa, mengajarkan masyarakat untuk mengembangkan kreativitas, dan menjadikan masyarakat literat.